Disadur dari kisah " Pujangga Kraton Surakarta Hadiningrat Raden Ngabehi
Yasadipura dalam Serat Rama Jarwa, dan Raden Ngabehi Ranggawarsita dalam buku
Ajipamasa."
Karya : Imam Sutardjo
Penulis naskah: Alan Luthfi Prabowo
BABAK 1
“AKU” :
Pemimpin dalam mengatur negara biasanya selalu diamati dan dinilai oleh anak buah dan
segenap rakyat, dan karakter pemimpin biasanya dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
tingkatan, yaitu pemimpin yang nistha ‘jelek, jahat’, madya ‘sedang’, dan utama ‘baik
atau mulia’. Ajaran tersebut ditulis oleh pujangga Kraton Surakarta Hadiningrat Raden
Ngabehi Yasadipura dalam Serat Rama Jarwa, dan Raden Ngabehi Ranggawarsita dalam
buku Ajipamasa.
BABAK 2
DATANGLAH SERAT RAMA JARWA
1. MONOLOG 1 : AKU harus memberi sesuatu yang menyenangkan
kepada rakyat dan memberi bantuan tanpa pandang
bulu, serta selalu meningkatkan kesejahteraan.
2. MONOLOG 2 : AKU harus selalu memotivasi dan memberi kasih
sayang, tidak galak tidak kejam dan membawa ke arah
kebaikan.
3. MONOLOG 3 : AKU selalu dekat dengan siapapun, mengamati dan
mengetahui kesungguhannya dalam menjalankan
pekerjaan atau kewajibannya dengan sembunyi-
1
TINGGILAH TANPA MENJATUHKAN YANG LAIN
sembunyi, sehingga tidak akan mencari muka.
AKU : Yaaaa, tuan dan nyonya semua diam tak berkata! Apa
yang tuan dan nyonya katakan sudah AKU lakukan
dengan baik. Tak satupun terlewatkan!
. AKU : (SEDIH), awal AKU berada disini dengan kepasrahan,
sungguh AKU pasrah terhadap keadaan, keadaan yang
membuatku termenung! Sungguh, aku tak percaya.
Keadaan atas ketidakpastian. Ketidakpastian akan
dimana persinggahanku terakhir. Apakah tuan dan
nyonya pernah merasakannya? ”hah” tuan dan
nyonyanya hanya mampu menontonku!
(TEGAS) Tapi! AKU percaya tuhan akan memberikan
jalan terbaik bagi Hambanya.
AKU percaya tuhan akan menumbuhkan rasa cinta.
AKU percaya tuhan akan mendekatkanku pada
kebaikan. AKU percaya tuhan akan menolongku dalam
kesusahan.
DAN AKU percaya tuhan akan meninggikan derajatku,
tanpa menjatuhkan orang lain! (berhenti sejenak)
(TEGAS) Akan kubuktikan! Yaaa! Akan kubuktikan
2
TINGGILAH TANPA MENJATUHKAN YANG LAIN
pada tuan dan nyonyanya.
BABAK 3
3
TINGGILAH TANPA MENJATUHKAN YANG LAIN
bermanfaat dan selalu melindungi.
AKU : (BINGUNG)
Apa yang tuan dan nyonya inginkan? Apakah tak cukup
dengan apa yang sudah ku perbuat? Ataukah tuan dan
nyonya tak mengerti maksudku?
Tuan dan nyonyanya selalu membuatku berpikir!
(aaahhh)
AKU : (TEGAS)
Tuan dan nyonya katakan, AKU dapat memberi
semangat, motivasi, spirit dan memberi kehidupan.
YAA! AKU merencanakan keseluruhan proses dan
penentuan secara matang, tentang hal-hal yang akan
dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
AKU : (TEGAS)
Tuan dan nyonya katakan, AKU dapat menyenangkan
dan memberi pencerahan dalam kegelapan. YAA! AKU
melakukan aktivitas untuk memberikan dorongan,
pengerahan, dan pengaruh terhadap tuan dan nyonya
agar mau bekerja secara sadar dan suka rela.
AKU : (TEGAS)
Tuan dan nyonya katakan, AKU berwibawa, akan tetapi
tindakanku harus bermanfaat dan selalu melindungi.
YAA! AKU selalu mengikuti perkembangan kegiatan
4
TINGGILAH TANPA MENJATUHKAN YANG LAIN
untuk menjamin jalannya pekerjaan, dengan demikian
dapat selesai secara sempurna.
AKU : (SENYUM SEMBARI TERTAWA)
Sudah! Sudah! Sudah! Cukup kali ini kau membuatku
berpikir!
AKU : (TEGAS, SEMBARI MENGAMBIL
PENGUMUMAN)
Sudah! Sudah! Sudah! Cukup kali ini kau membuatku
berpikir!
AKU akan membuat pengumuman untuk tuan dan
nyonyanya, maka simaklah dengan baik!
AKU : BAHWA konsep kepemimpinan hasthabrata dalam
budaya Jawa yang ditulis dan diwariskan oleh para raja
dan pujangga pada masa lampau itu, apabila dijadikan
pedoman (rujukan) dalam mengatur, menata bangsa dan
negara masih relevan dan sangat baik. Ajaran tersebut
diberikan kepada generasi penerus agar dapat dijadikan
salah satu pegangan dalam menjalankan tugas
kepemimpinan, sehingga pemimpin dalam
mengoordinasi anak buah tidak semaunya sendiri, tanpa
arah dan tujuan. Pada zaman Surakarta awal konsep
kepemimpinan hasthabrata yang telah diwariskan dan
ditulis dalam naskah lama adalah adanya tingkatan
kepemimpinan yang nistha ‘jelek’, madya ‘sedang’ dan
utama ‘baik, ideal’. Konsep kepemimpinan yang baik
adalah hasthabrata ‘delapan kewajiban negarawan atau
pemimpin’, yaitu dapat menerapkan watak 8 (delapan)
yaitu: Indra, Surya, Bayu, Kuwera, Baruna, Yama,
Candra, dan Brama. Atau berwatak kosmosentris,
delapan anasir alam semesta, yaitu: matahari, bulan,
bintang, awan, angin, api, laut dan tanah.
TARIAN KOLOSAL
5
TINGGILAH TANPA MENJATUHKAN YANG LAIN