Anda di halaman 1dari 2

Judul 1: Negeri Para Bedebah

Terbit: Juli 2012, Cetakan ke empat Mei 2013

Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama

Tebal: 433 halaman

Harga: Rp 60.000,- (di toko buku Gramedia, atau berdiskon di toko buku lain)

Adalah Thomas atau Tommi yang menjadi tokoh sentral dari keseluruhan cerita. Masa kecilnya kelam.
Orangtuanya meninggal dibakar oleh masyarakat sekitarnya, yang protes karena sebuah "Arisan
Berantai" yang didirikan omnya, Liem Soerja, dan papanya, Edward. Adalah Liem yang berambisi
membangun bisnis keluarga yang besar, yang akhirnya harus kandas di tengah jalan. Edward lebih
kalem, walaupun tetap mengikuti ide Liem. Apakah benar masyarakat sekitar yang tidak puas dengan
bisnis Arisan Berantai tersebut yang membakar rumah Opa (orangtua Edward dan Liem, kakek Thomas)?
Hey, apakah kalian berpikir sesederhana itu? ;)

Thomas yang yatim piatu akhirnya dikirim oleh para tetangganya ke sebuah sekolah berasrama terpencil
di dekat pantai. Sekolah yang mengubah hidupnya secara total. Thomas yang sedih dan sakit hati
berubah menjadi Thomas yang pintar, gagah, tampan, dan berhasil menyelesaikan sekolah masternya di
luar negeri. Master dalam bidang ekonomi bisnis, sekaligus master dalam bidang politik. Bisa kalian
bayangkan bagaimana ia mondar-mandir di dua jurusan berbeda, melahap semua buku pelajaran
dengan ganas, belajar "berbicara" di depan banyak orang secara persuasif, melatih gestur dan sapuan
pandangan ke seluruh hadirin untuk memberikan efek menghipnosis.

Thomas yang berusia 33 tahun kini memiliki sebuah kantor konsultan keuangan yang sangat terkenal.
Tak pernah salah memberikan nasihat keuangan kepada semua perusahaan kliennya. Ia amat
berpengaruh. Tegas, cerdas, akurat, penuh perhitungan, dan... JOMBLO! Wohooooo. No time for any
woman, Tommi? ;)

Kalian tak akan percaya bahwa setting waktu dalam novel pertama ini hanyalah dua hari. Iya, HANYA
DUA HARI. Bagaimana bisa sebuah novel setebal 433 halaman mengisahkan seluruh rangkaian cerita
yang begitu rumit selama HANYA DUA HARI?
Kuncinya ada di alur ceritanya yang sangat rapat, padat, dan cepat. Dua hari adalah waktu yang cukup
singkat bagi Thomas untuk menyelamatkan Bank Semesta, bank milik Om Liem. Bank bermasalah yang
harusnya sejak 6 tahun lalu ditutup itu memiliki banyak kasus hukum. Apalagi Om Liem, memiliki catatan
gelap hukum yang tak terbilang banyaknya.

Ketika membaca novel ini, aku beberapa kali ikut tegang, ikut menerka-nerka siapa dalang di balik
kejadian tersebut, apa yang akan dilakukan Thomas selanjutnya, akankah "uang" yang (lagi-lagi) bicara
dan mampu menyelesaikan masalah? Thomas terbang dari dan ke Jakarta, Hong Kong, Bali, dan
berbagai tempat lain dalam hitungan jam, bukan hari. Terlalu banyak "urusan penting" yang harus
diselesaikannya untuk mati-matian menyelamatkan Bank Semesta.

Apakah ada yang berpikir kasus dalam novel ini mirip dengan kasus Bank Century yang sampai sekarang
terus saja diselidiki tanpa ada ujungnya? Jika ada yang menjawab iya, maka kalian mirip denganku. Aku
juga mereka-reka demikian. Mirip, walau tak serupa. Aku agak kecewa awalnya mengapa Tere Liye tidak
membuat sebuah cerita yang "baru", yang orisinil miliknya? Mengapa harus mengadaptasi dari kejadian
asli di negeri ini, negeri pada bedebah, Indonesia? Namun, protesku tenggelam begitu saja seiring aku
terus membaca kisahnya yang mengalir hingga tuntas. Bagaimana sepak terjang Thomas menemui ibu
menteri keuangan, melobi petinggi partai, menyumpal mulut para bedebah di kepolisian, dan beberapa
kali kabur dari penjara, demi menyelamatkan Bank Semesta? Apakah Bank Semesta akhirnya ditutup
atau justru diselamatkan pemerintah? Baca donk ah

Anda mungkin juga menyukai