COVER................................................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................................ ix
ABSTRACT ....................................................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xvi
BAB I .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang. ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 5
1.4.1 Tujuan Umum .................................................................................................. 5
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian. ....................................................................................................... 6
1.5.1 Bagi Peneliti ...................................................................................................... 6
1.5.2 Bagi Perusahaan............................................................................................... 7
1.5.3 Bagi Universitas................................................................................................ 7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian. .......................................................................................... 7
BAB II ................................................................................................................................ 8
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 8
2.1 Ganggguan Pendengaran. ............................................................................................ 8
2.1.1 Anatomi terlinga. ............................................................................................. 8
2.1.2 Mekanisme Gangguan Pendengaran............................................................ 13
2.1.3 Klasifikasi gangguan pendengaran. ............................................................. 15
2.1.4 Pemeriksaan Pendengaran. ........................................................................... 16
2.1.5 Diagnosis. ........................................................................................................ 17
2.1.6 Pengendalian Ganguan Pendengaran. ......................................................... 20
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Pendengaran. .......................................... 22
xi
xii
xiii
xiv
xv
xvi
PENDAHULUAN
35%. (European Agency for Safety and Health at Work, 2008c dalam
Primadona, 2012). Sebuah survei yang dilakukan oleh Standar Industrian
Clasifficastion tahun 1987, industri logam primer menduduki peringkat kedua
dengan presentase 32.7% dari total seluruh pekerja terpajan kebisingan.
(National Safety Council, 2012).
Gangguan pendengaran akibat kebisingan dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain intensitas kebisingan, lama paparan kebisingan, genetik, masa
kerja, umur, penggunaan obat – obatan ototoksik, pemakaian alat pelindung
telinga dan paparan asap rokok (WHO, 2015)
Penelitian di PT Indonesia Power UPB Semarang terkait intensitas
kebisingan, lama kerja, masa kerja dan umur, dan penggunaan alat pelindung
diri berhubungan dengan gangguan pendengaran akibat kebisingan (Rizqi
Septiana & Widowati, 2017). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Rifqi di PT Acryl Textile Mills menunjukan terdapat hubungan
antara umur, masa kerja, status merokok dan alat pelindung telinga dengan
gangguan pendengaran (Rifqi, 2018). Penelitian dengan metode Case Control
yang dilakukan oleh Wulan Ayu di PT Heinz ABC Indonesia – Daan Mogot
menunjukan terdapat hubungan antara umur dengan gangguan pendengaran
(Pratiwi, 2019).
PT X Jakarta Timur adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
manufaktur dengan sub bidang onderdil motor penghasil bearing di Indonesia.
Di PT X terdapat proses produksi dengan menggunakan mesin semi automatic
dan manusia sehingga terdapat potensi bahaya salah satunya kebisingan. Lokasi
produksi bernama Ring Production menghasilkan suara bising dengan intensitas
90 dB dikarenakan benturan hasil ring yang terbuat dari logam yang sudah di
grinding dengan ring yang ada di bawahnya sehingga kebisingan dengan
intensitas yang cukup tinggi ini bersifat continou. Selain itu bahaya kebisingan
terdapat pada hampir semua area produksi dikarenakan mesin yang grinda yang
beroprasi nonstop dengan jumlah yang banyak dalam satu lokasi.
TINJAUAN PUSTAKA
.
Sumber : anatomi tubuh manusia, daniel S Wibowo.
4. Syaraf Pendengaran
Syaraf pendengaran (nervus auditorius) terdiri dari dua
bagian, yaitu bagian vestibuler (keseimbangan) dan bagian
koklearis (pendengaran). Bagian vestibuler berhubungan dengan
keseimbangan tubuh. Serabut-serabut syaraf ini bergerak menuju
nukleus vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara
pons dan medulla oblongata, kemudian bergerak menuju
cerebelum. Bagian koklearis pada nervus auditorius adalah
syaraf pendengaran yang sebenarnya. Serabut-serabut syaraf ini
mula-mula bergerak menuju sebuah nukleus khusus tepat di
belakang talamus, kemudian bergerak menuju pusat penerima
akhir dalam korteks otak yang terletak pada bagian bawah lobus
temporalis. Cedera pada syaraf bagian koklearis akan berakibat
ketulian, sementara pada bagian vestibularis akan berakibat
vertigo dan ataksia (Pearce, 1983).
2.1.2 Mekanisme Gangguan Pendengaran.
a. Patofisiologis Gangguan Pendengaran.
Mekanisme yang mendasari gangguan pendengaran akibat
kebisingan diduga berupa adanya stres mekanis dan metabolik pada
organ sensorik auditorik bersamaan dengan kerusakan sel sensorik
atau bahkan kerusakan total organ corti di dalam koklea (Trung N,
Straatman LV, Lea J, 2017). Kehilangan sel sensorik pada daerah
yang sesuai dengan frekuensi yang terlibat adalah penyebab
gangguan pendengaran akibat kebisingan yang paling penting.
Kepekaan terhadap stres pada sel rambut luar ini berada dalam
kisaran 0-50 dB, sedangkan untuk sel rambut dalam diatas 50 dB.
Biasanya dengan terjadinya Temporary Threshold Shift (TTS), ada
kerusakan bermakna pada sel rambut luar. Frekuensi yang sangat
tinggi lebih dari 8 kHz memengaruhi dasar koklea.
1. Proses Mekanis.
Berbagai proses mekanis yang dapat menyebabkan
kerusakan sel rambut akibat pajanan terhadap bising meliputi:
a) Aliran yang kuat pada sekat koklea dapat menyebabkan
robeknya membran reissner Sehingga cairan dalam
endolimfe dan perilimfe bercampur yang mengakibatkan
kerusakan sel rambut.
b) Gerakan membran basilar yang kuat dapat langsung
merusak sel rambut dengan merusak organ corti atau
merobek membran basilar.
Proses diatas biasanya dapat dilihat ppada pajanan
terhadap bising dengan intensitas tinggi dan gangguan
pendengaran akbat kerja terjadi dengan cepat.
2. Proses Metabolik.
Proses Metabolik yang dapat merusak sel rambut akibat
pajanan terhadap bising meliputi:
a) Pembentukan vesikel dan vakuol didalam retikulum
endoplasma sel rambut serta pembengkakan mitokondria
dapat berlanjut menjadi robek nya membran sel dan
hilangnya sel rambut.
b) Kehilangan sel rambut mungkin mungkin disebabkan
kelelahan metabolik akibat gangguan enzim yang esensial
untuk produksi energi, biosintesis protein dan
pengangkutan ion.
c) Cedera stria vaksularis menyebabkan gangguan kadar
Na, K, dan ATP. Hal ini menyebabkan hambatan proses
transpor aktif dan pemakaian energi oleh sel sensorik.
Kerusakan sel sensorik menimbulkan lesi kecil pada
membran retikular bersamaan dengan percampuran