Anda di halaman 1dari 2

NAMA : MAZAYA ARDIANTY

KELAS : XII MIPA 4

KRITIK SASTRA NOVEL NEGERI 5 MENARA


Karya Ahmad Fuadi

Novel ini mengisahkan tentang seorang anak MTSN yang dipaksa masuk ke
pondok pesantren oleh orang tuanya, kemudian diwajibkan mengikuti aturan-aturan
pondok, dimana bila melanggar maka hukumannya adalah malah dia sendiri yang
disuruh mencari kesalahan orang kemudian dicatat dalam kartu khusus.

Nama anak itu Alif Fikri, dia adalah salah satu penghuni Pondok Madani yang
mengalami kejadian itu, menjadi jasus atau mata-mata di dalam pondok karena tanpa
sengaja terlambat 5 menit datang ke masjid bersama 5 temannya Raja, Said, Dulmajid,
Atang dan Baso.

Masuk pondok pesantren bukanlah sepenuhnya kemauan Alif, setelah lulus dari
Madrasah Tsanawiyah Alif bercita-cita melanjutkan sekolah SMA, tapi karena
orangtuanya ingin agar anaknya menjadi seperti Buya Hamka, walau Alif sendiri ingin
menjadi seperti Habibie mau tidak mau, dengan setengah hati Alif mengikuti kemauan
orang tua.

Kisah Alif Fikri yang tinggal di Pondok, membuat pembaca mengetahui bahwa
bersekolah di pondok itu tidak monoton belajar tentang agama saja, membaca dan
menghafal Al Qur’an saja, tetapi lebih kepada penerapan kehidupan sehari-hari seperti
sekolah umum lainnya dengan tetap mengedepankan dasar / syariat agama Islam. Di
novel ini dilukiskan Tinggal di pondok selain bisa tetap menyalurkan hobbi, Alif dan
kelima kawannya bersama-sama dengan segala kemampuannya bersusah payah
mengejar impian mereka masing-masing. Seperti halnya Baso yang datang ke Pondok
dengan niat menghafal Al-Quran, maka selain mengikuti kegiatan pelajaran umum,
kemana-mana dia juga membawa buku favoritnya yakni Al Quran butut! Juga
bagaimana gembiranya Alif, meski memiliki ukuran tubuh tidak terlalu tinggi seperti
kebanyakan pemain sepak bola, Alif masih bisa menyalurkan bakat bermain sepak
bolanya walau setiap bertanding hanya pasrah sebagai pemain cadangan.

Novel Negeri 5 Menara ini dibungkus dengan bahasa yang mudah dicerna.
Bahasanya tidak membungungkan pembaca. Bila pembaca bingung membayangkan
pada bab ke 4 yang berjudul ‘Kampung di Atas Kabut’ yang menceritakan seluk beluk
dalamnya Pondok Madani, maka dibuku itu telah dilengkapi sketsa peta atau tata letak
gedung di dalam Pondok. Sayangnya peta itu tidak dibuatkan halaman tersendiri tetapi
ditaruh di bagian belakang cover. Maka bila buku itu tidak disampul rapi, maka siap-
siap saja peta itu akan kabur dari penglihatan.
Novel ini memperkenalkan matra rahasia 'man jadda wajada'. Sebuah pepatah
Arab yang berarti, “siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses”. Pesan itu
disampaikan lewat pelajaran yang diperoleh para tokoh dalam novel. Pelajaran bahwa
apa pun mungkin diraih selama didukung usaha dan doa. Jangan pernah remehkan
mimpi, setinggi apa pun. Sungguh Tuhan Maha mendengar.

Membaca novel ini bagaikan menikmati laporan jurnalistik seorang wartawan


kawakan. Begitu detail. Beberapa nama tempat dan fakta yang disebut otentik. Kita
seperti dibawa bertamasya secara spiritual, dari Bukittinggi yang permai hingga
Washington yang bersalju. Dari Pondok Madani yang ajaib hingga Trafalgar Square yang
meremangkan bulu roma.

Novel  Negeri 5 Menara ini sangat cocok menjadi panduan Orangtua yang sedang
bingung memasukkan putra-putri nya dalam melanjutkan sekolah ke tingkat lebih
tinggi. Barangkali saja, dengan membaca novel ini para Orangtua bisa dengan serta
merta membuang image buruk tentang sekolah agama, yaitu Pondok pesantren. Dan
barangkali saja dengan membaca kisah sukses Alif menjalani kehidupan yang jauh dari
orang tua, seorang anak bisa lebih hidup mandiri dengan kemampuannya sendiri
dengan pegangan mantra sakti ‘Man Jadda Wajada’. Bagi murid yang sedang menimba
ilmu baik yang dipondok maupun di sekolah umum, buku ini juga bisa digunakan
pegangan karena didalam buku itu menyimpan banyak tips dan trik ketika menghadapi
ujian.

Sayangnya buku ini datang setelah Laskar Pelangi jadi terkesan agak
'membuntuti', bahkan bisa dibilang bahwa nilai yang diangkat sangat mirip dengan
laskar pelangi bahkan setting novel ini jadi agak mirip dengan setting Harry Potter tapi
pengarang berhasil menghantarkan begitu banyak detil, dari sekolah PM Madani sampai
keseharian masing-masing sahibul menara plus keseluruhan penduduk pondokan.

Negeri 5 Menara menampilkan sisi kehidupan berbeda yang mungkin tidak


pernah kita tahu, kehidupan pondok dan pola pendidikan disana. Selain itu negeri 5
menara juga menampilkan sisi-sisi manusiawi yang sering kita rasakan, dan disini kita
akan mendapatkan sebuah solusi yang bijaksana yang mungkin bisa menginspirasi kita.
Yang jelas novel ini sangat cocok untuk para pemimpi sejati. 

Anda mungkin juga menyukai