Anda di halaman 1dari 8

22

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan

Oktober 2018, dengan lokasi kebun botani laboraturium Universitas Islam

Negeri (UIN) Raden Fatah di Jl. Prof . K. H. Zainal Abidin Fikry No.1 Km

3,5 Palembang.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan yaitu alat tulis, kamera, kertas label, mistar,

timbangan digital, sekop, dan karung.

2. Bahan
Bahan yang digunakan diantaranya adalah bibit cabai rawit

(Capsicum frutescens L.), tanah pupuk kandang, polybag ukuran 30 x 30

cm serta ampas teh yang diperolah dari pabrik botol sosro PT.Sinar Sosro

Palembang.

C. Cara Kerja
Cara kerja dalam penelitian sebagai berikut:

1. Persiapan Ampas Teh


Ampas teh diambil dari pabrik teh botol sosro PT.Sinar Sosro Palembang

dijalan camat 1 km 17 sukajadi II Banyuasin, Sumatra Selatan. Sebelum

digunakan ampas teh tersebut diangin-anginkan terlebih dahulu untuk

mengurangi kadar air yang masih terdapat didalam ampas teh. Kemudian

22
23

ampas teh tersebut ditimbang dengan berat masing-masing (80, 100, 120,

140) gram/polybag.

2. Persiapan Media Tanam


Tanah pupuk kandang sebanyak 2 kg/polybag diayak terlebih dahulu,

agar tanah tidak tercampur dan menggumpal. Setelah itu tanah dan ampas

teh ditimbang dengan masing-masing perlakuan (80, 100, 120, 140

gram/polybag) lalu diaduk secara merata dan dimasukkan kedalam

polybag.

3. Penyemaian Bibit
Penyemaian bibit cabai rawit dilakukan didalam wadah. Media

penyemaian bisa menggunakan campuran pasir dan pupuk kandang

dengan perbandingan 1:1. Sebelum dilakukan penyemaian, benih bibit

cabai rawit dibasahi dahulu kemudian benih ditabur kemedia tanam

sedalam 5 cm dan ditutup dengan tanah. Selama penyemaian hindarkan

benih dari cahaya sinar matahari secara langsung, dan dilakukan

penyiraman selama 2 kali sehari. Waktu penyemaian bibit memakan

waktu sampai 2 minggu (Purwono, 2003).

4. Penanaman
Siapkan wadah (polybag) untuk media tanam yang telah diberi perlakuan

(pupuk kandang dan ampas teh). Setelah siap wadah (polybag) untuk

media tanam, pindahkan bibit cabai rawit (Capsicum frutescens L.) yang

telah disemai kedalam polybag, lalu disiram air sampai merata.

5. Pemeliharaan
Peliharaan dilakukan dengan penyiraman satu atau dua kali dalam sehari

yaitu pada setiap pagi dan sore. Apabila media tanam masih basah, maka
24

penyiraman tidak diperlukan lagi. Hartoyo (2009: 24), pemeliharaan

tanaman cabai memerlukan air serta tanaman cabai rawit diberi bahan

organik sebagai pengganti pupuk untuk mempercepat massa pertumbuhan

dan produksi tanaman cabai rawit. Dalam penelitian ini pemberian bahan

organik pengganti pupuk yaitu menggunakan ampas teh. Ampas teh

diberikan pada tanaman cabai rawit dengan masing-masing perlakuan

selama 2 minggu sekali dimulai dari minggu pertama melakukan

penanaman, untuk mendapatkan hasil yang optimal.

D. Paramater Penelitian
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Tinggi batang
Dihitung rata-rata tinggi tanaman dalam setiap perlakuan selama

penelitian. Diukur mulai dari titik tumbuh batang sampai ujung

pertumbuhan batang (Khotimah, 2013).

2. Panjang daun
Dihitung rata-rata pertambahan panjang daun yang tumbuh selama

penelitian pada setiap perlakuan, dilakukan dengan mengukur bagian

daun dari pangkal daun sampai ke ujung daun, diukur dengan mistar

(Khotimah, 2013).

3. Jumlah daun
Dihitung rata-rata banyaknya daun yang tumbuh selama penelitian

pada setiap perlakuan, dengan menghitung jumlah daun yang tumbuh

(Khotimah, 2013).
25

4. Waktu Berbunga
Dihitung umur waktu berbunga tumbuh dari mulai saat tanam

hingga kemunculan buah (Hapsoh, Gusmawartati, Amri, dan Diansyah:

2017).

E. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif karena

data yang dikumpulkan bersifat kuantitatif atau yang dapat diukur dan

dihitung, serta dalam analisis data menggunakan dengan statistik (Yusuf,

2013).

F. Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen melalui pola

Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 5 perlakuan dan 5 kali ulangan

sehingga membentuk percobaan 25 perlakuan. Setiap ulangan terdiri dari 1

tanaman sebagai unit penelitian. Semua variasi ini mendapatkan perlakuan

yang sama sehingga masing-masing variasi memiliki peluang yang besar.

Menurut Hanafiah (2016), Adapun patokan jumlah ulangan dianggap

telah cukup baik bila memenuhi persamaan sebagai berikut:

(t-1) (r-1) ≥ 15

Keterangan: t = Jumlah perlakuan

r = Jumlah ulangan

Berdasarkan persamaan tersebut, maka jumlah pengulangan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

(t-1) (r-1) ≥ 15
26

(5-1) (r-1) ≥ 15

(4) (r-1) ≥ 15

4r-4 ≥ 15

4r = 15+4

r = 19:4

r = 4,75 (Dibulatkan menjadi 5 ulangan)

Tabel 2. (Perlakuan dan Ulangan Pemberian Ampas Teh Terhadap


Pertumbuhan Cabai Rawit (Capsicum frutescens L))

Perlakuan Ulangan Jumlah


1 2 3 4 5 Total
P0 P 0.1 P 0.2 P 0.3 P 0.4 P 0.5
P1 P 1.1 P 1.2 P 1.3 P 1.4 P 1.5
P2 P 2.1 P 2.2 P 2.3 P 2.4 P 2.5 25
P3 P 3.1 P 3.2 P 3.3 P 3.4 P 3.5
P4 P 4.1 P 4.2 P 4.3 P 4.4 P 4.5

Keterangan:
P0 = Kontrol (tanpa campuran ampas teh).
P1 = Tanah 2 kg dan 80 gram campuran ampas teh.
P2 = Tanah 2 kg dan 100 gram campuran ampas teh.
P3 = Tanah 2 kg dan 120 gram campuran ampas teh.
P4 = Tanah 2 kg dan 140 gram campuran ampas teh.

G. Analisis Data
1. Analisis Data Penelitian
Data yang telah diperoleh kemudian akan dihitung secara statistik

menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) untuk menentukan apakah

terdapat pengaruh terhadap perlakuan. Menurut Hanafiah (2016), setelah

mendapatkan hasil dari perlakuan tersebut langsung menggunakan rumus

sebagai berikut:
27

1) Faktor Korelasi (FK)

FK =

2) Jumlah Kuadrat Total (JKT)

JKT = T (Yij2) – FK

3) Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)

JKP = - FK

4) Jumlah Kuadrat Galat (JKG)

JKG = JKT – JKP

Hasil dari perhitungan tersebut disajikan kedalam table sebagai

berikut:

Tabel 3. Analisis Sidik Ragam (Ansira) RAL


Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F F Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah Hitung 5 1
% %
Perlakuan t-1=V1 JKH JKH/V2 KTH/ F (V1’-
KTG* V2)
Galat (rt-1)-(t- JKG JKG/V2
1)=V2
Total rt – 1 JKT
(Sumber: Hanafiah, 2016)

2. Koefisien Keragaman
Menurut Hanafiah (2016, 39), koefesien keragaman merupakan

suatu koefisien derajat kejituan atau kesimpulan hasil yang diperoleh dari

penelitian, rumus percobaan sebagai berikut:

KK = √ X 100%
Secara umum, bisa dikatakan bila KK semakin kecil maka derajat

kejituan akan semakin tinggi keabsahan (validitas) kesimpulan yang


28

diperoleh dari penelitian. Sebagai landasan, bila suatu KK untuk

percobaan di rumah kaca, laboraturium atau di ruang-ruang kontrol

lainnya 5-10%, tetapi jika untuk percobaan di lapangan yaitu 10-20%.

Untuk melihat derajat ketelitian terhadap hasil dari perlakuan, maka dapat

dilihat nilai KK dan macam uji beda yang dipakai, sebagai berikut:

1) Jika KK besar (minimal 10% pada kondisi homogen atau minimal

20% pada kondisi heterogen), uji lanjutan yang dilakukan yaitu

menggunakan uji Duncan.

2) Jika KK Sedang (5-10% pada kondisi homogen atau antara 10-20%

pada kondisi heterogen), maka yang digunakan untuk uji selanjutnya

menggunakan uji BNT (Beda Nyata Terkecil).

3) Jika KK kecil (maksimal 5% pada kondisi homogen dan maksimal

10% pada kondisi heterogen), sebaiknya untuk uji selanjutnya

menggunakan uji BNJ (Beda Nyata Jujur).

Jika H0 ditolak, untuk membedakan pengaruh dari masing-masing

perlakuan dan menentukan perlakuan yang mana untuk menunjukkan beda

jarak nyata, maka selanjutnya menggunakan Uji lanjutan sebagai berikut:

1) Pada parameter tinggi batang dan panjang daun tanaman cabai rawit

(Capsicum frutescens L.) menggunakan Uji Beda Jarak Nyata Duncan

(BJND).

Rumus umum dari BNJD:

BJND α = P α (p,v) x Sӯ

Dimana : α = taraf nyata yang dikehendaki

Pα = nilai P tabel pada taraf yang dikehendaki


29

v = derajat bebas galat

Sӯ = standar eror

Anda mungkin juga menyukai