Anda di halaman 1dari 15

@PPG-FTK UIN Sunan Ampel

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Mahasiswa : AHMAD SHOLEH


No. Peserta/NIM : 1800430097038
Sekolah : MA AL FATAH TEMBORO
Mata Pelajaran : AKIDAH AKHLAK
Materi Pokok : Menghindari Akhlak Tercela (Fitnah, Namimah, dan Ghibah)
Kelas / Semester : XII / GENAP
Alokasi Waktu : 2 x 45 JP

A. Kompetensi Inti / KI
KI 1 : menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : mengembangkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotongroyong , kerjasama, cinta damai. Responsip dan
pro aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
KI 3 : memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konsepteptual, procedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait
fenomena kejadian memecahan serta menerapkan pengetahuan procedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KI 4 : mengolah , menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar
Kompetensi
1.1 Menghayati bahaya fitnah, namimah, 1.1.1 Menghayati bahaya fitnah,
dan ghibah namimah, dan ghibah
2.1 Meneladani hal-hal yang mengarah 2.1.1 Meneladani hal-hal yang
pada perilaku fitnah, namimah, dan mengarah pada perilaku
gibah fitnah, namimah, dan gibah

3.1 Menganalisis konsep dan cara 3.1.1 Menjelaskan pengertian


menghindari perilaku fitnah, berita fitnah bohong (hoaks),
bohong (hoaks), namimah, tajassus namimah, tajassus dan ghibah
3.1.2 Menganalisis bahaya perilaku
dan ghibah
fitnah, berita bohong (hoaks),
namimah, tajassus dan ghibah
3.1.3 Menjelaskan cara
menghindari perilaku fitnah,
namimah dan ghibah
4.1 Mengomunikasikan hasil analisis 4.1.1 Mengomunikasikan cara
tentang konsep dan cara menghindari menghindari perilaku fitnah,
@PPG-FTK UIN Sunan Ampel

perilaku fitnah, berita bohong (hoaks), berita bohong (hoaks),


namimah, tajassus dan ghibah namimah, tajassus dan
ghibah.

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui pendekatan saintifik dengan model Problem Based Learning diharapkan
siswa mampu:
1. Menghayati bahaya fitnah, namimah, dan ghibah
2. Meneladani hal-hal yang mengarah pada perilaku fitnah, namimah, dan
gibah
3. Menjelaskan pengertian fitnah bohong (hoaks), namimah, tajassus dan ghibah
4. Menganalisis bahaya perilaku fitnah, berita bohong (hoaks), namimah, tajassus
dan ghibah
5. Menjelaskan cara menghindari perilaku fitnah, namimah dan ghibah
6. Mengomunikasikan cara menghindari perilaku fitnah, berita bohong (hoaks),
namimah, tajassus dan ghibah.
Nilai karakter : Religius dan Sosial
D. Materi Pembelajaran
1. Fakta :
✔ Fitnah bohong (hoaks), namimah, tajassus dan ghibah
✔ Gambar fitnah bohong (hoaks), namimah, tajassus dan ghibah
2. Konsep :
✔ Fitnah bohong (hoaks), namimah, tajassus dan ghibah.
3. Prosedur :
✔ Menunjukkan contoh-contoh perilaku fitnah bohong (hoaks), namimah,
tajassus dan ghibah

E. Model, Pendekatan, dan Metode Pembelajaran


a. Model Pembelajaran Penemuan (Problem Based Learning)
b. Pendekatan : Saintifik
c. Metode Pebelajaran : Diskusi, Tanya Jawab, Resitasi
F. Media/Alat/Bahan Pembelajaran
1. Media
o Worksheet atau lembar kerja (siswa)
o Lembar penilaian
o Slide presentasi (ppt)
2. Alat/Bahan
o Penggaris, spidol, papan tulis
o Laptop
o Internet

G. Sumber Belajar :.
1. Buku Peserta didik Aqidah ahklak MA kelas XII, Kemenag RI , 2019
2. Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahannya
3. Akses Internet
4.
@PPG-FTK UIN Sunan Ampel

H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
Kegiatan Pendahuluan  Guru Mengucapkan salam dan
menanyakan kabar peseta didik
 Guru merapikan kondisi kelas dan
siswanya
 Guru meminta ketua kelas untuk
memimpin berdo'a sebelum belajar
 Guru memeriksa kehadiran siswa
 Guru menyampaikan motivasi tentang
menghindari Akhlak Tercela (Fitnah, 10
Namimah, dan Ghibah) menit
 Guru menanyakan materi yang telah
disampaiakan sebelumnya
 Guru Menjelaskan tujuan pembelajaran
atau kompetensi Dasar yang akan
dicapai
 Guru menyampaiakan cakupan materi
dan penjelasan kegiatan uraian
pembelajaran
Kegiatan Inti KEGIATAN LITERASI
Peserta didik diberi motivasi dan panduan
untuk melihat, mengamati, membaca dan
menuliskannya kembali. Mereka diberi
tayangan dan bahan bacaan terkait materi
pentingnya menghindari akhlak tercela
(Fitnah, Namimah, dan Ghibah)

CRITICAL THINKING
Guru memberikan kesempatan untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin hal
yang belum dipahami, dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan
yang bersifat hipotetik. Pertanyaan ini
harus tetap berkaitan dengan materi 65
pentingnya menghindari akhlak tercela
menit
(Fitnah, Namimah, dan Ghibah)

COLLABORATION
Peserta didik dibentuk dalam beberapa
kelompok untuk mendiskusikan,
mengumpulkan informasi,
mempresentasikan ulang, dan saling
bertukar informasi mengenai pentingnya
menghindari akhlak tercela (Fitnah,
Namimah, dan Ghibah)

COMMUNICATION
Peserta didik mempresentasikan hasil kerja
kelompok atau individu secara klasikal,
mengemukakan pendapat atas presentasi
@PPG-FTK UIN Sunan Ampel

yang dilakukan kemudian ditanggapi


kembali oleh kelompok atau individu
yang mempresentasikan

CREATIVITY
Guru dan peserta didik membuat
kesimpulan tentang hal-hal yang telah
dipelajari terkait pentingnya menghindari
akhlak tercela (Fitnah, Namimah, dan
Ghibah). Peserta didik kemudian diberi
kesempatan untuk menanyakan kembali
hal-hal yang belum dipahami

Kegiatan Penutup  Guru membimbing peserta didik


menyimpulkan materi yang telah
dipelajari hari ini
 Guru memberikan penguatan (refleksi)
pada materi yang telah dipelajari hari
ini
 Guru menjelaskan secara singkat materi 15
yang akan dipelajari pada pertemuan
menit
selanjutnya
 Guru memberikan motivasi belajar
kepada peserta didik
 Guru memberikan penilaian lisan
secara acak dan singkat
 Guru menutup pelajaran dengan bacaan
hamdalah

I. Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran


1. Teknik Penilaian :
a. Sikap : Observasi
b. Pengetahuan : Tes Tertulis
c. Keterampilan : Unjuk Kerja /Praktek

2. Bentuk Penilaian :
a. Sikap : Observasi sikap disiplin dan bekerjasama
b. Pengetahuan : Soal Esai
c. Keterampilan : Rubrik Presentasi

3. Remedial
a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi siswa yang capaian KD-nya belum
tuntas
b. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remedial klasikal,
atau tutor sebaya, atau tugas dengan diakhiri dengan tes
4. Pengayaan
Bagi siswa yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran
pengayaan dengan ketentuan sebagai berikut:
@PPG-FTK UIN Sunan Ampel

a. Siswa yang mencapai nilai KKM ≤ x ≤ Nilai Maksimum diberikan materi


masih dalam cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan
tambahan
b. Siswa yang mencapai nilai x > Nilai maksimum diberikan materi
melebihi cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan

Mengetahui,
Magetan, 18 Juni 2022
Guru Mata Pelajaran
Kepala MA Al Fatah

H. IMDAD NASICHIN, S.Ag AHMAD SHOLEH, S.Pd.I


@PPG-FTK UIN Sunan Ampel

LAMPIRAN :

Uraian Materi Pembelajaran

A. Motivasi Melakukan Fitnah


1. Mencari Harta Duniawi
Motivasi seseorang melakukan perbuatan fitnah di antaranya karena dengan memfitnah
ia berharap mendapatkan uang. Jadi imbalan harta itulah yang menjadikan seseorang
melakukan perbuatan fitnah.
Rasulullah Saw tidak menyukai perbuatan fitnah yang memiliki motivasi harta dan
mengancam pelakunya. Dari Hudzaifah R.A. berkata: Rasulullah Saw
bersabda:”Bergegaslah (menghindari)perbuatan-perbuatan fitnah seperti memutus
malam yang gelap. Di pagi hari seseorang beriman dan di sore hari menjadi kafir atau
di sore hari beriman dan di pagi hari menjadi kafir. Ia menjual agamanya dengan harta
dunia”(HR. Bukhari-Muslim)

2. Menjerumuskan orang ke dalam neraka


Seseorang termotivasi melakukan fitnah karena ia ingin banyak orang tersesat dan
terperangkap ke dalam pusaran fitnah dan pada akhirnya akan masuk ke dalam
neraka. Dahulu Rasulullah Saw memiliki spionase yang bernama Hudzaifah bin al-
Yaman yang diberikan tugas untuk mengawasi perbuatan fitnah yang dilakukan oleh
orang-orang munafik.
Suatu hari Hudzaifah berkata: “Banyak sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw
mengenai hal-hal yang baik, sementara aku bertanya mengenai hal-hal yang buruk
karena aku takut akan menjumpai hal-hal tersebut. Ia berkata: “Aku bertanya kepada
Rasulullah Saw: Sesungguhnya kita sdang berada di masa jahiliyah yang identik
dengan keburukan. Allah Swt telah mendatangkan kebaikan kepada kita, maka
apakah setelah kebaikan ini datang lalu muncul keburukan? Rasulullah Saw berkata:
Yah! Aku berkata: Apakah setelah keburukan itu muncul lalu datang kebaikan
kembali ? Rasulullah Saw menjawab:Yah dan di dalamnya terdapat keburukan. Aku
bertanya: Apakah bentuk keburukan tersebut? Rasulullah Saw menjawab: Suatu
kaum menjalankan sesuatu bukan dari sunahku dan mencari petunjuk bukan
berdasarkan petunjuk dariku kenali mereka dan ingkari. Aku bertanya kembali lalu
apakah setelah datangnya kebaikan ini akan datang keburukan lainnya? Rasulullah
Saw bersabda: Para penyeru kepada neraka Jahanam dan barang siapa yang
mengikutinya, maka ia akan terlempar ke dalamnya. Aku berkata : Wahai Rasulullah
Saw beritahukan kami sifat mereka. Rasulullah Saw bersabda : Mereka memiliki kulit
seperti kita dan berbicara sama dengan lisan kita”.(HR. Bukhar-Muslim).

3. Mencari jabatan atau posisi tertentu


Seseorang berbuat fitnah terkadang termotivasi untuk mencari kedudukan atau jabatan
tertentu baik di masyarakat, lembaga, instansi atau di tempat-tempat lainnya. Oleh
karena itu al Qur’an mengingatkan kepada kita agar waspada terhadap prilaku-prilaku
orang-orang yang zalim yang menyebarkan fitnah dalam rangka mencari jabatan atau
posisi tertentu.
@PPG-FTK UIN Sunan Ampel

C. Menghindari Perilaku Fitnah


Pertama, mengkaji dan mempelajari al-Qur’an.
Untuk mengantisipasi terjadinya fitnah sebaiknya seseorang banyak
membaca dan mengkaji al Quran. Al-Qur’an adalah pedoman yang dititipkan
oleh Rasulullah Saw kepada umatnya saat menjelang wafat. Selain itu di dalam
al Quran banyak kisah yang mengemukakan tentang perbuatan fitnah yang dapat
dijadikan pelajaran bagi umat Islam agar terhindar darinya.
Antisipasi ini pernah ditanyakan oleh sahabat Ali kepada Rasulullah Saw.
Suatu hari Sayyidina Ali bertanya kepada Rasulullah Saw mengenai antisipasi
dari perbuatan fitnah. Rasulullah Saw bersabda: ”Akan ada fitnah setelahku
seperti memutus malam yang gelap gulita. Ali berkata: Aku
bertanya:Bagaimana jalan keluarnya wahai Rasulullah Saw? Rasulullah Saw
bersabda: Kitabullah (al­ Qur’an) karena di dalamnya terdapat berita
mengenai(orang-orang) sebelum kalian dan berita mengenai (orang-orang)
setelah kalian. Al-Quran adalah hakim bagi kalian, yang memutuskan
(perkara) yang tidak main-main. Siapa pun penguasa yang meninggalkannya,
maka Allah Swt menghancurkannya. Barang siapa yang mencari petunjuk
kepada selain al­Qur’an, maka Allah Swt menyesatkannya. Al-Quran adalah
tali Allah Swt yang kuat, Pengingat yang bijaksana dan jalan yang lurus. Ia
tidak dapat disesatkan oleh hawa nafsu, tidak terperangkap dengan ucapan,
tidak memiliki berbagai macam pandangan, para ulama tidak merasa
kenyang, orang yang bertakwa tidak pernah bosan dengannya. Al-Quran tidak
diciptkan dengan banyak penolakan dan tidak pernah habis keajaibannya.
Al-Quran adalah kitab suci di mana makhluk Allah jin apabila mendengarnya
berkata: “Kami mendengar al­Quran yang menakjubkan”. Barang siapa yang
mengajarkan ilmu al-Quran, maka ia menang, barang siapa yang berkata
dengannya, maka ia pasti benar dan barang siapa yang berhukum dengannya,
maka ia berlaku adil dan barang siapa mengamalkannya, maka ia
mendapatkan pahala dan barang siapa mengajak kepadanya, maka ia
mendapat petunjuk menuju jalan yang lurus” (HR. al-Tirmidzi)
Kedua, meningkatkan keimanan
Keimanan yang kokoh memiliki pengaruh besar dan memiliki peran vital dalam menghadapi,
mengatasi dan menyikapi berbagai peristiwa serta ujian yang menimpa manusia
Ketiga, Berdoa agar terhindar dari hal yang membahayakan diri
Orang beriman yang memahami hakekat kehidupan yang sebenarnya belum tentu telah aman
dari bahaya fitnah karena setan dan sekutunya menggoda meerka sehingga orang yang
beriman kelak akan lalai, jatuh dan terperosok ke dalam fitnah dunia .
2. NAMIMAH
a. Hal-Hal Yang Diinginkan Dari Perbuatan Mengadu domba
1. Menginginkan citra buruk melekat pada seseorang
Rasulullah SAW sangat membenci perbuatan mengadu domba dan pelakunya kelak akan
mendapatkan siksa, Di dalam hadits diceritakan:
@PPG-FTK UIN Sunan Ampel

Tujuan seseorang melakukan perbuatan adu domba di antaranya karena si pengadu domba
menginginkan seseorang memiliki citra negatif di tengah-tengah masyarakat. Hal yang
seharusnya ditutupi malahan dibicarakan kepada orang lain sehingga yang mendapat cerita
memiliki asumsi buruk tentang sosok yang diceritakan.
2. Menginginkan citra baik di mata seseorang
Orang yang mengadu domba terkadang menginginkan dirinya senantiasa baik di mata orang
lain. Misalkan si A akrab dengan si pengadu domba. Hanya saja si A memiliki musuh si B.
Agar hubungan si pengadu domba tetap baik dengan si A, maka apa saja prilaku buruk si B
diceritakan kepada si A. Dengan demikian si A akan senantiasa memiliki simpati kepada si
pengadu domba. Perbuatan adu domba atau namimah di sini jelas sangat tercela karena
membiarkan permusuhan terjadi antara si A dan si b terus terjadi bahkan semakin
memperuncing masalah.
3. Memiiki hobi mengadu domba orang lain
Di antara tujuan orang melakukan adu domba adalah karena hobi. Seseorang tidak
menginginkan adanya kedamaian di lingkungannya. Oleh karena itu ia selalu saja
mempengaruhi si A misalnya agar bermusuhan dengan si B dengan menceritakan keburukan
si B. Demikian pula sebaliknya.

4. Berlebihan di dalam pembicaraan atau kebatilan


Dalam berbicara sesungguhnya ada hal-hal yang memang patut dibicarakan, tetapi ada hal-hal
yang tidak patut dibicarakan. Dengan kata lain tidak semua yang kita tahu harus kita
bicarakan, tetapi yang kita bicarakan kita harus tahu manfaat dan bahayanya. Itulah
barangkali prinsip yang harus dipegang. Ada satu pribahasa yang menyatakan keselamatan
seseorang ada pada menjaga lisannya. Dengan demikian tindakan berlebihan dalam berbicara
atau kebatilan ini justru yang dapat menghantarkan pada terjadinya adu domba antar pihak-
pihak yang semestinya menerapkan perdamaian.

5. Langkah-Langkah Mengantisipasi Namimah


Tindakan namimah atau mengadu domba pada umumnya terjadi di tengah masyarakat. Oleh
karena itu kita harus melakukan langkah-langkah agar terhindar dan tidak terjerumus di
dalamnya.

Pertama, tidak segera mempercayai gosip.


Kabar burung atau gosip kerap beredar di masyarakat. Agar tidak terperosok dan
terprovokasi, maka tindakan yang harus dilakukan adalah tidak segera percaya kepada berita
tersebut melainkan melakukan tabbyun atau klarifiksai. Hal ini sesuai dengan firman Allah
Swt:
Kedua, Mencegah dan menasehati pembawa berita.
Amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan ajaran agama. Sudah seharusnya sebagai seorang
muslim memberanikan diri untuk mencegah dan memberi nasehat kepada orang-orang atau
pihak-pihak yang terindikasi melakukan perbuatan namimah atau mengadu domba. Dengan
demikian sebaikanya pelaku namimah seharusnya dimarahi dan tidak dipercaya begitu saja
perkataannya. Perintah amar ma’ruf dan nahi munkar ini terdapat di dalam hadits nabi:
Ketiga, memiliki asas praduga tak bersalah
Sebagai seorang muslim tidak boleh begitu saja percaya terhadap berita yang belum jelas
sumbernya. Oleh karena ketika ada seseorang membawa berita dengan menceritakan
@PPG-FTK UIN Sunan Ampel

keburukan si A misalnya, maka hal pertama yang kita lakukan adalah berpegangan pada asas
praduga tidak bersalah terlebih dahulu. Hal ini perlu dilakukan agar kita tidak termasuk orang
yang terkecoh dan terjerumus di dalam pusaran namimah. Betapapun namimah akan
membawa korbannya pada kerusakan dan perpecahan yang dibenci oleh Allah Swt dan
rasulnya.

3. GHIBAH

A. DALIL TENTANG Ghibah


Al-Quran sangat membenci prilaku ghibah, bahkan Allah Swt mengemukakan prilaku ghibah
sama seperti memakan daging mentah saudara sendiri yang sudah meninggal dunia.
Di dalam satu hadits yang diriwiyatkan oleh Anas bin Malik diceritakan bahwa Rasulullah
Saw bersabda: “Ketika aku melakukan Mi’raj, aku berpapasan dengan suatu kaum yang
memiliki kuku berbentuk tembaga lalu mereka menggaruk wajah dan tangan mereka. Setelah
itu Rasulullah Saw bertanya? Siapa mereka wahai Jibril. Jibril menjawab: Mereka adalah
orang-orang yang memakan daging manusia dan mereka menjatuhkan harga diri orang
lain”.
Suatu saat Rasulullah Saw sedang berbincang-bincang dengan para sahabatnya, Saat itu pula
tercium aroma tidak sedap. Para sahabatpun bertanya gerangan aroma apakah itu? Rasulullah
Saw bersabda: Itu adalah bau busuk orang-orang yang berbuat ghibah.

B. MOTIVASI BERBUAT Ghibah


Syaikh Jamaluddin al-Qasimi mengemukakan hal-hal yang dapat membuat seseorang pada
akhirnya berbuat ghibah:

Pertama, Mengobati sakit hati.


Biasanya seseorang ketika sakit hati akibat prilaku orang lain, maka untuk mengobati sakit
hatinya ia akan mengemukakan perbuatan-perbuatan buruk orang lain tersebut. Hal tersebut
dilakukan karena ia merasa bahwa dengan mengemukakan aib orang lain, maka ia sudah
merasa puas. Prilaku seperti ini di saat kampanye pilpres sangat banyak terjadi. Oleh karena
itu sebaiknya para pendukung masing- masing harus dapat menjaga lisan masing-masing
dengan tidak terprovokasi oleh pendukung orang lain.
Kedua, Mengikuti teman.
Ghibah dapat terjadi karena seseorang ikut-ikutan pada temannya. Biasanya ikut-ikutan ini
terjadi karena apabila seseorang tidak mengikuti, maka ia akan dianggap tidak setia kawan.
Akhirnya seseorang akan berbuat ghibah karena mengedepankan kesetiakawanan walaupun
hal tersebut dilarang oleh agama.
Ketiga, Kesombongan dan kebanggaan.
Ghibah dapat terjadi karena seseorang akan merasa bangga apabila ia sudah dapat mencaci
seseorang di hadapan orang lain. Ia tidak memiliki keinginan apa- apa kecuali kebanggaan
dan inilah yang membuat orang lain akhirnya melakukan perbuatan ghibah.
Keempat, Iri hati.
Iri hati biasanya terjadi ketika ada seseorang yang senantiasa dipuji, dimuliakan dan dicintai
oleh masyarakat. Di sini ia berusaha untuk melenyapkan penghargaan yang diberikan oleh
masyarakat tersebut dengan mengemukakan keburukan orang yang bersangkutan. Di sinilah
dimulainya perbuatan ghibah.
@PPG-FTK UIN Sunan Ampel

Kelima, Bergurau.
Di media televisi atau di media sosial lainnya kita sering melihat tayangan yang barangkali
maksudnya adalah bergurau. Hanya saja gurauan tersebut dapat menyakiti orang lain. Oleh
karena itu sebaiknya perlu diperhatikan bagaimana bergurau yang tidak membuat orang lain
sakit hati.

Keenam, Menyindir atau mencaci.


Menyindir atau mencaci-maki orang lain dengan tujaun menghina termasuk ke dalam
perbuatan ghibah. Hal tersebut dilakukan biasa saja terkait dengan fisik, keturunan, prilaku,
perbuatan dan ucapan seseorang.

C. CARA MENGHINDARI PRILAKU Ghibah


a. Ingat bahwa Allah Swt tidak menyukai ghibah
Perlu diketahui bahwa akhlak yang buruk dapat diobati dengan ilmu dan amal shaleh. Dengan
demikian untuk mengobati keinginan melakukan ghibah, maka seseorang harus ingat bahwa
ghibah tidak disukai oleh Allah Swt karena orang yang melakukan ghibah berarti ia telah
melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt. Apabila seseorang telah mengetahui dan
percaya mengenai ancaman bagi pelaku ghibah, amak niscaya ia tidak akan melakukan
perbuatan tersebut.

b. Melakukan introspeksi diri


Hal lain yang dapat memalingkan seseorang dari perbuatan ghibah adalah menyibukkan diri
dengan melakukan introspeksi terhadap diri sendiri. Ketimbang membicarakan keburukan
orang yang belum tentu kebenarannya, maka akan lebih baik merenungi keburukan diri
sendiri.
Seandainya yang bersangkutan memang memiliki aib atau keburukan diri, maka hendaklah
yang terpikir adalah bagaimana menghilangkan aib tersebut dari diri sendiri bukan
mempertahankan aib yang ada lalu mengumbar air orang lain. Apabila seseorang memang
benar-benar tidak memiliki aib atau kecacatan diri dalam berprilaku, maka yang harus
dilakukan adalah mensyukurinya kepada Allah Swt yang telah memberikan nikmat tersebut,
atau ia harus merenung jangan-janagn asumsi kesucian diri tersebut salah.

C. Menyadari bahwa ghibah menyakitkan


Di antara hal yang dapat mencegah seseorang dari melakukan ghibah adalah membayangkan
bagaimana sakitnya perasaan orang yang bersangkutan seandainya prilakunya yang kurang
baik tersebut diceritakan kepada orang lain. Seseorang harus sadar apabila hal tersebut
menimpa ada dirinya. Tentu saja perasaannya akan hancur. Sebagaimana dirinya tidak ingin
merasakan sakit hati, maka hal yang sama juga dialami oleh orang lain. Dengan demikian ia
akan menghentikan perbuatan ghibahnya.
D. Berburuk Sangka
Berburuk sangka di dalam hati sama dengan membicarakan keburukan orang lain dengan
ucapan. Apabila melakukan ghibah diharamkan, maka berburuk sangka terhadap orang lain di
dalam hati juga haram. Oleh karena tidak boleh berburuk sangka di dalam hati terhadap orang
lain. Berburuk sangka dilarang karena ia akan menghantarkan pada kecondongan hati
berasumsi buruk kepada orang lain.
@PPG-FTK UIN Sunan Ampel

“Hai orang­orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba­sangka (kecurigaan), karena


sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.(QS. Al-Hujurat(49):12)

Selain itu berburuk sangka dilarang karena hati seseorang yang mengeathui hanya Allah Swt.
Ketika seorang manusia sudah meyakini keburukan pada diri orang lain padahal ia belum
melihat dengan nyata atau melihat dengan mata kepalanya sendiri, maka sesungguhnya hawa
nafsu dan setan sudah masuk dan mempengaruhi dirinya. Oleh karena itu ketika terlintas di
hatimu su’u dzan terhadap seseorang, maka berusahalah untuk menepisnya dan meyakinkan
diri bahwa sosok yang bersangkutan adalah orang baik.
Hal lain akibat dari buruk sangka adalah terjadinya tajassus atau mencari-cari kesalahan orang
lain yang dilarang oleh Allah Swt dan rasulNya.

E. Ghibah YANG DIPERBOLEHKAN


Tidak berarti seluruh keburukan orang lain yang diceritakan merupaakn perbuatan ghibah
terdapat beberapa hal yang diperbolehkan bagi kita untuk menceritakan keburukan orang lain,
yaitu:
1. Pertama, Mengungkap kezaliman
Yang dimaksud dengan mengungkap kezaliman adalah seperti terdapat orang yang teraniaya
oleh orang lain. Tidak mungkin bagi orang yang teraniaya tersebut untuk diam saja. Tentu
saja ktika pihak berwajib melakukan intrograsi perihal
penganiayaan yang terjadi pada dirinya, maka ia harus secara terbuka menceritakan kejadian
yang sebenarnya sehingga akan menjadi jelas sesungguhnya apa yang sudah terjadi. Di sinilah
seseorang boleh mengungkapkan aib orang lain karena memang diperlukan

2. Kedua, Meminta fatwa


Apabila terjadi suatu masalah di dalam rumah tangga, misalnya Seorang isteri ingin
menanyakan mengenai hukum yang terkait dengan kerumahtanggaan khususnya dalam hal
pemberian nafkah karena sudah beberapa minggu suami yang bersangkutan tidak memberikan
nafkah. Dalam hal ini tidak mungkin seorang isteri tidak menceritakan aib suami, karena
ketetapan hukum dalam masalah ini tidak akan bisa tergambar tanpa penjelasan dari seorang
isteri . Dalam hal ini menceritakan aib seorang isteri dalam rangka meminta fatwa hukum
dibolehkan.
3. Ketiga, memberi peringatan kepada orang lain
Terkadang seseorang memerlukan kesaksian orang lain demi kewaspadaan. Ketika ada
seseorang ingin bekerja misalnya, pihak yang ingin menerima tentu harus mencari tahu
tentang sosok yang bersangkutan, baik melalui teman dekat atau melalui kepolisian. Dengan
demikian pihak-pihak yang dimintakan informasi tentu harus mengemukakan apa adanya
perihalyang bersangkutan demi kebaikan pihak penerima di kemudian hari.
4. Keempat, nampak dengan jelas cacatnya
Dalam suatu kesempatan terkadang seseorang bertanya mengenai identiitas orang tertentu.
Secara kebetulan orang yang diperlukan ini memiliki cacat fisik yang sesungguhnya tidak
@PPG-FTK UIN Sunan Ampel

boleh diungkapkan karena barangkali apabila diungkapkan akan mnyinggung perasaan.


Hanya saja karena tidak ada lagi ciri-ciri yang bisa disebutkan kecuali dengan menyebutkan
fisik yang cacat tersebut, maka hal tersebut tidak menjadi masalah dan tidak termasuk ghibah
seperti meneybut seseorang buta atau pincang kakinya.
5. Kelima, Memiliki prilaku buruk yang sudah diketahui luas
Tidak mengapa seseorang mengemukakan keburukan orang lain apabila keburukan tersebut
sudah diketahui oleh masyarakat umum, sebab hal tersebut sudah bukan menjadi rahasia lagi,
tetapi sudah menjadi konsumsi publik. Dengan demikian membicarakan perihal seperti ini
tidak termasuk ghibah yang dilarang.
@PPG-FTK UIN Sunan Ampel

LAMPIRAN 1 : Lembar observasi sikap disiplin dan kerjasama

A. Lembar Observasi Sikap

Bekerjasama Disiplin
No. Nama Siswa
SL SR Kd JR SL SR Kd JR

1 Aftan

2 Mubarok

3 Harun

4 Qomaruddin

5 Faruq

Keterangan :
Kriteria untuk Indikator Bekerjasama:
(1). Mendapat bagian dalam mencari informasi yang diperlukan
(2). Mendapat bagian dalam diskusi atau presentasi
(3). Mendapat bagian dalam menyusun model-model pembelajaran PBL
(4). Mendapat bagian dalam menyelesaikan permasalahan kontekstual menggunakan
model pembelajaran PBL

Kriteria untuk Indikator Disiplin:


Menunjukan komitmen untuk
(1). Mencari informasi yang diperlukan
(2). Terlibat aktif dalam diskusi atau presentasi
(3). Terlibat aktif dalam menyusun model-model pembelajaran PBL
(4). Terlibat aktif dalam menyelesaikan permasalahan kontekstual menggunakan
model....

Keterangan :
SL = Selalu jika 4 kriteria muncul
SR = Sering jika 3 kriteria muncul
Kd = Kadang-kadang jika 2 kriteria muncul
JR = Jarang jika 1 kriteria muncul
@PPG-FTK UIN Sunan Ampel

LAMPIRAN 2 Soal uraian dan Kunci Jawaban

LEMBAR PENILAIAN KOGNITIF

No Indikator Pencapaian Indikator Butir Soal Rumusan Soal


Kompetensi (IPK)
Menjelaskan Jelaskan motivasi seseorang
pengertian fitnah melakukan fitnah!
bohong (hoaks), Jawab :
namimah, tajassus,
3.1.1 Menjelaskan
dan ghibah
pengertian fitnah
Menjelaskan cara Bagaimana cara menghindari
bohong (hoaks),
menghindari perilaku perbuatan fitnah? Sebutkan !
namimah, tajassus
fitnah, namimah dan Jawab :
dan ghibah
ghibah
3.1.2 Menjelaskan cara
Menyebutkan bahaya Sebutkan bagaimana cara
menghindari perilaku perilaku fitnah, berita menghindari sifat namimah!
fitnah, namimah dan bohong (hoaks), Jawab :
ghibah namimah, tajassus
3.1.3 Menyebutkan bahaya dan ghibah
perilaku fitnah, berita
bohong (hoaks), Menguraikan Apa saja akibat negatif dari
pengertian fitnah perbuatan namimah?
namimah, tajassus dan
bohong (hoaks), Sebutkan !
ghibah namimah, tajassus Jawab :
dan ghibah
Bagaimana cara kita
menghindari ghibah?
Jawab :
Mengomunikasikan cara Memberikan cara Buatkan contoh cara
menghindari perilaku fitnah, menghindari perilaku menghindari perilaku fitnah,
berita bohong (hoaks), fitnah, berita bohong berita bohong (hoaks),
namimah, tajassus dan (hoaks), namimah, namimah, tajassus dan
ghibah. tajassus dan ghibah.. ghibah.!
Jawab :
@PPG-FTK UIN Sunan Ampel

LAMPIRAN 3 : LKPD dan Rubrik Unjuk Kerja Presentasi


1. LKPD (unjuk kerja)
2. Rubrik (unjuk kerja)

Kemampuan Membari
Kemampuan
Menjawab / Masukan / Nilai
No Nama Siswa Bertanya
Argumentasi Saran Keterampilan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Aftan

2. Mubarok

3. Harun

4. Qomaruddin

5. Faruq

Pedoman Penskoran:
No Aspek Pedoman Penskoran
Skor 4, apabila selalu bertanya
Kemampuan Skor 3, apabila sering bertanya
1.
Bertanya Skor 2, apabila kadang-kadang bertanya
Skor 1, apabila tidak pernah bertanya
Skor 4, apabila materi / jawaban benar, rasional, dan jelas
Skor 3, apabila materi / jawaban benar, rasional, dan tidak jelas
Kemampuan
Skor 2, apabila materi / jawaban benar, tidak rasional, dan tidak
2. menjawab /
jelas
Argumentasi
Skor 1, apabila materi / jawaban tidak benar, tidak rasional, dan
tidak jelas

Skor 4, apabila selalu memberi masukan/saran


Kemampuan
Skor 3, apabila sering memberi masukan/saran
3. memberi
Skor 2, apabila kadang-kadang memberi masukan/saran
Masukan
Skor 1, apabila tidak pernah memberi masukan/saran

Jumlah Skor yg diperoleh


Nilai Keterampilan = ---------------------------------- x 100
Skor maksimal /12

Anda mungkin juga menyukai