Anda di halaman 1dari 5

NAMA : AZIS AKBAR

RAMAMDHAN
NIM : 032114153054
MATKUL : HUKUM
UNIVERSITAS AIRLANGGA PENGADAAN BARANG & JASA D
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI S2 MAGISTER ILMU HUKUM
SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Mata Ujian : Pengadaan Barang dan Jasa
Kelas :D
Hari/ Tanggal : Kamis/ 16 Juni 2022
Waktu : 90 menit
Sifat : TERBUKA
Dosen : Prof. Dr. Y. Sogar Simamora, S.H., M.Hum.
Prof. Dr. Nur Basuki Minarno, S.H., M.Hum.
Dr. Emanuel Sujatmoko, S.H., M.S.
Dr. Faizal Kurniawan, S.H., M.H., LL.M.
Indria Wahyuni, S.H., LL.M., Ph.D.

Perhatian:
 Ujian diketik dengan font Times New Roman, 12, spasi 1,5, diberi nomor halaman
dengan mencantumkan Nama, NIM dan Kelas.
 Ujian terdiri dari 3 (tiga) kode soal, dan Saudara diminta untuk menjawab berurutan
sesuai dengan kode soal.
 Ujian dikerjakan secara mandiri dan jika terbukti ada kesamaan dengan peserta ujian
lainnya langsung dinyatakan tidak lulus.
 Hasil ujian dikumpulkan melalui HEBAT UNAIR, selambat-lambatnya 5 (lima)
menit setelah ujian berakhir.
 Konfirmasi pengiriman naskah ujian (sent email) di foto dan dilaporkan ke group
(Whatsapp).

SOAL A

Dalam pengadaan pekerjaan konstruksi dengan nilai kontrak Rp. 6.523.750.000,00


(enam milyard limaratus dua puluh tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). Hal
tersebut dituangkan dalam kontrak lumpsum tahun tunggal yaitu mulai sejak surat
pertintah kerja diterima pada tanggal 1 Juni 2021 sampai dengan 16 Oktober 2021
dan pembayaran dilakukan sesuai termin yaitu termin pertama 25% hasil pekerjaan,
termin kedua 50% hasil pekerjaan, termin ketiga 75% hasil pekerjaan, dan termen
keempat 100% hasil pekerjaan. Pada tanggal 16 Oktober 2021 penyedia baru dapat
menyelesaikan 85% pekerjaan kontruksi. Untuk itu penyedia mengajukan
permohonan untuk diberikan perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan. Setelah
diberi perpanjangan untuk masa 50 hari ternyata penyedia tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan, dan pekerjaan tersebut berhasil dikerjakan 98,5% dari keseluruhan
pekerjaan sebagaimana dalam kontrak. Mengingat setelah perpanjangan waktu
pelaklsanaan pekerjaan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan 100%, maka Pejabat
Pembuat Komitmen melakukan pemutusan kontrak dan penyedia dikenakan sanksi
daftar hitam.
Pertanyaan.
a. Jelaskan prosedur pengenaan daftar hitam dalam pengadaan barang/jasa

1
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI S2 MAGISTER ILMU HUKUM
b. Karena penyediaan dianggap wanprestasi tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan, maka termin terakhir sebesar 25% dari 100% pekerjaan tidak
dibayarkan. Apakah Tindakan Pejabat Pembuat Komitmen tersebut dapat
dibenarkan, jelaskan jawaban Saudara mengenai hal tersebut, sertai dasar
hukumnya.
c. Berkenaan dengan pengenaan daftar hitam dan tidak dibayarkannya sisa
pembayaran sebagaimana dimaksud dalam soal huruf, jelaskan upaya hukum
yang dapat dilakukan oleh penyedia, dan sertai dasar hukumjnya.
SOAL B

1. Berikan penjelasan hukum (legal explanation) tentang alasan-alasan hukum


pemutusan kontrak pengadaan barang/ jasa, dan implikasinya terhadap pelaksanaan
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa! Jelaskan disertai dengan argumentasi hukum yang
relevan!
2. Kontrak pengadaan dengan skema lum sum pada saat ini tidak boleh diubah.
Benarkah pernyataan ini? Jelaskan dengan dasar hukum!
3. Jelaskan perbedaan penerapan wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum pada
proses tahapan pengadaan barang/ jasa! Jelaskan disertai dengan argumentasi hukum
yang relevan!

SOAL C

Apakah dalam pengadaan barang/ jasa, PA/KPA dan PPK bertanggung jawab pidana jika
terjadi korupsi?

-------------------------------Selamat Mengerjakan----------------------------
SOAL A
1. A. prosedur pengenaan daftar hitam dalam pengadaan barang/jasa terdiri dari :
a. adanya pengusulan dari APIP kepada PPK/POKJA bahwa pihak penyedia telah
terlibat adanya pemalsuan dokumen/menyampaikan dokumen yang tidak benar
saat pemilihan seleksi tender misalnya atau KKN/nepotisme disertai bukti
b. kemudian ditindaklanjuti dengan pemberitahuan dari PPK/POKJA kepada
penyedia jasa terkait dengan adanya pengusulan tsb.
c. Kemudian pihak penyedia jasa/barang diberikan kesempatan dengan
menyampaikan keberatan atas keputusan/TUN yang dikeluarkan oleh pihak

2
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI S2 MAGISTER ILMU HUKUM
PPK/POKJA dengan disertai bukti relevan paling lambat 5 hari sejak penetapan
keputusan d[sanksi daftar hitam tersebut.
d. Kemudian Langkah selanjutnya pihak penyedia jasa dapat melakukan upaya
hukum administrasi atas keputusan daftar hitam tersebut jika mana kala pihak
yang berwenang mengelurakan diberikan Langkah administrasi/keberatan/banding
(vide Pasal 48 UU PTUN).
e. Setelah upaya tersebut dipergunakan dan tidak berhasil, ajukan gugatan terkait
dengan KTUN tersebut ke PTTUN yang berwenang selama jangka waktu masih
diperbolehkan guna membatalkan KTUN tersebut sebab bisa saja bertentangan
dengan AAUPB/ UU 30 Tahun 2014 atau peraturan terkait.
B. terkait dengan hal penyediaan dianggap wanprestasi tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan, maka termin terakhir sebesar 25% dari 100% pekerjaan tidak
dibayarkan. Apakah Tindakan Pejabat Pembuat Komitmen tersebut dapat
dibenarkan, menurut saya dapat dibenarkan dengan alasan exception non
adimpleti contractus yaitu dapat terjadi jika debitur tidak melaksanakan
prestasinya ini karena kreditur sendiri tidak melaksanakan prestasinya . intinya
setiap perjanjian timbal balik terdapat suatu asas bahwa kedua belah pihak harus
sama sama melakukan prestasinya. Karena penydia tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan kontrak maka PPK dapat melakukan sebaliknya.
C. Berkenaan dengan pengenaan daftar hitam dan tidak dibayarkannya sisa
pembayaran sebagaimana dimaksud dalam soal huruf upaya hukum yang dapat
dilakukan oleh penyedia, yakni melakukan upaya hukum administrasi terlebih
dahulu sesuai dengan ketentuan Pasal 48 UU PTUN jika penyedia keberatan atas
penetapan keputusan KTUN daftar hitam tsb, jika belum berhasil maka dapat
mengajukan gugatan KTUN tsb ke PTUN/PTTUN guna membatalkan/ dintayakan
tidak sah dan harus dicabut karena merugikan badan hukum perdata, KTUN
tersebut karena mungkin saja bertentangan dengan baik itu dari segi prosedur,
kewenangan ataupun melanggar AAUPB. Kemudian jika terkait dengan tidak
dibayarkannya sisa pembayaran mungkin masuk ke ranah perdata
wanprestasi/PMH 1365 BW sehingga diajukan ke Pengadilan Negeri sesuai
dengan kompetensi absolut/relatifnya.

3
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI S2 MAGISTER ILMU HUKUM

SOAL B
1. Pemutusan kontrak yakni apabila setelah tahap pra kontrak, Ketika kontrak
tersebut berjalan salah satu pihak misalnya penyedia jasa melakukan perbuatan
wanprestasi, tidak melaksanakan pekerjaan yang disepakati sesuai dengan
kontrak. Pemutusan kontrak bersifat sepihak dengan menyimpangi ketentuan
Pasal 1266 BW, jika tidak ada penyimpangan maka harus melalui Pengadilan.
Pemutusan kontrak dapat juga terjadi apabila terdapat KKN,pemalsuan atau
persaingan curang yang dinyatakan oleh instansi pihak yang berwenang contoh
KPPU. Implikasinya terhadap pelaksaan kontrak penyedia dapat dikenakan sanksi
( Pasal 93 Ayat (2) Perpres 16 Tahun 2018) jaminan uang pelaksaan dapat
dicairkan,sisa uang muka haruslah dilunasi,membayar denda keterlambatan, dan
dimungkinkan penyedia dimaksukkan ke daftar hitam LKPP , sanksi ini bersifat
kumulatif.
2. Kontrak pengadaan dengan skema lum sum pada saat ini tidak boleh diubah,
menurut saya dengan mengacu Pada Pasal 27 Ayat (3) Perpes No 16 tahun 2018
disebutkan bahwa Kontrak Lumsum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan ayat (2) huruf a merupakan kontrak dengan ruang lingkup
pekerjaan dan jumlah harga yang pasti dan tetap dalam batas waktu
tertentu, dengan ketentuan sebagai berikut: a. semua risiko sepenuhnya
ditanggung oleh Penyedia; b. berorientasi kepada keluaran; dan c.
pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan
sesuai dengan Kontrak.
3. Penerapan perbuatan wanprestasi dalam tahapan pengadaan barang dan jasa
terjadi manakala kontrak antara PPK dengan penyedia Jasa sedang berjalan
tahapan pelaksanaan kontrak dengan sebab :
1. Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai masa pelaksanaan
Kontrak berakhir.
2. tidak melaksanakan Kontrak, tidak menyelesaikan pekerjaan, atau tidak
melaksanakan kewajiban dalam masa pemeliharaan;

4
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI S2 MAGISTER ILMU HUKUM
3. serta melakukan kesalahan dalam perhitungan volume hasil pekerjaan
berdasarkan hasil audit;, menyerahkan barang/jasa yang kualitasnya
tidak sesuai dengan Kontrak berdasarkan hasil audit; atau f. terlambat
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan Kontrak. Pasal 78 Perpres No 16
Tahun 2018.
Pada intinya hamper sama dengan yang diatur dalam Pasal 1238 jo 1243 BW
terkait dengan pemenuhan prestasi oleh salah satu pihat tidak sesuai dengan
perjanjian.
Sedangkan penerapan perbuatan melawan hukum (PMH 1365 BW) terjadi jika
salah satu pihak melakukan menyampaikan dokumen yang tidak benar,
teridikasi persengkokolan,adanya nepotisme maupun KKN antara PPK dengan
penyedia dalam tahapan pemilihan.
SOAL C
3 . Apakah dalam pengadaan barang/ jasa, PA/KPA dan PPK bertanggung jawab pidana jika
terjadi korupsi?
Menurut hemat saya tergantung siapa pihak pihak yang terlibat dengan adanya korupsi
apakah itu PA/KPA dan PPK, hal tersebut dapat dimungkinkan jika misalnya dalam tahapan
pemilihan penyedia melalui tender, tahapan awal yakni meliputi persiapan dengan rencana
identifikasi kebutuhan anggaran bisa saja pihak PPK dapat memanipulasi berapa besaran nilai
biaya yang sebenarnya dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai