Anda di halaman 1dari 3

RESUME KULIAH UMUM KPK

PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Kelompok 7 - PDB A62


 AZ Zahra Nadya Putri (013221122)
 Mery Normarisa (112221076)
 Azlin Huwaida Azzahra (122221091)
 Gede Sebastian (132221246)
 Roichatul Jannah (144221043)
 Aisha Bella Calvina (151221232)
 Johanes Riski Tri Nugroho (171221038)
 Izzah Fadhilah Robbani (181221089)

Perbedaan itu bisa terjadi karena diri kita sendiri. Namun, perbedaan tidak boleh
menjadi pemicu dari permasalahan. Dengan adanya perbedaan, masyarakat harus
semakin berpikir bahwa kepentingan bersama merupakan hal yang utama. Kepentingan
bersama tersebut terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea ke-4
yang berbunyi “...melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial,...”.
Di samping itu, pemerintah Indonesia memiliki program unggulan yang akan
diwujudkan pada 2023 dalam membangun integritas politik bangsa dan antikorupsi,
yaitu program paku integritas, desa antikorupsi, politik cerdas berintegritas, serta jelajah
negeri bangun antikorupsi. Korupsi merupakan musuh terbesar bangsa Indonesia di era
sekarang, selain bencana alam dan narkotika. Permasalahan korupsi merupakan hal
yang sulit untuk diselesaikan dibandingkan dengan penjajahan karena berasal dari
dalam negeri itu sendiri.
Dikarenakan maraknya korupsi di Indonesia, muncullah lembaga KPK yang
bertugas untuk memberantas korupsi. Namun, jika hanya KPK saja maka tidak akan
efektif sehingga butuh bantuan dari masyarakat yang merupakan unsur penting dalam
memberantas korupsi. Dunia ini tidak rusak karena pelaku kejahatan, tetapi ada karena
kita yang hanya menonton tanpa melakukan apa-apa. Sama halnya dengan korupsi, jika
dilihat saja tidak akan selesai masalahnya karena korupsi adalah kejahatan yang
melawan kemanusiaan yang bisa terjadi diberbagai sektor terutama sektor publik.
Ada 3 faktor utama yang menyebabkan terjadinya tidak pidana korupsi yaitu,
Gone Theory by Jack Bologne (keserakahan, kesempatan, kebutuhan, dan hukuman
pada pelaku korupsi yang rendah), Corruption by System (gagalnya sistem membuat
peluang, buruknya sistem membuat orang cenderung, dan lemahnya sistem membuat
orang ingin berbuat korupsi), serta Lack of Integrity (kekuasaan). Maka dari itu, ada
beberapa strategi pencegahan korupsi yang bisa dilakukan, seperti public education,
preventif approach, law enforcement approach, dan semua strageti dilakukan dengan
melibatkan partisipasi politik dengan visi, misi, dan tujuan bangsa yang jelas.
Pemberantasan korupsi memerlukan orkestrasi atau keselarasan untuk
menciptakan integrasi nasional. Dalam hal ini, keterlibatan unsur politik selain lembaga
KPK, seperti partai politik juga sangat penting karena dapat menguasai suara rakyat,
melahirkan wakil rakyat, menghasilkan para pemimpin, serta menyusun seluruh
regulasi, produk hukum, dan politik hukum negara.
Beberapa perilaku yang termasuk dalam tindakan korupsi menurut Indeks
Perilaku Anti Korupsi (IPAK) adalah penyuapan atau gratifikasi, nepotisme, dan
pemerasan. Jika ada pengajuan keterlibatan atau penuntutan dalam korupsi, maka akan
ditindak oleh KPK dengan dilakukan penyelidikan dan penyidikan. Kemudian jika
terdapat indikator kebenaran, akan dilakukan persidangan sebagai tersangka dan akan
dilakukan peneksekusian hukuman sesuai penetapan sidang.

Referensi:
Aslam, N. 2022. Pencegahan Korupsi di Sektor BUMN dalam Perspektif Pelayanan
Publik di Indonesia. Integritas: Jurnal Antikorupsi, 7(2), 359–372.
https://doi.org/10.32697/integritas.v7i2.818. Diakses pada
https://jurnal.kpk.go.id/index.php/integritas/article/view/818, 6 Oktober 2022.
Badan Pusat Statistik. 2020. “Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK)”. Diakses pada
https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/indikator/1121, 6 Oktober 2022.
Republik Indonesia. 1945. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai