Anda di halaman 1dari 63

BUKU SAKU

PENGENDALIAN
KEGIATAN PISEW

_____________
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
SOSIAL EKONOMI WILAYAH
(PISEW) TAHUN 2022

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

i
Kata Pengantar
Kegiatan Infrastruktur Berbasis Masyarakat Direktorat
Pengembangan Kawasan Permukiman (PISEW dan KOTAKU) pada
prinsipnya merupakan kegiatan pembangunan dan peningkatan
kualitas infrastruktur dasar baik di kawasan perdesaan maupun
kawasan perkotaan yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat
melalui pendekatan partisipatif. Untuk memastikan tercapainya
kualitas hasil pembangunan infrastruktur yang sesuai dengan
standar teknis dan penyelenggaraan IBM berjalan dengan baik,
maka disusun pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan,
melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor:
13/SE/DC/2022 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan
Infrastruktur Berbasis Masyarakat Direktorat Jenderal Cipta Karya
yang tata kelola pelaksanaannya dirincikan ke dalam Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Kegiatan PISEW dan KOTAKU.
Selaras dengan pedoman teknis dan petunjuk teknis pelaksanaan
tersebut, maka telah disusun pula kumpulan buku saku yang
bertujuan untuk mendukung kelancaran dan kemudahan bagi tim
pelaksana di lapangan. Buku saku tersebut berisi rincian terkait
mekanisme pengendalian, perencanaan dan pembangunan fisik
yang terdiri dari:
1. Buku Saku Pengendalian Kegiatan PISEW;
2. Buku Saku Pengendalian Kegiatan KOTAKU;
3. Buku Saku Petunjuk Umum Konstruksi;
4. Buku Saku Petunjuk Konstruksi Jalan;
5. Buku Saku Petunjuk Konstruksi Jembatan;
6. Buku Saku Petunjuk Konstruksi Air Minum;
7. Buku Saku Petunjuk Konstruksi Sanitasi;
8. Buku Saku Petunjuk Konstruksi Drainase dan Irigasi;
9. Buku Saku Petunjuk Konstruksi Bangunan Sederhana;
10. Buku Saku Petunjuk Proteksi Kebakaran;
11. Buku Saku BKAD;
i
12. Buku Saku Penyelenggara Swakelola KOTAKU;
13. Buku Saku Penentuan Capaian Luas Kawasan Terlayani
Infrastruktur Terbangun;
14. Buku Saku Identifikasi dan Penilaian Lokasi Kumuh;
15. Buku Saku Pemanfaatan dan Pemeliharaan Infrastruktur
Berbasis Masyarakat;
16. Buku Saku Sistem Informasi Manajemen dan Sistem Informasi
Laporan Keuangan dan Aset kegiatan IBM Direktorat PKP.

Diharapkan dengan adanya kumpulan buku saku ini dapat menjadi


panduan praktis bagi para pelaku kegiatan IBM Direktorat
Pengembangan Kawasan Permukiman di lapangan, mulai dari tahap
persiapan hingga pelaksanaan pembangunan infrastruktur sesuai
pedoman/standar yang telah ditetapkan, serta dapat
memberikan kontribusi positif terhadap penerapan aturan/kaidah
teknis pada pembangunan infrastruktur berbasis masyarakat. Namun
demikian, tim penulis tetap mengharapkan saran dan kritikan dari
seluruh pemakai buku saku ini untuk penyempurnaan lebih lanjut
secara substansi.

Jakarta, Maret 2022

Tim Pelaksana Pengawasan dan Pengendalian Pusat


Kegiatan IBM Direktorat PKP

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................... 2
1.3 Landasan dan Rujukan ....................................................... 2
II. PENYUSUNAN DELINEASI KAWASAN INFRASTRUKTUR 3
2.1 Tata Ruang Wilayah............................................................ 3
2.1.1 Titik Koordinat Infrastruktur ...................................... 4
2.1.2 Luas Pengembangan Wilayah ................................. 5
2.1.3 Luas Delineasi Kawasan Infrastruktur .................... 6
2.1.4 Delineasi Kawasan Kumuh ...................................... 6
2.2 Cakupan dan rujukan penentuan luas. ............................ 7
2.2.1 Kepala Keluarga (KK) Terlayani .............................. 7
2.2.2 Penentuan Luas dan Rujukan ................................. 7
2.2.3 Luas Administrasi Wilayah ....................................... 7
2.2.4 Luas Delineasi ............................................................ 8
2.2.5 Luas Delineasi Kawasan Kumuh............................. 8
2.3 Penentuan Dileneasi Layanan Infrastruktur Berdasar
Kebutuhan Layanan. ........................................................... 9
2.3.1 Delinesai kawasan infrastruktur jalan &
pendukungnya. ......................................................... 10
2.3.2 Delineasi Kawasan Infrastruktur Air Bersih. ........ 14
iii
2.3.3 Delineasi Kawasan Infrastruktur Irigasi ................ 15
2.3.4 Delineasi Kawasan Infrastruktur Drainase........... 16
2.3.5 Delineasi Kawasan Infrastruktur Sanitasi ............ 18
2.3.6 Delineasi Kawasan Infrastruktur Pen-dukung
pemasaran pertanian, peternakan, perikanan,
industri, dan pariwisata. .......................................... 19
2.3.7 Delineasi Kawasan Infrastruktur Sarana
Prasarana Persampahan........................................ 21
2.3.8 Delineasi Kawasan Infrastruktur Proteksi
Kebakaran ................................................................. 23
2.3.9 Delineasi Kawasan Infrastruktur Tambatan
Perahu ....................................................................... 25
2.4 Contoh-contoh perhitungan luasan delineasi kawasan
layanan infrastruktur.......................................................... 27
2.5 Delineasi Luasan Terlayani Kawasan Infrastruktur Jalan
& Pendukungnya. .............................................................. 27
2.5.1 Delineasi Luasan Terlayani Kawasan Infrastruktur
Air Bersih ................................................................... 31
2.5.2 Delineasi Luasan Terlayani Kawasan Infrastruktur
Irigasi ......................................................................... 32
2.5.3 Delineasi Luasan Terlayani Kawasan Infrastruktur
Pengembangan Ekonomi (Pasar, Pariwisata,
Sentra Industri, dll)................................................... 33
2.5.4 Delineasi Luasan Terlayani Kawasan Infrastruktur
Tambatan Perahu .................................................... 34
2.5.5 Total Luas Delineasi Kawasan Infrastruktur ........ 35
2.5.6 Delineasi Luas Kawasan Kumuh........................... 36
III. PERHITUNGAN LUASAN KAWASAN KUMUH ............. 38

iv
3.1 Kawasan Yang Telah Ditetapkan Sebagai Kasawan
Kumuh ................................................................................. 38
3.2 Kawasan yang belum ditetapkan sebagai kawasan
kumuh .................................................................................. 40
IV. PENERAPAN GEOGRAFIK INFORMATION SISTEM
UNTUK KEGIATAN IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU)42
4.1 Penyiapan Lokasi Kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan
KOTAKU) ............................................................................ 43
4.2 Titik Koordinat Infrastruktur .............................................. 44
4.2.1 Koordinat dengan menggunakan referensi WGS
1984 / EPSG:4326, dengan system koordinat
Lintang – Bujur (Latitude – Longitude) /
Geographic Coordinate System ............................ 44
4.2.2 Koordinat dengan menggunakan referensi
Universal Transver Mercator (UTM WGS84). ..... 44
4.3 Delineasi Kawasan Infrastruktur ..................................... 45
4.4 Luas Delineasi Kawasan Infrastruktur ............................ 46
4.5 Luas Delineasi Kawasan Kumuh .................................... 47
4.6 Mekanisme pengumpulan dan validasi data GIS ......... 47
4.6.1 Proses pengumpulan data GIS ............................. 48
4.6.2 Proses validasi data GIS ........................................ 49
4.7 Perangkat Keras dan Lunak GIS .................................... 50
4.7.1 Perangkat Keras (Hardware) ................................. 50
4.7.2 Perangkat Lunak (Software) .................................. 51

v
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kawasan perdesaan melalui kegiatan PISEW yang
merupakan bagian dari kegiatan IBM Dit. PKP dengan hasil akhir
infrastruktur terbangun guna mendukung akses dan konektivitas
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang berupa:
a. Infrastruktur Transportasi
Jalan (Mis: jalan lingkungan, jalan produksi), Jembatan & bangunan
pelengkap (talud, gorong-gorong, drainase), Tambatan Perahu.
b. Infrastruktur Penunjang Produksi Pertanian & Industri
c. Infrastruktur Peningkatan Prasarana Pendukung Pemasaran
Bangunan pasar berskala layanan kawasan terpilih, Gudang & lantai
jemur, Jalan usaha tani.
d. Infrastruktur pendukung pariwisata
e. Infrastruktur Pendukung lainnya

Sedangkan pembangunan kawasan perkotaan melalui kegiatan


KOTAKU yang merupakan bagian dari kegiatan IBM Dit. PKP dengan
hasil akhir infrastruktur terbangun guna mendukung dan memberi
kontribusi terhadap pengurangan luasan kumuh melalui pembangunan
infrastruktur yang dipilih berdasarkan skala prioritas penanganan kumuh
pada lokasi sasaran yang berupa:
a. Jalan Lingkungan
b. Drainase Lingkungan;
c. Penyediaan Air Bersih/Minum;
d. Pengelolaan Persampahan;
e. Pengelolaan Air Limbah;
f. Pengamanan Kebakaran.

Infrastruktur terbangun secara tidak langsung akan memberikan dampak


terlayani terhadap masyarakat pengguna maupun kawasan sekitar
infrastruktur terbangun. Terkait hal tersebut maka perlu dilakukan

1
perhitungan terhadap batas capaian luasan terlayani atas terbangunnya
infrastruktur skala kawasan.

Sedangkan untuk pengurangan luasan kumuh, hasil dari perhitungan


terhadap batas capaian luasan terlayani atas terbangunnya infrastruktur
skala kawasan dapat digunakan sebagai faktor pengurang kawasan
kumuh yang telah ditetapkan sebelumnya untuk dilakukan penanganan
melalui kegiatan IBM Dit. PKP KOTAKU.

Untuk melaksanakan perhitungan dilakukan pembatasan terhadap


luasan terlayani dengan cara melakukan delineasi dalam pembuatan
garis batas untuk membentuk dan menandai batasan luas kawasannya.
Pembuatan garis batas tersebut akan dilakukan melalui peta, baik peta
berbentuk konvensional maupun digital berbasis Geographic Information
System (GIS).

1.2 Tujuan
Setiap infrastruktur yang dibangun melalui kegiatan IBM Dit. PKP akan
dapat diidentifikasi lokasi geografisnya serta dapat dihitung luas capaian
kawasan layanan infrastuktur terbangun.

Luas kawasan kumuh dapat dikurangi dengan adanya luas kawasan


layanan infrastuktur terbangun, sehingga tingkat kekumuhan dapat
diturunkan dari kumuh berat, kumuh sedang, kumuh ringan, hingga tidak
kumuh.

1.3 Landasan dan Rujukan


a. Surat Edaran No. 13/SE/DC/2022 Tentang Pedoman Teknis
Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Berbasis Masyarakat Direktorat
Jenderal Cipta Karya.
b. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan PISEW dan KOTAKU Tahun
2022.

2
II. PENYUSUNAN DELINEASI
KAWASAN INFRASTRUKTUR

2.1 Tata Ruang Wilayah


Dalam penyusunan delineasi kawasan infrastruktur secara tidak
langsung akan berhubungan dengan rencana tata ruang wilayah yang
merupakan wujud struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai
definisi tersendiri.
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki
hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi
peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang
untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
Kegiatan Infrastruktur Berbasis Masyarakat di Lingkungan Direktorat
Pengembangan Kawasan Permukiman (IBM Dit. PKP) PISEW dan
KOTAKU dalam salah satu indikator capaiannya adalah kontribusi
terhadap capaian luasan terlayani terhadap adanya pembangunan
infrastruktur berbasis masyarakat.

Adapun gambaran terhadap rencana pembangunan pada kegiatan IBM


Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU) dalam perencanaannya dapat mengikuti
pola ruang dan struktur ruang sebagaimana tersampaikan dalam
Gambar 2.1 berikut:

3
Tata Ruang Wilayah

Pola Ruang Struktur Ruang

Fungsi Lindung Fungsi Budidaya Kawasan Permukiman Sistem Jaringan

Jaringan Jalan,
Permukiman
Perkebunan Jaringan Drainase,
Produksi Pantai Perkotaan dan
Jaringan Listrik,
Pertanian Permukiman
Jaringan Irigasi,
Perdesaan
Perikanan Darat Pariwisata Tambak Jaringan Gas, dll

Gambar 2.1: Rencana Tata Ruang Wilayah


Berdasarkan tata ruang wilayah tersebut untuk tujuan rencana
pembangunan pada kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU)
sebaiknya dikonsentrasikan pada wilayah ruang yang masuk kategori
fungsi budidaya, kawasan permukiman dan sistem jaringan. Sedangkan
untuk kawasan yang mempunyai fungsi lindung sebaiknya harus
dihindarkan atau dijadikan negative list untuk lokasi pembangunan atau
penentuan delineasi kawasan infrastrukturnya.

Dengan bagan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran tata


cara dalam menetapkan lokasi infrastruktur sesuai peruntukan tata
ruangnya, mengidentifikasi lokasi infrastruktur yang akan dibangun,
menentukan delineasi kawasan infrastruktur, dan menghitung besaran
luas terlayani dari infrastruktur terbangun.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemanfaatan ruang
dalam Kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU) diantaranya
diuraikan dalam sub-sub bab berikut.

2.1.1 Titik Koordinat Infrastruktur


Untuk menentukan lokasi infrastruktur terbangun perlu dilakukan
indentifikasi menggunakan titik koordinat baik koordinat kartesian
maupun koordinat geografis. Dalam Kegiatan IBM Dit. PKP
(PISEW dan KOTAKU), identifikasi lokasi infrastruktur digunakan
system koordinat geografis menggunakan data vektor (titik, garis,
dan/atau polygon).

4
Untuk mempermudah identifikasi dan tujuan penentuan delineasi
dan luasan nantinya, maka penentuan titik koordinat infrastruktur
dapat dinotasikan:
a) Untuk infrastruktur yang dapat dinotasikan dalam bentuk titik
atau node seperti pasar, lokasi wisata, tambatan perahu,
sumur bor, dan sejenisnya dapat diwakili dengan 1 (satu) titik
koordinat geografis.
b) Untuk infrastruktur yang dapat dinotasikan dalam bentuk garis
seperti jalan, talud, drainase, irigasi, jaringan pipa, dan
sejenisnya dapat diwakili sedikitnya 3 (tiga) titik koordinat
geografis (awal, tengah, dan akhir).
c) Untuk infrastruktur yang dapat dinotasikan dalam bentuk
luasan, seperti kebun/sawah, tempat jemur hasil bumi, dan
sejenisnya dapat diwakili sedikitnya 4 (empat) titik koordinat
geografis atau polygon.
Sesuai hirarki penentuan titik koordinat infrastruktur dan delineasi
kawasan infrastruktur harus memenuhi kaidah: “titik koordinat
infrastruktur berada didalam delineasi kawasan infrastruktur, dan
delineasi kawasan infrastruktur berada didalam desa lokasi
Kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU)”.

2.1.2 Luas Pengembangan Wilayah


a) Satuan pekerjaan ditingkat kecamatan, disebutkan jumlah
desa dan total luasan kecamatan diambil dari peta dasar atau
Kecamatan Dalam Angka (BPS).
b) Pengembangan kecamatan ditentukan dari jumlah desa yang
diusulkan menjadi desa lokasi kegiatan PISEW yang terdiri dari
2 desa per kecamatan, ditentukan luasannya sebagai luas
pengembangan kecamatan.
c) Penanganan Kelurahan/Desa diusulkan menjadi lokasi
kegiatan KOTAKU, diukur luasannya untuk menentukan luas
kawasan kumuh Kelurahan/Desa.
d) Delineasi kawasan infrastruktur merupakan luasan disekitar
infrastruktur, yang efektif dan efisien untuk memberikan
layanan yang berhubungan langsung dengan infrastruktur
tersebut.

5
2.1.3 Luas Delineasi Kawasan Infrastruktur
Delineasi kawasan infrastruktur merupakan batasan fungsional
pemanfaatan untuk setiap jenis infrastruktur yang dapat disusun
menggunakan data vektor (titik, garis, atau polygon), yang
selanjutnya diwujudkan dalam bentuk lingkaran atau bentuk
polygon tertutup.
a) Delineasi untuk data vektor (titik) dengan contoh infrastruktur
pasar, sumur bor, tambatan perahu, hydrant, lantai jemur, dan
sejenisnya untuk keseragamannya meng-gunakan offset
radius, misal 1000 meter dari titik lokasi infrastruktur. Sehingga
luas delineasi dapat dibentuk berdasar luas lingkaran atau
irisannya.
b) Delineasi untuk data vektor (garis atau polygon) dengan contoh
infrastruktur jalan, talud, drainase, saluran irigasi, layanan air
bersih, dan sejenisnya untuk keseragaman menggunakan
offset jarak, misal 300 meter kiri/kanan infrastruktur. Sehingga
luas delineasi dapat dibentuk berdasar luas polygon yang
melingkupi infrastruktur atau irisannya.
c) Koridor yang perlu dipenuhi adalah titik koordinat berada
didalam delineasi kawasan infrastruktur, delineasi kawasan
infrastruktur berada di dalam lokasi Kegiatan IBM Dit. PKP
(PISEW dan KOTAKU).
d) Penentuan delineasi kawasan infrastruktur tidak diperbolehkan
masuk dalam kawasan lindung yang disebutkan dalam tata
ruang wilayah atau menjadi negative list untuk Kegiatan IBM
Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU).

2.1.4 Delineasi Kawasan Kumuh


a) Delineasi kawasan kumuh merupakan batasan fungsional
wilayah kawasan kelurahan/desa yang dinyatakan sebagai
wilayah kumuh.
b) Delineasi kawasan kumuh dinyatakan dengan data vektor
(polygon) yang melingkupi batas-batas wilayah kawasan yang
dinyatakan sebagai kawasan kumuh yang dinilai melalui
baseline data numerik.
c) Delineasi kawasan kumuh dapat terdiri dari lebih satu titik
lokasi dalam satu Kelurahan/Desa dengan batas delineasi
yang berbeda.

6
d) Penentuan delineasi kawasan kumuh hanya diterapkan untuk
lokasi kegiatan IBM DIT. PKP KOTAKU.

2.2 Cakupan dan rujukan penentuan luas.


Disamping pertimbangan mematuhi tata ruang wilayah, maka dalam
rangka penentuan capaian luas kawasan terlayani infrastruktur
terbangun juga mempertimbangkan:

2.2.1 Kepala Keluarga (KK) Terlayani


a) Merupakan KK yang menjadi target terbangunnya jenis
infrastruktur untuk mencapai kondisi efisiensi dan efektivitas
pelayanan pada masyarakat (sosial, ekonomi, pendidikan, dan
kesehatan).
b) KK dapat berasal dari wilayah delineasi kawasan infrastruktur
atau wilayah pengembangan yang merupakan lokasi Kegiatan
IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU).

2.2.2 Penentuan Luas dan Rujukan


a) Penentuan Luasan merujuk pada peta Rupa Bumi Indonesia
(RBI) atau data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS):
1. Luasan kawasan pengembangan PISEW dihitung
berdasarkan luas administrasi desa lokasi kegiatan PISEW
(desa prioritas dan desa pendukung/hinterland).
2. Luasan penanganan KOTAKU dihitung berdasakan batas
adminstrasi kelurahan/desa lokasi kegiatan KOTAKU.
b) Luas kawasan kumuh dihitung berdasarkan luasan geometry
kawasan permukiman teridentifikasi kumuh.
c) Luasan delineasi kawasan infrastruktur ditetapkan dari proses
offset (jarak atau radius) dari infrastruktur dibangun. Besaran
nilai offset dapat ditetapkan berdasar aturan, seperti Rural
Access Index (RAI), Dokumen RPJM-Desa, Dokumen
RP2KPKP, Dokumen RPLP, dan rujukan relevan lainnya.

2.2.3 Luas Administrasi Wilayah


Luas kecamatan dan luas desa dapat dihitung secara geometris
berdasarkan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) atau dapat juga

7
memanfaatkan data yang tertera dalam Kabupaten dalam angka,
Kecamatan dalam angka, Desa dalam angka yang dikeluarkan
oleh BPS

2.2.4 Luas Delineasi


Luas delineasi kawasan infrastruktur menggambarkan luas
layanan infrastruktur yang akan dibangun, seperti infrastruktur
jalan & pendukungnya, infrastruktur sarana air bersih, infrastruktur
irigasi, infrastruktur pendukung perekonomian (pasar, pariwisata,
sentra produksi, dll), infrastruktur perairan (tambatan perahu),
infrastruktur pendukung untuk pengurangan kawasan kumuh
lingkungan perumahan & permukiman, infrastruktur lainnya yang
telah ditetapkan dalam pedoman teknis pelaksanaan. Masing-
masing dari infrastruktur mempunyai cara yang berbeda-beda
untuk menetapkan atau merencanakan delineasi kawasan
infrastrukturnya, yang kemudian nantinya ditetapkan sebagai luas
layanan infrastruktur.

2.2.5 Luas Delineasi Kawasan Kumuh


Luas delineasi kawasan kumuh menggambarkan kawasan yang
dinyatakan sebagai kawasan kumuh dan penetapannya ditinjau
dari 7 indikator yang telah ditetapkan dalam Permen PUPR Nomor
14/PRT/M/2018 Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh. Lokasi
dan luas kawasan kumuh dapat merujuk pada SK Walikota/Bupati
terkait penetapan lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh. Sedangkan untuk kawasan yang belum masuk SK
Walikota/Bupati perlu dilakukan identifikasi dan penilaian lokasi
dengan menyusun baseline numerik dan penentuan luas kawasan
kumuh awal. Hasil identifikasi dan penilaian lokasi yang terdapat
kawasan kumuh dapat dijadikan dasar dalam penetapan SK
Walikota/Bupati terkait penetapan lokasi Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh.

8
2.3 Penentuan Dileneasi Layanan Infrastruktur Berdasar Kebutuhan
Layanan.
Lingkup layanan infrastruktur merujuk pada kebutuhan kegiatan IBM Dit.
PKP secara umum ditujukan untuk infrastruktur sosial dan ekonomi
melalui kegiatan PISEW dan infrastruktur permukiman untuk upaya
pengurangan kawasan kumuh melalui kegiatan KOTAKU.

Jenis kegiatan infrastruktur sebagian sama antara kegiatan PISEW dan


KOTAKU, sebagian hanya dilaksanakan di kegiatan PISEW atau
kegiatan KOTAKU saja. Contoh-contoh jenis infrastruktur seperti
ditampilkan pada Tabel 2.1
Beberapa infrastruktur kegiatan PISEW dan kegiatan KOTAKU sebagian
mempunyai tata cara penentuan delineasi yang sama dan sebagian
lainnya tata cara penentuan delineasinya berbeda.
Tabel 2.1 berikut menggambarkan kesamaan dan perbedaan tata cara
penentuan delineasi kawasan layanan infrastruktur:
Tabel 2.1: Penenetuan Delieasi Kawasan Infrastruktur
Merujuk pada pedoman-pendoman yang telah disebutkan dalam baba

tau sub-bab sebelumnya, tata cara penentuan delineasi kawasan


infrastruktur dapat dilakukan sebagai berikut:

9
2.3.1 Delinesai kawasan infrastruktur jalan & pendukungnya.
Satuan ruas jalan beserta pendukungnya (gorong-gorong,
jembatan, drainase, talud) yang dibangun menjadi satu kesatuan
cukup mempunyai 1 (satu) delineasi kawasan infrastruktur.
Pendukung jalan (gorong-gorong, jembatan, drainase, talud) yang
dibangun tersendiri / terpisah dapat mempunyai delineasi kawasan
infrastruktur tersendiri, sepanjang tidak menimbulkan perhitungan
luasan yang ganda (double account). Pengaturan delineasi
demikian untuk menghindari terjadinya duplikasi perhitungan
luasan delineasi kawasan infrastruktur.
Infrastruktur jalan dan pendukung jalan merupakan mayoritas
kegiatan pembangunan yang dilakukan melalui kegiatan PISEW
maupun KOTAKU, untuk itu tata cara penentuan delineasi
ditentukan dengan cara-cara berikut:
a. Berdasar kebutuhan jalan dan kepadatan penduduk.
Untuk merencanakan delineasi kawasan infrastruktur jalan dan
pendukungnya menggunakan rujukan seperti: Buku Badan
Pusat Statistik (Kabupaten Dalam Angka, Kecamatan Dalam
Angka, atau Desa Dalam Angka). Sedikitnya dalam infastruktur
jalan khususnya untuk pelayanan jaringan jalan terdiri dari 3
(tiga) aspek yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) aspek aksesibilitas,
2) aspek mobilitas, dan
3) aspek keselamatan.
Dalam penyusunan delineasi kawasan infrastruktur jalan,
maka aspek mobilitas yang akan dirujuk.
Angka mobilitas adalah rasio antara jumlah total panjang jalan
yang menghubungkan semua pusat-pusat kegiatan terhadap
jumlah total penduduk dalam wilayah yang harus dilayani
jaringan jalan sesuai dengan statusnya, dinyatakan dalam
satuan (Km/10.000 jiwa).

10
Tabel 2.2. Angka Mobilitas yang Ditentukan Berdasarkan
Kerapatan Penduduk.

Kerapatan Penduduk (KP) dalam Angka Mobilitas dalam


Kategori
satuan (jiwa/km²) satuan (km/10.000 jiwa)
I < 100 18,50
II 100 ≤ KP < 500 11,00
III 500 ≤ KP < 1000 5,00
IV 1000 ≤ KP < 5000 3,00
V ≥ 5000 2,00
Untuk mendapatkan data kerapatan penduduk, maka dapat
merujuk pada Kabupaten Dalam Angka, Kecamatan Dalam
Angka, atau Desa Dalam Angka yang dikeluarkan oleh BPS
setiap tahunnya.

Langkah-langkah:
1. Hitung luas desa lokasi kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan
KOTAKU) dalam satuan km2 atau Ha, baik dari luas
geometry spasial atau merujuk pada data BPS.
2. Cari kepadatan penduduk (jiwa/km2, atau konversi
jiwa/100 Ha) lokasi kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan
KOTAKU), sesuaikan dengan table 2.2 diatas, dan
identifikasi kepadatan penduduk tersebut masuk pada
kategori (I s/d V)
3. Setelah didapatkan kategori angka mobilitas (I, II, III, IV,
atau V) kemudian relasikan dengan angka mobilitas
(km/10.000 jiwa).
4. Lakukan pencacahan luas lokasi IBM Dit. PKP (PISEW dan
KOTAKU) dengan menggunakan angka mobilitas (18.5,
11, 5, 3, atau 2), sehingga akan didapatkan kerapatan garis
cacahan dalam luasan tersebut. Panjang garis pencacah,
jika dikalikan dengan jumlah garis pencacah merupakan
panjang jalan (km) dari seluruh luas desa lokasi IBM Dit.
PKP (PISEW dan KOTAKU).
5. Kerapatan garis cacahan dalam hal ini dinamakan jarak
offset, yang digunakan untuk membentuk delineasi
kawasan infrastruktur (jalan & pendukungnya) serta untuk
menghitung luas delineasi kawasan infrastruktur (jalan &
pendukungnya).

11
6. Perhitungan jarak offset (buffer) yang digunakan sebagai
data pembentukan delineasi kawasan infrastruktur dan
perhitungan luas delineasi kawasan infrastruktur.

b. Berdasar Rural Acsess Index


Merupakan metode pengembangan jalan desa yang diterapkan
oleh Bank Dunia sejak tahun 2006, untuk menghitung tingkat
aksesibilitas penduduk di pedesaan.
Prasyarat yang ditetapkan untuk menghitung RAI adalah
“Penduduk yang tinggal di delineasi ruas jalan akses yang dapat
dilalui untuk segala musim/cuaca sejauh 2 (dua) kilometer
kiri/kanan jalan, atau batas delineasi yang dapat ditempuh
dalam waktu 20-25 menit dengan berjalan kaki”. Disamping
persyaratan tersebut juga perlu dipertimbangkan kondisi
topografi untuk penentuan delineasi, misal disisi jalan terdapat
sungai, lembah/tebing, jaringan infrastruktur seperti rel kereta
api, instalasi militer, kawasan lindung, dll akan menjadi batasan-
batasan untuk memenuhi prasyarat.
RAI dihitung berdasarkan ratio jumlah penduduk yang telah
memenuhi kondisi prasyarat tersebut dibagi dengan jumlah total
penduduk kawasan yang akan dihitung RAI-nya. RAI 100%
menunjukkan kebutuhan jalan akses penduduk desa telah
dapat dipenuhi, sebaliknya jika kurang dari 100% desa masih
membutuhkan jalan baru.
Nilai RAI dapat dipakai sebagai acuan atau justifikasi dalam
pemenuhan prioritas kebutuhan penambahan ruas jalan desa
atau untuk penentuan prioritas untuk perawatan, rehabilitasi &
rekonstruksi jalan yang mengalami kerusakan.
Secara spesifik data tersebut (RAI) tidak dalam rangka
menentukan luas delineasi kawasan infrastruktur, namun untuk
meningkatkan pembangunan jalan agar dapat memenuhi
standar RAI 100%. Dengan melakukan perhitungan terbalik,
maka dapat dimanfaatkan untuk menentukan delineasi.
Beberapa hal yang berpengaruh terhadap perencanaan
delineasi kawasan infrastruktur menggunakan metode RAI
antara lain:
a) Luas wilayah pengembangan dan kepadatan penduduk.

12
b) Peta existing untuk jaringan jalan (Nasional, Provinsi,
Kota/Kabupaten, Kecamatan dan Desa).
Langkah-langkah:
1. Penyiapan lokasi pengembangan dengan menghitung luas
dan kepadatan penduduk dengan menggunakan peta RBI
dan/atau data BPS.
2. Dilakukan pemetaan dan pengukuran jalan eksisting yang
terdiri dari jalan Nasional, Provinsi, Kota/Kabupaten,
Kecamatan dan Desa yang berada dilokasi yang akan
dikembangkan/ ditangani.
3. Identifikasi data pemukiman atau pusat aktivitas penduduk
disetiap ruas jalan yang telah dipetakan.
4. Melalui survey tetapkan batas aktivitas penduduk yang
masuk diarea 2 km kiri/kanan jalan atau kemampuan
mobilitas penduduk menuju akses jalan yang dapat
ditempuh dalam waktu 20-25 menit dengan berjalan kaki.
5. Batas aktivitas (mobilitas) penduduk terhadap jalan akses
adalah merupakan batas delineasi.
6. Besar batas delineasi jika dikalikan dengan panjang ruas
jalan, adalah merupakan luas delineasi kawasan
infrastruktur jalan (satuan m2 atau hektar).

c. Berdasar dokumen perencanaan tingkat Desa/Kelurahan


(RPJM-Des/RP2KPKP, RPLP).
Perencanaan yang dilakukan melalui proses rembug
dimasyarakat, untuk menentukan kegiatan pembangunan dan
penentuan skala prioritasnya.
Keputusan prioritas kegiatan muncul dari hasil kesepakatan
masyarakat berdasarkan urgensi dan kepentingan yang
diusulkan masyarakat atau tokoh kunci di masyarakat.
Dokumen RPJM-Des/RP2KPKP, dan RPLP dapat digunakan
sebagai lampiran dokumen untuk mengakses sumber
pembiayaan kegiatan yang direncanakan. Pembiayaan
infrastruktur relevan menggunakan dana bantuan pemerintah
seperti IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU) yang
pelaksanaannya dilakukan berbasis masyarakat.

13
Dokumen RPJM-Des/RP2KPKP/RPLP biasanya dilengkapi
dengan profil wilayah yang menggambarkan data dan
topografi/kondisi wilayah, serta dapat diwujudkan dalam
bentuk Dokumen Rencana Penataan Permukiman untuk
menggambarkan struktur ruangnya. Berdasarkan data-data
yang tercantum dalam dokumen perencanaan dapat diolah
khususnya untuk penentuan delineasi kawasan infrastruktur
jalan.
Langkah-langkah:
1. Tetapkan luas wilayah pengembangan (m2 atau hektar)
2. Hitung keseluruhan panjang ruas jalan (m) yang ada dalam
perencanaan (panjang ruas jalan eksisting maupun
panjang ruas jalan baru).
3. Hitung kerapatan jalan (m) dengan membagi luas wilayah
pengembangan (m2) terhadap panjang ruas jalan (m).
4. Hitung rencana penanganan (rehabilitasi/ rekonstruksi
atau pembangunan jalan baru) dengan satuan meter.
5. Hitung luas delineasi kawasan infrastruktur jalan (m2 atau
hektar) = panjang jalan rencana penanganan (m) x
kerapatan jalan (m).
Dengan konsep perhitungan delineasi menurut jenis infrastruktur
yang disimulasikan dan juga didukung dengan regulasi yang sudah
ada, seperti: Rural Access Index (RAI), RPJM-Des,
RP2KPKP/RPLP, data dari BPS, dan Standar Nasional Indonesai
perencanaan dan perhitungan luasan delineasi akan dapat
diseragamkan diseluruh wilayah.
Dengan perhitungan delineasi secara komprehensif dalam satuan
wilayah lokasi IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU) dapat
menghindarkan perhitungan luasan ganda.

2.3.2 Delineasi Kawasan Infrastruktur Air Bersih.


Kinerja Sistem Jaringan Penyediaan Air Baku adalah kemampuan
sistem jaringan untuk membawa sejumlah air dari sumbernya ke
Instalasi Pengolah Air sesuai waktu dan tempat berdasarkan
rencana pencapaian akses terhadap air bersih yang ditetapkan
dalam target MDGs bidang Air Minum. Kebutuhan minimal setiap
14
orang akan air bersih per hari adalah 60 liter atau 0,06 m3. Sistem
jaringan penyediaan air baku terdiri dari bangunan penampungan
air, bangunan pengambilan/ penyadapan, alat pengukuran dan
peralatan pemantauan, system pemompaan, dan saluran
pembawa/ transmisi beserta bangunan pelengkapnya yang
membawa air dari sumbernya ke Instalasi Pengolah Air.

Mengkombinasikan dengan kepadatan penduduk yang didapat


dari data BPS, maka dapat direncanakan luas pelayanan
infrastruktur air bersih dengan mempertimbangkan:
a) Kepadatan penduduk (jiwa/km2)
b) Ketersediaan sumber air baku (lt./detik)

c) Durasi waktu pelayanan (jam, hari, atau tahun).


d) Pencapaian kebutuhan air bersih sesuai rujukan MDG’s yaitu
60 lt./jiwa/hari.

e) Jaringan distribusi dengan jarak terdekat (radius dalam satuan


meter).

Langkah-langkah:
1. Tentukan sumber pasokan air baku (intake) dengan
menghitung kapasitas debit airnya (lt./dt).

2. Cari data kepadatan penduduk (jiwa/km) dari data BPS


3. Hitung kapasitas sumber air untuk dapat melayani penduduk
(60 lt./jiwa/hari), yang hasilnya adalah jumlah jiwa yang dapat
terlayani.
4. Konversikan jumlah jiwa yang dapat terlayani menjadi luas
cakupan wilayah berdasar kepadatan penduduk, dan akan
mendapatkan luas delineasi kawasan infrastruktur air bersih.

2.3.3 Delineasi Kawasan Infrastruktur Irigasi


Kinerja jaringan irigasi adalah kemampuan jaringan untuk
membawa sejumlah air dari sumbernya ke petak petak sawah

15
sesuai waktu dan tempat berdasarkan rencana tata tanam yang
telah ditetapkan.
Keandalan ketersediaan air irigasi adalah rasio ketersediaan air
irigasi yang terdapat di petak-petak sawah (lt/dt) pada setiap
musim tanam terhadap kebutuhan air irigasi (lt/dt) berdasarkan
rencana tata tanam yang telah ditetapkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan infrastruktur
irigasi antara lain meliputi:
a) Ketersediaan sumber air irigasi (intake) dengan kapasitas
lt/detik.
b) Luas area yang akan menjadi target layanan irigasi (ha).
c) Kebutuhan air per hektar : 1,2 liter/detik/ha (tergantung sistem
pengairannya dapat menggunakan konstanta berbeda).
Langkah-langkah:
1. Dari profil wilayah identifikasi luas wilayah yang menjadi target
irigasi (sumber BPS)
2. Identifikasi debit intake yang akan dimanfaatkan untuk irigasi
(lt/dt).
3. Gunakan konstanta kebutuhan air per hektar (1,2 lt/dt/ha), atau
konstanta yang ditetapkan dinas/instansi/lembaga terkait.
4. Hitung dengan membagi debit intake (lt/dt) dengan konstanta
(1,2lt/dt/ha) akan didapatkan luas area yang dapat dilayani
irigasi.
5. Jika ternyata wilayah yang akan diairi lebih besar dari luas
perhitungan, maka luas area yang dapat dilayani irigasi
menurun sesuai penambahan jumlah luasan yang akan diairi.

2.3.4 Delineasi Kawasan Infrastruktur Drainase


Khusus yang dibahas mengenai delineasi kawasan infrastruktur
drainase untuk penanganan genangan air/banjir dilakukan
pembahasan tersendiri. Dalam kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan
KOTAKU) penanganan drainase dibedakan menjadi 2 (dua)
pengertian, yaitu; infrastruktur drainase sebagai kelengkapan
infrastruktur jalan dan infrastruktur drainase untuk fungsi
pengurangan genangan atau banjir. Keduanya mempunyai tata
16
cara perhitungan delineasi kawasan layanan infrastrukturnya.
Untuk infrastruktur drainase sebagai kelengkapan jalan, tata cara
penetapan delineasi dan luasannya mengikuti perhitungan
delineasi dan luas layanan infrastruktur jalan. Sedangkan
infrastruktur drainase untuk penanganan genangan air/banjir
umumnya tidak selalu berada disekitar jalan, namun pada wilayah-
wilayah yang berhubungan dengan wilayah yang elevasi lebih
rendah dari wilayah sekitarnya sebagai penampung air dari daerah
tangkapan air (cathment area).
Kinerja jaringan drainase adalah kemampuan jaringan untuk
membawa sejumlah air dari pusat-pusat genangan sesuai waktu
dan tempat berdasarkan rencana penurasan yang telah
ditetapkan.
Keandalan drainse adalah rasio sebaran dan volume genangan
yang terdapat di kawasan yang tergenang (lt) terhadap
kemampuan drainase melakukan penurasan (lt/dt) berdasarkan
rencana penurasan yang telah ditetapkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan infrastruktur
drainasi penanganan genangan air/banjir antara lain meliputi:
a) Wilayah dan luas genangan air/banjir yang diperkirakan
mempunyai tinggi rata-rata genangan 30 cm dalam waktu 2 jam
atau lebih.
b) Luas area yang akan menjadi target layanan drainase (ha).
c) Kemampuan drainase untuk melakukan penurasan genangan
(lt/dt).
Langkah-langkah:
1. Dari profil wilayah identifikasi luas wilayah genangan air/banjir
yang menjadi target drainase (sumber BPS)
2. Identifikasi volume air yang akan dilakukan penurasan (lt).
3. Hitung kemampuan saluran drainase dalam melakukan
penurasan genangan (lt/dt)
4. Delineasi dan luas layanan infrastruktur drainase merupakan
luas kawasan tergenang yang dapat dilakukan penurasan
selama 2 jam (waktu 2 jam sesuai asumsi poin (a) diatas).
5. Delineasi awal adalah luas genangan air/banjir, jika air
tergenang 2 jam atau lebih dihitung dalam satuan hektar (ha).
17
6. Delinesi akhir setelah ada penurasan melalui drainase adalah
luas sisa genangan air/banjir, setelah genangan air/banjir
tersebut dilakukan penurasan selama 2 jam terus menerus
dihitung dalam satuan hektar (ha).
7. Selisih delineasi awal dikurangi dengan delineasi akhir
merupakan luas layanan infrastruktur drainase.

2.3.5 Delineasi Kawasan Infrastruktur Sanitasi


Pengertian sanitasi merupakan suatu pengendalian seluruh faktor
lingkungan fisik manusia yang dapat/bisa menimbulkan akibat
buruk terhadap kehidupan manusia, baik fisik atau juga mental
(sumber WHO).
Implementasi sanitasi sangat luas, namun secara umum
khususnya yang dicontohkan dalam buku saku ini merupakan
sebagian tindakan sanitasi lingkungan:
1. Membuat serta juga mengatur saluran pembuangan air hujan di
pinggir jalan.
2. Membuat dan juga mengatur saluran pembuangan limbah
rumah tangga (dapur dan juga kamar mandi).
3. Membuang sampah pada tempat yang telah/sudah disediakan.
4. Penyediaan fasilitas toilet umum yang bersih serta terawat.
5. Penyediaan fasilitas Instalasi Pengelolaan Air Limbah
Komunal.
6. Pengelolaan limbah atau sampah dengan baik, teratur, serta
berkesinambungan. Misal dengan memilah sampah plastik,
kertas, organik, kaca, serta juga logam, pengelolaan sampah
melalui bank sampah, dll.
Secara khusus belum tersedia rujukan baku untuk penentuan
delineasi kawasan infrastruktur sanitasi, namun dengan
menggunakan asumsi-asumsi dan pengaruh komponen lain yang
telah diatur dapat digunakan sebagai dasar penentuan delineasi.
Beberapa hal yang berpengaruh terhadap perencanaan delineasi
kawasan infrastruktur sanitasi antara lain:
a) Luas wilayah pengembangan dan kepadatan penduduk.
b) Penempatan dan kebutuhan lokasi jenis sanitasi apakah
terpusat dalam satu titik (MCK, tempat pengelolaan limbah,

18
bank sampah, dll), atau dalam bentuk memanjang (drainase,
saluran air limbah keluarga, IPAL Komunal, dll)
c) Radius layanan yang akan ditargetkan dari pusat titik
infrastruktur untuk jenis infrastruktur sanitasi terpusat dalam
satu titik.
d) Delineasi layanan terhadap jalur infrastruktur santiasi yang
mempunyai bentuk memanjang.
Langkah-langkah:
1. Penyiapan lokasi pengembangan dengan menghitung luas dan
kepadatan penduduknya dengan menggunakan peta RBI
dan/atau data BPS.
2. Tentukan titik lokasi infrastruktur sanitasi, apa berbentuk
terpusat satu titik koordinat, atau memanjang dengan beberapa
titik koordinat.
3. Indentifikasi titik-titik KK yang akan memanfaatkan setiap jenis
infrastruktur sanitasinya, tandai titik-titik terluarnya terhadap
infrastruktur sanitasi dan wujudkan dalam bentuk polygon
tertutup.
4. Tentukan radius dari titik pusat infrastruktur, didasarkan pada
kemampuan akses penduduk (KK) untuk menjangkau
infrastruktur sanitasi tersebut.
5. Hitung luas layanan (model lingkaran) dengan menggunakan
Rumus Luas Lingkaran adalah L = π × r2, dengan L = Luas
lingkaran, π = konstanta pi (3.14), dan r = radius (jarijari)
lingkaran.
Hasil perhitungan luas lingkaran menggambarkan delineasi
kawasan infrastruktur sanitasi terpusat dengan layanan maksimal.
Sedangkan batas delineasi berbentuk polygon merupakan area
luas layanan infrastruktur terbangun, yang luasnya <= luas
lingkaran (cakupan layanan maksimal). Untuk infrastruktur sanitasi
yang berbentuk memanjang, delineasi dan luas layanan dihitung
berdasar titik-titik koordinat yang membentuk polygon tertutup
disekitar infrastuktur sanitasi.

2.3.6 Delineasi Kawasan Infrastruktur Pen-dukung pemasaran pertanian,


peternakan, perikanan, industri, dan pariwisata.
Secara khusus belum tersedia rujukan baku untuk penentuan
delineasi kawasan pengembangan ekonomi ini, namun dengan
19
menggunakan asumsi-asumsi dan pengaruh komponen lain yang
telah diatur dapat digunakan sebagai dasar penentuan delineasi.
Beberapa hal yang berpengaruh terhadap perencanaan delineasi
kawasan infrastruktur pengembangan ekonomi antara lain:
a) Luas wilayah pengembangan dan kepadatan penduduk.
b) Aksesibilitas lokasi infrastruktur dan mobilitas penduduk yang
perlu difasilitasi adanya jalan penghubung.
c) Radius layanan yang akan ditargetkan dari pusat titik
infrastruktur.
Langkah-langkah:
1. Penyiapan lokasi pengembangan dengan menghitung luas dan
kepadatan penduduknya dengan menggunakan peta RBI
dan/atau data BPS.
2. Tentukan titik lokasi infrastruktur pengem-bangan ekonomi
(pasar, pariwisata, sentra industry, dll).
3. Identifikasi jalan-jalan penghubung menuju lokasi
pengembangan ekonomi tersebut. Untuk pengembangan yang
lebih luas atau penambahan radius, keberadaan jalan akan
sangat berpengaruh pada perhitungan luas delineasi kawasan
infrastruktur.
4. Tentukan radius dari titik pusat infrastruktur, didasarkan pada
kemampuan akses penduduk local untuk menjangkau pusat
pengembangan ekonomi tersebut secara efisien (biaya
ekonomi rendah dan waktu yang lebih singkat).
5. Hitung luas layanan (model lingkaran) dengan menggunakan
Rumus Luas Lingkaran adalah L = π × r2, dengan L = Luas
lingkaran, π = konstanta pi (3.14), dan r = radius (jarijari)
lingkaran.
6. Hasil perhitungan luas lingkaran meng-gambarkan delineasi
kawasan infrastruktur pengembangan ekonomi dan luas
layanan infrastruktur (luas maksimal). Posisi titik koordinat
didalam wilayah pengembangan, posisi jalan akses dapat
mempengaruhi bentuk geometri dan luas delineasi (nilai akan
semakin berkurang atau tidak didapat luas maksimal).

20
2.3.7 Delineasi Kawasan Infrastruktur Sarana Prasarana Persampahan
Untuk jenis infrastruktur sarana dan prasarana persampahan akan
mempunyai pengaruh luasan layanannya. Luas layanan
inftastruktur sarana persampahan akan berbeda dengan luas
layanan prasarana persampahan. Sarana persampahan seperti:
gerobak sampah, mobil sampah merupakan inftastruktur terkait
persampahan dan delineasi kawasan layanannya adalah wilayah
yang akan menjadi jangkauan sarana-sarana tersebut. Sedangkan
prasarana persampahan, seperti Tempat Pembuangan Sementara
(TPS), Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Bank Sampah,dll
merupakan tempat (prasarana) persampahan. Dan delineasi
layanan infrastrukturnya, mencakup wilayah yang dilayani sarana
persampahan dan dapat mengakses prasarana persampahan
tersebut.
Sehingga untuk menentukan delineasinya dapat dilakukan dengan
cara berikut:
A. Infrstruktur Sarana Persampahan.
Beberapa hal yang berpengaruh terhadap perencanaan
delineasi kawasan infrastruktur sarana persampahan antara
lain:
a) Luas wilayah pengembangan dan kepadatan penduduk.
b) KK dan wilayah domisili KK yang dapat difasilitasi system
persampahannya dengan menggunakan sarana
persampahan (gerobak sampah, truk sampah, dll).
c) Akses sarana persampahan sampai pada prasarana
persampahan, seperti kelayakan jalan penghubung.
Langkah-langkah:
1. Penyiapan lokasi pengembangan dengan menghitung luas
dan kepadatan penduduk dengan menggunakan peta RBI
dan/atau data BPS.
2. Tentukan titik lokasi infrastruktur sarana persampahan
didalam wilayah pelayannya.
3. Tentukan lokasi titik-titik terluar KK dalam wilayah yang
dapat dilayani oleh sarana persampahan tersebut.

21
4. Bentuk garis batas terluar tersebut pada poin (3) diatas,
dan hubungkan menjadi bentuk polygon tertutup.
5. Hitung luas layanan dengan menghitung luasan polygon
tertutup tersebut pada poin(4) diatas.
6. Batas garis terluar yang membentuk polygon tertutup
tersebut merupakan delineasi kawasan infrastruktur
sarana persampahan, dan luas polygon tersebut
merupakan luas layanan infrastruktur sarana
persampahan.

B. Infrastruktur Prasarana Persampahan.


Beberapa hal yang berpengaruh terhadap perencanaan
delineasi kawasan infrastruktur prasarana persampahan
antara lain:
a) Luas wilayah pengembangan dan kepadatan penduduk.
b) KK dan wilayah domisili KK yang dapat difasilitasi system
persampahannya menggunakan sarana persampahan dan
akan dibawa ke lokasi prasarana persampahan.
c) Titik lokasi penempatan prasarana Persampahan.
d) Akses sarana persampahan sampai pada prasarana
persampahan, seperti kelayakan jalan penghubung.
Langkah-langkah:
1. Penyiapan lokasi pengembangan dengan menghitung luas
dan kepadatan penduduk dengan menggunakan peta RBI
dan/atau data BPS.
2. Tentukan titik lokasi infrastruktur sarana persampahan
didalam wilayah pelayannya yang system
persampahannya akan dibawa ke lokasi prasarana
persampahan.
3. Tentukan lokasi titik-titik terluar KK dalam wilayah yang
dapat dilayani oleh sarana persampahan yang akan
dibawa ke lokasi prasarana persampahan.
4. Bentuk garis batas terluar tersebut pada poin (3) diatas,
dan hubungkan menjadi bentuk polygon tertutup.
5. Hitung luas layanan dengan menghitung luasan polygon
tertutup tersebut pada poin(4) diatas.

22
6. Ulangi untuk Langkah 2 s/d 5 untuk lokasi lainnya yang
system persampahannya akan dibawa ke lokasi prasarana
persampahan.
7. Batas garis terjauh dari layanan persampahan yang akan
dibawa ke lokasi prasarana persampahan merupakan jari-
jari lingkaran yang digunakan untuk membentuk delineasi
layanan infrastruktur prasarana persampahan.
8. Sedangkan luas layanan infrastruktur prasarana
persampahan adalah penjumlahan luas layanan
infrastruktur sarana persampahan yang akan dibawa ke
lokasi prasarana persampahan. Luas layanan infrastruktur
prasarana persampahan merupakan penjumlahan luas
layanan sarana persampahan (poin 5-6).

2.3.8 Delineasi Kawasan Infrastruktur Proteksi Kebakaran


Untuk jenis infrastruktur sarana dan prasarana proteksi kebakaran
akan mempunyai pengaruh luasan layanannya. Luas layanan
inftastruktur sarana proteksi kebakaran akan berbeda dengan luas
layanan prasarana proteksi kebakaran. Sarana protek kebakaran
seperti: alat pemadam api ringan (APAR), springkler, tabung
pemadam, pompa pemadam kebakaran portable, hydrant, dll.
Delineasi kawasan layanannya adalah wilayah yang akan menjadi
jangkauan sarana-sarana tersebut. Sedangkan prasarana proteksi
kebakaran, seperti : Tempat/Gudang penyimpan sarana proteksi
kebakaran, sumber air untuk pemadam kebakaran, dll, merupakan
tempat (prasarana) berhubungan dengan proteksi kebakaran dan
delineasi layanan infrastrukturnya, mencakup wilayah yang
dilayani sarana proteksi kebakaran dan dapat mengakses
prasarana proteksi kebakaran tersebut.
Sehingga untuk menentukan delineasinya dapat dilakukan dengan
cara berikut:
A. Infrstruktur Sarana Proteksi Kebakaran.
Beberapa hal yang berpengaruh terhadap perencanaan
delineasi kawasan infrastruktur sarana proteksi kebakaran
antara lain:
a) Luas wilayah pengembangan dan kepadatan penduduk.

23
b) KK dan wilayah domisili KK yang dapat difasilitasi system
proteksi kebakaran dengan menggunakan sarana proteksi
kebakaran (Tabung Pemadam, APAR, Pompa Pemadam
Kebakaran Portable, Mobil Pemadam Kebakaran, dll).
c) Akses sarana proteksi kebakaran sampai pada prasarana
proteksi kebakaran, stasiun/terminal pemadam kebarakan,
tempat/Gudang penyimpan sarana proteksi kebakaran,
sumber air, dll.
Langkah-langkah:
1. Penyiapan lokasi pengembangan dengan menghitung luas
dan kepadatan penduduk dengan menggunakan peta RBI
dan/atau data BPS.
2. Tentukan titik lokasi penyimpan sarana proteksi didalam
wilayah pelayannya.
3. Tentukan lokasi titik-titik terluar KK dalam wilayah yang
dapat dilayani oleh sarana proteksi kebakaran tersebut.
4. Bentuk garis batas terluar tersebut pada poin (3) diatas,
dan hubungkan menjadi bentuk polygon tertutup.
5. Hitung luas layanan dengan menghitung luasan polygon
tertutup tersebut pada poin(4) diatas.
6. Batas garis terluar yang membentuk polygon tertutup
tersebut merupakan delineasi kawasan infrastruktur
sarana proteksi kebakaran, dan luas polygon tersebut
merupakan luas layanan infrastruktur sarana proteksi
kebakaran.

B. Infrastruktur Prasarana Proteksi Kebakaran.


Beberapa hal yang berpengaruh terhadap perencanaan
delineasi kawasan infrastruktur prasarana proteksi kebakaran
antara lain:
a) Luas wilayah pengembangan dan kepadatan penduduk.
b) KK dan wilayah domisili KK yang dapat difasilitasi system
proteksi kebakaran menggunakan sarana proteksi
kebakaran dan dapat menjangkau prasarana proteksi
kebakaran.
c) Titik lokasi penempatan prasarana proteksi kebakaran.

24
d) Akses sarana proteksi kebakaran sampai pada lokasi
prasarana proteksi kebakaran, seperti kelayakan jalan
penghubung, waktu tempuh, kecukupan sumber air.
Langkah-langkah:
1. Penyiapan lokasi pengembangan dengan menghitung luas
dan kepadatan penduduk dengan menggunakan peta RBI
dan/atau data BPS.
2. Tentukan titik lokasi penempatan infrastruktur sarana
proteksi kebakaran didalam wilayah pelayanannya yang
system proteksi kebakaran yang mampu mengakses
prasarana proteksi kebakaran.
3. Tentukan lokasi titik-titik terluar KK dalam wilayah yang
dapat dilayani oleh sarana proteksi kebakaran dan dapat
mengakses lokasi prasarana proteksi kebakaran.
4. Bentuk garis batas terluar tersebut pada poin (3) diatas,
dan hubungkan menjadi bentuk polygon tertutup.
5. Hitung luas layanan dengan menghitung luasan polygon
tertutup tersebut pada poin(4) diatas.
6. Ulangi untuk Langkah 2 s/d 5 untuk lokasi lainnya yang
system proteksi kebakaran akan dibawa ke lokasi
prasarana proteksi kebakaran.
7. Batas garis terjauh dari layanan proteksi kebakaran yang
dapat mengakses sampai lokasi prasarana proteksi
kebakaran merupakan jari-jari lingkaran yang digunakan
untuk membentuk delineasi layanan infrastruktur
prasarana proteksi kebakaran.
8. Sedangkan luas layanan infrastruktur prasarana proteksi
kebakaran adalah penjumlahan luas layanan infrastruktur
sarana proteksi kebakaran yang dapat menjangkau lokasi
prasarana proteksi kebakaran. Luas layanan infrastruktur
prasarana proteksi kebakaran merupakan penjumlahan
luas layanan sarana proteksi kebakaran (poin 5-6).

2.3.9 Delineasi Kawasan Infrastruktur Tambatan Perahu


Secara khusus belum tersedia rujukan baku untuk penentuan
delineasi kawasan infrastruktur tambatan perahu ini, namun
dengan menggunakan asumsi-asumsi dan pengaruh komponen
lain yang telah ditetapkan dapat digunakan sebagai dasar
penentuan delineasi.
25
Beberapa hal yang berpengaruh terhadap perencanaan delineasi
kawasan infrastruktur tambatan perahu antara lain:
a) Luas wilayah pengembangan dan kepadatan penduduk.

b) Aksesibilitas lokasi infrastruktur yang perlu difasilitasi adanya


jalan penghubung.
c) Rasio pemanfaatan wilayah daratan dan wilayah perairan.

d) Radius layanan yang akan ditargetkan dari pusat titik


infrastruktur.

Langkah-langkah:
1. Penyiapan lokasi pengembangan dengan menghitung luas dan
kepadatan penduduk dengan menggunakan peta RBI dan/atau
data BPS.
2. Tentukan titik lokasi infrastruktur tambatan perahu mendekati
batas wilayah perairan (pinggir pantai, pinggir sungai, atau
pinggir danau).

3. Identifikasi jalan-jalan penghubung menuju lokasi


pengembangan infrastruktur tambatan perahu tersebut. Untuk
pengembangan yang lebih luas atau penambahan radius,
keberadaan jalan akan sangat berpengaruh pada perhitungan
luas delineasi kawasan infrastruktur.
4. Tentukan radius dari titik pusat infrastruktur, didasarkan pada
kemampuan akses penduduk local untuk menjangkau
infrastruktur tambatan perahu tersebut secara efisien (biaya
ekonomi rendah dan waktu yang lebih singkat).
5. Hitung luas layanan (model lingkaran) dengan menggunakan
Rumus Luas Lingkaran adalah L = π × r2, dengan L = Luas
lingkaran, π = konstanta pi (3.14), dan r = radius (jarijari)
lingkaran. Wilayah delineasi dan luas delineasi dihitung
berdasarkan factor Ratio daratan & perairan, misal 65%
daratan & 35% perairan. Luas delineasi kawasan infrastruktur
daratan adalah 65% x Luas Lingkaran.

26
6. Hasil perhitungan luas delineasi meng-gambarkan delineasi
kawasan infrastruktur tambatan perahu dan luas layanan
infrastruktur (luas maksimal). Posisi titik koordinat didalam
wilayah pengembangan, posisi jalan akses dapat
mempengaruhi bentuk geometri dan luas delineasi (nilai akan
semakin berkurang).

2.4 Contoh-contoh perhitungan luasan delineasi kawasan layanan


infrastruktur.
Dengan rujukan yang telah diuraikan dalam sub-sub bab
sebelumnya, berikut diberikan contoh-contoh perhitungan untuk
beberapa infrastruktur yang umum dikerjakan dalam kegiatan IBM
Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU).

2.5 Delineasi Luasan Terlayani Kawasan Infrastruktur Jalan &


Pendukungnya.
Desa Sumber Agung mempunyai luas 300 Ha, dan mempunyai
penduduk 14,000 jiwa. Tentukan kebutuhan panjang jalan dan
jarak antar jalan agar mobilitas penduduk dapat terlayani secara
merata. Jika tahun 2022 IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU)
berkontribusi untuk membangun jalan & pendukungnya untuk ruas
sepanjang 650 meter, berapa luas delineasi kawasan
infrastrukturnya?

Langkah-langkah perhitungan delineasi dan luas:


1. Menghitung kerapatan penduduk, 300 Ha equivalen dengan 3
km2 sehingga kerapatan penduduk adalah 14,000/3 = 4.666,7
jiwa/km2 atau sesuai table masuk kategori IV.
2. Kategori IV mempunyai angka mobilitas konstanta 3, yang
berarti dibutuhkan minimal 3 km Panjang jalan untuk setiap
10.000 jiwa.
3. Untuk desa Sumber Agung yang mempunyai penduduk 14.000
jiwa, berarti diperlukan panjang jalan minimal (14.000/10.000)
x 3 km = 4,2 km.

27
4. Kemudian dapat dihitung kerapatan jalan = luas desa Sumber
Agung dibagi dengan kebutuhan jalan minimal, yaitu (3
km2/4,2km) = 0.7142857 km atau dibulatkan menjadi 714,29
meter.
5. Sehingga delineasi jalan mempunyai rata-rata lebar 357 meter
kiri jalan dan 357 meter kanan jalan dikalikan panjang jalan 4,2
km.
6. Dari kebutuhan jalan minimal 4,2 km tersebut, kegiatan IBM
DIT. PKP berkontribusi menangani 650 meter maka luas yang
didapat adalah 650 meter x 714,29 meter = 464.288,5 m2 atau
ekuivalen 46,43 hektar.
Catatan:

Semakin padat kerapatan penduduk suatu wilayah, akan


berpengaruh terhadap kerapatan jalan.
Infrastruktur jalan dan delineasinya dapat diilustrasikan secara
spasial menggunakan Gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2: Ilustrasi spasial infrastruktur jalan dan penentuan


delineasi.

28
Tabel 2.2 berikut dapat digunakan sebagai simulasi untuk
menentukan kebutuhan panjang jalan, menentukan delineasi
jalan, dan menghitung luas delineasi infrastruktur jalan.
Tabel 2.2. Contoh perhitungan luas delineasi infrastruktur jalan.

KATEGORI
KETENTUAN
1 2 3 4 5
jiwa/km2 atau jiwa/100 ha <100 100<=KP<500 500<=KP<1000 1000<=KP<5000 >=5000
km/10000 jiwa 18,5 11 5 3 2

DESKRIPSI NILAI SATUAN KETERANGAN


Jumlah Penduduk : 14.000,00 jiwa (INPUT) Jumlah penduduk jiwa desa Pisew, di INPUT
Luas wilayah : 300,00 hektar (INPUT) Luas wilayah desa Pisew dalam hektar, di INPUT
Luas wilayah : 3.000.000,00 meter 2 Konversi hektar ke m2 ( 1 ha =10000 m2)
Persil per 4 jiwa (KK) : 857,14 m2/KK (LOGIS?) Luas tapak per KK (4 Jiwa) = Luas/Penduduk * 4

Kepadatan Penduduk : 4.666,67 Jiwa/100 hektar Kepadatan peduduk = Penduduk * 100 / Luas wilayah
Kebutuhan Jalan : 4,20 km/10000 Jiwa Hitungan sesuai kategori SPM infastruktur jalan
Kebutuhan Jalan : 4.200,00 m/10000 jiwa Konversi kebutuhan jalan km ke meter
Kerapatan Jalan : 714,29 m (1/2ki+1/2ka) Kerapatan jalan = Luas wilayah/Kebutuhan Jalan

PROGRAM PISEW Infrastruktur jalan yang dikerjakan program Pisew


Panjang Jalan : 650,00 meter (INPUT) Panjang infrastruktur jalan, di INPUT
Luas Delineasi : 464.285,71 meter 2 Luas delineasi = panjang jalan * kerapatan jalan
Luas Delineasi : 46,43 Hektar Konversi luas delineasi m2 ke Hektar

Berikut contoh untuk identifikasi kuantitas dan ketersediaan jalan


menggunakan metoda RAI seperti disampaikan dalam Gambar 2.3
berikut:

Gambar 2.3 Ilustrasi spasial infrastruktur jalan dan penentuan


delineasi berdasar RAI

29
Penjelasan dari diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Ruas jalan (Nasional, Provinsi, Kota/Kabupaten, Kecamatan,
dan Desa) dan jalan yang belum terbangun.
a) Kondisi jalan baik → penanganan dengan perawatan
rutin
b) Kondisi jalan rusak →penanganan dengan
perbaikan/rekonstruksi
c) Jalan belum tersedia → penanganan dengan
pembangunan jalan baru.
2. Kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU) dapat
melakukan penanganan dengan point (b) dan point (c) untuk
jalan kecamatan atau desa.
3. Penetapan luas delineasi kawasan infrastruktur menganut
syarat RAI (jarak kiri/kanan dan waktu tempuh) dengan
mempertimbangkan kondisi topografi.
4. Luas delineasi kawasan infrastruktur jalan (m2 atau hektar) =
panjang ruas jalan yang ditangani (m) x jarak kiri/kanan jalan
yang ditangani (m).
Contoh untuk identifikasi kuantitas dan ketersediaan jalan
menggunakan RPJM-Des seperti disampaikan dalam Gambar 2.4
dibawah:

HASIL TITIK KOORDINAT, DELINEASI KAWASAN INFRASTRUKTUR

Luas Desa = 928.59 hektar


Panjang ruas perbaikan jalan = 661.79 Meter
Identifikasi titik koordinat = 3 buah titik.
Luas delineasi = 8.95 hektar

Slide 15

Gambar 2.4 : Ilustrasi gambar perencanaan dokumen RPJM-Des

30
Penjelasan dari diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Ruas jalan (Nasional, Provinsi, Kota/ Kabupaten, Kecamatan,
dan Desa) dan jalan yang belum terbangun.
a) Kondisi jalan baik→penanganan dengan perawatan rutin
b) Kondisi jalan rusak→penanganan dengan perbaikan/
rekonstruksi
c) Jalan belum tersedia → penanganan dengan
pembangunan jalan baru.
2. Kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU) dapat
melakukan penanganan dengan poin (b) dan poin (c) untuk
jalan kecamatan atau desa.
3. Tentukan luas wilayah pengembangan kecamatan (luas
administrasi desa) dan hitung keseluruhan panjang jalan
eksisting diwilayah pengembangan tersebut.
4. Kerapatan jalan (m) = luas wilayah (m2) / panjang jalan (m),
dipakai untuk menghitung luas kawasan delineasi kawasan
infrastruktur jalan.
5. Luas delineasi kawasan infrastruktur jalan (m2 atau hektar) =
panjang ruas jalan yang ditangani (m) x kerapatan jalan yang
ditangani (m).

2.5.1 Delineasi Luasan Terlayani Kawasan Infrastruktur Air Bersih


Desa Sumber mempunyai sumber air baku yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber air bersih bagi warga dengan
kapasitas 2 lt./detik dengan memanfaatkan sumur bor. Sumur bor
difungsikan 8 jam/hari untuk memompa sumber air tersebut. Dari
data BPS diketahui kepadatan penduduk desa Sumber
mempunyai kepadatan penduduk 22,000 jiwa/km2.
Dengan data tersebut diatas hitung jumlah jiwa yang dapat
terlayani dan hitung luas area yang dapat dilayani.
Infrastruktur infrastruktur air minum dan delineasinya dapat
diilustrasikan secara spasial menggunakan Gambar 2.5 berikut:

31
Gambar 2.5 : Ilustrasi spasial infrastruktur air minum dan
penentuan delineasinya.

Langkah-langkahnya perhitungan delineasi dan luas:


1. Kapasitas 2 lt./detik sama dengan 2 lt. x 3600/jam = 7200
lt./jam.
2. Sehari air dipompa selama 8 jam/hari atau didapatkan
kapasitas 8 jam x 7200 lt/jam = 57,600 lt/hari
3. Kebutuhan air per jiwa adalah 60 lt./jiwa/hari, sehingga
kapasitas 57,600 lt./hari dapat mememuhi 960 jiwa.
4. Dengan kepadatan penduduk 22,000 jiwa/km2 atau 22,000
jiwa/100Ha atau 220 jiwa/Ha. Sehingga untuk 960 jiwa tersebar
dalam wilayah delineasi 960/220 = 4,36 Ha.
5. Jika kapasitas tersebut digunakan untuk penduduk >960 jiwa,
maka cakupan luas delineasi akan >4,36 Ha namun kualitas
layanan akan semakin berkurang sebanding dengan
peningkatan jumlah jiwa dan luas delineasi.
6. Kesimpulan dengan data yang tersedia diatas dapat
direncanakan infrastruktur air bersih dengan luas delineasi
kawasan infastruktur 4,36 hektar.

2.5.2 Delineasi Luasan Terlayani Kawasan Infrastruktur Irigasi


Desa Sumber Rejeki mempunyai luas 13,500 hektar, dan 680 Ha
merupakan lahan pertanian irigasi. Didesa yang sama terdapat
32
sungai yang menjadi intake irigasi pertanian dengan kapasitas
intake 90 lt./detik. Tentukan luas pertanian yang dapat diari dengan
sistem irigasi tersebut.
Langkah-langkah perhitungan delineasi dan luas:
1. Bagi kapasitas intake (90 lt./dt) dengan konstanta kebutuhan
air per hektar (1,2lt./dt/ha) sehingga didapat 75 hektar. Jadi
delineasi kawasan infrastruktur irigasi mempunyai luas 75
hektar.
2. Irigasi idealnya adalah menggunakan delineasi 75 hektar
(irigasi sangat baik), meningkatkan delineasi lebih besar juga
tidak masalah namun kualitas layanannya akan menjadi turun
(misal irigasi baik).

2.5.3 Delineasi Luasan Terlayani Kawasan Infrastruktur Pengembangan Ekonomi


(Pasar, Pariwisata, Sentra Industri, dll)
Desa Sejahtera mempunyai luas 5km2 dengan penduduk 26.000
jiwa, dan akan dibangun pasar ditengah desa. Jalan akses ke
pasar yang sudah ada terdiri dari jalan membelah desa melewati
depan pasar, dan 3 tiga ruas jalan lain menuju ke pasar tersebut.
Infrastruktur infrastruktur pasar dan delineasinya dapat
diilustrasikan secara spasial menggunakan Gambar 2.6 berikut:

Gambar 2.6: Ilustrasi spasial infrastruktur pasar dan penentuan


delineasinya.

33
Langkah-langkah perhitungan delineasi dan luas:
1. Jika diasumsikan jarak radius R=1 km untuk aksesibilitas
penduduk untuk menuju ke pusat kegiatan, maka luas area
layanan maksimal L= π × r2, = 3.14 x 1000^2 = 3,140,000m2
= 314 Ha.
2. Jika memperhitungkan mobilitas penduduk dengan
pemanfaatan ruas jalan, maka ada sebagian luasan lingkaran
yang berada diluar delineasi jalan akan mengurangi mobilitas
penduduk. Sehingga delineasi infrastruktur pasar tidak
berbentuk lingkaran, dan tinggal daerah perpotongan
(intersection) lingkaran dengan delineasi jalan. Luas delineasi
baru menjadi < 314 Ha.

2.5.4 Delineasi Luasan Terlayani Kawasan Infrastruktur Tambatan Perahu


Desa Bahari mempunyai luas 5km2 dengan penduduk 26,000 jiwa
dan letak geografi berbatasan dengan danau Sewarna, dan akan
dibangun tambatan perahu dipinggir danau yang menyerupai teluk.
Terdapat 2 jalan akses menuju tambatan perahu yang dapat
dimanfatkan oleh penduduk.

Infrastruktur infrastruktur tambatan perahu dan delineasinya dapat


diilustrasikan secara spasial menggunakan Gambar 2.7 berikut:

Gambar 2.7: Ilustrasi spasial infrastruktur tambatan perahu


dan penentuan delineasinya.

34
Langkah-langkah perhitungan delineasi dan luas:
1. Jika diasumsikan jarak radius R=1 km untuk aksesibilitas
penduduk untuk menuju ke pusat kegiatan, maka luas area
layanan maksimal L= π × r2, = 3.14 x 1000^2 = 3,140,000m2
= 314 Ha.
2. Jika ratio daratan dan perairan yang masuk dalam lingkaran
diasumsikan 65%, berarti delineasi kawasan infrastruktur
maksimal = 65% x 314 Ha = 204.1 Ha
3. Jika pengaruh delineasi jalan akses diperhitungkan, maka
luasan delineasi menjadi bagian intersection (potongan) antara
lingkaran dan delineasi jalan. Bentuk delineasi dan luasnya
akan berkurang menjadi < 204.1 Ha.

2.5.5 Total Luas Delineasi Kawasan Infrastruktur


Keseluruhan delineasi kawasan infrastruktur yang terbentuk di
satu Desa dari proses pembangunan infrastruktur dapat
digabungkan dengan menghasilkan luasan tunggal yang sudah
tidak saling tumpang tindih (overlap, double). Dari delineasi yang
dicontohkan di atas setelah digabungkan didapatkan satu luasan
tunggal, seperti Gambar 2.8 berikut:

Gambar 2.8 : Ilustrasi spasial seluruh infrastruktur terbangun dan


penentuan delineasinya

35
2.5.6 Delineasi Luas Kawasan Kumuh
Delineasi kawasan kumuh ditetapkan melalui serangkaian survey
lokasi kumuh sekaligus survey dalam rangka penyusunan baseline
numerik untuk identifikasi dan peniliaian lokasi kumuh.
Perhitungan delineasi kawasan kumuh suatu Kelurahan/Desa
didapat diilustrasikan dengan menggunakan Gambar 2.9 berikut:

RW-01 RW-02
Luas=5 ha Luas=3.2 ha
L_kumuh = 0 ha RW-05
L_kumuh =0.9 ha
Jiwa = 310 Luas=3.7 ha
Jiwa = 266
KK = 72 L_kumuh =0 ha
KK = 64
Jiwa = 249
KK = 62
RW-06
RW-03 RW-04 Luas=3.4 ha
Luas=4 ha Luas=6.1 ha L_kumuh =0.8 ha
L_kumuh =0 ha L_kumuh =1.2 ha Jiwa = 262
Jiwa = 296 Jiwa = 408 KK = 71
KK = 76 KK = 105

Gambar 2.9 : Ilustrasi penentuan delineasi kawasan kumuh.

Langkah-langkah perhitungan delineasi dan luas:


1. Data-data penting yang perlu disiapkan diantaranya data
wilayah kelurahan/desa, luas wilayah kelurahan/desa, luas
kumuh setiap wilayah, jumlah jiwa & KK.
2. Identifikasi untuk wilayah kelurahan/desa yang memiliki
kawasan kumuh, baik didasarkan dari survey lapangan
maupun berdasarkan baseline numerik.
3. Total keseluruhan luasan kumuh dari masing-masing wilayah,
sehingga menjadi luasan kumuh per kelurahan/desa. Dalam
contoh gambar 2.9 diatas Kelurahan/Desa mempunyai luas
keseluruhan 25,4 ha dan luas kumuh 2,9 ha.
4. Penanganan dengan pengurangan kumuh ditentukan
berdasarkan hasil prioritasi berdasar baseline, aspek legal
tanah, dan factor lain yang ditetapkan tersendiri diluar buku
saku ini. Dalam contoh gambar 2.9 diatas prioritasi akan
dilakukan terhadap 3 kawasan dari 6 kawasan yang ada di
Kelurahan/Desa.

36
5. Hasil capaian luas layanan infrastruktur terbangun melalui IBM
Dit. PKP KOTAKU akan menjadi luas pengurang dari luas
kawasan kumuh yang ditetapkan pada poin (3).

37
III. Perhitungan Luasan Kawasan
Kumuh

Sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan Kota Tanpa


Kumuh (KOTAKU) dan buku saku identifikasi dan penilaian kumuh salah
satu targetnya adalah pencapaian pengurangan kawasan kumuh dan
tata cara identifikasi dan penilaian kumuh suatu kawasan.

Sedangkan dalam buku saku penentuan capaian luas kawasan terlayani


infrastruktur terbangun akan memasukkan komponen kegiatan KOTAKU
untuk:
(a) perhitungan luasan kawasan kumuh, dan
(b) perhitungan luas kawasan terlayani infrastruktur terbangun melalui
kegiatan KOTAKU.
Untuk kegiatan KOTAKU, identifikasi dan penilaian lokasi kumuh perlu
dilakukan agar menjadi dasar penetapan lokasi kumuh oleh
Walikota/Bupati serta untuk mengetahui intervensi/penanganan yang
dibutuhkan pada lokasi kumuh tersebut. Dalam hal kegiatan IBM Dit.
PKP KOTAKU dimungkinkan untuk 2 kondisi terkait dengan penentuan
luasan kawasan kumuh awal, yaitu kawasan yang sudah dan belum
ditetapkan sebagai kawasan kumuh oleh pemerintah daerah setempat
melalui SK Walikota/Bupati.

3.1 Kawasan Yang Telah Ditetapkan Sebagai Kasawan Kumuh


Kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan kumuh oleh
pemerintah daerah setempat melalui SK Walikota/Bupati.
Gambar 3.1 berikut menggambarkan alur dalam proses penentuan
luasan kawasan kumuh dan perhitungan kawasan terlayani infrastruktur
terbangun berdasar luasan kawasan kumuh awal yang telah ditetapkan
melalui SK Walikota/Bupati.

38
Gambar 3.1: penentuan prioritas penanganan kegiatan IBM Dit. PKP
KOTAKU berdasarkan SK Walikota/Bupati.
Untuk Desa/Kelurahan lokasi kegiatan IBM Dit. PKP yang telah
ditetapkan dan telah masuk dalam SK Walikota/Bupati untuk kawasan
kumuh dilakukan:
1. Verifikasi terhadap delineasi kawasan kumuh awal yang telah
ditetapkan dan terhadap baseline numerik tingkat kekumuhannya
(berat, sedang, ringan).
2. Penentuan prioritas penanganan melalui kegiatan IBM Dit. PKP
KOTAKU didasarkan pada data baseline numerik, aspek legalitas
tanah, dan aspek lain sesuai petunjuk dalam buku saku identifikasi
dan penilaian kumuh.
3. Penanganan dengan pembangunan infrastruktur IBM Dit. PKP
KOTAKU terpilih berdasarkan prioritas kemudian dihitung luas
kawasan terlayani infrastruktur terbangun melalui kegiatan KOTAKU
dan sekaligus dilakukan pembaharuan data baseline kumuhnya.
4. Pengurangan kawasan kumuh dihitung dengan berdasarkan capaian
luas kawasan terlayani infrastruktur. Luas kawasan kumuh akhir =
luasan kumuh awal – luas kawasan terlayani infrastruktur.
5. Tata cara perhitungan luas dan penentuan delineasi seperti telah
diuraikan dalam bab/sub bab sebelumnya menggunakan aplikasi
GIS.
6. Hasil akhir perhitungan pengurangan luasan kawasan kumuh dan
pembaharuan data baseline numerik digunakan sebagai umpan balik
bagi pemerintah daerah.

39
3.2 Kawasan yang belum ditetapkan sebagai kawasan kumuh
Kawasan yang belum ditetapkan sebagai kawasan kumuh oleh
pemerintah daerah setempat melalui SK Walikota/Bupati.
Gambar 3.2 berikut menggambarkan alur dalam proses penentuan
luasan kawasan kumuh dan perhitungan kawasan terlayani infrastruktur
terbangun berdasar lokasi yang belum ditetapkan melalui SK
Walikota/Bupati.

Gambar 3.2 : penentuan prioritas penanganan kegiatan IBM Dit.


PKP KOTAKU untuk lokasi belum memiliki SK Walikota/ Bupati atau
Perda.

Untuk Desa/Kelurahan lokasi kegiatan IBM Dit. PKP KOTAKU yang


belum ditetapkan dalam SK Walikota/Bupati untuk kawasan kumuh
dilakukan:
1. Perhitungan data baseline numerik tingkat kekumuhannya (berat,
sedang, ringan) wilayah kelurahan/desa.
2. Dilakukan penentuan delineasi kawasan kumuh yang telah dihitung
baseline-nya, yang lokasinya dapat lebih dari satu pada setiap
Kelurahan/Desa.
3. Perhitungan baseline, aspek legalitas tanah, dan faktor lain (sesuai
aturan buku saku identifikasi dan penilaian kumuh) digunakan untuk
proses penetuan prioritas pengurangan kumuh kawasan.
4. Penanganan melalui kegiatan IBM Dit. PKP KOTAKU akan didapat
infrastruktur terbangun, kemudian dihitung luas layanan dan
delineasinya sekaligus dilakukan perhitungan data baseline
numeriknya untuk menentukan tingkat kumuh akhirnya (berat,
sedang, ringan) atau sudah tidak kumuh.
40
5. Pengurangan kawasan kumuh dihitung dengan berdasarkan capaian
luas kawasan terlayani infrastruktur. Luas kawasan kumuh akhir =
luasan kumuh awal (sebelum penanganan) – luas kawasan terlayani
infrastruktur.
6. Tata cara perhitungan luas dan penentuan delineasi seperti telah
diuraikan dalam bab/sub bab sebelumnya menggunakan aplikasi
GIS.
7. Hasil akhir perhitungan pengurangan luasan kawasan kumuh dan
pembaharuan data baseline numerik digunakan sebagai bahan
penyusunan kawasan kumuh akhir bagi pemerintah daerah.
Tata cara penentuan delineasi kawasan, dan kawasan layanan
infrastruktur baik untuk kegiatan IBM Dit. PKP PISEW dan KOTAKU
menggunakan aturan yang sama seperti diuraikan dalam satu kesatuan
dalam buku saku ini.

41
IV. PENERAPAN GEOGRAFIK INFORMATION
SISTEM UNTUK KEGIATAN IBM Dit. PKP
(PISEW dan KOTAKU)

Empat hal penting yang perlu dikelola berkaitan dengan pembangunan


infrastruktur kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU) adalah: (a)
lokasi infrastruktur terbangun yang ditandai dengan titik koordinat, (b)
batas delineasi kawasan infrastruktur ditandai dengan batasan yang
dibentuk dengan garis polygon tertutup, (c) luas delineasi kawasan
infrastruktur yang dinyatakan dalam satuan hektar, dan (d) luas delineasi
kawasan kumuh ditandai dengan batasan yang dibentuk dengan garis
polygon tertutup.
Tata cara menentukan titik koordinat, delineasi, dan luasan telah
diuraikan dalam bab/sub bab sebelumnya baik regulasi dan metodenya.
Sedangkan dalam implementasinya penentuan titik koordinat, delineasi
kawasan infrastruktur, dan luas delineasi kawasan infratsruktur serta
luas delineasi kawasan kumuh dapat menggunakan aplikasi Geographic
Information System (GIS) atau digambarkan dan dihitung secara manual
berdasar peta (topografi).

Penerapan GIS untuk kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU)
difokuskan pada data entitas kegiatan infrastruktur yang dinotasikan
dalam data titik koordinat, delineasi kawasan infrastruktur, dan luas
layanan infrastruktur serta luas kawasan kumuh.
Pengendalian kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU) dengan
menerapkan GIS perlu dilakukan dalam setiap tahapan mulai dari tahap
persiapan, perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pasca
pelaksanaan kegiatan.

Penetapan lokasi desa-desa dan kecamatan untuk kegiatan IBM Dit.


PKP (PISEW dan KOTAKU) merupakan bagian persiapan yang harus
dikelola dengan baik dalam SIM dan juga dalam aplikasi GIS. Dalam
proses perencanaan juga harus mengacu pada kesepakatan lokasi
Kecamatan dan Desa prioritas/pendukung yang telah ditetapkan
42
sebelumnya untuk kegiatan PISEW, dan mengacu pada Kelurahan/Desa
yang telah ditetapkan untuk kegiatan KOTAKU. Proses ini meliputi
proses perencanaan infrastruktur yang akan dibangun dan penentuan
lokasi infrastruktur pada lokasi prioritas kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW
dan KOTAKU).
Penentuan delineasi kawasan infrastruktur dan delineasi kawasan
kumuh merupakan bagian penting dari proses perencanaan untuk
menentukan seberapa luas layanan infrastruktur yang akan dibangun
dilokasi tersebut.

4.1 Penyiapan Lokasi Kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU)
Penyiapan lokasi kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU) didasari
dengan terbitnya Keputusan Menteri tentang Penetapan Lokasi dan
Besaran Anggaran Kegiatan IBM DJCK Tahun Anggaran berjalan.
secara definitif merupakan dasar untuk perencanaan spasial untuk
penempatan titik koordinat infrastruktur, delineasi kawasan infrastruktur,
dan penetapan luas kawasan infrastruktur serta penetapan delineasi
kawasan kumuh.
Sebagai contoh lokasi dan sebaran desa sasaran kegiatan PISEW 2021
dapat ditampilkan dalam Gambar 4.1 berikut:

Gambar 4.1: Lokasi dan sebaran Desa lokasi kegiatan PISEW 2021

43
4.2 Titik Koordinat Infrastruktur
Didalam Geographic Information System (GIS), titik koordinat dinyatakan
dalam data vector berupa titik (point) yang dapat dinyatakan dalam
format data numerik/teks atau format derajat.
Untuk penentuan koordinat global di Indonesia dikenal sistem referensi
koordinat, yaitu:

4.2.1 Koordinat dengan menggunakan referensi WGS 1984 / EPSG:4326, dengan


system koordinat Lintang – Bujur (Latitude – Longitude) / Geographic
Coordinate System
Pada sistem koordinat ini, bumi dibagi menjadi 360 bagian, tiap
bagian bernilai 1°, dan titik nol derajat adalah di Greenwich, Inggris.
Disamping itu, garis khatulistiwa juga merupakan garis lintang 0°
yang membagi dua wilayah. Di atas khatulistiwa sebagai wilayah
utara (Lintang Utara) dan dibawah khatulistiwa sebagai wilayah
selatan (Lintang Selatan). Dalam aplikasinya wilayah lintang
selatan akan diberi simbol (-) minus, sedangkan untuk wilayah
lintang utara diberikan simbol (+) pada sistim koordinatnya.
Wilayah Indonesia dibatasi koordinat rentang Bujur /Longitude : 95o
Bujur Timur – 141o Bujur Timur, dan rentang Lintang/Latitude : 6o
Lintang Utara ( +6 o LU) - 11 o Lintang Selatan (- 11 o LS).

4.2.2 Koordinat dengan menggunakan referensi Universal Transver Mercator


(UTM WGS84).
Untuk UTM, bumi kemudian dibagi kedalam beberapa zona, antara
01 s/d 60 dengan satuan meter. Pada sistem koordinat UTM bumi
akan dibagi menjadi dua bagian, di atas khatulistiwa sebagai
bagian utara dengan simbol (N) serta dibagian selatan khatulistiwa
di beri simbol (S). Penerapan UTM di wilayah Indonesia
menggunakan zona 46N – 54N untuk wilayah disebelah utara
khatulistiwa, dan zona 46S – 54S untuk wilayah disebelah selatan
khatulistiwa.
Penentuan titik koordinat dengan system UTM harus
memperhatikan dan menyesuaikan dengan zona lokasi penentuan
44
titik koordinat. Pembagian zona lokasi sistem koordinat di
Indonesia seperti ditampilkan dalam Gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2 : Pembagian zona UTM di Indonesia

Untuk penandaan titik koordinat infrastruktur digunakan


geographic coordinat system dengan menggunakan format lintang
dan bujur (latitude & longitude). Koordinat tersebut dikelola dalam
sistem informasi manajemen (SIM) PISEW dan KOTAKU
menggunakan format entry data numerik/teks dengan delimiter titik
(dot/point). Untuk format bujur/longitude (xxx.xxxxxx) dan
lintang/latitude ([-]x.xxxxxx). Notasi bujur/lintang [xxxo xx’ xx.xx”] /[
xo xx’ xx.xx”] harus dikonversi terlebih dahulu ke format
teks/numerik dengan delimiter titik untuk proses enty kedalam
aplikasi SIM.

4.3 Delineasi Kawasan Infrastruktur


Delineasi kawasan infrastruktur dimaksudkan untuk memberikan
batasan wilayah atau area yang dapat dilayani oleh infrastruktur yang
dibangun melalui kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU) secara
maksimal, efisien, dan ekonomis. Layanan untuk mobilitas penduduk
dapat difasilitasi, misal dengan infrastruktur jalan & pendukung jalan,
pasar, lokasi wisata, tambatan perahu, dll. Layanan untuk kebutuhan
penduduk, misal infrastruktur air bersih, irigasi, drainase, dll.

45
Untuk dapat memberikan yang maksimal, efisien, dan ekonomis maka
setiap infrastruktur direncanakan dan diberikan batas layanan
(delineasi). Sehingga dengan adanya delineasi dapat diketahui cakupan
layanan infrastruktur, kecukupan infrastruktur, dan kebutuhan
infrastruktur dalam rangka pemerataan pembangunan wilayah.
Dengan menggunakan aplikasi GIS dalam hal ini Google Earth
penentuan delineasi setiap infrastruktur dibuat dengan menggunakan
bentuk polygon tertutup. Data yang dihasilkan berupa data vektor
(polygon) yang selanjutnya data tersebut dikelola dalam aplikasi SIM IBM
Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU). Pertimbangan menggunakan aplikasi
Google Earth adalah sifatnya yang open source dan dapat diakses dari
seluruh wilayah dampingan kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan
KOTAKU).
Data delineasi yang dikelola melalui aplikasi SIM IBM Dit. PKP (PISEW
dan KOTAKU). dapat ditampilkan dalam bentuk peta delineasi di
dashboard SIM dan dapat digunakan sebagai sumber data untuk
dianalisis lebih lanjut.

4.4 Luas Delineasi Kawasan Infrastruktur


Delineasi kawasan infrastruktur dibentuk dengan menggunakan polygon
tertutup. Berdasarkan bentuk geometry polygon tersebut, kemudian
dapat dihitung luas delineasinya dengan satuan luas yang disepakati
adalah hektar.
Bagian penting yang perlu diperhatikan pada saat menghitung luas
geometry polygon atau delineasi kawasan infrastruktur adalah
melakukan pengaturan unit measurement dalam aplikasi GIS (misal
Google Earth) dalam unit meter (m) untuk perimeter, dan unit hektar (ha)
untuk luasan.
Luas delineasi kawasan infrastruktur dari bentuk geometry polygon yang
didapat dari aplikasi GIS tersebut yang kemudian di-entry oleh pelaku
lapangan (FM, Asisten TAPr, atau TAPr) ke aplikasi SIM. Satuan luas
delineasi kawasan infrastruktur yang di-entry ke dalam aplikasi SIM
disepakati menggunakan satuan hektar (ha).

46
Dalam aplikasi SIM dikelola data berkaitan dengan luas delineasi
kawasan infrastruktur, yaitu: (a) data luas delineasi kawasan infrastruktur
dalam bentuk numerik, dan (b) data vektor berupa data titik koordinat
kawasan infrastruktur untuk membentuk geometry polygon. Kedua jenis
data tersebut selanjutnya digunakan untuk proses validasi, baik nilai
luasnya dan juga lokasi geografisnya.

4.5 Luas Delineasi Kawasan Kumuh


Delineasi kawasan kumuh dibentuk dengan menggunakan polygon
tertutup. Berdasarkan bentuk geometry polygon tersebut, kemudian
dapat dihitung luas delineasinya dengan satuan luas yang disepakati
adalah hektar.
Bagian penting yang perlu diperhatikan pada saat menghitung luas
geometry polygon atau delineasi kawasan infrastruktur adalah
melakukan pengaturan unit measurement dalam aplikasi GIS (misal
Google Earth) dalam unit meter (m) untuk perimeter, dan unit hektar (ha)
untuk luasan.

Luas delineasi kawasan kumuh dari bentuk geometry polygon yang


didapat dari aplikasi GIS tersebut yang kemudian di-entry oleh pelaku
lapangan (FM, Asisten TAPr, atau TAPr) ke aplikasi SIM. Satuan luas
delineasi kawasan infrastruktur yang di-entry keadalam aplikasi SIM
disepakati menggunakan satuan hektar (ha).
Dalam aplikasi SIM dikelola data berkaitan dengan luas delineasi
kawasan kumuh, yaitu: (a) data luas delineasi kawasan kumuh dalam
bentuk data numerik, dan (b) data vektor berupa data titik koordinat
kawasan kumuh untuk membentuk geometry polygon. Kedua jenis data
tersebut selanjutnya digunakan untuk proses validasi, baik nilai luasnya
dan juga lokasi geografisnya.

4.6 Mekanisme pengumpulan dan validasi data GIS


Ada dua Langkah proses untuk data GIS berupa data vektor (titik, line,
atau polygon), yaitu proses pengumpulan dan proses validasi.

47
4.6.1 Proses pengumpulan data GIS
Dengan pertimbangan pengumpulan data GIS dapat dilakukan
ditingkat masyarakat, maka diperlukan peralatan perangkat keras
dan lunak yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Mekanisme
pengumpulan data seperti disajikan dalam alur Gambar 4.3 berikut:

Gambar 4.3: Alur pengumpulan data dan pemrosesan data GIS

Untuk kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU). dapat


memanfaatkan aplikasi GoogleEarth atau aplikasi sejenis yang
dapat digunakan untuk mengambil data vektor (titik, garis,
polygon).
Dari hasil perencanaan perlu dilakukan indentifikasi obyek-obyek
yang akan ditangani, seperti:

• Koordinat titik koordinat infrastruktur dalam bentuk data vektor


(titik, garis, polygon) sesuai dengan bentuk geometris
infrastrukturnya.
• Infrastruktur yang akan diambil datanya sesuai geometri dapat
diwakili dengan:

48
- data titik/radius seperti infrastruktur pasar, lokasi wisata,
tambatan perahu, sumur bor, dll dapat diwakili dengan satu
titik koordinat.
- data garis/polygon seperti infrastruktur jalan, irigasi, drainase,
talud, tempat jemur produk pertanian/perikanan, dll minimal
diwakili dengan 3 titik koordinar (awal, tengah, akhir).
• Menyusun delineasi kawasan kumuh dalam bentuk polygon
tertutup, merujuk pada identifikasi dan penilaian lokasi kumuh,
jumlah koordinat disesuaikan dengan kebutuhan membentuk
geometry polygon delineasi kawasan kumuhnya.
• Olah data spasial (titik, garis, polygon, raster) dengan aplikasi
yang sesuai sampai didapat output (titik koordinat, delineasi,
dan luas layanan infrastruktur).

4.6.2 Proses validasi data GIS


Validasi data titik koordinat, luasan dilakukan setelah data terecord
dalam aplikasi SIM IBM Dit. PKP (PISEW dan KOTAKU). Proses
ini perlu dilakukan dalam rangka penyeragaman format titik
koordinat geografis, satuan luas polygon.
Proses validasi dapat dilakukan dengan alur seperti disajikan
dalam Gambar 4.4 berikut:

START FINISH SAVE FILE*.kml

SIM PISEW UPDATE SIM

LUAS DELINEASI LUAS DELINEASI

KOORDINAT Ya KOORDINAT
Tidak
SAMA ?
DELINEASI DELINEASI

TEMPLETE *.kml LUAS GIS

TEXT EDITOR
*.kml

Gambar 4.4: Alur validasi data koordinat, delineasi, dan luas


49
Data yang dilakukan validasi bersumber data SIM yang berkaitan
dengan titik koordinat, delineasi dan luas kawasan infrastruktur
serta luas kawasan kumuh yang telah terinput dalam SIM IBM Dit.
PKP (PISEW dan KOTAKU).

Substansi pelaksanaan validasi data SIM tersebut antara lain


meliputi:
1. Konsistensi penyajian data koordinat geografis dalam format
yang seragam dalam bentuk angka desimal dengan delimiter
titik.
2. Konsistensi perhitungan luas delineasi dalam satuan hektar.
3. Konsistensi lokasi geografis dengan melakukan preview
menggunakan aplikasi GIS (Google Earth, GoogleMap, QGIS,
Arcgis, dll).

4.7 Perangkat Keras dan Lunak GIS


Cukup banyak tersedia software dan hardware yang dapat digunakan
untuk mendukung penerapan GIS untuk kegiatan IBM Dit. PKP (PISEW
dan KOTAKU) baik yang berbayar maupun tidak berbayar (free of
charge).
Mengingat kegiatan PISEW dan KOTAKU merupakan kegiatan yang
berbasis masyarakat disarankan menggunakan teknologi yang mudah
dan dapat dijangkau oleh sebagian besar masyarakat di seluruh wilayah
Indonesia.

4.7.1 Perangkat Keras (Hardware)


Hardware yang dibutuhkan adalah alat ukur koordinat berupa theodolite
atau Geo Potitioning System (GPS). Untuk tujuan pengukuran
penentuan titik koordinat infrastruktur, delineasi kawasan infrastruktur,
dan penentuan luas delineasi kawasan infrastruktur dapat dipilih
perangkat keras yang sesuai dan dapat mudah dijangkau oleh
masyarakat dengan tetap mem-pertimbangkan capaian ketelitiannya.

50
4.7.2 Perangkat Lunak (Software)
1. Google Earth Pro berbayar dan tidak berbayar, mudah didapat dan
dioperasikan ditingkat masyarakat.
2. Quantum GIS berbayar dan tidak berbayar, sesuai untuk pemakaian
data skala besar (level provinsi dan nasional).
3. Program Python dilengkapi aplikasi pendukung seperti Flask,
Folium, Numpy, Pandas/Geopandas, Matplotlib, jika akan
mengembangkan big data dan analisis.
4. ArcGIS berbayar, mahal untuk program skala masyarakat, sesuai
untuk pemakaian data skala besar (level provinsi dan nasional).
5. http://geospatialconversions.azurewebsites.net/, program untuk
konversi koordinat file *. Kml ke file *.wkt
6. https://www.trailforks.com/tools/wktkml/, program untuk konversi
koordinat file *.wkt ke file *.kml
Peta Rupa Bumi digital atau peta topografi yang dikeluarkan oleh instansi
pemerintah, seperti Badan Geospasial Indonesia/ Bakorsurtanal, Badan
Pusat Statistik, Badan Pertanahan Nasional & Tata Ruang.

51
LAMPIRAN
Tatacara Delineasi Kawasan Pada Google Earth Versi I

52
53
Tatacara Delineasi Kawasan Dengan Google Earth Pro Versi II

54
55
BUKU SAKU PENENTUAN CAPAIAN LUAS KAWASAN TERLAYANI
INFRASTRUKTUR TERBANGUN Kegiatan Infrastruktur
Berbasis Masyarakat Direktorat Pengembangan
Kawasan Permukiman (PISEW dan KOTAKU)
TAHUN 2022
_________________
PENGARAH
J. Wahyu Kusumosusanto

KONTRIBUTOR
Valentina
Winda Laksana
Haris Pujogiri
Aris M. Budiawan
Eko Priantono
Roofy Reizkapuni
Ade Prasetyo K.
Azwar Aswad Harahap
Pipit Prayogo
Alifiah Devi Rahmawati
Iriyanti
Sugiarto

Diterbitkan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman

56
57

Anda mungkin juga menyukai