Anda di halaman 1dari 11

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian Propinsi Sulawesi Utara

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS RUMPUT GAJAH DWARF (Pennisetum purpureum cv. Mott) PADA UMUR POTONG BERBEDA Derek Polakitan dan Agustinus Kairupan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara Jl. Kampus Pertanian Kalasey ABSTRAK
Ketersediaan hijauan merupakan masalah dalam peningkatan peningkatan produksi dan produktivitas ternak ruminansia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui waktu pemotongan (Devoliasi) yang tepat dilihat dari produksi dan produktivitas rumput gajah dwarf. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 3 (tiga) perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak 4 (empat) kali, sebagai perlakuan yang diteliti 40 HSP, 50 HSP dan 60 HSP. Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah: Tinggi tanaman, Jumlah tunas, Produksi daun, Produksi batang, Produksi hijauan segar, dan Prosentase baun/batang. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis varian apabila berpengaruh nyata diuji lanjut untuk melihat perbedaan antar perlakuan dengan BNJ 0.05. Hasil pengamatan sebanyak 3 (tiga) kali pemotongan adalah Perlakuan 40 HSP: Rataan tinggi tanaman 111.68 cm, Rataan jumlah tunas 221.91/plot, Rataan produksi daun 8.31 kg/plot, Rataan produksi batang 4.48 kg/plot, Produksi hijauan segar 12.79 kg/plot dan prosentase daun/batang 65/35. Perlakuan 50 HSP: Rataan tinggi tanaman 127.25 cm, Rataan tumlah tunas 224.00/plot. Rataan produksi daun 11.81 kg/plot, Produksi Batang 7.94 kg/plot, Produksi hijauan segar 19.74 kg/plot dan prosentase daun/batang 60/40. Perlakuan 60 HSP: Rataan tinggi tanaman 141.5 cm, Rataan jumlah tunas 221.92 /plot, Produksi daun 15.39 kg/plot, Rataan produksi batang 11.335 kg/plot, Rataan produksi hijauan segar 26.72 kg/plot dan prosentase daun/batang 58/42. Hasil analisis statistik anova terhadap peubah penelitian tinggi tanaman, produksi daun, produksi batang dan Produksi hijauan segar menunjukan perlakuan ( 40HSP, 50 HSP, 60 HSP) berpengaruh yang nyata P< 0.05 akan tetapi perlakuan perlakuan (40 HSP, 50 HSP, 60 HSP) tidak berpengaruh terhadap peubah penelitian jumlah tunas/plot ( P> 0.05). Uji lanjut untuk melihat perbedaan antar perlakuan dilakuan dengan uji BNJ 0.05 (Beda nyata jujur) diperoleh hasil terhadap peubah penelitian Untuk Perlakuan 40 HSP dan 50 HSP tidak berpengruh nyata akan tetapi Perlakuan 40 HSP dan 60 HSP menberikan pengaruh nyata BNJ 0.05. Perlakuan 50 HSP dan 60 HSP tidak berpengruh nyata.Kesimpulan dari hasil pengamatan uji statistik dan uji lanjut dapat disimpulkan Perlakuan 60 HSP memberikan hasil lebih tinggi terhadap tinggi tanaman, produksi daun, produksi batang dan produksi hijauan segar disbanding perlakuan 40 HSP akan tetapi tidak memberikan pengaruh atau hasil yang lebih baik dibanding dengan perlakuan 50 HSP. Kata kunci: Umur potong, Pertumbuhan, produktivitas, Rumput gajah dwarf.

Pertumbuhan dan produktivitas rumput gajah dwarf

427

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian Propinsi Sulawesi Utara

PENDAHULUAN Menanam rumput sebagai sumber pakan bagi masyarakat petani dan peternak di Sulawesi Utara belum memasyarakat (membudaya), sekalipun disadari dalam beternak membutuhkan hijauan yang bermutu baik, jumlahnya mencukupi dan tersedia sepanjang tahun. Kegiatan menanam rumput sering menjadi perdebatan karena tingginya nilai lahan untuk tanaman pakan dan belum adanya pemahaman yang mendalam bahwa tanaman pakan ternak sebagai tanaman yang mempunyai nilai ekonomis (Djuned dan Mansyur. 2005). Tanaman pakan ternak merupakan factor penting untuk pengembangan ternak sapi (ruminansia) karena sebagian besar pakannya berasal dari hijauan (Eny Fuskhah, et all.2009). Selanjutnya Prawiradiputra.B.( 2006) Menerangkan didalam system pemeliharaan ternak tradisional hijauan pakan ternak merupakan bagian terbesar dari seluruh pakan yang diberikan pada ternak. Hijauan pakan ternak pada umumnya terdiri atas rumput dan leguminosa( Mariyono dan Romjali. E. 2007). Pada saat sekarang bayak peternak menggunakan produk samping dari kegiatan pertanian seperti jerami sebagai sumberpakan yang kadang kala bahan tersebut mempunyai nilai gizi yang rendah (Mansyur, et all, 2005). Upaya untuk meningkatkan produksi dan nilai gizi hijauan pakan ternak dengan melakukan introduksi hijauan unggul yang produktivitasnya tinggi. Produksi dan produktivitas hijaun pakan ternak dicirikan oleh produksi bahan kering, sedang nilai nutrisi antara lain berdasarkan hasil analisis kadar sulfur (S), Selenium (Se) dan protein kasar (PK hijauan) (Dwi Retno Lukiwati, dkk, 2005). Rumput Gajah Dwarf (Pennisetum purpureum cv mott) yang memiliki kemampuan menghasilkan biomasa yang tinggi dan kualitas nutrisi yang tinggi. Beberapa keunggulan rumput unggul baru ini sebagaimana dilaporkan Urribarri et all (2003) (Suatna, I.M (2003) antara lain adalah : kandungan protein 10-15% tergantung umur panen, tanaman tahunan yang tinggi produksi, dan tanaman rumput tropis yang tinggi nilai nutrisinya karena kandungan serat kasar yang rendah. Flores et all (2008) melaporkan bahwa respon ternak domba terhadap Pennisetum purpureum cv. Mott cukup tinggi, baik konsumsi bahan kering maupun daya cerna bahan organic maupun serat kasar. Rumput ini terdapat struktur serat yang kurang kuat pada dinding sel sehingga banyak terdapat karbohidrat mudah tercerna. Dilaporkan juga bahwa pada musim kemarau maupun hujan tidak terjadi perubahan fisik pada daunnya. Kozloski et all (2005) melaporkan bahwa hasil pengujian Pennisetum purpureum cv.

428

Pertumbuhan dan produktivitas rumput gajah dwarf

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian Propinsi Sulawesi Utara

Mott atau dwarf elephant grass pada ternak domba menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering tidak dipengaruhi umur panen tetapi nilai nutrisi mulai menurun pada umur regrowth yang semakin panjang terutama pada interval panen 70 hari. Morais (2007) melaporkan bahwa level konsumsi bahan kering hay rumput Pennisetum purpureum cv. Mott 1,5; 1,75; dan 2,25% dari bobot badan ternyata tidak berbeda nyata terhadap daya cewrna bahan kering, bahan organic, TDN, dan Nitrogen. Ibrahim (1989) melaporkan bahwa dwarf elephant grass memiliki daya cerna N dan bahan kering tertinggi dibandingkan rumput-rumput tropis lainnya. Rumput Pennisetum purpureum cv. Mott memiliki keunggulan yang dapat menjadi harapan baru bagi pengembangan peternakan sapi di Sulut. Untuk itu berbagai kajian perlu dilakukan untuk mendapatkan paket teknologi spesifik lokasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui waktu pemotongan (Devoliasi) yang tepat dilihat dari produksi dan produktivitas rumput gajah dwarf. Manfaat penelitian memberikan informasi tentang pertumbuhan dan produksi rumput gajah dwarf pada umur potong berbeda.

METODOLOGI Penelitian ini dilakuan dikomplek perumahan BPTP sulut selama 10 bulan dari bulan Maret sampai Desember 2009. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 3 (tiga) perlakuan dan setiap perlakuan diulang 4 (empat) kali (Steel.and Torrie, 1993 Sebagai perlakuan umur potong yaitu: 40 HSP. 50 HSP. 60 HSP. Sehingga diperlukan 12 petak perlakuan, setiap petak percobaan ditanam 12 stek rumput dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm. stek rumput minimal mempunyai 3 buku dan penanaman dengan membenamkan 2 buku. Peubah yang diamati: Tinggi tanaman, jumlah tunas, produksi daun, produksi batang, produksi hijauan segar dan prosentase daun/batang.. Pengamatan terhadap semuah peubah yang diamati dilakukan saat pemotongan. Pemotongan pertama dilakukan saat tanaman berumur 75 hari setelah tanam, pemotongan selanjutnya mengikuti pola perlakuan yang dicobakan. Data yang dianalis merupakan akumulasi dan rataan dari tiga kali pemotongan. Data yang dikumpulkan dari pengkuran langsung dianalisis dengan analisis varian dan apabila pada uji perbedaan menunjukan berbedanyata P<0.05 akan diuji lanjut dengan Uji Beda nyata jujur (BNJ 0.05).

Pertumbuhan dan produktivitas rumput gajah dwarf

429

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian Propinsi Sulawesi Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Rataan tinggi tanaman rumput gajah dwarf yang dipotong 40 HSP, 50 HSP 60 HSP tertera pada Tabel 1. Tabel 1 Rataan Tinggi Tanaman Rumput Gajah Dwarf yang dipotong 40 HSP. 50 HSP. 60 HSP
Perlakuan 40 HSP 50 HSP Rataan 111.68 a 127.25 ab 60 HSP 149.00 132.67 140.00 144.33 566.00 141.50 b Keterangan: Angka yang diikuti haruf kecil yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukan pengaruh yang berbeda antar perlakuan( BNJ < 0.05) I 131.67 115.00 4 96.00 124.33 U l a n g a n 2 3 112.33 106.67 128.00 141.67 Jumlah 446.67 509.00

Penampilan tanaman terutama tinggi tinggi tanaman berhubungan kemampuan kecepatan tumbuh dan produksi biomasa. Pada Tabel 1 Keragaan rataan tinggi tanaman rumput Gajah dwarf yang dipotong 40 HSP, 50 HSP, 60 HSP, dari 3 kali pemotongan hasil pengamatan terhadap rataan tinggi tanaman berturut-turut 40 HSP 111.68 cm, 50 HSP 127.25 Cm dan 60 HSP 141.50 cm. Berdasarkan data pengkuran (Tabel 1) analisis ragam menunjukan perlakuan waktu pemotongan ( 40 HSP, 50 HSP, 60 HSP) memberikan pengruh yang nyata (P< 0.05) terhadap tinggi tanaman. Untuk melihat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan Uji BNJ 0.05. Hasil uji menunjukkan perlakuan 40 HSP berbeda dengan perlakuan 60 HSP(P< 0.05) akan tepi tidak menenunjukan pengaruh nyata dengan perlakuan 50 HSP (P> 0.05), demikian juga perlakuan 50 HSP tidak berbeda nyata dengan perlakuan 60 HSP (P> 0.05). Pertumbuhan tanaman dibedakan 2 fase yaitu fase vegetatif dan fese reproduktif (Eny Fuskhah, et all 2009). Kualitas hijaun yang terbaik terletak pada akhir fase vegetatif atau menjelang fese reproduktif (fese generatif). Melewati fese vegetatif (fase generatif), kualitas nurtisi sudah menurun kadar serat kasar meningkat hai ini bertalian dengan waktu pemotongan.

430

Pertumbuhan dan produktivitas rumput gajah dwarf

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian Propinsi Sulawesi Utara

Jumlah Tunas Rataan jumlah tunas rumput gajah dwarf yang dipotong 40 HSP, 50 HSP dan 60 HSP tertera pada Tabel 2. Tabel 2 Ratan jumlah tunas Rumput Gajah Dwarf yang dipotong 40 HSP, 50 HSP Dan 60 HSP.
U l a n g a n Perlakuan I 2 3 40 HSP 185.33 223.33 262.00 50 HSP 182.33 240.67 240.67 60 HSP 244.00 225.00 225.00 Keterangan: tn= tidak berbeda nyata (P>0.05) 4 217.00 231.00 213.67 Jumlah 887.66 896.00 887.67 Rataan 221.91 tn 224.00 tn 221.92 tn

Data pengamatan terhadap rataan jumlah tunas selama 3 kali pemotongan berturut-turut 40 HSP 221.91 tunas, 50 HSP 224.00 tunas dan 60 HSP 221.92 tunas. Hasil analisis ragam menunjukan perlakuan atau waktu pemotongan tidak berpengaruh pada jumlah tunas (P>0.05). Jumlah tunas merupakan indikator kemampuan hijauan pakan ternak untuk tumbuh kembali (regrowth) juga sebagai tanda potensi menghasilkan biomasa yang tinggi. Prawiradiputra.et all (2006) Rumput introduksi atau rumput unggul adalah rumput yang sengajah didatangkan karena mempunyai keunggulan dalam hal produksi hijauan dibanding dengan rumput lokal dan kemampuan tubuh kembali (Regrowth) sesudah pemotongtan. Mc ILroy (1977) menerangakan produktivitas rumput tergantung pada faktor-faktor persistensi, agresifitas, kemampuan tumbuh kembali, sifat tahan kekeringan dan kesuburan tanah. Karena kemampuan tumbuh kembali kuat bahkan jumlah tunas yang tumbuah kembali lebih banyak sehingga hijau pakan ternak dapat digunakan tanaman penguat teras untuk menangkal (pencegah erosi tanah). Rumput gajah dwarf hasil pengamatan kemampuan tumbuh kembali baik dilihat dari jumlah tunas sampai 224 tunas. Rumput ini dapat juga sebagai pakan ternak dan tanaman penguat teras. Hasil pengamatan lapangan tunas baru mulai muncul pada hari ke-2 dan ke-3 sesudah pomotongan.

Pertumbuhan dan produktivitas rumput gajah dwarf

431

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian Propinsi Sulawesi Utara

Produksi Daun Rataan produksi daun rumput gajah dwarf yang dipotong 40 HSP, 50 HSP dan 60 HSP tertera pada Tabel 3. Tabel 3 Rataan Produksi Daun Tanaman Rumput Gajah Dwarf Yang dipotong 40 HSP. 50 HSP. 60 HSP

U l a n g a n Perlakuan Jumlah Rataan I 2 3 4 40 HSP 5.75 9.08 10.67 7.75 33.25 8.31 c 50 HSP 6.83 13.00 15.58 11.83 47.24 11.81 cd 60 HSP 16.66 12.33 19.08 13.50 61.57 15.39 d Keterangan: Angka yang diikuti haruf kecil yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukan pengaruh yang berbeda antar perlakuan( BNJ < 0.05)

Data pengatan terhadap rataan produksi daun selama tiga kali pemotongan berturut-turut Perlakuan 40 HSP 8.31 kg/plot, 50 HSP 11.81 kg/plot, dan 60 HSP 15.39 /plot. Hasil analis ragam menunjukan perlakuan menunjukan perbedaan nyata (P< 0.05) artinya produksi daun berhubungan erat dengan umur potong. Uji lanjut BNJ untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Hasil analisis menunjukkan perlakuan 40 HSP berbeda nyata dibanding dengan perlakuan 60 HSP (P< 0.05). Tetapi tidak nyata dengan perlakuan 50 HSP. Demikian juga perlakuan 50 HSP tidak nyata berbeda dibanding (P> 0.05). Mansyur, et all. (2005). Menyatakan tanaman pakan ternak yang memiliki kemampuan menghasilkan daun yang banyak akan mempunyai kualitas yang baik, yaitu kandungan nutrisi yang tinggi dan pada akhirnya kecernaan yang lebih besar. Salah satu criteria yang perlu diperharikan dalam memilih untuk menanam tanaman pakan adalah tanaman yang mempunyai daun yang lebat (Djuned, et all, 1980). Hal ini didasarkan pada hasil analisis bahwa kandungan protein dan nutrisi lainya lebih banyak terdapat pada daun. Bagian helai daun mempunyai kosentrasi total abu dan beberapa mineral esensial bagi ternak dibanding bagian tanaman lainnya.

432

Pertumbuhan dan produktivitas rumput gajah dwarf

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian Propinsi Sulawesi Utara

Produksi Batang Rataan produksi batang rumput gajah dwarf yang dipotong 40 HSP, 50 HSP, 60 HSP tertera pada Tabel 4. Tabel 4
Perlakuan 40 HSP 50 HSP 60 HSP Ket: Angka

Rataan Produksi Batang Tanaman Rumput Gajah Dwarf yang dipotong 40 HSP. 50 HSP. 60 HSP
U l a n g a n Jumlah Rataan I 2 3 4 2.50 5.17 6.17 4.08 17.92 4.48 e 3.85 9.00 11.00 7.72 31.75 7.94 ef 12.92 7.50 15.25 9.67 45.34 11.335 f yang diikuti haruf kecil yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukan pengaruh yang berbeda antar perlakuan( BNJ < 0.05)

Data pengamatan terhadap rataan produksi batang sebanyak 3 kali pemotongan berturut-turut 40 HSP 4.48 kg/plot, 50 HSP 7.94 HSP dan 60 HSP 11.335 kg/plot. Hasil analisis ragam menunjukan perlakuan atau umur potong berpangaruh nyata (P< 0.05) pada produksi batang, makin lama umur potong makin besar produksi batang. Hal ini dapat dilihat pada (Tabel 4) rataan produksi batang makin meningkat dari 40 HSP 4.48 kg/plot menjadi 7.94 kg/plot kemudian meningkat menjadi 11.335 kg/plot pada umur potong 60 HSP. Hasil uji lanjut dengan BNJ 0.05 untuk melihat perbedaan antar perlakuan diperoleh informasi perlakuan 40 HSP berpengaruh nyata dengan perlakuan 60 HSP (P< 0.05) tetapi tidak berpengruh nyata dibanding perlakuan 50 HSP, demikian juga perlakuan 50 HSP tidak berpengruh nyata terhadap perlakuan 60 HSP. Sinaga. R. (2008) Menyatakan pada dasarnya ada dua faktor yang mempengruhi produktivitas rumput yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan yang mencakup keadaan tanah dan kesuburannya, pengruh iklim termasuk cuaca dan perlakuan manusia atau manajemen.

Pertumbuhan dan produktivitas rumput gajah dwarf

433

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian Propinsi Sulawesi Utara

Produksi Hijaun Segar Produksi hijauan segar rumput gajah dwarf yang dipotong 40 HSP, 50 HSP dan 60 HSP tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Rekapitulasi Rataan pengaruh Umur Potong Rumput Gajah Dwarf Terhadap Tinggi Tanaman, Produksi Daun, Produksi Batang, Produksi Hijauan segar Dan Prosentase Daun/Batang
Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Tunas Produksi Daun Produksi Hijauan segar Produksi Jumlah Batang Prosentase Daun/Batan g 65/35 60/40 58/42

40 HSP 111.68 a 221.91 tn 8.31 c 4.48 e 12.79 g 50 HSP 127.25 ab 224.00 tn 11.81 cd 7.94 ef 19.74 gh 60 HSP 141.50 b 221.92 tn 15.29 d 11.335 f 26.72 h Keterangan tn= tidak nyata Angka yang diikuti haruf kecil yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukan pengaruh yang berbeda antar perlakuan( BNJ < 0.05)

Produksi hijauan segar yang ditunjukan dari akumulasi dari produksi daun dan batang yang didapatkan dari rataan tiga kali pemotongan diperoleh hasil berturut-turut yang terendah perlakuan 40 HSP dengan 12.79 kg/ plot, diikuti perlakuan 50 HSP dengan 19.74 kg dan yang tertinggi perlakuan 60 HSP dengan 26.72 kg/plot. Hasil analisis ragam perlakuan (40 HSP, 50 HSP, 60 HSP) menunjukan pengaruh yangnyata (P< 0.05) terhadap produksi hijauan segar. Uji lanjut untuk melihat pengaruh antar perlakuan dengan mengunakan uji BNJ 0.05 diperoleh kesimpulan perlakuan 40 HSP berpengruh nyata (P< 0.05) dibanding perlakuan 60 HSP, akan tetapi tidak berpengruh nyata ( P> 0.05) dibandingperlakuan 50 HSP. Demikian juga perlakuan 50 HSP tidak menberikan pengruh nyata (P > 0.05) disbanding perlakuan 60 HSP. Rumput memegang peranan penting dalam penyediaan pakan hijauan bagi ternak ruminansia. Ketersediaan rumput alami semakin berkurang dengan meningkatnya persaingan antara lahan untuk tanaman pangan, perumahan dan industri, sehingga perludiadakan upaya pembudidaya rumput (Setyiana dan Abdulla 1993) dan (Nevi Hanaf 2005). Produksi hijauan pakan ditunjukkan dengan produksi bahan kering yang diukur dari produksi daun dan batang. Tabel 5 menunjukan prosentase Daun/Batang pertinggi diperoleh pada perlakuan 40 HSP dengan perbandingan 65 % batang 35%, diikuti Perlakuan 50 HSP 60% daun dan 40% batang dan perlaluan 60 HSP 58% daun dan 42% batang. Dari data tersebut terlihat prosentase daun menurun mengikuti umur potong sebaliknya prosentase batang meningkat sesuai umur pemotongan.

434

Pertumbuhan dan produktivitas rumput gajah dwarf

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian Propinsi Sulawesi Utara

KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis statistic dan pembahasan terhapap semua peubau-peubah yang diamati dapat ditarik kesimpulan: Perlakuan 60 HSP memberikan hasil lebih tinggi terhadap tinggi tanaman, produksi daun, produksi batang dan produksi hijauan segar dibanding perlakuan 40 HSP akan tetapi tidak memberikan pengaruh atau hasil yang lebih baik dibanding dengan perlakuan 50 HSP.

DAFTAR PUSTAKA Djuned, H dan Mansyur. 2005. Berbagai Masalah Pengembangan Tanaman Pakan Dalam Usaha Ternak Komersil. Prosiding lokakarya Tanaman Pakan Ternak. Bogor 16 September 2005. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Djuned. H., Wiradisastra.M.D.,T. Usri., T. Aisjah., R. Tarmidi. 1980. Tanaman Makanan Ternak. Bagian Makanan Ternak. Fapet Unpad. Bandung. Dwi Retno lukiwati., Novik Nurhidajat., c. Anggit Hatmaji wibowo., J. Bambang., Tri Nurdewanto. 2005. Peningkatan Produksi Dan Nilai Nutrisi Hijauan Pueraria phaseoloides Oleh Pupuk Fosfor Dalam Suspensi Fermantasi Acetobacter saccharomyces. Jurnal ilmu-ilmu Pertanian Indonesia.Vol 7.No 2. 2005. Hlm 82-86. Eny Fuskhah., R.D. Sutrisno., S. P. S. Budhi dan A. Mass. 2009. Pertumbuhan Dan Produksi Leguminosa Pakan Hasil Asosiasi Dengan Rhizobium Pada Media Tanam Salin. Semnas Kebangkitan Peternakan. Semarang 20 Mei 2009.

Flores, J.A., J.E. Moore, and L.E. Sollesberg. 2005. Determinants of forage quality in Pensacola bahiagrass and Mott elephant grass. Journal of Animal Science, Dep Of Animal Science, Univ Of Florida, Vo. 71

Pertumbuhan dan produktivitas rumput gajah dwarf

435

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian Propinsi Sulawesi Utara

Ibrahim,M.A. 1989. Respone of Dwarf Elephant Grass (Pennisetum purpureum Schum cv Mott) to different frequencies and untensities of grazing in the hummid zone at Guaples Costa Rica. Thesis Magister. Centro Agronomo Tropical de investigaciony Esenanza Tarialbu, Costa Rica. Kozioki, G.V., J. Perotion, L.M.B. Sanchez. 2006. Influence of regrowth age on nutritive value of dwarf elephant grass (Pennisetum purpureum Schum cv Mott) consumed by lamb. Journal of Animal Feed Science, Vo. 119, p: 1-11. Mansyur., Nyimas., P. Indrani., Iin Susilowati., Tidi dhalalika. 2005. Pertumbuhan DanProduktivitas Tanaman Pakan Dibawah Naungan Perkebunan pisang. Prosiding lokakarya Tanaman Pakan Ternak. Bogor 16 September 2005. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan. Badan LItbang Pertanian. Mariyono. Romjali. E. 2007. Petunjuk Teknis Teknologi Inovasi Pakan Murah Untuk Usaha Pembibitan Sapi Potong. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Deptan. Navi Hanafi., Syayed Umar Dan Bachari. I. 2005. Berbagai Pastura Campuran Terhadap Produksi Hijauan. Jurnal Agibisnis Peternakan. Vol. 1 N0 3. Desember. 2005. Prawiradiputra. R.B. Sajimin., Nurhayati., D. Purwanta., Iwan Herdiawan. 2006. Hijauan Pakan Ternak Di Indonesia. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Sinaga. R. 2008. Keterkaitan Nisbah Tajuk Akar Dan Efisiensi Air Pada Rumput Gajah Dan Rumput Raja Akibat Penurunan Ketersediaan air Tanah. Jurnal Biologi Sumatra. Januari 2008. Hlm 29-35. Steel. R.G.D. Dan Torrie H.j. 1993. Prinsip Dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Biometrik. Alih Bahasa Bambang Sumantri. PT Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta. Suarna. I.M. 2003. Evaluasi Produktivitas Rumput Unggul Pada Dataran Tinggi Di Bali. Majah Ilmiah Peternakan Indonesia.

436

Pertumbuhan dan produktivitas rumput gajah dwarf

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program Pembangunan Pertanian Propinsi Sulawesi Utara

Urribari, L., A. Ferrer, and A. Collina. 2005. Leaf protein from ammonia treasted dwarf elephant grass (Pennisetum purpureum Schum cv Mott). Journal of Applied Biochemistry and Biotechnology. Humana Press Inc. Vo. 122, No. 1-3, p: 721-730

Pertumbuhan dan produktivitas rumput gajah dwarf

437

Anda mungkin juga menyukai