Integrasi Alkitab
Roma 12 : 2 “janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang
baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.
Pertemuan 1
BENTUK MOLEKUL BERDASARKAN TEORI VSEPR DAN TEORI DOMAIN
ELEKTRON
1. Teori Valence Shell Electron Pair of Repulsion (VSEPR) dan Teori Domain Elektron.
Teori VSEPR adalah teori yang menggambarkan bentuk molekul berdasarkan kepada
tolakan pasangan electron disekitar atom pusat. Teori tolakan pasangan elektron ini dikenal
dengan istilah VSEPR (Valence Shell Electron Pair of Repulsion). Bentuk molekul didasarkan
kepada jumlah electron yang saling tolak-menolak disekitar atom pusat yang akan menempati
tempat sejauh munkin untuk meminimumkan tolakan.
Teori Domain Elektron
Menurut Ralph H. Petrucci (1985), teori Domain Elektron merupakan penyempurnaan dari teori
VSEPR. Teori ini adalah suatu cara meramalkan bentuk molekul berdasarkan tolak menolak
elektron-elektron pada kulit luar atom pusat. Domain elektron berarti kedudukan elektron atau
daerah keberadaan elektron. Jumlah domain elektron ditentukan sebagai berikut:
a. Setiap elektron ikatan (apakah ikatan tunggal, rangkap atau rangkap tiga) merupakan 1
domain.
b. Setiap pasangan elektron bebas merupakan 1 domain.
Contoh : Tentukan domain elektron atom pusat pada beberapa senyawa : H 2O, CO2 dan SO2!
Pembahasan
• Gambarkan struktur lewis masing-masing senyawa
• Setiap satu elektron ikatan (tunggal, rangkap dua maupun rangkap tiga merupakan satu domain
• Setiap pasangan elektron bebas merupakan satu domain Sehingga jumlah domainnya dapat
dilihat pada tabel berikut
Penjelasan :
1. Pada struktur lewis H2O atom pusat O dikelilingi oleh 4 PEI sehingga jumlah domain elektron
=4
2. Pada struktur lewis CO2 atom pusat C dikelilingi oleh 2 ikatan rangkap, sehingga domain
elektron = 2
3. Pada struktur lewis SO2 atom pusat S dikelilingi oleh dua ikatan rangkap, ikatan tunggal dan 1
PEB, sehingga jumlah domain elektron = 3
Teori domain elektron mempunyai prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
a. Antar domain elektron pada kulit luar atom pusat saling tolak-menolak sehingga domain
elektron akan mengatur diri (mengambil formasi) sedemikian rupa, sehingga tolak-menolak di
antaranya menjadi minimum.
b. Urutan kekuatan tolak-menolak di antara domain elektron adalah: Tolakan antar domain
elektron bebas > tolakan antara domain elektron bebas dengan domain elektron ikatan > tolakan
antara domain elektron ikatan.
c. Bentuk molekul hanya ditentukan oleh pasangan elektron ikatan.\
2. Rumus/Tipe Molekul
Rumusan tipe molekul dapat ditulis dengan lambang AXnEm (jumlah pasangan
electron), pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron bebas (PEB)
dimana :
A : Atom pusat
X : Jumlah pasangan elektron ikatan (PEI)
E : jumlah pasangan elektron bebas (PEB)
Catatan:
a. ikatan rangkap dua atau rangkap tiga dihitung satu pasang electron ikatan
b. tolakan antara PEB-PEB> PEB-PEI>PEI-PEI
c. PEI menentukan bentuk molekul,PEB mempengaruhi besar sudaut ikatan
Langkah-langkah memprediksi bentuk molekul dengan teori VSEPR
a. Tentukan struktur lewis dari rumus molekul
b. Tentukan jumlah PEB dan PEI atom pusat
c. Tentukan tipe/rumus molekulnya
d. Gambar bentuk molekul dan beri nama sesuai dengan jumlah PEI dan PEB
Contoh : 1. Senyawa metana, CH4 Struktur lewisnya dapat digambarkan sebagai berikut :
Dari struktur lewisnya, bahwa atom pusat, C memiliki empat pasanganelektron ikatan (PEI) dan
tidak memiliki pasangan elektron bebas (PEB),sehingga tipe molekulnya adalah AX 4.Pasangan
elektron ikatan akan menempati posisi dimana tolakan sekecilmungkin, sehingga posisi PEI
antara satu dengan yang lain menjadi samajaraknya dan menghasilkan sudut antara H – C – H
yang sama besarnya,sehingga berdasarkan rumus/tipe molekulnya, CH 4 memiliki bentuk
tetrahedral seperti tampak pada gambar berikut
Tabel 3.6-2. Hubungan antara jumlah PEI, PEB, tipe molekul dan bentuk molekul
Pertemuan 2 MENENTUKAN BENTUK GEOMETRI MOLEKUL
Menentukan bentuk geometri molekul XeF2, XeF4, dan XeF6. Diantara molekul-molekul tersebut
ada yang memiliki pasangan elektron bebas dan ada yang tidak, jadi molekul-molekul tersebut
adalah contoh yang bagus untuk lebih memahami teori VSEPR.
Pertama kita harus mementukan struktur lewis masing-masing molekul. Xe memiliki jumlah
elektron valensi 8 sedangkan F elektron valensinya adalah 7 (lihat gambar dibawah)
Struktur Lewis XeF2 seperti gambar di bawah, dua elektron Xe masing-masing diapakai untuk
berikatan secara kovalen dengan 2 atom F sehingga meninggalkan 3 pasangan elektron bebas
pada atom pusat Xe. Hal yang sama terjadi pada molekul XeF 4 dimana 4 elektron Xe dipakai
untuk berikatan dengan 4 elektron dari 4 atom F, sehingga meninggalkan 2 pasangan elektron
bebas pada atom pusat Xe.
Lihat gambar diatas XeF2 memiliki 2 pasangan elektron ikatan (PEI) dan 3 pasangan elektron
bebas (PEB) jadi total ada 5 pasangan elektron yang terdapat pada XeF 2, hal ini menandakan
bahwa geometri molekul atau kerangka dasar molekul XeF2 adalah trigonal bipiramid. Karena
terdapat 3 PEB maka PEB ini masing masing akan menempati posisi ekuatorial pada kerangka
trigonal bipiramid, sedangkan PEI akan menempati posisi aksial yaitu pada bagian atas dan
bawah. Posisi inilah posisi yang stabil apabila terdapat atom dengan 2 PET dan 3 PEB sehingga
menghasilkan bentuk molekul linear. Jadi bentul molekul XeF2 adalah linier.(lihat gambar
dibawah).
Lihat gambar strutur lewis XeF4 memiliki 4 pasangan elekktron terikat (PEI) dan 2 pasangan
elektron bebas (PEB) jadi total ada 6 pasangan elektron yang terdapat pada XeF 4, hal ini
menandakan bahwa geometri molekul atau kerangka dasar molekul XeF 4 adalah oktahedral.
Karena terdapat 2 PEB maka PEB ini masing masing akan menempati posisi aksial pada
kerangka oktahedral, sedangkan PEI akan menempati posisi ekuatorial. Posisi inilah posisi yang
stabil apabila terdapat atom dengan 4 PET dan 2 PEB sehingga menghasilkan bentuk molekul
yang disebut segiempat planar. Jadi bentul molekul XeF2 adalah segiempat planar.(lihat gambar
dibawah).
4) Pasangan elekton ikatan (X) = 4, atom C menggunakan empat elektronnya untuk membentuk
ikatan dengan empat H, sehingga PEI = 4
5) Pasangan Elektron Bebas E = (Elektron Valensi -PEI)/2 = (4 – 4)/2 = 0
6) Tipe molekulnya AX4.
7) Bentuk molekulnya adalah tetrahedral
Catatan : dengan adanya PEB yang akan menolak PEI menjadikan sudut ikatan 109o.
Integrasi Alkitab
Yeremia 32:17
Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan
kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu apa pun yang
mustahil untuk-Mu.
Pertemuan 4 INTERAKSI ANTAR MOLEKUL
1. Gaya Van Der Waals
Gaya Van Der Waals merupakan salah satu jenis gaya tarik menarik diantara
molekul. Gaya ini timbul dari gaya London dan gaya antardipol-dipol. Jadi, gaya Van
Der Waals dapat terjadi pada molekul nonpolar maupun molekul polar.
Gaya ini diusulkan pertama kalinya oleh Johannes Van der Waals (1837-1923).
Konsep gaya tarik antar molekul ini digunakan untuk menurunkan persamaan
tentang zat-zat yang berada pada fase gas.
Kejadian ini disebabkan adanya gaya tarik-menarik antara inti atom dengan
elektron atom lain yang disebut gaya tarik menarik elektrostatis (gaya coulomb).
Umumnya terdapat pada senyawa polar.
Untuk molekul non polar, gaya Van der waals timbul karena adanya dipol-dipol sesaat atau gaya
London.
Gaya Van der Waals bekerja bila jarak antar-molekul sudah sangat dekat, tetapi tidak
melibatkan terjadinya pembentukan ikatan antar atom. Misalnya, pada suhu -160°C molekul Cl2
akan mengkristal dalam lapisan tipis, dan gaya yang bekerja untuk menahan lapisan-lapisan
tersebut adalah gaya Van der Waals.
Paling sedikit terdapat tiga gaya antarmolekul yang berperan dalam
terjadinya gaya Van der Waals, yaitu gaya orientasi, gaya imbas, dan gaya
dispersi.
Gambar 5. Titik didih senyawa hidrida dari unsur-unsur golongan IVA, VA, VIA, dan VIIA.
(Sumber: Chemistry,The Molecular Nature of Matter and Change, Martin S. Silberberg.2000)
Perilaku normal ditunjukkan oleh senyawa hidrida dari unsur-unsur golongan IVA, yaitu titik
didih meningkat sesuai dengan penambahan massa molekul. Kecenderungan itu sesuai dengan
yang diharapkan karena dari CH ke SnH massa molekul relatif meningkat, sehingga gaya Van
der Waals juga makin kuat. Akan tetapi, ada beberapa pengecualian seperti yang terlihat pada
gambar, yaitu HF, H2O, dan NH3. Ketiga senyawa itu mempunyai titik didih yang luar biasa
tinggi dibandingkan anggota lain dalam kelompoknya. Fakta itu menunjukkan adanya gaya tarik-
menarik antarmolekul yang sangat kuat dalam senyawa-senyawa tersebut. Walaupun molekul
HF, H2O, dan NH3bersifatpolar,gaya dipol-dipolnya tidak cukup kuat untuk menerangkan titik
didih yang mencolok tinggi itu.
Perilaku yang luar biasa dari senyawa-senyawa yang disebutkan di atasdisebabkan oleh ikatan
lain yang disebut ikatan hidrogen (James E. Brady, 2000). Oleh karena unsur F, O, dan N sangat
elektronegatif, maka ikatan F – H, O – H, dan N – H sangat polar, atom H dalam senyawa-
senyawa itu sangat positif. Akibatnya, atom H dari satu molekul terikat kuat pada atom unsur
yang sangat elektronegatif (F, O, atau N) dari molekul tetangganya melalui pasangan elektron
bebas pada atom unsur berkeelektronegatifan besar itu. Ikatan hidrogen dalam H2O disajikan
pada gambar berikut :
Gambar 6. Molekul polar air (kiri) dan ikatan hidrogen pada air (kanan). (Sumber: Chemistry,
The Molecular Nature of Matter and Change, Martin S. Silberberg. 2000.)
Integrasi Alkitab
Kejadian 1 : 14 “Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk
memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang
menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun”.
• Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat membentuk ion-ion
dalam pelarutnya, sehingga larutan tidak dapat mengantarkan listrik. Ciri dari larutan ini
dalam suatu percobaan adalah tidak dapat menyalakan lampu dan tidak menghasilkan gas
pada kedua elektrodenya. Larutan yang demikian disebut larutan non-elektrolit. Senyawa
yang termasuk dalam kelompok ini adalah urea, gula (glukosa atau sukrosa), alcohol dan
senyawa-senyawa kovalen non polar.
Pada umumnya, elektrolit kuat adalah larutan beberapa asam dan basa serta garam. Contoh elektrolit kuat
dari zat asam adalah HCl, HBr, HI, H2SO4, HNO3, dan HClO4; sedangkan dari zat basa yaitu NaOH,
KOH, Mg(OH)2, Ca(OH)2, Sr(OH)2 dan Ba(OH)2.
Larutan Elektrolit Lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan elektrolit yang mempunyai daya hantar
listrik lemah karena hanya sebagian kecil molekulnya saja yang terurai menjadi ionion. Nilai α pada
larutan ini berada diantara 0 dan 1 (0 < α < 1). Ciri-cirinya :
• lampu menyala redup atau tidak menyala,
• gelembung gas relatif sedikit,
• persamaan reaksi ditandai dengan dua arah panah ke kanan dan ke kiri.
Contoh larutan elektrolit lemah adalah larutan cuka dapur (CH3COOH), semua
jenis air (H2O), larutan amonium hidroksida (NH4OH).
Integrasi Alkitab
Yehezkiel 20: 19
PERTEMUAN 8 : Tata nama senyawa anorganik
Senyawa anorganik terdiri dari senyawa dari non logam dan non logam, senyawa dari logam dan non
logam, senyawa asam, basa dan garam.
a. Tata Nama Senyawa Kovalen
Senyawa biner dari dua non-logam umumnya adalah senyawa molekul.
1) Rumus Senyawa
Unsur yang terdapat lebih dahulu dalam urutan berikut ditulis di depan.
Rumus kimia amonia lazim ditulis sebagai NH3 bukan H3N dan rumus kimia air lazim ditulis sebagai H2O
bukan OH2.
2) Nama Senyawa
Penamaan dimulai dari nama non-logam pertama diikuti nama nonlogam kedua yang diberi akhiran –ida.
Contoh:
• HCl = hidrogen klorida
• H2S = hidrogen sulfida
Jika pasangan unsur yang bersenyawa membentuk lebih dari satu jenis senyawa, maka senyawa-senyawa
itu dibedakan dengan menyebutkan angka indeks dalam bahasa Yunani sebagai berikut.
1 = mono 6 = heksa
2 = di 7 = hepta
3 = tri 8 = okta
4 = tetra 9 = nona
5 = penta 10 = deka
Indeks satu (mono) di depan tidak perlu disebutkan.
Contoh:
• CO = karbon monoksida bukan monokarbon monoksida
• CO2 = karbon dioksida bukan monokarbon dioksida
• N2O4= dinitrogen tetraoksida
• N2O3= dinitrogen trioksida
Senyawa yang sudah umum dikenal tidak perlu mengikuti aturan di atas.
Contoh: • H2O = air
• NH3 = amonia
• CH4 = metana
b. Tata Nama Senyawa Ion
Senyawa dari logam dan non-logam umumnya merupakan senyawa ion. Logam membentuk ion positif
(kation) dan non-logam membentuk ion negatif (anion). Di bawah ini nama beberapa kation logam dan
anion non-logam (monoatom dan poliatom) yang perlu dikuasai agar tidak mengalami kesukaran dalam
penulisan rumus kimia dan nama senyawa.
Tabel 1. Beberapa Jenis Kation
PERTEMUAN 9 : PERSAMAAN REAKSI
pada suatu reaksi kimia terdapat dua jenis zat yaitu pereaksi atau reaktan dan produk atau hasil reaksi.
Penulisan reaksi dengan menyatakan lambang unsur atau rumus kimia senyawa yang terlibat dalam reaksi
disebut persamaan reaksi. Rumus umum persamaan reaksi sebagai berikut.
mA + nB → pC + qD
Reaktan Produk
1. Aturan penulisan persamaan reaksi
Persamaan reaksi menyatakan kesetaraan jumlah zat-zat yang bereaksi dengan jumlah zat-zat
hasil reaksi. Untuk menyatakannya digunakan rumus kimia zat-zat, koefisien reaksi, dan wujud
zat. Perhatikan contoh berikut:
2Na (s) + Cl2 (g) → 2NaCl (s)
a. Rumus kimia zat-zat
Zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia dinyatakan oleh rumus kimianya. Rumus pereaksi
diletakkan di ruas kiri dan hasil reaksi diletakkan di ruas kanan. Kedua ruas dihubungkan
oleh tanda panah yang menyatakan arah reaksi.
b. Koefisien reaksi Koefisien reaksi menyatakan jumlah partikel dari setiap pereaksi dan produk
reaksi. Pada contoh di atas, 2 molekul Na bereaksi dengan 1 molekul Cl2 menghasilkan 2
molekul NaCl. Koefisien reaksi 1 umumnya tidak ditulis. Untuk menghitung jumlah atom
unsur, Ananda perhatikan berikut. Rumus menghitung jumlah atom unsur :
Jumlah atom unsur = indeks X koefisien
c. Wujud zat
PERTEMUAN 10 :
A. Hukum–Hukum Dasar Kimia
1. Hukum Lavoiser (Hukum Kekekalan Massa)
Antoine Laurent Lavoisier telah menyelidiki massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi.
Lavoisier menimbang zat sebelum bereaksi, kemudian menimbang hasil reaksinya. Ternyata
massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.
Perubahan materi yang kita amati dalam kehidupan sehari-hari umumnya berlangsung dalam
wadah terbuka. Jika hasil reaksi ada yang berupa gas (seperti pada pembakaran kertas), maka
massa zat yang tertinggal menjadi lebih kecil daripada massa semula. Tetapi jika gas yang
dihasilkan pada pembakaran kertas juga ditimbang massanya, maka massa zat-zat hasil reaksi
akan sama dengan sebelum reaksi.
lihat data hasil reaksi antara Pb(NO3)2 dengan KI dalam wadah tertutup menghasilkan PBI2
dan KNO3 pada Tabel 1. Tabel 1.
Berdasarkan penelitian terhadap berbagai senyawa yang dilakukannya, Proust menyimpulkan bahwa
“Perbandingan massa unsur-unsur dalam satu senyawa adalah tertentu dan tetap.”