PENGENDALIAN
KEGIATAN PISEW
_____________
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
SOSIAL EKONOMI WILAYAH
(PISEW) TAHUN 2022
i
Kata Pengantar
Kegiatan Infrastruktur Berbasis Masyarakat Direktorat
Pengembangan Kawasan Permukiman (PISEW dan KOTAKU) pada
prinsipnya merupakan kegiatan pembangunan dan peningkatan
kualitas infrastruktur dasar baik di kawasan perdesaan maupun
kawasan perkotaan yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat
melalui pendekatan partisipatif. Untuk memastikan tercapainya
kualitas hasil pembangunan infrastruktur yang sesuai dengan
standar teknis dan penyelenggaraan IBM berjalan dengan baik,
maka disusun pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan,
melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor:
13/SE/DC/2022 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan
Infrastruktur Berbasis Masyarakat Direktorat Jenderal Cipta Karya
yang tata kelola pelaksanaannya dirincikan ke dalam Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Kegiatan PISEW dan KOTAKU.
Selaras dengan pedoman teknis dan petunjuk teknis pelaksanaan
tersebut, maka telah disusun pula kumpulan buku saku yang
bertujuan untuk mendukung kelancaran dan kemudahan bagi tim
pelaksana di lapangan. Buku saku tersebut berisi rincian terkait
mekanisme pengendalian, perencanaan dan pembangunan fisik
yang terdiri dari:
1. Buku Saku Pengendalian Kegiatan PISEW;
2. Buku Saku Pengendalian Kegiatan KOTAKU;
3. Buku Saku Petunjuk Umum Konstruksi;
4. Buku Saku Petunjuk Konstruksi Jalan;
5. Buku Saku Petunjuk Konstruksi Jembatan;
6. Buku Saku Petunjuk Konstruksi Air Minum;
7. Buku Saku Petunjuk Konstruksi Sanitasi;
8. Buku Saku Petunjuk Konstruksi Drainase dan Irigasi;
9. Buku Saku Petunjuk Konstruksi Bangunan Sederhana;
10. Buku Saku Petunjuk Proteksi Kebakaran;
11. Buku Saku BKAD;
i
12. Buku Saku Penyelenggara Swakelola KOTAKU;
13. Buku Saku Penentuan Capaian Luas Kawasan Terlayani
Infrastruktur Terbangun;
14. Buku Saku Identifikasi dan Penilaian Lokasi Kumuh;
15. Buku Saku Pemanfaatan dan Pemeliharaan Infrastruktur
Berbasis Masyarakat;
16. Buku Saku Sistem Informasi Manajemen dan Sistem Informasi
Laporan Keuangan dan Aset kegiatan IBM Direktorat PKP.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................... 2
1.3 Landasan dan Rujukan ....................................................... 2
II. PENYUSUNAN DELINEASI KAWASAN INFRASTRUKTUR 3
2.1 Tata Ruang Wilayah............................................................ 3
2.1.1 Titik Koordinat Infrastruktur ...................................... 4
2.1.2 Luas Pengembangan Wilayah ................................. 5
2.1.3 Luas Delineasi Kawasan Infrastruktur .................... 6
2.1.4 Delineasi Kawasan Kumuh ...................................... 6
2.2 Cakupan dan rujukan penentuan luas. ............................ 7
2.2.1 Kepala Keluarga (KK) Terlayani .............................. 7
2.2.2 Penentuan Luas dan Rujukan ................................. 7
2.2.3 Luas Administrasi Wilayah ....................................... 7
2.2.4 Luas Delineasi ............................................................ 8
2.2.5 Luas Delineasi Kawasan Kumuh............................. 8
2.3 Penentuan Dileneasi Layanan Infrastruktur Berdasar
Kebutuhan Layanan. ........................................................... 9
2.3.1 Delinesai kawasan infrastruktur jalan &
pendukungnya. ......................................................... 10
2.3.2 Delineasi Kawasan Infrastruktur Air Bersih. ........ 14
iii
2.3.3 Delineasi Kawasan Infrastruktur Irigasi ................ 15
2.3.4 Delineasi Kawasan Infrastruktur Drainase........... 16
2.3.5 Delineasi Kawasan Infrastruktur Sanitasi ............ 18
2.3.6 Delineasi Kawasan Infrastruktur Pen-dukung
pemasaran pertanian, peternakan, perikanan,
industri, dan pariwisata. .......................................... 19
2.3.7 Delineasi Kawasan Infrastruktur Sarana
Prasarana Persampahan........................................ 21
2.3.8 Delineasi Kawasan Infrastruktur Proteksi
Kebakaran ................................................................. 23
2.3.9 Delineasi Kawasan Infrastruktur Tambatan
Perahu ....................................................................... 25
2.4 Contoh-contoh perhitungan luasan delineasi kawasan
layanan infrastruktur.......................................................... 27
2.5 Delineasi Luasan Terlayani Kawasan Infrastruktur Jalan
& Pendukungnya. .............................................................. 27
2.5.1 Delineasi Luasan Terlayani Kawasan Infrastruktur
Air Bersih ................................................................... 31
2.5.2 Delineasi Luasan Terlayani Kawasan Infrastruktur
Irigasi ......................................................................... 32
2.5.3 Delineasi Luasan Terlayani Kawasan Infrastruktur
Pengembangan Ekonomi (Pasar, Pariwisata,
Sentra Industri, dll)................................................... 33
2.5.4 Delineasi Luasan Terlayani Kawasan Infrastruktur
Tambatan Perahu .................................................... 34
2.5.5 Total Luas Delineasi Kawasan Infrastruktur ........ 35
2.5.6 Delineasi Luas Kawasan Kumuh........................... 36
III. PERHITUNGAN LUASAN KAWASAN KUMUH ............. 38
iv
3.1 Kawasan Yang Telah Ditetapkan Sebagai Kasawan
Kumuh ................................................................................. 38
3.2 Kawasan yang belum ditetapkan sebagai kawasan
kumuh .................................................................................. 40
IV. PENERAPAN GEOGRAFIK INFORMATION SISTEM
UNTUK KEGIATAN IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU)42
4.1 Penyiapan Lokasi Kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan
KOTAKU) ............................................................................ 43
4.2 Titik Koordinat Infrastruktur .............................................. 44
4.2.1 Koordinat dengan menggunakan referensi WGS
1984 / EPSG:4326, dengan system koordinat
Lintang – Bujur (Latitude – Longitude) /
Geographic Coordinate System ............................ 44
4.2.2 Koordinat dengan menggunakan referensi
Universal Transver Mercator (UTM WGS84). ..... 44
4.3 Delineasi Kawasan Infrastruktur ..................................... 45
4.4 Luas Delineasi Kawasan Infrastruktur ............................ 46
4.5 Luas Delineasi Kawasan Kumuh .................................... 47
4.6 Mekanisme pengumpulan dan validasi data GIS ......... 47
4.6.1 Proses pengumpulan data GIS ............................. 48
4.6.2 Proses validasi data GIS ........................................ 49
4.7 Perangkat Keras dan Lunak GIS .................................... 50
4.7.1 Perangkat Keras (Hardware) ................................. 50
4.7.2 Perangkat Lunak (Software) .................................. 51
v
I. PENDAHULUAN
1
perhitungan terhadap batas capaian luasan terlayani atas terbangunnya
infrastruktur skala kawasan.
1.2 Tujuan
Setiap infrastruktur yang dibangun melalui kegiatan IBM Dit. PKP akan
dapat diidentifikasi lokasi geografisnya serta dapat dihitung luas capaian
kawasan layanan infrastuktur terbangun.
2
II. PENYUSUNAN DELINEASI
KAWASAN INFRASTRUKTUR
3
Tata Ruang Wilayah
Jaringan Jalan,
Permukiman
Perkebunan Jaringan Drainase,
Produksi Pantai Perkotaan dan
Jaringan Listrik,
Pertanian Permukiman
Jaringan Irigasi,
Perdesaan
Perikanan Darat Pariwisata Tambak Jaringan Gas, dll
4
Untuk mempermudah identifikasi dan tujuan penentuan delineasi
dan luasan nantinya, maka penentuan titik koordinat infrastruktur
dapat dinotasikan:
a) Untuk infrastruktur yang dapat dinotasikan dalam bentuk titik
atau node seperti pasar, lokasi wisata, tambatan perahu,
sumur bor, dan sejenisnya dapat diwakili dengan 1 (satu) titik
koordinat geografis.
b) Untuk infrastruktur yang dapat dinotasikan dalam bentuk garis
seperti jalan, talud, drainase, irigasi, jaringan pipa, dan
sejenisnya dapat diwakili sedikitnya 3 (tiga) titik koordinat
geografis (awal, tengah, dan akhir).
c) Untuk infrastruktur yang dapat dinotasikan dalam bentuk
luasan, seperti kebun/sawah, tempat jemur hasil bumi, dan
sejenisnya dapat diwakili sedikitnya 4 (empat) titik koordinat
geografis atau polygon.
Sesuai hirarki penentuan titik koordinat infrastruktur dan delineasi
kawasan infrastruktur harus memenuhi kaidah: “titik koordinat
infrastruktur berada didalam delineasi kawasan infrastruktur, dan
delineasi kawasan infrastruktur berada didalam desa lokasi
Kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU)”.
5
2.1.3 Luas Delineasi Kawasan Infrastruktur
Delineasi kawasan infrastruktur merupakan batasan fungsional
pemanfaatan untuk setiap jenis infrastruktur yang dapat disusun
menggunakan data vektor (titik, garis, atau polygon), yang
selanjutnya diwujudkan dalam bentuk lingkaran atau bentuk
polygon tertutup.
a) Delineasi untuk data vektor (titik) dengan contoh infrastruktur
pasar, sumur bor, tambatan perahu, hydrant, lantai jemur, dan
sejenisnya untuk keseragamannya meng-gunakan offset
radius, misal 1000 meter dari titik lokasi infrastruktur. Sehingga
luas delineasi dapat dibentuk berdasar luas lingkaran atau
irisannya.
b) Delineasi untuk data vektor (garis atau polygon) dengan contoh
infrastruktur jalan, talud, drainase, saluran irigasi, layanan air
bersih, dan sejenisnya untuk keseragaman menggunakan
offset jarak, misal 300 meter kiri/kanan infrastruktur. Sehingga
luas delineasi dapat dibentuk berdasar luas polygon yang
melingkupi infrastruktur atau irisannya.
c) Koridor yang perlu dipenuhi adalah titik koordinat berada
didalam delineasi kawasan infrastruktur, delineasi kawasan
infrastruktur berada di dalam lokasi Kegiatan IBM Dit. PKP
(PISEW dan KOTAKU).
d) Penentuan delineasi kawasan infrastruktur tidak diperbolehkan
masuk dalam kawasan lindung yang disebutkan dalam tata
ruang wilayah atau menjadi negative list untuk Kegiatan IBM
Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU).
6
d) Penentuan delineasi kawasan kumuh hanya diterapkan untuk
lokasi kegiatan IBM DIT. PKP KOTAKU.
7
memanfaatkan data yang tertera dalam Kabupaten dalam angka,
Kecamatan dalam angka, Desa dalam angka yang dikeluarkan
oleh BPS
8
2.3 Penentuan Dileneasi Layanan Infrastruktur Berdasar Kebutuhan
Layanan.
Lingkup layanan infrastruktur merujuk pada kebutuhan kegiatan IBM Dit.
PKP secara umum ditujukan untuk infrastruktur sosial dan ekonomi
melalui kegiatan PISEW dan infrastruktur permukiman untuk upaya
pengurangan kawasan kumuh melalui kegiatan KOTAKU.
9
2.3.1 Delinesai kawasan infrastruktur jalan & pendukungnya.
Satuan ruas jalan beserta pendukungnya (gorong-gorong,
jembatan, drainase, talud) yang dibangun menjadi satu kesatuan
cukup mempunyai 1 (satu) delineasi kawasan infrastruktur.
Pendukung jalan (gorong-gorong, jembatan, drainase, talud) yang
dibangun tersendiri / terpisah dapat mempunyai delineasi kawasan
infrastruktur tersendiri, sepanjang tidak menimbulkan perhitungan
luasan yang ganda (double account). Pengaturan delineasi
demikian untuk menghindari terjadinya duplikasi perhitungan
luasan delineasi kawasan infrastruktur.
Infrastruktur jalan dan pendukung jalan merupakan mayoritas
kegiatan pembangunan yang dilakukan melalui kegiatan PISEW
maupun KOTAKU, untuk itu tata cara penentuan delineasi
ditentukan dengan cara-cara berikut:
a. Berdasar kebutuhan jalan dan kepadatan penduduk.
Untuk merencanakan delineasi kawasan infrastruktur jalan dan
pendukungnya menggunakan rujukan seperti: Buku Badan
Pusat Statistik (Kabupaten Dalam Angka, Kecamatan Dalam
Angka, atau Desa Dalam Angka). Sedikitnya dalam infastruktur
jalan khususnya untuk pelayanan jaringan jalan terdiri dari 3
(tiga) aspek yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) aspek aksesibilitas,
2) aspek mobilitas, dan
3) aspek keselamatan.
Dalam penyusunan delineasi kawasan infrastruktur jalan,
maka aspek mobilitas yang akan dirujuk.
Angka mobilitas adalah rasio antara jumlah total panjang jalan
yang menghubungkan semua pusat-pusat kegiatan terhadap
jumlah total penduduk dalam wilayah yang harus dilayani
jaringan jalan sesuai dengan statusnya, dinyatakan dalam
satuan (Km/10.000 jiwa).
10
Tabel 2.2. Angka Mobilitas yang Ditentukan Berdasarkan
Kerapatan Penduduk.
Langkah-langkah:
1. Hitung luas desa lokasi kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan
KOTAKU) dalam satuan km2 atau Ha, baik dari luas
geometry spasial atau merujuk pada data BPS.
2. Cari kepadatan penduduk (jiwa/km2, atau konversi
jiwa/100 Ha) lokasi kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan
KOTAKU), sesuaikan dengan table 2.2 diatas, dan
identifikasi kepadatan penduduk tersebut masuk pada
kategori (I s/d V)
3. Setelah didapatkan kategori angka mobilitas (I, II, III, IV,
atau V) kemudian relasikan dengan angka mobilitas
(km/10.000 jiwa).
4. Lakukan pencacahan luas lokasi IBM Dit. PKP (PISEW dan
KOTAKU) dengan menggunakan angka mobilitas (18.5,
11, 5, 3, atau 2), sehingga akan didapatkan kerapatan garis
cacahan dalam luasan tersebut. Panjang garis pencacah,
jika dikalikan dengan jumlah garis pencacah merupakan
panjang jalan (km) dari seluruh luas desa lokasi IBM Dit.
PKP (PISEW dan KOTAKU).
5. Kerapatan garis cacahan dalam hal ini dinamakan jarak
offset, yang digunakan untuk membentuk delineasi
kawasan infrastruktur (jalan & pendukungnya) serta untuk
menghitung luas delineasi kawasan infrastruktur (jalan &
pendukungnya).
11
6. Perhitungan jarak offset (buffer) yang digunakan sebagai
data pembentukan delineasi kawasan infrastruktur dan
perhitungan luas delineasi kawasan infrastruktur.
12
b) Peta existing untuk jaringan jalan (Nasional, Provinsi,
Kota/Kabupaten, Kecamatan dan Desa).
Langkah-langkah:
1. Penyiapan lokasi pengembangan dengan menghitung luas
dan kepadatan penduduk dengan menggunakan peta RBI
dan/atau data BPS.
2. Dilakukan pemetaan dan pengukuran jalan eksisting yang
terdiri dari jalan Nasional, Provinsi, Kota/Kabupaten,
Kecamatan dan Desa yang berada dilokasi yang akan
dikembangkan/ ditangani.
3. Identifikasi data pemukiman atau pusat aktivitas penduduk
disetiap ruas jalan yang telah dipetakan.
4. Melalui survey tetapkan batas aktivitas penduduk yang
masuk diarea 2 km kiri/kanan jalan atau kemampuan
mobilitas penduduk menuju akses jalan yang dapat
ditempuh dalam waktu 20-25 menit dengan berjalan kaki.
5. Batas aktivitas (mobilitas) penduduk terhadap jalan akses
adalah merupakan batas delineasi.
6. Besar batas delineasi jika dikalikan dengan panjang ruas
jalan, adalah merupakan luas delineasi kawasan
infrastruktur jalan (satuan m2 atau hektar).
13
Dokumen RPJM-Des/RP2KPKP/RPLP biasanya dilengkapi
dengan profil wilayah yang menggambarkan data dan
topografi/kondisi wilayah, serta dapat diwujudkan dalam
bentuk Dokumen Rencana Penataan Permukiman untuk
menggambarkan struktur ruangnya. Berdasarkan data-data
yang tercantum dalam dokumen perencanaan dapat diolah
khususnya untuk penentuan delineasi kawasan infrastruktur
jalan.
Langkah-langkah:
1. Tetapkan luas wilayah pengembangan (m2 atau hektar)
2. Hitung keseluruhan panjang ruas jalan (m) yang ada dalam
perencanaan (panjang ruas jalan eksisting maupun
panjang ruas jalan baru).
3. Hitung kerapatan jalan (m) dengan membagi luas wilayah
pengembangan (m2) terhadap panjang ruas jalan (m).
4. Hitung rencana penanganan (rehabilitasi/ rekonstruksi
atau pembangunan jalan baru) dengan satuan meter.
5. Hitung luas delineasi kawasan infrastruktur jalan (m2 atau
hektar) = panjang jalan rencana penanganan (m) x
kerapatan jalan (m).
Dengan konsep perhitungan delineasi menurut jenis infrastruktur
yang disimulasikan dan juga didukung dengan regulasi yang sudah
ada, seperti: Rural Access Index (RAI), RPJM-Des,
RP2KPKP/RPLP, data dari BPS, dan Standar Nasional Indonesai
perencanaan dan perhitungan luasan delineasi akan dapat
diseragamkan diseluruh wilayah.
Dengan perhitungan delineasi secara komprehensif dalam satuan
wilayah lokasi IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU) dapat
menghindarkan perhitungan luasan ganda.
Langkah-langkah:
1. Tentukan sumber pasokan air baku (intake) dengan
menghitung kapasitas debit airnya (lt./dt).
15
sesuai waktu dan tempat berdasarkan rencana tata tanam yang
telah ditetapkan.
Keandalan ketersediaan air irigasi adalah rasio ketersediaan air
irigasi yang terdapat di petak-petak sawah (lt/dt) pada setiap
musim tanam terhadap kebutuhan air irigasi (lt/dt) berdasarkan
rencana tata tanam yang telah ditetapkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan infrastruktur
irigasi antara lain meliputi:
a) Ketersediaan sumber air irigasi (intake) dengan kapasitas
lt/detik.
b) Luas area yang akan menjadi target layanan irigasi (ha).
c) Kebutuhan air per hektar : 1,2 liter/detik/ha (tergantung sistem
pengairannya dapat menggunakan konstanta berbeda).
Langkah-langkah:
1. Dari profil wilayah identifikasi luas wilayah yang menjadi target
irigasi (sumber BPS)
2. Identifikasi debit intake yang akan dimanfaatkan untuk irigasi
(lt/dt).
3. Gunakan konstanta kebutuhan air per hektar (1,2 lt/dt/ha), atau
konstanta yang ditetapkan dinas/instansi/lembaga terkait.
4. Hitung dengan membagi debit intake (lt/dt) dengan konstanta
(1,2lt/dt/ha) akan didapatkan luas area yang dapat dilayani
irigasi.
5. Jika ternyata wilayah yang akan diairi lebih besar dari luas
perhitungan, maka luas area yang dapat dilayani irigasi
menurun sesuai penambahan jumlah luasan yang akan diairi.
18
bank sampah, dll), atau dalam bentuk memanjang (drainase,
saluran air limbah keluarga, IPAL Komunal, dll)
c) Radius layanan yang akan ditargetkan dari pusat titik
infrastruktur untuk jenis infrastruktur sanitasi terpusat dalam
satu titik.
d) Delineasi layanan terhadap jalur infrastruktur santiasi yang
mempunyai bentuk memanjang.
Langkah-langkah:
1. Penyiapan lokasi pengembangan dengan menghitung luas dan
kepadatan penduduknya dengan menggunakan peta RBI
dan/atau data BPS.
2. Tentukan titik lokasi infrastruktur sanitasi, apa berbentuk
terpusat satu titik koordinat, atau memanjang dengan beberapa
titik koordinat.
3. Indentifikasi titik-titik KK yang akan memanfaatkan setiap jenis
infrastruktur sanitasinya, tandai titik-titik terluarnya terhadap
infrastruktur sanitasi dan wujudkan dalam bentuk polygon
tertutup.
4. Tentukan radius dari titik pusat infrastruktur, didasarkan pada
kemampuan akses penduduk (KK) untuk menjangkau
infrastruktur sanitasi tersebut.
5. Hitung luas layanan (model lingkaran) dengan menggunakan
Rumus Luas Lingkaran adalah L = π × r2, dengan L = Luas
lingkaran, π = konstanta pi (3.14), dan r = radius (jarijari)
lingkaran.
Hasil perhitungan luas lingkaran menggambarkan delineasi
kawasan infrastruktur sanitasi terpusat dengan layanan maksimal.
Sedangkan batas delineasi berbentuk polygon merupakan area
luas layanan infrastruktur terbangun, yang luasnya <= luas
lingkaran (cakupan layanan maksimal). Untuk infrastruktur sanitasi
yang berbentuk memanjang, delineasi dan luas layanan dihitung
berdasar titik-titik koordinat yang membentuk polygon tertutup
disekitar infrastuktur sanitasi.
20
2.3.7 Delineasi Kawasan Infrastruktur Sarana Prasarana Persampahan
Untuk jenis infrastruktur sarana dan prasarana persampahan akan
mempunyai pengaruh luasan layanannya. Luas layanan
inftastruktur sarana persampahan akan berbeda dengan luas
layanan prasarana persampahan. Sarana persampahan seperti:
gerobak sampah, mobil sampah merupakan inftastruktur terkait
persampahan dan delineasi kawasan layanannya adalah wilayah
yang akan menjadi jangkauan sarana-sarana tersebut. Sedangkan
prasarana persampahan, seperti Tempat Pembuangan Sementara
(TPS), Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Bank Sampah,dll
merupakan tempat (prasarana) persampahan. Dan delineasi
layanan infrastrukturnya, mencakup wilayah yang dilayani sarana
persampahan dan dapat mengakses prasarana persampahan
tersebut.
Sehingga untuk menentukan delineasinya dapat dilakukan dengan
cara berikut:
A. Infrstruktur Sarana Persampahan.
Beberapa hal yang berpengaruh terhadap perencanaan
delineasi kawasan infrastruktur sarana persampahan antara
lain:
a) Luas wilayah pengembangan dan kepadatan penduduk.
b) KK dan wilayah domisili KK yang dapat difasilitasi system
persampahannya dengan menggunakan sarana
persampahan (gerobak sampah, truk sampah, dll).
c) Akses sarana persampahan sampai pada prasarana
persampahan, seperti kelayakan jalan penghubung.
Langkah-langkah:
1. Penyiapan lokasi pengembangan dengan menghitung luas
dan kepadatan penduduk dengan menggunakan peta RBI
dan/atau data BPS.
2. Tentukan titik lokasi infrastruktur sarana persampahan
didalam wilayah pelayannya.
3. Tentukan lokasi titik-titik terluar KK dalam wilayah yang
dapat dilayani oleh sarana persampahan tersebut.
21
4. Bentuk garis batas terluar tersebut pada poin (3) diatas,
dan hubungkan menjadi bentuk polygon tertutup.
5. Hitung luas layanan dengan menghitung luasan polygon
tertutup tersebut pada poin(4) diatas.
6. Batas garis terluar yang membentuk polygon tertutup
tersebut merupakan delineasi kawasan infrastruktur
sarana persampahan, dan luas polygon tersebut
merupakan luas layanan infrastruktur sarana
persampahan.
22
6. Ulangi untuk Langkah 2 s/d 5 untuk lokasi lainnya yang
system persampahannya akan dibawa ke lokasi prasarana
persampahan.
7. Batas garis terjauh dari layanan persampahan yang akan
dibawa ke lokasi prasarana persampahan merupakan jari-
jari lingkaran yang digunakan untuk membentuk delineasi
layanan infrastruktur prasarana persampahan.
8. Sedangkan luas layanan infrastruktur prasarana
persampahan adalah penjumlahan luas layanan
infrastruktur sarana persampahan yang akan dibawa ke
lokasi prasarana persampahan. Luas layanan infrastruktur
prasarana persampahan merupakan penjumlahan luas
layanan sarana persampahan (poin 5-6).
23
b) KK dan wilayah domisili KK yang dapat difasilitasi system
proteksi kebakaran dengan menggunakan sarana proteksi
kebakaran (Tabung Pemadam, APAR, Pompa Pemadam
Kebakaran Portable, Mobil Pemadam Kebakaran, dll).
c) Akses sarana proteksi kebakaran sampai pada prasarana
proteksi kebakaran, stasiun/terminal pemadam kebarakan,
tempat/Gudang penyimpan sarana proteksi kebakaran,
sumber air, dll.
Langkah-langkah:
1. Penyiapan lokasi pengembangan dengan menghitung luas
dan kepadatan penduduk dengan menggunakan peta RBI
dan/atau data BPS.
2. Tentukan titik lokasi penyimpan sarana proteksi didalam
wilayah pelayannya.
3. Tentukan lokasi titik-titik terluar KK dalam wilayah yang
dapat dilayani oleh sarana proteksi kebakaran tersebut.
4. Bentuk garis batas terluar tersebut pada poin (3) diatas,
dan hubungkan menjadi bentuk polygon tertutup.
5. Hitung luas layanan dengan menghitung luasan polygon
tertutup tersebut pada poin(4) diatas.
6. Batas garis terluar yang membentuk polygon tertutup
tersebut merupakan delineasi kawasan infrastruktur
sarana proteksi kebakaran, dan luas polygon tersebut
merupakan luas layanan infrastruktur sarana proteksi
kebakaran.
24
d) Akses sarana proteksi kebakaran sampai pada lokasi
prasarana proteksi kebakaran, seperti kelayakan jalan
penghubung, waktu tempuh, kecukupan sumber air.
Langkah-langkah:
1. Penyiapan lokasi pengembangan dengan menghitung luas
dan kepadatan penduduk dengan menggunakan peta RBI
dan/atau data BPS.
2. Tentukan titik lokasi penempatan infrastruktur sarana
proteksi kebakaran didalam wilayah pelayanannya yang
system proteksi kebakaran yang mampu mengakses
prasarana proteksi kebakaran.
3. Tentukan lokasi titik-titik terluar KK dalam wilayah yang
dapat dilayani oleh sarana proteksi kebakaran dan dapat
mengakses lokasi prasarana proteksi kebakaran.
4. Bentuk garis batas terluar tersebut pada poin (3) diatas,
dan hubungkan menjadi bentuk polygon tertutup.
5. Hitung luas layanan dengan menghitung luasan polygon
tertutup tersebut pada poin(4) diatas.
6. Ulangi untuk Langkah 2 s/d 5 untuk lokasi lainnya yang
system proteksi kebakaran akan dibawa ke lokasi
prasarana proteksi kebakaran.
7. Batas garis terjauh dari layanan proteksi kebakaran yang
dapat mengakses sampai lokasi prasarana proteksi
kebakaran merupakan jari-jari lingkaran yang digunakan
untuk membentuk delineasi layanan infrastruktur
prasarana proteksi kebakaran.
8. Sedangkan luas layanan infrastruktur prasarana proteksi
kebakaran adalah penjumlahan luas layanan infrastruktur
sarana proteksi kebakaran yang dapat menjangkau lokasi
prasarana proteksi kebakaran. Luas layanan infrastruktur
prasarana proteksi kebakaran merupakan penjumlahan
luas layanan sarana proteksi kebakaran (poin 5-6).
Langkah-langkah:
1. Penyiapan lokasi pengembangan dengan menghitung luas dan
kepadatan penduduk dengan menggunakan peta RBI dan/atau
data BPS.
2. Tentukan titik lokasi infrastruktur tambatan perahu mendekati
batas wilayah perairan (pinggir pantai, pinggir sungai, atau
pinggir danau).
26
6. Hasil perhitungan luas delineasi meng-gambarkan delineasi
kawasan infrastruktur tambatan perahu dan luas layanan
infrastruktur (luas maksimal). Posisi titik koordinat didalam
wilayah pengembangan, posisi jalan akses dapat
mempengaruhi bentuk geometri dan luas delineasi (nilai akan
semakin berkurang).
27
4. Kemudian dapat dihitung kerapatan jalan = luas desa Sumber
Agung dibagi dengan kebutuhan jalan minimal, yaitu (3
km2/4,2km) = 0.7142857 km atau dibulatkan menjadi 714,29
meter.
5. Sehingga delineasi jalan mempunyai rata-rata lebar 357 meter
kiri jalan dan 357 meter kanan jalan dikalikan panjang jalan 4,2
km.
6. Dari kebutuhan jalan minimal 4,2 km tersebut, kegiatan IBM
DIT. PKP berkontribusi menangani 650 meter maka luas yang
didapat adalah 650 meter x 714,29 meter = 464.288,5 m2 atau
ekuivalen 46,43 hektar.
Catatan:
28
Tabel 2.2 berikut dapat digunakan sebagai simulasi untuk
menentukan kebutuhan panjang jalan, menentukan delineasi
jalan, dan menghitung luas delineasi infrastruktur jalan.
Tabel 2.2. Contoh perhitungan luas delineasi infrastruktur jalan.
KATEGORI
KETENTUAN
1 2 3 4 5
jiwa/km2 atau jiwa/100 ha <100 100<=KP<500 500<=KP<1000 1000<=KP<5000 >=5000
km/10000 jiwa 18,5 11 5 3 2
Kepadatan Penduduk : 4.666,67 Jiwa/100 hektar Kepadatan peduduk = Penduduk * 100 / Luas wilayah
Kebutuhan Jalan : 4,20 km/10000 Jiwa Hitungan sesuai kategori SPM infastruktur jalan
Kebutuhan Jalan : 4.200,00 m/10000 jiwa Konversi kebutuhan jalan km ke meter
Kerapatan Jalan : 714,29 m (1/2ki+1/2ka) Kerapatan jalan = Luas wilayah/Kebutuhan Jalan
29
Penjelasan dari diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Ruas jalan (Nasional, Provinsi, Kota/Kabupaten, Kecamatan,
dan Desa) dan jalan yang belum terbangun.
a) Kondisi jalan baik → penanganan dengan perawatan
rutin
b) Kondisi jalan rusak →penanganan dengan
perbaikan/rekonstruksi
c) Jalan belum tersedia → penanganan dengan
pembangunan jalan baru.
2. Kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU) dapat
melakukan penanganan dengan point (b) dan point (c) untuk
jalan kecamatan atau desa.
3. Penetapan luas delineasi kawasan infrastruktur menganut
syarat RAI (jarak kiri/kanan dan waktu tempuh) dengan
mempertimbangkan kondisi topografi.
4. Luas delineasi kawasan infrastruktur jalan (m2 atau hektar) =
panjang ruas jalan yang ditangani (m) x jarak kiri/kanan jalan
yang ditangani (m).
Contoh untuk identifikasi kuantitas dan ketersediaan jalan
menggunakan RPJM-Des seperti disampaikan dalam Gambar 2.4
dibawah:
Slide 15
30
Penjelasan dari diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Ruas jalan (Nasional, Provinsi, Kota/ Kabupaten, Kecamatan,
dan Desa) dan jalan yang belum terbangun.
a) Kondisi jalan baik→penanganan dengan perawatan rutin
b) Kondisi jalan rusak→penanganan dengan perbaikan/
rekonstruksi
c) Jalan belum tersedia → penanganan dengan
pembangunan jalan baru.
2. Kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU) dapat
melakukan penanganan dengan poin (b) dan poin (c) untuk
jalan kecamatan atau desa.
3. Tentukan luas wilayah pengembangan kecamatan (luas
administrasi desa) dan hitung keseluruhan panjang jalan
eksisting diwilayah pengembangan tersebut.
4. Kerapatan jalan (m) = luas wilayah (m2) / panjang jalan (m),
dipakai untuk menghitung luas kawasan delineasi kawasan
infrastruktur jalan.
5. Luas delineasi kawasan infrastruktur jalan (m2 atau hektar) =
panjang ruas jalan yang ditangani (m) x kerapatan jalan yang
ditangani (m).
31
Gambar 2.5 : Ilustrasi spasial infrastruktur air minum dan
penentuan delineasinya.
33
Langkah-langkah perhitungan delineasi dan luas:
1. Jika diasumsikan jarak radius R=1 km untuk aksesibilitas
penduduk untuk menuju ke pusat kegiatan, maka luas area
layanan maksimal L= π × r2, = 3.14 x 1000^2 = 3,140,000m2
= 314 Ha.
2. Jika memperhitungkan mobilitas penduduk dengan
pemanfaatan ruas jalan, maka ada sebagian luasan lingkaran
yang berada diluar delineasi jalan akan mengurangi mobilitas
penduduk. Sehingga delineasi infrastruktur pasar tidak
berbentuk lingkaran, dan tinggal daerah perpotongan
(intersection) lingkaran dengan delineasi jalan. Luas delineasi
baru menjadi < 314 Ha.
34
Langkah-langkah perhitungan delineasi dan luas:
1. Jika diasumsikan jarak radius R=1 km untuk aksesibilitas
penduduk untuk menuju ke pusat kegiatan, maka luas area
layanan maksimal L= π × r2, = 3.14 x 1000^2 = 3,140,000m2
= 314 Ha.
2. Jika ratio daratan dan perairan yang masuk dalam lingkaran
diasumsikan 65%, berarti delineasi kawasan infrastruktur
maksimal = 65% x 314 Ha = 204.1 Ha
3. Jika pengaruh delineasi jalan akses diperhitungkan, maka
luasan delineasi menjadi bagian intersection (potongan) antara
lingkaran dan delineasi jalan. Bentuk delineasi dan luasnya
akan berkurang menjadi < 204.1 Ha.
35
2.5.6 Delineasi Luas Kawasan Kumuh
Delineasi kawasan kumuh ditetapkan melalui serangkaian survey
lokasi kumuh sekaligus survey dalam rangka penyusunan baseline
numerik untuk identifikasi dan peniliaian lokasi kumuh.
Perhitungan delineasi kawasan kumuh suatu Kelurahan/Desa
didapat diilustrasikan dengan menggunakan Gambar 2.9 berikut:
RW-01 RW-02
Luas=5 ha Luas=3.2 ha
L_kumuh = 0 ha RW-05
L_kumuh =0.9 ha
Jiwa = 310 Luas=3.7 ha
Jiwa = 266
KK = 72 L_kumuh =0 ha
KK = 64
Jiwa = 249
KK = 62
RW-06
RW-03 RW-04 Luas=3.4 ha
Luas=4 ha Luas=6.1 ha L_kumuh =0.8 ha
L_kumuh =0 ha L_kumuh =1.2 ha Jiwa = 262
Jiwa = 296 Jiwa = 408 KK = 71
KK = 76 KK = 105
36
5. Hasil capaian luas layanan infrastruktur terbangun melalui IBM
Dit. PKP KOTAKU akan menjadi luas pengurang dari luas
kawasan kumuh yang ditetapkan pada poin (3).
37
III. Perhitungan Luasan Kawasan
Kumuh
38
Gambar 3.1: penentuan prioritas penanganan kegiatan IBM Dit. PKP
KOTAKU berdasarkan SK Walikota/Bupati.
Untuk Desa/Kelurahan lokasi kegiatan IBM Dit. PKP yang telah
ditetapkan dan telah masuk dalam SK Walikota/Bupati untuk kawasan
kumuh dilakukan:
1. Verifikasi terhadap delineasi kawasan kumuh awal yang telah
ditetapkan dan terhadap baseline numerik tingkat kekumuhannya
(berat, sedang, ringan).
2. Penentuan prioritas penanganan melalui kegiatan IBM Dit. PKP
KOTAKU didasarkan pada data baseline numerik, aspek legalitas
tanah, dan aspek lain sesuai petunjuk dalam buku saku identifikasi
dan penilaian kumuh.
3. Penanganan dengan pembangunan infrastruktur IBM Dit. PKP
KOTAKU terpilih berdasarkan prioritas kemudian dihitung luas
kawasan terlayani infrastruktur terbangun melalui kegiatan KOTAKU
dan sekaligus dilakukan pembaharuan data baseline kumuhnya.
4. Pengurangan kawasan kumuh dihitung dengan berdasarkan capaian
luas kawasan terlayani infrastruktur. Luas kawasan kumuh akhir =
luasan kumuh awal – luas kawasan terlayani infrastruktur.
5. Tata cara perhitungan luas dan penentuan delineasi seperti telah
diuraikan dalam bab/sub bab sebelumnya menggunakan aplikasi
GIS.
6. Hasil akhir perhitungan pengurangan luasan kawasan kumuh dan
pembaharuan data baseline numerik digunakan sebagai umpan balik
bagi pemerintah daerah.
39
3.2 Kawasan yang belum ditetapkan sebagai kawasan kumuh
Kawasan yang belum ditetapkan sebagai kawasan kumuh oleh
pemerintah daerah setempat melalui SK Walikota/Bupati.
Gambar 3.2 berikut menggambarkan alur dalam proses penentuan
luasan kawasan kumuh dan perhitungan kawasan terlayani infrastruktur
terbangun berdasar lokasi yang belum ditetapkan melalui SK
Walikota/Bupati.
41
IV. PENERAPAN GEOGRAFIK INFORMATION
SISTEM UNTUK KEGIATAN IBM Dit. PKP
(PISEW dan KOTAKU)
Penerapan GIS untuk kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU)
difokuskan pada data entitas kegiatan infrastruktur yang dinotasikan
dalam data titik koordinat, delineasi kawasan infrastruktur, dan luas
layanan infrastruktur serta luas kawasan kumuh.
Pengendalian kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU) dengan
menerapkan GIS perlu dilakukan dalam setiap tahapan mulai dari tahap
persiapan, perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pasca
pelaksanaan kegiatan.
4.1 Penyiapan Lokasi Kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU)
Penyiapan lokasi kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU) didasari
dengan terbitnya Keputusan Menteri tentang Penetapan Lokasi dan
Besaran Anggaran Kegiatan IBM DJCK Tahun Anggaran berjalan.
secara definitif merupakan dasar untuk perencanaan spasial untuk
penempatan titik koordinat infrastruktur, delineasi kawasan infrastruktur,
dan penetapan luas kawasan infrastruktur serta penetapan delineasi
kawasan kumuh.
Sebagai contoh lokasi dan sebaran desa sasaran kegiatan PISEW 2021
dapat ditampilkan dalam Gambar 4.1 berikut:
Gambar 4.1: Lokasi dan sebaran Desa lokasi kegiatan PISEW 2021
43
4.2 Titik Koordinat Infrastruktur
Didalam Geographic Information System (GIS), titik koordinat dinyatakan
dalam data vector berupa titik (point) yang dapat dinyatakan dalam
format data numerik/teks atau format derajat.
Untuk penentuan koordinat global di Indonesia dikenal sistem referensi
koordinat, yaitu:
45
Untuk dapat memberikan yang maksimal, efisien, dan ekonomis maka
setiap infrastruktur direncanakan dan diberikan batas layanan
(delineasi). Sehingga dengan adanya delineasi dapat diketahui cakupan
layanan infrastruktur, kecukupan infrastruktur, dan kebutuhan
infrastruktur dalam rangka pemerataan pembangunan wilayah.
Dengan menggunakan aplikasi GIS dalam hal ini Google Earth
penentuan delineasi setiap infrastruktur dibuat dengan menggunakan
bentuk polygon tertutup. Data yang dihasilkan berupa data vektor
(polygon) yang selanjutnya data tersebut dikelola dalam aplikasi SIM IBM
Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU). Pertimbangan menggunakan aplikasi
Google Earth adalah sifatnya yang open source dan dapat diakses dari
seluruh wilayah dampingan kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan
KOTAKU).
Data delineasi yang dikelola melalui aplikasi SIM IBM Dit. PKP (PISEW
dan KOTAKU). dapat ditampilkan dalam bentuk peta delineasi di
dashboard SIM dan dapat digunakan sebagai sumber data untuk
dianalisis lebih lanjut.
46
Dalam aplikasi SIM dikelola data berkaitan dengan luas delineasi
kawasan infrastruktur, yaitu: (a) data luas delineasi kawasan infrastruktur
dalam bentuk numerik, dan (b) data vektor berupa data titik koordinat
kawasan infrastruktur untuk membentuk geometry polygon. Kedua jenis
data tersebut selanjutnya digunakan untuk proses validasi, baik nilai
luasnya dan juga lokasi geografisnya.
47
4.6.1 Proses pengumpulan data GIS
Dengan pertimbangan pengumpulan data GIS dapat dilakukan
ditingkat masyarakat, maka diperlukan peralatan perangkat keras
dan lunak yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Mekanisme
pengumpulan data seperti disajikan dalam alur Gambar 4.3 berikut:
48
- data titik/radius seperti infrastruktur pasar, lokasi wisata,
tambatan perahu, sumur bor, dll dapat diwakili dengan satu
titik koordinat.
- data garis/polygon seperti infrastruktur jalan, irigasi, drainase,
talud, tempat jemur produk pertanian/perikanan, dll minimal
diwakili dengan 3 titik koordinar (awal, tengah, akhir).
• Menyusun delineasi kawasan kumuh dalam bentuk polygon
tertutup, merujuk pada identifikasi dan penilaian lokasi kumuh,
jumlah koordinat disesuaikan dengan kebutuhan membentuk
geometry polygon delineasi kawasan kumuhnya.
• Olah data spasial (titik, garis, polygon, raster) dengan aplikasi
yang sesuai sampai didapat output (titik koordinat, delineasi,
dan luas layanan infrastruktur).
KOORDINAT Ya KOORDINAT
Tidak
SAMA ?
DELINEASI DELINEASI
TEXT EDITOR
*.kml
50
4.7.2 Perangkat Lunak (Software)
1. Google Earth Pro berbayar dan tidak berbayar, mudah didapat dan
dioperasikan ditingkat masyarakat.
2. Quantum GIS berbayar dan tidak berbayar, sesuai untuk pemakaian
data skala besar (level provinsi dan nasional).
3. Program Python dilengkapi aplikasi pendukung seperti Flask,
Folium, Numpy, Pandas/Geopandas, Matplotlib, jika akan
mengembangkan big data dan analisis.
4. ArcGIS berbayar, mahal untuk program skala masyarakat, sesuai
untuk pemakaian data skala besar (level provinsi dan nasional).
5. http://geospatialconversions.azurewebsites.net/, program untuk
konversi koordinat file *. Kml ke file *.wkt
6. https://www.trailforks.com/tools/wktkml/, program untuk konversi
koordinat file *.wkt ke file *.kml
Peta Rupa Bumi digital atau peta topografi yang dikeluarkan oleh instansi
pemerintah, seperti Badan Geospasial Indonesia/ Bakorsurtanal, Badan
Pusat Statistik, Badan Pertanahan Nasional & Tata Ruang.
51
LAMPIRAN
Tatacara Delineasi Kawasan Pada Google Earth Versi I
52
53
Tatacara Delineasi Kawasan Dengan Google Earth Pro Versi II
54
55
BUKU SAKU PENENTUAN CAPAIAN LUAS KAWASAN TERLAYANI
INFRASTRUKTUR TERBANGUN Kegiatan Infrastruktur
Berbasis Masyarakat Direktorat Pengembangan
Kawasan Permukiman (PISEW dan KOTAKU)
TAHUN 2022
_________________
PENGARAH
J. Wahyu Kusumosusanto
KONTRIBUTOR
Valentina
Winda Laksana
Haris Pujogiri
Aris M. Budiawan
Eko Priantono
Roofy Reizkapuni
Ade Prasetyo K.
Azwar Aswad Harahap
Pipit Prayogo
Alifiah Devi Rahmawati
Iriyanti
Sugiarto
Diterbitkan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman
56
57