Anda di halaman 1dari 5

HASTHABRATA

Disadur dari kisah " Pujangga Kraton Surakarta Hadiningrat Raden Ngabehi
Yasadipura dalam Serat Rama Jarwa, dan Raden Ngabehi Ranggawarsita dalam buku
Ajipamasa."
Karya : Imam Sutardjo
Penulis naskah: Alan Luthfi Prabowo

BABAK 1

HENING, MONOLOG, RENUNGAN. TOKOH “AKU”, POSISI DUDUK MERINGKUK


MENGHADAP PENONTON.

“AKU” :
Pemimpin dalam mengatur negara biasanya selalu diamati dan dinilai  oleh anak buah dan
segenap rakyat, dan karakter pemimpin biasanya dikelompokkan menjadi 3 (tiga) 
tingkatan,  yaitu pemimpin yang  nistha ‘jelek, jahat’, madya ‘sedang’,  dan utama ‘baik
atau mulia’. Ajaran tersebut ditulis oleh pujangga Kraton Surakarta Hadiningrat Raden
Ngabehi Yasadipura dalam Serat Rama Jarwa, dan Raden Ngabehi Ranggawarsita dalam
buku Ajipamasa.

“AKU” BERDIRI TEGAK, TATAPAN TAJAM PADA PENONTON.


Pemimpin dikatakan utama dan tergolong baik atau terhormat apabila selalu membantu,
menolong dan mensejahterakan nasib rakyat. Seorang pemimpin juga harus selalu
menetapi semua janji yang telah diucapkan. Sehingga pemimpin telah mencapai tingkatan
utama apabila berbudi luhur, berhati sentosa, berbelas kasih, dan selalu berjuang atau
berbakti demi bangsa dan negara; dengan cara menjalankan tugasnya dengan baik, yaitu
selalu mengatur, meneliti, memeriksa, dan menguasai atau memahami berbagai masalah
bangsa dan negara dengan konsep HASTHABRATA. Konsep Hasthabrata
memiliki ‘Delapan Sikap’ Hastha berarti 8 (delapan), brata berarti sikap dan
perbuatan.
SETELAH MONOLOG, “AKU”, MERINGKUK DUDUK KEMBALI SEMBARI
MENANGIS.

BABAK 2
DATANGLAH SERAT RAMA JARWA
1. MONOLOG 1 : AKU harus memberi sesuatu yang menyenangkan
kepada rakyat dan memberi bantuan tanpa pandang
bulu, serta selalu meningkatkan kesejahteraan.
2. MONOLOG 2 : AKU harus selalu memotivasi dan memberi kasih
sayang, tidak galak tidak kejam dan membawa ke arah
kebaikan.
3. MONOLOG 3 : AKU selalu dekat dengan siapapun, mengamati dan
mengetahui kesungguhannya dalam menjalankan
pekerjaan atau kewajibannya dengan sembunyi-

1
TINGGILAH TANPA MENJATUHKAN YANG LAIN
sembunyi, sehingga tidak akan mencari muka.

4. MONOLOG 4 : AKU harus selalu menolong dan memberi kebutuhan,


memberi sedekah, meningkatkan rejeki atau taraf hidup,
dan percaya kepadanya.
5. MONOLOG 5 : AKU harus tegas dan adil, digambarkan selalu
membawa senjata demi kebaikan, dan selalu
memikirkan serta melakukan langkah konkrit agar
semua patuh terhadap hukum serta berbuat baik.
6. MONOLOG 6 : AKU dalam menegakkan hukum dan keadilan harus
adil, semua penjahat yang merugikan ditempatku ini
harus diadili dan dihancurkan tanpa pilih kasih.
7. MONOLOG 7 : AKU juga harus pemaaf, selalu menyenangkan, sopan ,
rendah hati, kasih sayang, dan menghormati, serta
melaksanakan agama dengan tekun.
8. MONOLOG 8 : AKU harus melindungi semua dari berbagai ancaman
dan marabahaya, sehingga semua musuh harus
dihancurkan. Setelah itu, AKU harus selalu
mengupayakan dan meningkatkan kesejahteraan.

SEKETIKA MONOLOG 1-8 JATUH DAN DUDUK


DIIRINGI TOKOH ”AKU” BANGKIT DARI DUDUKNYA, DENGAN TATAPAN
TEGAS KEPADA MONOLOG 1-8.

KEMUDIAN SENYUM, SEMBARI BERKATA

AKU : Yaaaa, tuan dan nyonya semua diam tak berkata! Apa
yang tuan dan nyonya katakan sudah AKU lakukan
dengan baik. Tak satupun terlewatkan!
. AKU : (SEDIH), awal AKU berada disini dengan kepasrahan,
sungguh AKU pasrah terhadap keadaan, keadaan yang
membuatku termenung! Sungguh, aku tak percaya.
Keadaan atas ketidakpastian. Ketidakpastian akan
dimana persinggahanku terakhir. Apakah tuan dan
nyonya pernah merasakannya? ”hah” tuan dan
nyonyanya hanya mampu menontonku!
(TEGAS) Tapi! AKU percaya tuhan akan memberikan
jalan terbaik bagi Hambanya.
AKU percaya tuhan akan menumbuhkan rasa cinta.
AKU percaya tuhan akan mendekatkanku pada
kebaikan. AKU percaya tuhan akan menolongku dalam
kesusahan.
DAN AKU percaya tuhan akan meninggikan derajatku,
tanpa menjatuhkan orang lain! (berhenti sejenak)
(TEGAS) Akan kubuktikan! Yaaa! Akan kubuktikan

2
TINGGILAH TANPA MENJATUHKAN YANG LAIN
pada tuan dan nyonyanya.

(SENYUM) Apakah tuan dan nyonyanya tahu apa yang


sudah ku perbuat selama ini? Ataukah aku harus
menyebutkannya? Simaklah dengan baik!
AKU : Kubuatkan tempat ibadah dengan baik.
Kubuatkan sarana dengan baik.
Yaaa! Kubuatkan dengan baik.
Taman dengan bunga indah, harum, dan tak satupun
layu.
Kubuatkan pembatas marka jalan dengan warna hitam
dan putih, seperti kehidupan dikala senja.
Sttttt!
Tak lupa, tak lupa, tak lupa!
Yaaa! Tak lupa kubuatkan tempat KAU bekerja dengan
nyaman, senyaman AKU berada disini.
Apakah tuan dan nonya lapar? Apakah tuan dan
nyonyanya membutuhkan makanan, minuman, dan
sebening air kelezatan?
Kubuatkan tempat ketersediaan yang KAU butuhkan
dengan banyak. Ya.. dengan banyak. Dengan
kenyamanan dan layak.
MONOLOG 1- : SUDAH! CUKUP! SUDAH KAU BUKTIKAN! AKU
8 BUTUH HIBURAN ATAS PEMBUKTIANMU!
SEMUA TOKOH DUDUK, DILANJUTKAN
TARIAN

BABAK 3

TIBA-TIBA DATANGLAH SERAT AJIPAMASA, SEMBARI MONOLOG


MEMBANGUNKAN MONOLOG 1-8.

9 MONOLOG : AKU mempunyai sifat panas, penuh energi, serta memberi


9 bara hidup SEPERTI API. AKU dapat memberi semangat,
motivasi, spirit dan memberi kehidupan.
10 MONOLOG : AKU mempunyai wujud indah dan menerangi dalam
10 kegelapan SEPERTI BULAN. AKU dapat menyenangkan
dan memberi pencerahan dalam kegelapan.
11 MONOLOG : AKU mempunyai bentuk yang indah dan menjadi hiasan
11 pada waktu malam yang sunyi dan menjadi pedoman bagi
yang kehilangan arah SEPERTI BINTANG. AKU seorang
pemimpin yang mampu menjadi teladan.
12 MONOLOG : AKU mempunyai sifat ketegasan, namun setelah menjadi
12 hujan dapat menghidupkan segala yang tumbuh SEPERTI
AWAN. AKU berwibawa, akan tetapi tindakanku harus

3
TINGGILAH TANPA MENJATUHKAN YANG LAIN
bermanfaat dan selalu melindungi.

13 MONOLOG : AKU mempunyai sifat mengisi setiap ruangan yang


13 kosong, walaupun tempatnya amat rumit SEPERTI
ANGIN. AKU dapat melakukan tindakan yang teliti,
cermat, dan incognito untuk menyelami keadaan yang
sebenarnya.
14 MONOLOG : AKU mempunyai sifat tegak dan membakar apa saja yang
14 bersentuhan denganku SEPERTI API. AKU harus
bertindak adil, tetap tegas dan tegak tidak pandang bulu.
15 MONOLOG : AKU mempunyai sifat luas dan rata SEPERTI LAUT.
15 AKU harus memiliki pandangan atau wawasan yang luas
dan berkeadilan, sanggup menerima berbagai persoalan,
sabar serta tidak membenci terhadap orang lain.
16 MONOLOG : AKU mempunyai sifat sentosa dan suci SEPERTI BUMI.
16 AKU harus berbudi sentosa, jujur, serta mau memberi
anugerah kepada siapa saja yang telah berjasa.

KEMUDIAN BANGKIT KEMBALI ”AKU” DENGAN MEMBERONTAK SEMUA


TOKOH MONOLOG!

MONOLOG DENGAN TEGAS

AKU : (BINGUNG)
Apa yang tuan dan nyonya inginkan? Apakah tak cukup
dengan apa yang sudah ku perbuat? Ataukah tuan dan
nyonya tak mengerti maksudku?
Tuan dan nyonyanya selalu membuatku berpikir!
(aaahhh)
AKU : (TEGAS)
Tuan dan nyonya katakan, AKU dapat memberi
semangat, motivasi, spirit dan memberi kehidupan.
YAA! AKU merencanakan keseluruhan proses dan
penentuan secara matang, tentang hal-hal yang akan
dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
AKU : (TEGAS)
Tuan dan nyonya katakan, AKU dapat menyenangkan
dan memberi pencerahan dalam kegelapan. YAA! AKU
melakukan aktivitas untuk memberikan dorongan,
pengerahan, dan pengaruh terhadap tuan dan nyonya
agar mau bekerja secara sadar dan suka rela.
AKU : (TEGAS)
Tuan dan nyonya katakan, AKU berwibawa, akan tetapi
tindakanku harus bermanfaat dan selalu melindungi.
YAA! AKU selalu mengikuti perkembangan kegiatan

4
TINGGILAH TANPA MENJATUHKAN YANG LAIN
untuk menjamin jalannya pekerjaan, dengan demikian
dapat selesai secara sempurna.
AKU : (SENYUM SEMBARI TERTAWA)
Sudah! Sudah! Sudah! Cukup kali ini kau membuatku
berpikir!
AKU : (TEGAS, SEMBARI MENGAMBIL
PENGUMUMAN)
Sudah! Sudah! Sudah! Cukup kali ini kau membuatku
berpikir!
AKU akan membuat pengumuman untuk tuan dan
nyonyanya, maka simaklah dengan baik!
AKU : BAHWA konsep kepemimpinan hasthabrata dalam
budaya Jawa yang ditulis dan diwariskan oleh para raja
dan pujangga pada masa lampau itu, apabila dijadikan
pedoman (rujukan) dalam mengatur, menata bangsa dan
negara masih relevan dan sangat baik. Ajaran tersebut
diberikan kepada generasi penerus agar dapat dijadikan
salah satu pegangan dalam menjalankan tugas
kepemimpinan, sehingga pemimpin dalam
mengoordinasi anak buah tidak semaunya sendiri, tanpa
arah dan tujuan. Pada zaman Surakarta awal konsep
kepemimpinan hasthabrata yang telah diwariskan dan
ditulis dalam naskah lama adalah adanya tingkatan
kepemimpinan yang nistha ‘jelek’, madya ‘sedang’ dan
utama ‘baik, ideal’. Konsep kepemimpinan yang baik
adalah hasthabrata ‘delapan kewajiban negarawan atau
pemimpin’, yaitu dapat menerapkan watak 8 (delapan)
yaitu: Indra, Surya, Bayu, Kuwera, Baruna, Yama,
Candra, dan Brama. Atau berwatak kosmosentris,
delapan anasir alam semesta, yaitu: matahari, bulan,
bintang, awan, angin, api, laut dan tanah.

TARIAN KOLOSAL

5
TINGGILAH TANPA MENJATUHKAN YANG LAIN

Anda mungkin juga menyukai