Anda di halaman 1dari 9

Optimasi Ekstrak Dari Variasi Penyari Dan Bagian Tanaman Spesies Cabai

(Capsicum spp.) Menggunakan Metode Main Effect Plot dan Interaction Plot

Optimization Of Extracts From Variations Of Solvents and Plant Parts in Chili


Species (Capsicum spp.) Using Main Effect Plot and Interaction Plot Methods
Budiman Yasir1**, Febriyanti1*
1
Departement Of Pharmacy, 2Faculty Of Health Sciences, 3Almarisah Madani University

Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 13.7 Daya. Telp/Fax. 0411-583-190 Makassar 90242

*Email : febri.yanti@icloud.com

ABSTRAK

Cabai (Capsicum spp.) merupakan tanaman dengan nilai ekonomi tinggi yang tumbuh di
seluruh wilayah Indonesia. Tanaman ini memiliki manfaat sebagai antioksidan dan anti-
inflamasi, yang berasal dari kandungan metabolit ekstrak pada berbagai bagian tanamannya,
serta jenis pelarut yang digunakan untuk mengekstrak senyawa-senyawa tersebut. Penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh jenis pelarut dan bagian tanaman yang optimal
dalam menghasilkan persentase rendemen tertinggi dari ekstrak cabai rawit (CR), cabai besar
merah (CB), dan cabai katokkon (CK). Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode
sonikasi selama 30 menit dengan variasi pelarut (aquadest, metanol, dan n-heksan) dan
bagian tanaman (buah, biji, dan tangkai buah) dari tanaman CR, CB, dan CK, sehingga
diperoleh 27 variasi ekstrak. Analisis dilakukan menggunakan metode main effect plot (MEP)
dan interaction plot (IP) untuk mengidentifikasi ekstrak yang optimal. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variasi pelarut yang paling efektif dalam menghasilkan persentase
rendemen tertinggi ekstrak pada tanaman CR, CB, dan CK adalah aquadest > metanol > n-
heksan. Sementara itu, bagian tanaman dengan tingkat rendemen tertinggi adalah buah >
tangkai buah > biji. MEP dan IP menunjukkan bahwa kombinasi buah CR dan pelarut
aquadest menghasilkan persentase rendemen ekstrak tertinggi sebesar 23,50%. Hasil ini
menunjukkan bahwa jenis pelarut memiliki pengaruh signifikan (p-value < 0,05) terhadap
persentase rendemen ekstrak, sementara bagian tanaman tidak menunjukkan pengaruh
signifikan (p-value > 0,05). Metode MEP dan IP dapat dijadikan rujukan dalam
mengoptimalkan bahan baku potensial seperti cabai untuk dikembangkan sebagai obat
tradisional.

Kata Kunci : Cabai, Optimasi, Main Effect Plot, Interaction Plot

ABSTRACT

Chili (Capsicum spp.) is a plant with high economic value that grows throughout Indonesia.
This plant has benefits as an antioxidant and anti-inflammatory, derived from the metabolite
content of extracts in various parts of the plant, as well as the types of solvents used to extract
these compounds. This study aims to evaluate the influence of solvent types and optimal
plant parts in producing the highest yield percentage of extracts from chili species: rawit eye
chili (CR), red bell pepper (CB), and katokkon chili (CK). The extraction method employed
is sonication for 30 minutes with variations of solvents (distilled water, methanol, and n-
hexane) and plant parts (fruit, seeds, and fruit stalk) from CR, CB, and CK, resulting in 27
extract variations. Analysis is conducted using the main effect plot (MEP) and interaction
plot (IP) methods to identify optimal extracts. The research findings indicate that the most
effective solvent variations in producing the highest yield percentage of extracts for CR, CB,
and CK are aquadest > methanol > n-hexane. Meanwhile, the plant part with the highest yield
is the fruit > fruit stalk > seeds. MEP and IP show that the combination of CR fruit and
aquadest as the solvent produces the highest extract yield percentage at 23.50%. These results
indicate that the type of solvent has a significant influence (p-value < 0.05) on the extract
yield percentage, while the plant part does not show a significant influence (p-value > 0.05).
MEP and IP methods can be used as references in optimizing potential raw materials such as
chili for development as traditional medicine.

Keywords : Chili, Optimization, Main Effect Plot, Interaction Plot.

PENDAHULUAN
Cabai (Capsicum) merupakan salah Senyawa aktif atau yang dikenal juga
satu tanaman perdu yang berasal dari sebagai metabolit sekunder pada buah
Amerika Tengah dan Selatan. Hingga saat cabai telah banyak dilaporkan di beberapa
ini, tanaman cabai diketahui terdapat 200 penelitian. Sebagian besar senyawa aktif
varietas dari satu spesies yang tersebar di yang telah diidentifikasikan merupakan
berbagai negara. Dimana komoditas kelompok capsaicinoid (Popelka et al.,
holtikultura yang memiliki nilai ekonomi 2017), dan senyawa volatil seperti
yang tinggi dan tumbuh diseluruh wilayah kelompok terpenoid (Gogus et al., 2015).
indonesia (Djahidin, 2023). Di Indonesia Kelompok capsaicinoid ini memiliki
terdapat tiga jenis cabai yang sering peran penting sebagai antikanker (Qian
dibudidayakan dan dimanfaatkan oleh dkk., 2016) dan analgesik (Amani dkk.,
penduduk. Ketiga cabai tersebut yaitu 2019). Tidak hanya itu, buah cabai juga
cabai rawit (C. frutescens L), cabai besar memiliki bioaktivias sebagai anti
atau cabai keriting (C. Annuum L) dan antimikroba (Keser dkk., 2018), dan
cabai katokkon (C. Chinensie jacq) (Idrees antidiabetes (Azlan dkk., 2020). Senyawa
et al., 2020). yang potensial ditemukan ada dalam cabai
Penggunaan tanaman cabai ini juga dan sebagai senyawa mayor adalah
sangat berperan di bidang kesehatan kapsaisin (KSN). KSN berdasarkan
karena berfungsi sebagai antioksidan dan laporan ditemukan disemua jenis cabai
anti-inflamasi yang berasal dari sebagai senyawa mayor aktif dan nutrisi
karotenoid cabai. Tanaman cabai juga (Duranova et al., 2022).
digunakan untuk terapi dan pengobatan Penyari memainkan peran penting
arthritis, rematik, sakit perut, ruam kulit, dalam ekstraksi senyawa. Optimasi
dan gigitan ular. Aplikasi terapi ini terkait ekstrak dapat dilakukan dengan
dengan kapsaisin, senyawa fenol, dan menggunakan variasi pelarut, variasi
karotenoid tanaman cabai (Dian bagian tanaman, dan metode ekstraksi
Flowrenzhy, 2017). (Nurrahmah, 2023). Jenis penyari
menentukan jenis serta kadar metabolit corong buchner, batang pengaduk, sendok
sekunder yang terbawa dalam proses logam, toples.
ekstraksi. Hal ini karena kepolaran Bahan yang digunakan dalam
penyari dan kepolaran bahan yang di penelitian ini yaitu buah Cabai rawit,
ekstraksi dengan tinggi rendahnya daya cabai besar, cabai katokkon, pada bagian
melarutkan (Cikita et al., 2016). Sifat (buah, biji, tangkai buah) menggunakan
polar penyari sangat mempengaruhi hasil penyari (aquadest, metanol, dan n-
ekstraksi, salah satu faktor yang Heksan), whatmanTM no 42,
mempengaruhi keberhasilan proses kertas saring.
ekstraksi adalah penyari yang digunakan. Prosedur Penelitian
Ekstraksi senyawa dapat dioptimalkan a. Pengambilan Sampel
dengan memilih penyari yang sesuai, Sampel yang digunakan pada
penyari yang biasa digunakan untuk penelitian ini yaitu tanaman cabai rawit
ekstraksi tumbuhan adalah penyari yang (Capsicum annum L.) yang diperoleh dari
bersifat polar seperti air, metanol, etanol, Kabupaten Jeneponto, kecematan
aseton, dan asetat (Lago et al., 2014). Bomtoramba, Desa Datara, Dusun
Main effect plot (plot efek utama) Karangpuang, Sulawesi Selatan. Sampel
dapat digunakan untuk menentukan efek cabai katokkon (Capsicum chinensie jacq)
optimasi dari bahan uji yang digunakan yang diperoleh dari Desa Pambe,
dari variasi penyari dan bagian spesies Kecematan Mamasa, Sulawesi Barat.
suatu tanaman. Main effect plot juga Sampel cabai besar (Capsicum annuum
digunakan untuk melihat pengaruh L.) diperoleh dari Kota Makassar,
variabel terhadap respon yang dilihat dari Kecamatan Bontoala, Kelurahan Tompo
setiap level faktor yang dihubungkan oleh Balang, jl pasar Terong Desa Pattiro
garis. Jika garisnya sedikit menyimpang Deceng, Sulawesi Selatan.
dari garis horizontal, hal ini dapat b. Pengelolahan Simplisia
mempengaruhi respon secara Simplisia dari buah cabai rawit, cabai
signifikan. Pengaruhnya ditentukan besar merah, dan cabai katokkon pada
dengan menghitung hasil nilai minimum bagian (buah, biji, tangkai buah) yang
dan maksimum masing-masing faktor,
sedangkan interaction plot melihat telah dikumpulkan dilakukan sortasi basah
bagaimana interaksi antara penyari dan terlebih dahulu untuk menghilangkan
sampel dalam menentukan jumlah kotoran dari sampel. Kemudian dilakukan
rendemen yang dihasilkan (R Core Team, pencucian dengan air mengalir, kemudian
2020). dilakukan perajangan dan dikeringkan
dalam oven simplisia dengan suhu 40°C
METODE PENELITIAN
selama ± 48 jam dan dilakukan sortasi
Alat dan Bahan
kering. Kemudian semua simplisia yang
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain alat gelas yaitu sudah kering diblender dan diayak pada
gelas beker, gelas ukur, pipet tetes, mesh 18.
sonikator, ayakan mesh 18, timbangan c. Penyimpanan Ekstrak
analitik Merck, blender (Nico®) pompa Ditimbang bagian simplisia tanaman
vakum (Buchi®, Germany), oven kering berupa cabai rawit, cabai besar
simplisia (Memmert®), rotavapor merah, dan cabai katokkon pada bagian
(Heidolph®), waterbath (Hh-S6®), (buah, biji, tangkai buah) yang sudah
diserbukkan sebanyak 20 gram, kemudian buah) dan penyari (aquadest, metanol, n-
ditambahkan penyari aquadest, metanol, Heksan) dilakukan pengukuran persen
dan n-Heksan sebanyak 200 ml dengan rendemen ekstrak dengan rumus:
perbandingan 1:10 mg/ml antara sampel Berat ekstrak (g)
dan penyari sedangkan metode ekstraksi % Rendemen = 100
Berat simplisia(g)
sonikasi kondisi dingin selama 30 menit e. Analisis Data
bantuan gelombang ultrasonik. Kemudian
Jenis data yang digunakan adalah data
setelah diekstraksi dilakukan penyaringan
primer yang diperoleh secara langsung
dengan kertas saring whatmanTM no 42
dari hasil penelitian.
dengan pompa vakum, diperoleh ekstrak
kental 27 jenis cabai kemudian dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
penguapan penyari dengan bantuan rotary
Simplisia cabai rawit, cabai besar
vacum evaporator pada suhu 40 °C
diperoleh ekstrak kental ditimbang merah, dan cabai katokkon pada bagian
menggunakan digital analitik didapatkan Buah, biji, dan tangkai buah ditimbang
ekstrak kental dari penyari n-Heksan dan sebanyak 20 g diekstraksi dengan metode
metanol. ekstraksi sonikasi selama 30 menit.
Kemudian untuk pengerjaan Pelarut yang digunakan didasarkan pada
menggunakan penyari aquadest metode tingkat kepolarannya yaitu aquadest,
ekstraksi sonikasi kondisi dingin selama
30 menit bantuan gelombang ultrasonik. metanol, dan n-heksan. Ekstrak cair yang
Kemudian setelah diekstraksi dilakukan didapatkan kemudian dipekatkan dengan
penyaringan dengan kertas saring rotary evaporator dengan suhu 40°C. Pada
whatmanTM no 42 dengan pompa vakum, ekstraksi penyari aquadest digunakan
kemudian dilakukan penguapan penyari freezer drying untuk mengeringkan
dengan bantuan rotary vacum evaporator substansi yang bersifat rentan terhadap
pada suhu 40 °C. Kemudian dimasukkan
panas. Pelarut yang banyak menarik
kedalam freezer menggunakan capet
senyawa dari sampel dilihat dari
plastik dan dilakukan freeze drying.
d. Perhitungan Persen Rendemen banyaknya rendemen yang diperoleh dan
Ekstrak pelarut yang digunakan. Hasil rendemen
(Tabel 1.) yang diperoleh merupakan
banyaknya senyawa yang dapat tersari
Sebanyak 27 jenis variasi ekstrak cabai
rawit, cabai besar merah, dan cabai dari sampel dengan menggunakan pelarut
katokkon pada bagian (buah, biji, tangkai tertentu yang didasarkan pada
perbandingan antara sampel dan pelarut.
Tabel 1. Rendemen ekstrak

Simplisia Tipe Ekstrak Rendemen


No Sampel Penyari
(g) Ekstrak (g) (%)
1 Biji Cabai Katokkon Aquadest 20 Kering 0.8 4
2 Biji Cabai Katokkon Metanol 20 Kental 1 5
3 Biji Cabai Katokkon n-Heksan 20 Kental 1 5
4 Biji Cabai Rawit Aquadest 20 Kering 0.7 3.5
5 Biji Cabai Rawit Metanol 20 Kental 2 10
6 Biji Cabai Rawit n-Heksan 20 Kental 1 5
7 Biji Cabai Besar Merah Aquadest 20 Kering 0.8 4
8 Biji Cabai Besar Merah Metanol 20 Kental 1 5
9 Biji Cabai Besar Merah n-Heksan 20 Kental 2 10
10 Tangkai Buah Katokkon Aquadest 20 Kering 1.4 7
11 Tangkai Buah Katokkon Metanol 20 Kental 1.7 8.5
12 Tangkai Buah Katokkon n-Heksan 20 Kental 0.1 0.5
13 Tangkai Buah Rawit Aquadest 20 Kering 2.9 14.5
14 Tangkai Buah Rawit Metanol 20 Kental 2 10
15 Tangkai Buah Rawit n-Heksan 20 Kental 0.2 1
16 Tangkai Buah Cabai Besar Merah Aquadest 20 Kering 2.4 12
17 Tangkai Buah Cabai Besar Merah Metanol 20 Kental 1.1 5.5
18 Tangkai Buah Cabai Besar Merah n-Heksan 20 Kental 0.1 0.5
19 Buah Cabai Katokkon Aquadest 20 Kering 2.5 12.5
20 Buah Cabai Katokkon Metanol 20 Kental 2 10
21 Buah Cabai Katokkon n-Heksan 20 Kental 1 5
22 Buah Cabai Rawit Aquadest 20 Kering 4.7 23.5
23 Buah Cabai Rawit Metanol 20 Kental 3 15
24 Buah Cabai Rawit n-Heksan 20 Kental 1 5
25 Buah Cabai Besar Merah Aquadest 20 Kering 3.6 18
26 Buah Cabai Besar Merah Metanol 20 Kental 2 10
27 Buah Cabai Besar Merah n-Heksan 20 Kental 1 5

hasil analisis diperoleh bahwa persen sebanyak 4,7 g dari 20 g simplisia


rendemen dari hasil ektraksi diperoleh kemudian diikuti dengan konsentrasi yang
yang paling besar terdapat pada ekstrak paling sedikit adalah ekstrak tangkai buah
buah cabai rawit dengan penyari aquadest, cabai katokkon dengan bobot ekstrak 0,1 g
dimana diperoleh bobot ekstrak dari 20 g simplisia pada penyari n-Heksan.

14,5

11 11

8,5 8,7
9,1
6,3
6,1 6
4,1
4,6 5,3
Dari gambar diatas diketahui tiga signifikan dengan n-Heksan, metanol
jenis bagian cabai dan 3 jenis pelarut signifikan dengan heksan dan aquadest
didapatkan hasil dari 9 sampel mulai dari tidak signifikan dengan metanol.
yang terendah terdapat pada tangkai buah Kemudian antara biji cabai besar merah,
cabai katokkon kemudian diikuti biji cabai biji cabai katokkon dan biji cabai rawit
katokkon, tangkai buah cabai besar merah, hasilnya signifikan jika dibandingkan
biji cabai rawit, biji cabai besar merah, dengan buah cabai besar merah, buah
tangkai buah cabai rawit, buah cabai cabai katokkon dan buah cabai rawit.
katokkon, buah cabai besar merah, dan Buah cabai rawit, buah cabai besar merah,
buah cabai rawit. Dibandingkan dengan dan buah cabai katokkon signifikan
penyarinya dimana penyari terendah dengan tangkai buah cabai katokkon dan
terdapat pada penyari n-Heksan disusul tangkai buah cabai besar merah, namun
penyari metanol dan penyari aquadest. tidak signifikan antara bagian buah cabai
Dalam aspek penyari dapat dilihat rawit, buah cabai besar merah, dan buah
adanya pengaruh yang signifikan antara n- cabai katokkon dengan tangkai buah cabai
Heksan dengan metanol, aquadest rawit.

Dari hasil interaksi penyari aquadest buah cabai besar merah (10%), buah
diperoleh bahwa yang paling tinggi cabai katokkon (10%), tangkai buah
terdapat pada buah cabai rawit dengan cabai katokkkon (8,5%), tangkai buah
rendemen (23,5%) diikuti buah cabai cabai besar merah (5,5%), biji cabai
besar merah (18%), tangkai buah cabai besar merah (5%), dan biji cabai
rawit (14,5%), buah cabai katokkon katokkon (5%). Dan untuk pelarut n-
(12,5%), tangkai buah cabai besar merah Heksan diperoleh ekstrak yang paling
(12%), tangkai buah cabai katokkon (7%), tinggi terdapat pada biji cabai besar
biji cabai besar merah (4%), biji cabai dengan rendemen (10%) diikuti biji
katokkon (4%), dan biji cabai rawit cabai katokkon (5%), biji cabai rawit
(3,5%). Sementara untuk pelarut metanol (5%), buah cabai besar merah (5%),
diperoleh ekstrak yang paling tinggi buah cabai katokkon (5%), buah cabai
adalah ekstrak buah cabai rawit dengan rawit (5%), tangkai buah cabai rawit
rendemen (15%) diikuti tangkai buah (1%), tangkai buah cabai katokkon
cabai rawit (10%), biji cabai rawit (10%), (0,5%), dan tangkai buah cabai besar
merah (0,5%). Kemudian pada bagian Effects of Capsaicin When Loaded
tanaman dan Spesies cabai yang Into Olive Oil Nanoemulsion: An In
digunakan dapat dilihat adanya variasi Vivo Study. International Journal of
dimana dalam penggunaan penyari n- Pharmaceutics 559, 341–347.’'
Heksan biji dan buah relatif sama Antony, J. (2023). 4 - A systematic
dibandingkan dengan rendemen yang methodology for design of
menggunakan tangkai. Pada penyari experiments. In J. Antony (Ed.),
metanol didapatkan hasil yang sama dan Design of Experiments for Engineers
lebih tinggi terdapat pada buah cabai and Scientists (Third Edition) (Third
rawit, kemudian untuk penyari aquadest Edition, pp. 33–50). Elsevier.
tangkai relatif lebih rendah dibandingkan
semua penggunaan penyari aquadest. Andayani, dan L., Sarido. (2013). Uji
Kesimpulan Empat Jenis Pupuk Kandang
Berdasarkan data hasil penelitian terhadap Pertumbuhan dan Hasil
dapat disimpulan bahwa optimasi variasi Tanaman Cabai besar (Capsicum
jenis penyari (Aquadest, Metanol, n- annum L.). Jurnal Agrifor 12(1):22-
Heksan) dan bagian tanaman (Buah, Biji, 29.
dan Tangkai buah) dalam menghasilkan
persen rendemen tertinggi terdapat pada Anggraini, L. (2020). Asuhan
ekstrak buah cabai rawit dengan penyari Keperawatan Pada An. Z Dengan
aquadest dengan bobot ekstrak 4,7 g dari Dhf (Dengue Hemogragi Fever) di
20 g simplisia dengan persen rendemen RSIA Husada Bunda Salo Tahun
23,5%. 2020 (Doctoral dissertation,
Saran Universitas Pahlawan Tuanku
Diperlukan pengujian lebih lanjut Tambusai).
dengan membuat formula sediaan topikal
dalam bentuk sediaan salep untuk Anonim. (2016). Katokkon, Si Raja Pedas
mengetahui efektivitas sediaan ekstrak Dari Toraja. Retrieved February 11,
cabai terhadap hewan uji coba. 2023.
DAFTAR PUSTAKA
Arifulloh. (2013). Ektraksi Likopen dari
Alfianingsih, S. (2016). Aktivitas Buah Tomat (Lycopersium
Antibakteri Fraksi n-heksan, esculentum Mill.). dengan Berbagai
Kloroform dan Etanol Dari Komposisi Pelarut. Skripsi.
Ekstrak Etanol Daun Rambutan Universitas Jember. Jember.
(nephelium lappaceum, l.)
Terhadap Bakteri Escherichia Azlan, A., Huei, C.S., Ismail, A., Shafie,
coli. Revista CENIC. Ciencias N.H., Sultana, S., (2020).
Biológicas, 152(3), 28. Antioxidant and Anti-Obesity
Properties of Local Chilies Varieties
Alif. (2017). Kiat Sukses Budidaya Cabai in Malaysia. Journal of Food Science
Rawit. Genesis. Yogyakarta. and Technology 57, 3677–3687.
Amani, A., Faramarzi, M.A., Khansari,
M.G., Aghajani, M., Esmaeli, F., Badan Pusat Statistik (BPS). (2014).
Ghiasi, Z., (2019). Enhancing Pertanian dan Pertambangan:
Analgesic and Anti-Inflammatory Holtikultura
Popelka, P., Karel, Š., P., J., P., R.,
Candani, D., Ulfah, M., Noviana, W., dan (2017). Determination of
Zainul, R., (2018). A Review Capsaicin Content and
Pemanfaatan Teknologi Sonikasi. Pungency Level of Different
Chemistry Education and Physical
Fresh and Dried Chilli
Chemistry Laboratory, FMIPA,
Universitas Negeri Padang,
Peppers. Folia Veterinaria 61,
Indonesia: 1-21. 11–16.

Fattori, V., Hohmann, M.S.N., Rossaneis, Prasetyo, dan Inoriah E, (2013)


A.C., Pinho-Ribeiro, F. A., & Verri, Pengelolaan Budidaya
J. W. A. (2016). Capsaicin : Current Tanaman Obat-Obatan (Bahan
Understanding of Its Mechanism Simplisia). Penerbit: Fakultas
and Clinical Uses. Pertanian UNIB, Bengkulu.

Gogus, F., Ozel, M.Z., Keskin, H., Yanık, Pakiding, E., (2016). Cabai Katokkon
D.K., Lewis, A.C., (2015). (Capsicum annuumL.Sinensis).
Volatiles of Fresh and
Commercial Sweet Red Pepper Qian, K., Wang, G., Cao, R., Liu, T.,
Pastes: Processing Methods and Qian, G., Guan, X., Guo, Z.,
Xiao, Y., Wang, X., (2016).
Meigaria, K. M, Mudianta I. W., &
Capsaicin Suppresses Cell
Martiningsih, N. W (2016).
Skrining Fitokimia Dan Uji Proliferation, Induces Cell
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Cycle Arrest and ROS
Jurnal: Wahana Matematika dan Production in Bladder Cancer
Sains, Vol. 10, No. 2 Cells through FOXO3a-
Mediated Pathways. Molecules
Melinda,(2014). Aktivitas Antibakteri 21, 1–15.
Daun Pacar (Lowsonia intermis
L), Skripsi, Universitas Rahayu, S., (2017). Isolasi Pektin dari
Muhammadiyah Surakarta, Kulit Pepaya (Carica Papaya L.)
Surakarta. dengan Metode Refluks
Menggunakan Pelarut HCl Encer.
Ningsih, Indah, Y, (2016), Modul Universitas Negeri Sriwijaya,
Saintifikasi Jamu (Penanganan Palembang
Pasca Panen). Bagian Biologi
Farmasi. Fakultas Farmasi
Universitas Jember

Padmasari, PD, Astuti KW, Warditiani


NK.(2013) Skrining Fitokimia
Ekstrak Etanol 70% Rimpang
Bangle (Zingiber purpureum
Roxb.). Journal. 2013;366:1-7.
Rahmadani, F., (2015). Uji aktivitas Suriana, Netu. (2013). Cabai: Sehat &
antibakteri dari ekstrak etanol Berkhasiat. 1 ed. Yogyakarta:
96% kulit batang kayu jawa ANDI.
(Lannea coromandelica) terhadap
bakteri staphylococcus aureus, Syukur, Muhamad. (2013). Cabai
escherichia coli, helicobacter Prospek Bisnis dan Teknologi
pylori, pseudomonas aeruginosa
Mancanegara. Bogor:
(Bachelor's thesis, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: Fakultas Swadaya.
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan).
Rivai, H., Putra, R. Y., & Krisyanella.
Rafieza, (2018). Tingkat Produktivitas 2012. Penentuan Pengaruh Jenis
Cabai. Jakarta. Pelarut Pengekstrak Terhadap
Perolehan Kadar Senyawa
Rusdiana, T., Fitriyanti, F., & Adawiah, Fenolat Dan Aktifitas Antioksidan
A. (2018). Aktivitas antioksidan Dari Daun Jambu Biji (Psidium
dari batang gandaria (Bouea guajava L.). Jurnal Farmasi
macrophylla Griff). Edu Chemia Higea, 4(1): 16- 23.
(Jurnal Kimia dan Pendidikan),
3(2), 195-205.

Supriyanto, S., Simon, B. W., Rifa’i, M.,


& Yunianta, Y. (2018). Aktivitas
antioksidan fraksi metanol
ekstrak daun mimba (Azadirachta
Indica Juss). Prosiding SENIATI,
4(3), 59-63.

Suhaenah, A., dan Nuryanti, S. 2017.


Skrining fitokimia ekstrak jamur
kancing (Agaricus bisporus).
Jurnal Fitofarmaka Indonesia,
4(1), 199-204.

Sundari, R. S., Rizkuloh, L. R., &


Mardianingrum, R. (2021).
Pengaruh Perbedaan pelarut
Terhadap Kadar Fenol Total Dan
Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Gadung (Dioscorea Hispida
Dennst .). Jurnal Biopropal
Industri, 12(1), 43–49.

Suprayogi, A., (2017). Rahasia Daun


Katuk (Katuk in Science). Bogor
(ID): IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai