Anda di halaman 1dari 22

RAHASIA

KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikhub


PUSAT PENDIDIKAN PERHUBUNGAN Nomor Kep / / / 2010
Tanggal 2010

ANTENA PROPAGASI DAN TRANSMISI

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum. Penguasaan pengetahuan antena perlu dipelajari tersendiri


disamping teknik radio, walaupun antena itu sendiri merupakan bagian dari radio.
Pesawat radio dalam kondisi baik belum tentu dapat beroperasi secara optimal apabila
dalam penginstalasian antenanya tidak sesuai/tidak tepat mengabaikan ketentuan-
ketentuan sesuai teknik antena. Demikian pula penggunaan antena yang tidak benar
akan dapat menyebabkan kerusakan pada pesawat yang bersangkutan. Sehingga
penggunaan dan instalasi antena harus sesuai dengan ketentuan teknis serta
kepentingan teknis di medan operasi.
Keberhasilan penyelenggaraan komunikasi “Radio” antara lain ditentukan oleh
faktor cuaca dan medan yang dilalui oleh sinyal radio tersebut. Pengaruh cuaca dan
medan tersebut terhadap proses rambatan (propagasi) sinyal sangat besar dan harus
kita pahami agar kita dapat menganalisa dan mengatasi masalah komunikasi yang di
sebabkan oleh faktor propagasi tersebut. Propagasi merupakan segmen sistim
komunikasi antara antena pemancar dan antena penerima. Segmen ini sangat vital
dalam sistim komunikasi, karena menentukan sampai atau tidaknya suatu sinyal ke
antena penerima pada taraf (level) yang diinginkan. Oleh sebab itu pemahaman
propagasi mutlak diperlukan agar kita dapat memahami macam rambatan gelombang
yang terpancar, karakteristik, kendala, serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kwalitas dan intensitas sinyal selama perambatan, agar kita mampu menginstalasi
perangkat komunikasi radio dengan benar dan sesuai, baik secara teknis maupun taktis.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Untuk memberikan penjelasan tentang Antena, Propagasi


dan Transmisi sebagai bahan ajaran.

b. Tujuan. Sebagai pedoman tenaga pendidik dan peserta didik dalam


proses belajar mengajar di pendidikan Diksarcab Hub.

RAHASIA
2

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Untuk dapat mencapai tujuan kurikuler, Hanjar
ini mencakup tentang antenna, propagasi dan transmisi dengan tata urut sebagai
berikut :
a. Pendahuluan.
b. Antena.
c Propagasi.
d. Transmisi.
e. Praktek.
f. Evaluasi akhir pelajaran.
g. Penutup.

BAB II

ANTENA

4. Umum. Antena mentransfer energi RF yang dihasilkan oleh sebuah


pemancar radio, ketempat lain pada jarak tertentu. Energi dipancarkan dalam bentuk
gelombang elektromagnetik. Selama diradiasikan, gelombang bergerak melalui
ruang, dan sebagian gelombang tersebut diserap oleh antena radio penerima. Sebuah
tegangan diinduksikan ke antena penerima, kuat lemahnya tegangan tersebut
tergantung dari intensitas gelombang yang dipancarkan, dan dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain, misal : jarak penerima ke pemancar, tinggi antena dan gangguan selama
perambatan. Antena terbuat dari bahan konduktor, dengan ukuran dan bentuk yang
dibuat sedemikian sehingga memiliki pola tertentu, serta berfungsi menangkap dan atau
memancarkan sinyal radio.

5. Macam Antena. Antena menurut fungsinya dapat dikelompokkan kedalam 2


golongan; antena pemancar dan antena penerima. Namun demikian pada peralatan
radio komunikasi umumnya sebuah antena memiliki ke dua fungsi tersebut sekalijadi
jenis/macam antena yang ada dewasa ini sangat banyak, baik dilihat dari segi
konstruksi (bentuk) instalasi, penggunaan dan lain-lain.

a. Antena Omnidirectional (segala arah). Adalah antena yang secara


konstruksi ataupun instalasi memiliki pola pancar sinyal ke segela arah (ke
sekeliling antena dengan kuat). Secara umum antena Omnidirectional antara
lain :

1) Yang dipasang di Pesawat.


a) Antena Batang.
b) Antena Pita.
c) Antena Whip.
d) Antena Helical.
3

Antena-antena tersebut digunakan pada sistim komunikasi


radio bergerak, atau sistim komunikasi dengan lawan bicara yang
berada disekitar/sekeliling radio tersebut. Karena panjang
antena yang relatif pendek/terpasang rendah, maka jangkauan
antena-antena tersebut. Sangat terbatas (tergantung medan).
Untuk memperluas jangkauan, antena tersebut ditinggikan namun
dengan konstruksi yang agak berbeda.

2) Antena Yang Dipasang dengan tiang/tower.

a) Ground Plane (AGN). Adalah batang radio 1/4λ


yang dilengkapi dengan elemen ground buatan( umumnya 1/4λ ),
dan dipasang pada ketinggian tertentu dari permukaan tanah.
QUARTER - WAVE
VERTICAL RADIATOR

INSULATOR

COAXIAL
A TRANSMISSION
QUARTER -WAVE
GROUND -PLANE RODS LINE

GROUND -PLANE ANTENA

B
HORIZONTAL
PLANE GROUND -PLANE
ANTENA

RADIATION PATTERN
4

Pemasangan antena yang ditinggikan tersebut dimaksdukan


agar komunikasi Line of Sight tercapai dan mengurangi rugi-rugi
propagasi yang disebabkan faktor serapa bumi (Ground
Absorption).

b) Antena Array Dipole. Adalah antena yang tersusun dari


sejumlah elemen dipele dan dipasang dengan konstrusi
mengelilingi sumbu tiang/ fower antena. Umumnya digunakan pada
antena refeater ( VHF/UHF ).

Pandangan Atas

3) Antena yang Di Instalasi dengan bentuk tertentu. Adalah antena


yang dapat memiliki pola radiasi omnidirectional karena instalasinya.

Contoh :

a) Antena V terbalik ( inverted V ).

Adalah antena Dipole 1/2λ


. yang dipasang membentuk
huruf V terbalik.
1/4 λ

Semakin kecil sudut θ, semakin omnidirectional.

b) Antena Slopper.

Adalah antena folded dipole


Broadband HF, yang dipasang
miring/tegak.
5

b. Antena Bidirectional ( 2 arah ). Adalah antena yang sebagian besar


sinyalnya dipancarkan ke dua arah. Umumnya antena tanpa reflektor yang
dipasang sejajar dengan bumi memiliki pola pancaran dua arah.

Contoh jenis antena ini adalah :

1) Antena Dipole Horizontal 1/2λ. Adalah antena HF dengan ukuran


1/2λ; dipasang sejajar dengan bumi pada ketinggian tertentu.
Panjang Antena (l), dapat dihitung dengan
1/2λ persamaan :
1/4λ l = 1/2 λ = 142,5
f

f = Frek

2) Antena Multi Dipole. Adalah sejumlah antena dipole 1/2λ


yang dipasang pada tiang/tempat yang sama. Tujuannya agar bila
frekwensi kerja berubah tidak perlu merubah/menginstalasi ulang ukuran
antena yang digunakan.

f1 f2 f3

3) Antena Folded Dipole. Adalah antena Dipole yang dipasang


horizontal. misal Boadband HF antena pesawat KC 103.

Balun

Radio
6

c. Antena Unidirectional ( satu arah ). Adalah antena yang mayoritas


sinyalnya ke satu arah antena dengan reflector-reflector adalah contoh jenic
antena ini antara lain :

1) Yagi.
Radiator Dipole
Dilipat

Batang Penyangga Yang


Menghantarkan

Kawat Umpan
Twin-lead
(Kembar)

Antena ini banyak kita jumpai, misal pada antena penerima siaran TV

2) Log Periodik. Adalah antena yang secara konstruksi mirip


yagi, hanya antara elemen saling dihubungkan.Antena log periodik adalah
antena Broadband.

Feeder

3) Parabolik. Adalah antena dengan reflector parabolik; umumnya


komunikasi frekwensi ultra tinggi (microwave) dan pada sistim Satelit.
Antena jenis ini memiliki Gain tertinggi dibanding jenis antena lainnya
7

6. Sifat Pancaran / Pola Radiasi Antena. Pola radiasi (radiation pattern)


merupakan visualisasi dan penyebaran sinyal sebuah antena atau dengan kata lain pola
radiasi menggambarkan ke arah mana sebagian besar RF antena di sebarkan dan dari
arah mana antena tersebut. Menerima sinyal paling baik sebagai referensi, pola
radiasi suatu antena adalah main lobe (radiasi utama) dari antena tersebut, meski masih
ada side lobe yang mungkin timbul.
Main Lobe

Side Lobe

a. Macam Pola Radiasi. Antena dalam penyelenggaraan komunikasi


radio, kita dihadapkan pada kebutuhan akan cakupan terhadap area (station)
radio yang tergelar.
Oleh karenanya pemilihan jenis antena tertentu disesuaikan dengan kebutuhan
tersebut.
Pola radiasi antena pada dasarnya ada tiga macam.

1) Radiasi Kesegala Arah (Omnidirectional). Intensitas kuat


medan (fleld strength) merata kesekeliling radiator dan radiasi yang
demikian bisa diperoleh dari antena batas tegak yang diinstalasi secara
vertical.
Contoh : Antena Whip, antena batang, antena pita dan Ground plane.

Pola Pancaran Omnidirectional

Jenis antena ini digunakan agar stasion radio yang dikehendaki


mengcover kesegala arah, misal : Repeater dan pada komunikasi radio
bergerak.

2) Radiasi dengan Dua Arah (Bidirectional). Intensitas kuat


medan tertuju mayoritas ke dua arah dikarenakan radiasi yang terfokus
pada dua arah, maka faktor penguatan antena yang mempunyai radiasi
dua arah menjadi lebih baik dibanding antena omnidirectional.
8

Pola Pancaran Bidirectional.

Untuk memperoleh radiasi pada dua arah, dalam praktek banyak


digunakan jenis antena Dipole setengah lamda yang diistalasikan secara
sejajar terhadap permukaan tanah.

3) Radiasi Satu Arah (Unidirectional). Radiasi jenis ini


dimaksudkan bahwa intensitas kuat medan mayoritas hanya tertuju pada
satu arah saja. Karena radiasi yang terfokus hanya pada satu arah, maka
intensitas kuat medan (Gain) lebih baik dibanding jenis radiasi sebelum ini.
Unidirectional bisa diperoleh bila menggunakan antena yang
dilengkapi pantulan (reflector), misal menggunakan jenis antena Yagi dan
Parabolik.

Pola Pancaran Unidirectional

Radiasi unidirectional digunakan untuk komunikasi antara dua titik stasion


radio (point to point) dan biasanya untuk hubungan line of sight.

7. Teknik Matching Antena.

a. Standing Wave Ratio (SWR). Adalah gelombang yang


menggambarkan fluktuasi tegangan di setiap titik sepanjang saluran transmisi,
yang disebabkan oleh super posisi reflected wave dengan forward wave, dengan
kata lain perbandingan PR dengan PF.
Kerugian akibat SWR tinggi :

1) Ketahanan kabel harus semakin besar.


2) Transfer daya tidak optimal.
3) Dapat menyebabkan distorsi pada sinyal aslinya.
4) Dapat menyebabkan kerusakan pada radio.
9

b. Pengukuran SWR.

1) Dengan menggunakan SWR meter.

Fungtion : SWR, CALL, POWER


Power : OFF, FWD, REF.
Range : 5 W, 20 W, 200 W.
Bagian belakang : - ANT UHF sebelah kiri.
- ANT VHF sebelah kanan.
Saklar sensor : - UHF ke-2.
- VHF ke-1.

Pengoperasian.

a) Kalibrasi. Fungtion posisi CALL, power posisi REF, tekan


handset sambil putar tuning sampai jarum menunjuk angka 0 (nol).

b) Daya pancar.Fungtion posisi power, power posisi FWD,


tekan handset sambil membaca penunjukan jarum sesuai Range
(5, 20, 200 watt), baca hasil penunjukan di ”L”.

c) SWR. Fungtion posisi SWR, power posisi REF, tekan


handset sambil membaca SWR meter, baca angka-angka di ”H”.

2) Dengan menggunakan watt meter.

a) Instalasi.

ANT
P/ PF RADIO

ANT
PR RADIO
10

b) Rumus mencari SWR.

Angka Penunjukan (PF)


P / PF = Skala Max x Range

Angka Penunjukan (PR)


PR = Skala Max x Range

PR
1+ PF
SWR =
1 - PR
PF

BAB III

PROPAGASI

8. Umum. Propagasi dibagi dua macam yaitu propagasi gelombang tanah


(Groundwave) dan propagasi gelombang langit (Skywave), yang meliputi sifat, faktor
yang mempengaruhi dan penggunaannya.

9. Macam dan Sifat Rambatan Propagasi Gelombang Radio.

a. Propagasi Gelombang Tanah (Groundwave Propagation). Propagasi


Ground Wave adalah propagasi di mana sinyal/gelombang radio yang terpancar
dari suatu antena merambat di atas permukaan bumi sampai dengan
(maksimum) lapisan atmosfer terendah troposfer, (sekitar 10 - 11 km) diatas
permukaan bumi. Komunikasi frekuensi sangat tinggi (VHF) dan ultra tinggi
(UHF) serta sebagian komunikasi frekuensi rendah HF yang menggunakan
antena batang, adalah contoh komunikasi dimana sinyal merambat dengan jenis
propagasi Groundwave.
Propagasi Groundwave digunakan untuk komunikasi jarak pendek sampai
sedang (dengan bantuan Repeater). Rugi-rugi propagasi (propagation loss)
sangat besar terutama pada band VHF dan UHF. Demikian pula faktor
serapan bumi (ground absorption) untuk VHF dan UHF sangat besar, terutama
untuk jenis permukaan tanah tertentu; sehingga pada band-band frekuensi
tersebut tidak efisien untuk komunikasi jarak jauh secara point to point.
11

Propagasi Groudwave terdiri (dapat dibagi) dari 4 komponen gelombang :

1) Direct ( Line of sight/LOS ) wave/ Gelombang langsung. Adalah


komponen groundwave dimana sinyal dari antena pemancar merambat
lurus dan langsung diterima oleh antena penerima.

Komponen ini merupakan komponen yang paling dominan pada


sistim komunikasi VHF dan UHF, apalagi bila digunakan antena terarah
( directional), misal yagi, parabolik. Sehingga komponen ini jangan
sampai mengalami hambatan/ halangan medan selama proses
rambatannya. Itulah sebabnya antena dipasang dengan ketinggian
tertentu di atas menara atau pada ketinggian medan tertentu, untuk
mendapatkan hubungan line of sight.

a) Sifat Gelombang Langsung.

(1) Sinyal merambat lurus, tidak boleh terhalang medan


( bukit, gunung, bangunan dan sebagainya).

(2) Rugi-rugi propagasi berbading lurus dengan jarak


komunikasi dan frekuensi sinyal, sehingga pemilihan
frekuensi yang paling rendah sangat dianjurkan.

b) Faktor yang mempengaruhi.

(1) Resapan bumi. Harus diperhitungkan, terutama untuk


jenis permukaan tanah tertentu. Upaya mengurangi
besarnya faktor resapan bumi tersebut antara lain dengan
meninggikan antena.

(2) Ketinggian antena. Menentukan radius/jangkauan


pancaran Sinyal. Semakin tinggi antena semakin jauh
jangkauan yang mungkin dapat dicapai.

c) Penggunaan.Karena komponen gelombang langsung adalah


komponen terbesar (dominan), maka gelombang langsung
merupakan acuan yang mendasari instalasi peralatan komunikasi
radio. Untuk memperoleh komponen gelombang langsung yang
lebih besar biasanya digunakan antena- antena terarah, seperti :
parabola, long periodik, yagi.
12

2) Surface Wave ( gelombang permukaan). Adalah komponen


groundwave dimana sinyal merambat diatas permukaan bumi. Sinyal
tersebut merambat dan mencapai jangkauan tertentu, tergantung
konduktifitas permukaan tanah yang dilewati.

BUMI

Komunikasi radio pada band frekwensi HF atau yang lebih rendah, yang
digunakan untuk komunikasi jarak dekat, menggunakan rambatan jenis
surface wave ini untuk perambatan gelombangnya.

a) Sifat Gelombang Permukaan. Komunikasi radio


pada band frekwensi HF atau yang lebih rendah, yang digunakan
untuk komunikasi jarak dekat, menggunakan rambatan jenis
surface wave ini untuk perambatan gelombangnya.

b) Faktor yang mempengaruhi.

(1) Konduktifitas relatif setiap jenis tanah akan


menentukan jarak capai jangkauan sinyal. Permukaan
tanah dengan konduktifitas baik, akan menghantarkan
gelombang lebih jauh sehingga memungkinkan sinyal dari
sebuah pesawat dapat mencapai jangkauan lebih jauh dari
kemampuan/karakteristik pesawat itu sendiri.

Contoh beberapa konduktifitas dari berbagai macam


permukaan tanah terlihat seperti pada tabel berikut :

No Jenis Permukaan Komduktifitas Relatif


1 Air Laut Baik
2 Tanah basah, rawa Cukup
3 Tanah kering, pasir Buruk
4 Tanah kapur, hutan lebat, Buruk sekali
terutama hutan karet

(2) Frekuensi kerja akan menentukan besarnya serapan


bumi. Sehingga Surface wave ini tidak efektif untuk
komunikasi VHF dan UHF, karena Ground absorptionnya
akan sangat besar. Oleh sebab itulah penggunaan VHF dan
UHF dengan antena-antena pendek lebih efisien untuk
komunikasi jarak dekat. Pengembangan jarak capai
(jangkauan) lebih besar akan lebih efisien dengan
menggunakan sistim banyak relay, dari pada
membuat/memperbesar daya pesawat untuk memperbesar
jangkauan point to pointnya.
13

3) Reflected Wave ( gelombang pantul). Adalah komponen


groundwave dimana gelombang memantul terlebih dahulu kesuatu obyek
sebelum diterima antena penerima. Pemantulan dapat terjadi secara
horizontal maupun vertikal terhadap bidang datar (ground).
Gelombang pantulan dapat menyebabkan masalah komunikasi
( interfrensi ). Karena lintasan gelombang pantul akan lebih jauh dari
gelombang langsung (direct wave) maka gelombang pantul akan sampai
ke antena penerima setelah gelombang langsung. Bila kedua
gelombang “sefase”, resultannya saling memperkuat, tetapi bila berbeda
fase bahkan sampai 180°, akan menimbulkan “ Cancelling effect”, yaitu
tidak adanya sinyal pada antena penerima, meskipun antena pemancar
jelas terlihat (line of sight). Untuk mengatasi interferensi ini cobalah
dengan menggeser kedudukan antena atau mengatur ketinggiannya.

4) Tropospheric Wave ( Gelombang Tropospherik). Adalah


komponen Ground wave sinyal dari suatu antena pemancar terperangkap
pada medium di troposfer, yang di kenal dengan istilah “Tropospheric
duct” Perangkap ini menyebabkan sinyal dapat merambat jauh, beberapa
kali jangkauan normalnya.

Troposferic Duct

BUMI

Fenomena ini bersifat eksidensial, tidak bisa kita duga/ prediksi bilamana
terjadinya, apalagi untuk dimanfaatkan.

Disamping ke 4 komponen ground wave diatas, sebenarnya masih


ada fenomena rambatan ground wave yang lain, yaitu Refraksi dan
deffraksi.

Defraksi : Proses pembelokan dan penyebaran sinyal, apabila


seberkas sinyal mengenai ketinggian sehingga
memungkinkan komunikasi pada daerah lembah, dibalik
ketinggian tersebut.
14

Gejala ini memungkinkan penerima menangkap sinyal dari pemancar


meski tidak line of sihgt ( terhalang ketinggian), dan makin rendah
frekwensi makin mudah didefraksikan dibanding frekwensi yang lebih
tinggi.

Reftraksi : Proses pembelokan sinyal, akibat sinyal tersebut melewati


beberapa medium dengan kerapatan berbeda pada lapisan bawah
atmosfer. Gejala ini menungkinkan jarak line of Sight komunikasi lebih
besar dari jarak Visual line of sightnya.

b. Propagasi gelombang langit ( Sky Wave Propagation). Adalah


perambatan gelombang radio yang diarahkan keangkasa dan dengan bantuan
lapisan Ionosfer, dipantulkan kembali ke bumi.

1) Sifat propagasi gelombang langit. Jenis rambatan ini


mempunyai sifat lintasan gelombang yang cukup jauh, maka kualitas
sinyal yang mempunyai jenis rambatan ini menjadi banyak berkurang.
.
2) Faktor yang mempengaruhi. Sejumlah faktor akan
mempengaruhi lintasan/ jarak capai komunikasi, antara lain Penggunaan
Frekwensi Kerja, Instalasi Antena, Kondisi dan variasi Ionosfer.

a) Penggunaan Frekwensi Kerja. Pemilihan frekwensi kerja


merupakan faktor penting dalam menentukan lintasan/ jangkauan
komunikasi. Pemilihan frekwensi yang terlalu tinggi, bisa jadi tidak
dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer yang diharapkan.
Sebaliknya terlalu rendah kemungkinan tidak sampai. Oleh
sebab itu di perlukan pemilihan frekwensi yang tepat untuk waktu-
waktu tertentu dalam penglenggaraan komunikasi
Teknik pemilihan frekwensi kerja akan dibahas kemudian pada
materi “Memahami Prediction Chart”

b) Instalasi Antena. Instalasi antena, misalnya antena dipole,


ketinggiannya dari atas tanah akan menentukan “ Take off angle”
pancaran sinyalnya. Besarnya sudut pancar ( take off angle) akan
menentukan jarak capai komunikasi.

θ1
θ2θ2
BUMI
15

θ2 < θ 1 ⇒ antena 2 dipasang lebih tinggi dari antena 1 dengan


asumsi frekwensi yang digunakan sama.
c) Kondisi dan variasi Ionosfer. Ionosfer adalah lapisan
atmosferyang berperan memantulkan kembali gelombang radio ke
bumi. Ionosfer sendiri terdiri dari beberapa layer yang memiliki
kerapatan ion berbeda dan muncul pada saat tertentu. Pada siang
hari akibat pemanasan sinar matahari, terjadi ionisasi partikel
ionosfer, sehingga terjadi 4 lapisan berturut-turut : lapisan D, E, F1
dan F2.

F2
F1
E
D

Karakteristik setiap lapisan adalah sebagai berikut :

(1) Lapisan D.
(a) Tinggi 48 - 88,5 km di atas permukaan bumi.
(b) Meredam sinyal HF, sehingga tidak mendukung
untuk komunikasi HF.
(c) Digunakan untuk komunikasi LF dan VLF.
(d) Hilang di malam hari.

(2) Lapisan E.
(a) Tinggi 88,5 - 145 km.
(b) Digunakan untuk komunikasi HF jarak
pendek/sedang, terutama lapisan paling bawahnya.
(c) Muncul/ada di siang hari.
(d) Terkadang muncul sporadic E

(3) Lapisan F1.

(a) Ketinggian 145 - 242 km.


(b) Hanya ada di siang hari.
(c) Sinyal yang tembus pada lapisan E, tembus
juga di F1.
(d) Meredam sinyal.

(4) Lapisan F2.

(a) Ketinggian 242 - 402 km.


16

(b) Tingkat ionisasi tertinggi dan maksimum saat


siang hari.
(c) Merupakan lapisan terpenting untuk propagasi
sinyal HF.

Pada malam hari terjadi proses rekombinasi, sehingga


hanya menyisakan lapisan F pada ketinggian 225-354 km
(penggabungan F1 dan F2). Meski tingkat ionisasi rendah,
namun cukup untuk memantulkan kembali sinyal HF.
Karena lapisan F paling tinggi, maka untuk frekwensi
sinyal HF yang sama akan meminiki lintasan lebih jauh
dibanding siang hari.

A C
B

Sehingga untuk frekwensi yang sama, lintasan


skywave malam hari lebih jauh dibanding siang hari.
Karena pengeseran lintasan ini dapat menyebabkan
masalah komunikasi, maka frekwensi kerja untuk malam hari
harus diatur kembali (diturunkan) dari harga frekwensi siang
hari.
17

BAB IV

TRANSMISI

10. Umum. Saluran transmisi merupakan suatu media yang berfungsi


menyalurkan paket informasi baik suara, gambar maupun data dari suatu titik ke titik lain
dalam suatu jaringan telekomunikasi. Untuk mengetahui kemampuan dari media
saluran transmisi maka perlu mengetahui jenis-jenisnya.

11. Macam-macam Saluran Transmisi.

a. Open Wire Line ( Kawat terbuka).

Sifat dan penggunaan :

1) Redaman relatif kecil, sesuai untuk transmisi jarak jauh.


2) Memerlukan penjagaan jarak ( specer ) antar kawat.
3) Contoh penggunaan : Transmisi jala-jala listrik.

b. Paralel Wire ( Kabel ).

Konduktor

Isolator

Pembungkus Luar

Sifat dan penggunaan :

1) Redaman lebih besar dari kawat telanjang.


2) Lebih praktis, elastis dan relafif aman dari hubungkan singkat.
3) Digunakan untuk transmisi sinyal frekwensi rendah.

c. Co-axial Cable.
Isolator

Outer Conductor
18

Inner Conductor
Sifat dan penggunaan :

1) Redaman lebih besar dari kabel biasa.


2) Redaman makin besar bila frekwensi sinyal makin besar.
3) Lebih aman dari pengaruh induksi/ interferensi.
4) Digunakan untuk transmisi sinyal RF sampai dengan orde Mhz.

d. Wave Guide. Digunakan pada transmisi sinyal RF pada orde Ghz.


Contoh : pada bagian antena penerima parabola, Radar dan seterusnya.
Bentuk wave guide bermacam-macam antara lain :

1) Rectangular

2) Circulair.

3) Elipptical.

e. Fiber Optic. Digunakan untuk transmisi sinyal pembawa berupa cahaya/


Laser. Penggunaan serat optik memiliki banyak unggulan antara lain :

1) Dimensi kecil dan ringan.


2) Bandwidth/ kapasitas penyaluran informasi sangat besar.
3) Bebas Interferensi, hubungan singkat dan redaman sangat kecil.

Namun perangkat pendukung untuk transmisi serat optik dan pemeliharaannya


sangat mahal.
19

12. Perhitungan Feeder Line.

a. Cara Pencatuan Antena. Pencatuan antena adalah teknik


menghubungkan antena dengan sumber sinyal, baik secara langsung maupun
dengan perantaraan saluran transmisi (feeder line).Pengaruh letak titik catu
menyebabkan timbulnya distribusi arus dan tegangan yang bermacam-macam,
seperti tampak pada gambar berikut :
Titik catuan yang umum dipakai adalah titik catuan di tengah (pada titik 1/2
λ dan titik 1/4λ .

1) Setengah gelombang ( 1/2 λ ).

1/2 λ

1/4 λ

Pada keadaan ini tegangan maksimum beberapa di ujung antena, maka


besar arus adalah minimum sehingga impedansinya paling besar ( 2400
ohm ) ditengah-tengah antena, besar arus maksimum, tegangan minimum,
sehingga impedansi minimum (50 - 75 ohm ).

2) Dititik seperempat gelombang ( 1/4 λ ).

1/4 λ

Pada konstruksi 1/4 λ : impedansi minimum terletak pada ujung “


Grounded : yang besarnya sekitar 30 ohm. Sedang titik impedansi
maksimum terletak pada ujung terbuka sebesar 4800 ohm.
20

b. Karakteristik Redaman Feeder Line. Redaman (losess) yang terjadi


pada suatu saluran transmisi yang digunakan sebagai feeder line, ditentukan
oleh beberapa faktor, antara lain : Frekwensi sinyal, Diameter kabel serta
Panjang kabel. Untuk beberapa jenis kabel co-axial, karakteristik redaman
ditunjukkan seperti pada grafik berikut:
TRANSMISSION LINE LOSS CHART
100.0
90.0
80.0

40.0
30.0

20.0

10.0
8.0
ATTE- 6.0
NUA- 5.0
TION 4.0
IN DB/ 3.0
100 fL
2.0

1.0
0.9
0.6
0.5
0.4
0.3

0.2

0.1
1 2 3 4 5 10 20 30 40 50 100 200 300 500 1000 2000 10000
Freq. (MHz)

Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa redaman kabel co-axial tergantung
dari :

1) Frekwensi kerja. Semakin tinggi frekwensi sinyal yang melewati


kabel, nilai redaman semakin tinggi.

2) Diameter saluran. Umumnya semakin besar konstruksi kabel, nilai


redaman semakin kecil. Contoh ; Jenis RG-8 ( diameter lebih besar )
memiliki redaman yang lebih rendah dibanding RG-58 ( diameter lebih
kecil ).
21

3) Panjang saluran. Semakin panjang kabel yang digunakan, nilai


redaman semakin meningkat. Pada Grafik ditunjukkan nilai redaman
dalam dB untuk panjang kabel per 100 feet.

c. Perhitungan Feeder Line.

1) Perhitungan panjang feeder. Panjang feeder disesuaikan


dengan kebutuhan instalasi (jarak dari antena ke pesawat). Namun
diusahakan agar penggunaan feeder sehemat mungkin (tanpa
mengorbankan segi teknis maupun estitika inslatasi ). Karena semakin
pendek feeder akan mengurangi losses (rugi-rugi) yang terjadi
disepanjang feeder tersebut.

2) Perhitungan Rugi-rugi feeder Line. Dengan menggunakan


grafik rugi-rugi saluran transmisi, kita dapat menentukan besarnya rugi-
rugi (losses) yang terjadi disepanjang saluran yang kita gunakan.

Contoh :

a) Hitung rugi-rugi pada sebuah feeder line tipe RF 58


sepanjang 30 m; bila digunakan untuk menyalurkan sinyal RF
dengan frekwensi 100 MHz.

Jawab :

Dari grafik diperoleh untuk tipe RF 58 ( garis A ), F = 100 MHz


Redaman saluran = 5,5 dB/100 fet
Dengan 1 m = 3,3 feet, maka Redaman RG-58,

30 m = 5,5 (30 X 3,3 ) = 5,5 dB.


100
∴ Rugi-rugi saluran = 5,5 dB.

b) Bila pada soal no.1 diatas, digunakan untuk menghubungkan


sebuah pemancar dengan output fower 100 watt ke antenanya,
hitung daya yang hilang di feeder tersebut.

Jawab :

Redaman = 5,5 dB

= log -1 ( - 5,5 )
10

= log -1 - 0,55 = 0,28 ≈ 0,3 kali

Daya yang sampai ke antena ( Po )


22

R = Po
Pi

0,3 = Po ⇒ Po = 30 watt.
100

Jadi daya yang hilang di saluran/feeder

P L = 100 - 30

= 70 watt.

BAB V

PENUTUP

Demikian Naskah tentang antenna propagasi dan transmisi ini dibuat sebagai
bahan pedoman bagi tenaga pendidik dan peseta didik dalam proses belajar mengajar
di pendidikan Sarcab Hub.

---===OO===---

Anda mungkin juga menyukai