Anda di halaman 1dari 3

Nama : Hanifiah

NIM : 1514622001

Pendidikan Pancasila

SOAL
Carilah UU atau Peraturan rumah ibadah, lalu kaitkan dengan kasus pembangunan
gereja di cilegon :
Ketentuan pendirian rumah ibadat tercantum dalam Pasal 14 ayat (1) dan (2) Peraturan
Bersama 2 Menteri No. 9,8/2006 sebagai berikut:
1. Pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis bangunan gedung.
2. Persyaratan khusus pendirian rumah ibadat:
a. daftar nama dan KTP pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 orang
yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah;
b. dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 orang yang disahkan oleh
lurah/kepala desa;
c. rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota; dan
d. rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota.

JAWABAN :
Beberapa waktu yang lalu, pada bulan September terdapat kasus yang cukup menggegerkan
yaitu penolakan pembangunan Gereja pada kota Cilegon. Pada daerah tersebut mayoritas
masyarakatnya menolak berdirinya sebuah gereja HKBP, bahkan Walikota Cilegon, Helldy
Agustian juga ikut dalam aksi penolakan tersebut dan warga setempat pun mengancam akan
menurunkan walikota Cilegon tersebut apabila menyetujui pembangunan gereja tersebut.

Bukan kali ini saja Pemerintah Kota Cilegon menolak pembangunan rumah ibadah umat
kristiani. Menurut catatan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI),
Pemerintah Kota Cilegon telah menolak empat kali pengajuan izin Gereja HKBP Maranatha
sejak 2006 dan lima kali menolak pengajuan izin Gereja Baptis Indonesia Cilegon sejak
1995. Dan hingga saat ini, kota Cilegon tidak memiliki satupun tempat ibadah umat non
Islam. Pada tahun 2019 data resmi negara mencatat pada kota Cilegon terdapat 382 masjid
dan 287 mushola, tanpa ada satupun gereja, pura, maupun vihara tercatat. Padahal, jumlah
warga non-Muslim di tahun yang sama tidak hanya sedikit yaitu 6.740 warga Kristen, 1.743
warga Katolik, 215 warga Hindu, 215 warga Buddha, dan 7 warga Konghucu. Dan mereka
semua tentu memerlukan tempat ibadah.

Wali Kota Cilegon menegaskan pembangunan gereja tersebut belum sesuai peraturan
bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006. Padahal
sebagai pelayan masyarakat, tanpa memandang suku, agama, ras, dan antargolongan, sang
wali kota seharusnya membantu persyaratan apa saja yang harus dipenuhi dalam
pembangunan rumah ibadah. Ia mengatakan, Pemerintah Kota Cilegon belum pernah
menerima permohonan pendirian rumah ibadah. Menurutnya panitia pembangunan gereja
hanya menyampaikan informasi bahwa proses persyaratan perizinan pembangunan rumah
ibadah belum terpenuhi. Yakni persyaratan berdasarkan peraturan bersama Menteri
Agama
dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006. Beliau mengatakan persyaratan
izin pembangunan gereja belum sesuai dengan aturan yang berlaku.

Sekretaris Forum Kerukuan Umat Beragama (FKUB) Kota Cilegon, Agus Surahmat
mengungkap setidaknya ada tiga alasan mendasar mengapa pembangunan gereja di
Kota Cilegon selalu ditolak yaitu berkaitan dengan
1. Tragedi Geger Cilegon (tragedi banyak Ulama yang digantung)
2. Proyek pembangunan pabrik baja atau Trikora yang saat ini dikenal sebagai PT
Krakatau Steel (perjanjian antar ulama dan tokoh masyarakat untuk tidak
mendirikan rumah ibadah saat bersedia direlokasi)
3. Keputusan Bupati Ronggo Waluyo tahun 1975.

Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Serang Nomor 189/Huk/SK/1975,


Tertanggal 20 Maret 1975, tentang Penutupan Gereja/Tempat Jamaah bagi Agama
Kristen dalam daerah Kabupaten Serang mengatur dan menertibkan tentang ketentuan
pendirian rumah ibadah di daerah Cilegon selain masjid. Surat itu merupakan buah dari
perjanjian ulama di Cilegon saat awal berdirinya PT Krakatau Steel yang saat itu
permukiman desa, pesantren hingga makam para leluhur dipindah. Komite Kearifan
Lokal Kota Cilegon menjadikan SK Bupati ini sebagai dokumen yuridis yang menjadi
landasan hukum aturan yang mengatur pendirian rumah ibadah selain masjid di wilayah
Kabupaten Serang yang sekarang menjadi Kota Cilegon.

Panitia Pembangunan Rumah Ibadah HKBP Maranatha mengatakan telah mendapatkan


validasi 112 jemaat dari total 3.903 jiwa atau 856 KK yang tersebar di 8 Kecamatan Kota
Cilegon tentang pembangunan Gereja ini. Lalu Panitia Pembangunan Rumah Ibadah HKBP
Maranatha juga telah meminta dukungan dari 70 warga yang berada di lingkungan
Kelurahan Gerem, juga telah mengajukan permohonan validasi domisili sejak Tanggal 21
April 2022 kepada Lurah Gerem, Rahmadi. Namun, Lurah Gerem tidak bersedia
memberikan validasi atau pengesahan 70 dukungan warga dengan alasan tidak jelas.

Selain itu, panitia pembangunan juga telah mengajukan permohonan ke Kemenag Cilegon
pada 6 Juni 2022 dan dinyatakan berkas dokumen belum lengkap. Pada 15 Agustus 2022,
Marnala kemudian melengkapi persyaratan yang diminta Kemenag. Marnala menegaskan,
kepemilikan tanah pembangunan rumah ibadah adalah hasil dari tukar menukar antara
HKBP dengan PT Nusaraya Putra Mandiri pada 8 Oktober 2004.

Ketua Panitia Pembangunan Rumah Ibadah HKBP Maranatha Cilegon, Marnala


Napitupulu mengatakan, tahapan perizinan pembangunan rumah ibadah telah ditempuh
untuk mengantongi izin sesuai aturan. Marnala mengungkapkan, tahapan perizinan telah
dilakukan yakni pendataan jumlah jemaat sebanyak 112 orang yang sudah divalidasi dari
total jemaat 3.903 jiwa atau 856 KK di Cilegon. Mereka juga telah mendapatkan dukungan
dari 70 warga yang berada di Kelurahan Gerem atau sekitar lokasi rencana pembangunan
gereja.

Jika dikaitkan dengan pasal 14 ayat 2, sesungguhnya jumlah orang yang memvalidasi
pembangunan gereja ini sudah sesuai dengan hukum yang tertulis, tetapi sayangnya
warga dan pengurus pengurus daerah setempat tidak ingin menyetujui/ mensahkan
pembangunan gereja tersebut. Sehingga panitia pembangun gereja tersebut juga akan
sulit mensahkan dokumen dokumen yang dibutuhkan untuk bisa mendirikan gereja di
daerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai