Anda di halaman 1dari 9

Tugas : Merangkum jurnal mengenai pupuk dan gulma.

Nama : Risma Sulistiawati


Nim : 5009220116
Kelas : D
Prodi / Fakultas : Agribisnis / Pertanian
Mata Kuliah : Dasar Budidaya Tanaman

Penggunaan Pupuk Organik Pada Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solanum


Lycopersicum) Untuk Pelestarian Lingkungan

Penggunaan pupuk, akan sangat menunjang untuk proses pertumbuhan tanaman. Oleh
sebab itu, dalam percobaan ini dilakukan 2 jenis perlakuan, yaitu: (1) penggunaan pupuk
anorganik (pupuk kimia) untuk 8 pohon tanaman tomat, dan (2) penggunaan pupuk organik
juga 8 pohon tanaman tomat , dengan dosis sesuai teori masing-masing pupuk organik = 1,5
kg/pohon untuk pemupukan pertama, dan untuk penggunaan pupuk anorganik (kimia) sesuai
teori = 35 gram/pohon. Pertumbuhan tanaman diamati pada: (1) umur tanaman empat
minggu, (1 bulan) untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan tanaman dengan mengukur
tinggi tanaman, daun, dan lingkaran batang, dan (2) membandingkan jumlah rata-rata buah
yang jadi setiap tangkai sampai dipanen dari masing-masing perlakuan.
 Taksonomi Tanaman Tomat
Divisio : Spermatophyta,
Sub divisio : Angiosperme,
Klas : Dicotyledonae,
Sub klas : Metachlamidae,
Ordo : Tubiflorae,
Famili : Solanaceae,
Genus : Lycopersicum,
Spesies : Lycopersicum esculentum Mill.

Secara morfologi, Rukmana (1994 : 20) menjelaskan bahwa tanaman tomat merupakan
tanaman setahun (annual) atau tahunan (perennial) yang berumur pendek, tetapi umumnya
tumbuh setahun. Tanaman ini berbentuk perdu dengan tinggi tanaman 1 sampai 2 meter,
mempunyai batang lunak dan bulat, mudah patah sewaktu masih muda, tetapi menjadi keras
dan hampir berkayu setelah tua, dan seluruh batangnya ditumbuhi bulu halus serta bercabang
banyak. Berdasarkan bentuk buahnya, Rukmana (1994 : 21) menjelaskan bahwa beberapa
jenis diantaranya adalah : (1) Tomat biasa (L commune) bentuk buahnya bulat pipih, tidak
teratur dan sedikit beralur terutama dekat tangkainya. (2) Tomat apel (L pyriforme) bentuk
buanya bulat dan sedikit keras seperti buah apel. (3) Tomat kentang (L grandifolium) bentuk
buahnya bulat besar ukurannya lebih besar dari pada tomat apel. (4) Tomat keriting (L
validum) bentuk buahnya agak lonjong, keras, dan daunnya rimbun serta keriting berwarna
hijau kelam. (5) Tomat cherry (L cerasiforme) bentuk buahnya bulat atau bulat panjang
berwarna merah atau kuning kalau sudah matang, dan ukuran buahnya kecil-kecil.
Rukmana (1994 : 33) menjelaskan bahwa syarat tumbuh tanaman tomat harus memenuhi
dua unsur, yaitu syarat iklim dan syarat tanah. Syarat iklim, tanaman tomat cocok dengan
temperatur siang hari sekitar 24o C dan pada malam hari antara 15o – 20o C. Temperatur
sangat berpengaruh terhadap tanaman tomat dan perbedaan temperatur antara malam hari dan
siang hari yang terlalu tinggi mengakibatkan rendahnya pembentukan bunga dan buah.
Demikian juga pada temperatur tinggi di atas 32o C berpengaruh terhadap buah tomat dan
biasanya warnah buah cenderung kuning, sedang pada temperatur yang tidak stabil
mengakibatkan warna buah tidak merata. Olehnya itu, temperatur yang ideal dan berpengaruh
baik terhadap buah tomat adalah antara 24o – 28o C umumnya warna buah akan merah
merata.

 Penanaman
Waktu penanaman yang paling baik adalah sekitar dua bulan sebelum musim penghujan
berakhir, atau sekitar bulan Maret agar waktu berbuah tepat pada musim kemarau. Bibit
tomat yang sudah dipersiapkan di pesemaian yang dihambur pada saat memulai pengolahan
lahan, diperkirakan sudah berusia satu bulan, atau paling cepat berusia sekitar tiga minggu
dipindahkan ke lubang tanaman yang sudah dipersiapkan. Teknik yang baik untuk
memindahkan bibit, sedapat mungkin tanah tempat akar tumbuhan melekat tidak terganggu
saat dipindahkan.
Rukmana (1994 : 40) menjelaskan bahwa jika memakai pupuk organik (pupuk kandang),
dosis yang digunakan adalah 1,5 kg pupuk kandang untuk setiap lubang tanaman, dicampur
dengan tanah secara merata sebelum dimasukkan ke dalam lubang tanaman. Jika memakai
pupuk anorganik (pupuk kimia), oleh Rukmana (1994 : 49) mengutip tabel penggunaan
pupuk sebagai berikut :

Jenis Pupuk Pupuk Dasar Pemupukan susulan Total


I II III

ZA 10 10 10 10 40
Urea 5 5 5 5 20
TSP 10 5 10 5 30
KCL 10 5 10 10 35
Total 35 25 35 30 125

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan


(observasi) terhadap pertumbuhan tanaman tomat (Solanum lycopersicum) setelah tanaman:
(1) berumur 4 minggu, terhadap tinggi tanaman, daun, dan lingkaran batang dari masing-
masing perlakuan, dan (2) setelah berbuah untuk membandingkan jumlah rata-rata buah yang
jadi setiap tangkai sampai dipanen. Variabel penelitian ini, adalah Variabel X1, yaitu Hasil
observasi terhadap tinggi rata-rata, lebar daun rata-rata, dan lingkaran batang rata-rata
tanaman perlakuan (1), variabel X2 hasil observasi terhadap jumlah buah/tangkai tanaman
perlakuan (1). Kemudian variabel Y1 yaitu hasil observasi terhadap tinggi rata-rata, lebar
daun rata-rata, dan lingkaran batang rata-rata tanaman perlakuan (2), serta variabel Y2 hasil
observasi terhadap jumlah buah/tangkai tanaman perlakuan (2).

 Kesimpulan
Variabel X1 dan Y1 telah dianalisis dengan teknik analisis Pariet Samples T-Test untuk
menguji perbedaan dua kali pengukuran dari dua perlakuan, Hasil pengujian menunjukkan
bahwa Sig. (2 tailed) Siginifikansi sebesar 0,65 > 0,05, artinya tidak ada perbedaan yang
signifikan antara variabel X1 dengan variabel Y1. Namun demikian, hasil pengujian secara
deskriptif, menunjukkan bahwa perlakuan 1 lebih baik dari pada nilai perlakuan 2. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa pemakain pupuk organik lebih baik untuk merangsang
pertumbuhan tanaman tomat dari pada pemakaian pupuk anorganik dilihat dari tinggi
tanaman, lebar daun dan lingkaran batang.

Variabel X2 dan Y2 telah dianalisis dengan teknik analisis Pariet Samples T-Test untuk
menguji perbedaan dua kali pengukuran dari dua perlakuan, Hasil pengujian menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara variabel X2 dengan variabel Y2. Demikian juga
hasil pengujian secara deskriptif, menunjukkan bahwa nilai perlakuan 1 lebih baik dari pada
nilai perlakuan 2. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemakain pupuk organik lebih
baik untuk merangsang pertumbuhan tanaman tomat dari pada pemakaian pupuk anorganik,
dilihat dari jumlah buah/tangkai.
PENGARUH JENIS PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL TANAMAN SAWI PAGODA (Brassicaee narinosa L.)

Produksi sawi pagoda pada saat ini masih terbatas, sedangkan kebutuhan pasar semakin
meningkat. Salah satu upaya peningkatan hasil dan produktivitas tanaman sawi pagoda yaitu
pemupukan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan ketersediaan unsur hara
dalam tanah sehingga pertumbuhan tanaman lebih produktif.
Salah satu unsur hara yang sangat berperan pada pertumbuhan daun adalah Nitrogen (N).
Sumber hara N yang banyak digunakan adalah Urea. Pemberian dosis urea yang optimal pada
tanaman akan menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman sawi.
Pemupukan tanaman sawi selain menggunakan pupuk urea dapat juga menggunakan pupuk
NPK dan pupuk daun Gandasil D. Pupuk NPK mengandung unsur hara nitrogen, posfor, dan
kalium dan baik untuk mendukung masa pertumbuhan tanaman dan unsur hara yang
disumbangkan dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pupuk daun Gandasil D
mengandung unsur hara nitrogen, posfor, dan kalium yang dilarutkan dalam air sehingga
dapat dengan mudah diserap dan ditranslokasikan keseluruh bagian tanaman, dan mampu
mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
 Persiapan lahan
Tanah yang digunakan untuk media persemaian berupa tanah top soil yaitu tanah lapisan atas
yang telah dibersihkan dari kotoran seperti gulma, akar, dan dedaunan kering.
 Penanaman
Benih disemai di tray semai sampai berumur 2 minggu. Pengisian media tanam dilakukan
pada polibag ukuran 30 x 30 cm, tanah yang digunakan adalah tanah top soil dicampur
dengan kompos dengan perbandingan 2 : 1, jarak antar polibag adalah 25 cm dan jarak antar
barisan yaitu 25 cm. Pemberian label pada polibag dilakukan satu hari sebelum pemberian
perlakuan.
 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan, pengendalian hama dan
pengendalian penyakit dan pemanenan dilakukan pada umur 45 hari setelah tanam.
 Perlakuan pupuk
Frekuensi pemberian pupuk NPK mutiara dan pupuk urea dilakukan setelah 1 MST.
Pupuk NPK mutiara, pupuk urea dan pupuk Gandasil D diberikan setelah tanaman
dipindah tanam ke polibag.
 Pengamatan
Variabel utama meliputi: tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), warna daun, panjang akar
(cm), lingkar tanaman (cm), berat segar (gram), berat kering (gram), dan luas daun (cm2).
 Tinggi tanaman

Pertumbuhan tinggi tanaman yang optimal pada sawi disebabkan oleh penyerapan faktor
nutrisi yang optimal khususnya penyerapan unsur hara nitrogen dan kalium yang
bermanfaat bagi tinggi tanaman sawi. Hal tersebut menunjukkan dosis pupuk Urea 333
Kg Ha-1 mampu menyuplai nitrogen sesuai jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
sawi pagoda.
 Jumlah daun

Tabel 2 menunjukan perlakuan P2 (NPK Mutiara 388 Kg Ha-1) memberikan jumlah daun
terbanyak selama 4 kali pengamatan yaitu sebesar 13 helai daun. Hal ini disebabkan
kandungan pada pupuk NPK mutiara yaitu unsur posfor (P) berperan dalam pembentukan
ATP yang digunakan untuk pertumbuhan sel dan unsur kalium (K) berperan sebagai
aktivator enzim yang terlibat dalam proses sintesis protein dan karbohidrat. Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun yaitu ketersediaan air, nutrisi, dan cahaya
matahari untuk melakukan proses fotosintesis.
 Warna daun
Pertumbuhan tanaman yang diindikasikan warna daun berkaitan erat dengan zat hara yang
diserap tanaman dan jumlah air pada media yang melarutkan unsur hara tersebut
 Panjang akar
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan akar adalah unsur hara posfor (P), karena selain
berfungsi sebagai perangsang buah dan biji unsur hara ini juga berperan dalam perkembangan
sistem perakaran tanaman. Faktor yang mempengaruhi pola penyebaran akar adalah suhu
tanah, aerasi, ketersediaan air, dan ketersediaan unsur hara.

 Lingkar tanaman
Nitrogen berperan dalam proses pertumbuhan tanaman sawi seperti tinggi tanaman, jumlah
daun, diameter batang, luas daun, berat segar tanaman, dan berat kering. Penyerapan unsur N
oleh akar tanaman akan menyebabkan peningkatan jumlah daun karena proses fotosintesis
berlangsung pada daun sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan batang dan luas daun.
Jumlah daun dan luas daun meningkat maka diameter tanaman akan besar.
Berat segar tanaman sawi dipengaruhi oleh diameter batang, kandungan air yang banyak dan
unsur hara yang terserap oleh daun tanaman pada saat proses metabolisme terjadi.
Produktivitas tanaman sawi pagoda dengan pemberian berbagai jenis pupuk anorganik.
Pemberian nitrogen pada dosis yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman,
meningkatkan metabolisme tanaman, pembentukan protein, karbohidrat, pembentukan
klorofil yang menyebabkan warna daun menjadi lebih hijau, dan meningkatkan ratio pucuk
akar, akibatnya pertumbuhan dan produksi tanaman meningkat.
 Berat kering
Berat kering tanaman sawi menunjukkan unsur hara yang disintesis, optimalisasi unsur hara
yang disintesis oleh tanaman sawi berdampak pada jumlah helai daun dan ukuran daun
tanaman sawi. Ukuran daun yang besar dan jumlah helai daun yang banyak menandakan
optimalnya sintesis unsur hara dan peningkatan bahan kering yang lebih banyak. Peningkatan
pertumbuhan organ vegetatif seperti peningkatan jumlah daun, penambahan tinggi tanaman,
serta pemanjangan akar dan efisiensi distribusi asimilat ke bagian-bagian tanaman akan
berdampak pada peningkatan bobot kering yang terbentuk.
 Kesimpulan
1. Pemberian beberapa jenis pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
sawi pagoda memberikan pertumbuhan dan hasil yang optimal pada parameter tinggi
tanaman, jumlah daun, warna daun, panjang akar, diameter tanaman, berat segar, dan
berat kering tanaman sawi pagoda dan pertumbuhan yang paling optimal pada
parameter luas daun sebesar 33,91 cm2.
2. Respon tanaman dalam penyerapan pupuk anorganik yang optimal untuk
pertumbuhan berat segar, berat kering, diameter tanaman dan luas daun adalah
perlakuan dengan pemberian pupuk urea dengan dosis 333 Kg Ha-1.
PENGARUH PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum Frutescens. L) DI DESA BENGO
KECAMATAN BENGO KABUPATEN BONE

Indonesia dikenal sebagai negara agraris sehingga sektor pertanian menjadi andalan utama
dimana salah satu tanaman unggulannya adalah tanaman cabai rawit yang merupakan
tanaman hortikultura yang multifungsi digunakan sebagai bumbu masak, sambal, bahan
campuran obat- obatan serta kandungan senyawa anti kanker, anti mikroba. Permintaan
tanaman cabai rawit di sulawesi selatan khususnya Kabupaten Bone setiap tahunnya
meningkat bahkan sampai pada kebutuhan ekspor. Oleh karena itu, peluang pengembangan
usaha agribisnis khusunya tanaman cabai rawit sangat terbuka luas.

Adapun tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai jenis pupuk
kandang terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk
kandang kambing berpengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan bobot buah per tanaman
dimana menghasilkan produksi tanaman cabai rawit kualitas yang sangat baik dengan nilai
tertinggi. kandang ayam dosis 20 t ha-1 menghasilkan tinggi tanaman yaitu 45,8 cm, jumlah
cabang vegetatif yaitu 9,3 batang, jumlah cabang produktif yaitu 22,0. Sedangkan pupuk
kandang kambing dosis 20 t ha-1menghasilkan umur berbunga yaitu 61,3 hari, jumlah buah
per pohon yaitu 181,9 buah, bobot buah segar per petak yaitu 9.0 kg.
Hasil uji beda nyata jujur taraf 0,05 pada tabel 1, menunjukkan bahwa perlakuan
pupuk kandang ayam (P4) menghasilkan rata-rata tinggi tanaman ter-tinggi yaitu 45,8 cm,
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan tanpa pupuk kandang (kontrol) (P0)
menghasilkan rata-rata tinggi tanaman terendah yaitu 34,7 cm pada umur 28 hari setelah
tanam (HST).
Hasil uji beda nyata jujur taraf 0,05 pada tabel 2, menunjukkan bahwa perlakuan
pupuk kandang ayam (P4) menghasilkan rata-rata jumlah cabang vegetatif tertinggi yaitu (9,3
batang), berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan tanpa pupuk kandang (kontrol)
(P0) menghasilkan rata-
rata jumlah cabang vegetatif terendah yaitu 2,3 batang per tanaman.
perlakuan pupuk kandang ayam (P4) menghasilkan rata-rata jumlah cabang produktif
tertinggi yaitu (22,0 batang), berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan tanpa pupuk
kandang (kontrol) (P0) menghasilkan rata-rata jumlah cabang produktif terendah yaitu 5,0
batang per tanaman.
Perlakuan pupuk kandang ayam (P4) menghasilkan rata-rata jumlah cabang produktif
tertinggi yaitu (22,0 batang), berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk kandang kuda
(P3). Perlakuan tanpa pupuk kandang (kontrol) (P0) menghasilkan rata-rata jumlah cabang
produktif terendah yaitu (5,0 batang).
Perlakuan pupuk kandang kambing (P2) menghasilkan rata-rata umur berbunga
tercepat yaitu 67,7 hari, berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang sapi (P1). Perlakuan
tanpa pupuk kandang (kontrol) (P0) menghasilkan rata-rata umur berbunga terlambat yaitu
70,0 hari, dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk kuda (P3) pada tanaman cabe
rawit.
perlakuan pupuk kambing (P2) menghasilkan rata-rata jumlah buah per ohon tertinggi
yaitu 181,1 buah, berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan tanpa pupuk kandang
(kontrol) (P0) menghasilkan rata-rata jumlah buah per pohon terendah yaitu 76,3 pada
tanamn cabai rawit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang ayam menghasilkan
rata-rata tinggi tanaman tertinggi yaitu 45,8 cm, jumlah cabang vegetatif tertinggi yaitu 9,3,
jumlah cabang produktif tertinggi yaitu (22,0 batang) . Pupuk kandang ayam memberikan
suplai hara makro yang lebih tinggi dibandingkan dengan tiga jenis pupuk lainnya. Rasio C/N
pada pupuk kandang ayam lebih rendah sehingga unsur hara yang terkandung di dalam pupuk
kandang ayam lebih cepat diserap oleh akar tanaman
perlakuan pupuk kandang kambing menghasilkan rata-rata umur berbunga tercepat
yaitu 67,7 hari (P3) , jumlah buah per pohon tertinggi yaitu 181,9 (P2) buah, bobot buah
segar per petak tertinggi yaitu 9,0 kg, konversi bobot buah segar per hektar yaitu 14,9 ton.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang kambing dapat meningkatkan tinggi
jumlah cabang produktif, jumlah buah per tanaman,bobot buah per tanaman dan bobot buah
per petak. Dimana dengan penambahan pupuk organik dapat memenuhi kebutuhan hara
tanaman
Pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk kandang kambing yang dapat memenuhi
kebutuhan hara tanaman cabai rawit dimana pemberian pupuk kandang ayam dan kandang
kambing pada tanaman cabai rawit berpengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan bobot
buah per tanaman dimana menghasilkan hasil produksi tanaman cabai rawit kualitas yang
sangat baik dengan nilai tertinggi.
Hal ini sesuai hasil penelitian (Karjunita, 2020) yang menyatakan bahwa pupuk
kandang ayam telah tersedia unsur hara lengkap yang berguna bagi tanaman, seperti nitrogen
(N), fosfor (P) dan kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S) (Tufaila et al.,
2014). Pupuk kandang ayam juga mampu meningkatkan kelarutan fosfor (P) di dalam tanah,
sehingga ketersediaan P di dalam tanah meningkat.

Kesimpulan
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembahasan, maka dapat disimpukan sebagai berikut:

1. Pupuk kandang ayam dosis 20 t ha-1 menghasilkan tinggi tanaman yaitu 45,8 cm, jumlah
cabang vegetatif yaitu 9,3 batang, jumlah cabang produktif yaitu 22,0 batang dan rata-rata
berbunga tercepat 67.7 hari.
2. Pupuk kandang kambing dosis 20 t ha-1 menghasilkan umur berbunga yaitu 64,3 hari,
jumlah buah per pohon yaitu 181,9 buah , bobot buah segar per petak yaitu 9,0 kg, konversi
bobot buah segar per hektar yaitu 14,9 ton

Anda mungkin juga menyukai