Anda di halaman 1dari 4

PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN PEMANFAATANNYA

DALAM PERSPEKTIF ISLAM1

Dalam Islam, alam semesta dipandang sebagai tanda keagungan Tuhan,2 dan ia diciptakan
tanpa sia-sia. Manusia diperintahkan untuk merenungi penciptaan alam semesta untuk
menguatkan keimanannya kepada Tuhan dan berterima kasih kepada-Nya serta menjaga dan
memelihara alam semesta sebagai amanah dari Tuhan yang tidak boleh disia-siakan.3 Alam
semesta adalah anugerah, tempat manusia hidup dan mengabdi kepada Tuhan, tempat mereka
menggali berbagai potensi dan sumber-sumber rezeki, untuk memakmurkan bumi dan segala
bagian alam semesta yang terjangkau oleh mereka. Alam semesta bukan untuk disembah,
tetapi dihargai sebagai karunia dari Tuhan. Merusak alam semesta atau melakukan tindakan-
tindakan yang bersifat arogan dan aniaya terhadapnya dipandang sebagai perbuatan dosa,
pelanggaran dan sikap ungrateful (tidak tahu berterima kasih).4
Penciptaan alam semesta oleh Tuhan, dilakukan dengan sangat mendetail, rapi, penuh
hikmah, damai, harmonis dan tanpa konflik. Tidak ada pertentangan antara satu bagian
dengan bagian yang lain.5 Semuanya dilakukan dengan penuh pengawasan tanpa henti. Tuhan
memelihara dan menjaganya, tanpa lengah dan abai sedikit pun.6 Tangan Tuhan penuh
dengan kebajikan, dan Ia memenuhi alam ini dengan cinta dan kasih-Nya yang tidak
terhingga. Ia meletakkan mizan (timbangan) pada alam;7 semuanya dilakukan dengan adil
Disampaikan oleh Zulkarnaini pada Seminar Internasional Mangrove di Kampus IAIN
1

Zawiyah Cot Kala Langsa, Aceh, pada 27 Juli 2019


2
‫ومن آياته خلق السماوات واألرض واختالف ألسنتكم وألوانكم إن في ذلك آليات للعالمين‬
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah penciptaan langit dan bumi dan berbeda-
bedanya bahasa kamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui (Arrum:22)
3
‫إن في خلق السماوات واألرض واختالف الليل والنهار آليات ألولي األلباب‬
‫الذين يذكرون هللا قياما وقعودا وعلى جنوبهم ويتفكرون في خلق السماوات واألرض ربنا ما خلقت هذا باطال سبحانك فقنا‬
‫عذاب النار‬
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta pergantian malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal; (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (Ali Imran: 190-191)
4
‫وإذا تولى سعى في األرض ليفسد فيها ويهلك الحرث والنسل وهللا ال يحب الفساد‬
Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan
padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan
(Albaqarah: 205)
5
‫الذي خلق سبع سماوات طباقا ما ترى في خلق الرحمن من تفاوت فارجع البصر هل ترى من فطور‬
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang,
adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (Almulk: 3)
6
‫هللا خالق كل شيء وهو على كل شيء وكيل‬
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu (Azzumar: 62)
7
‫والسماء† رفعها ووضع الميزان‬

1
dan terukur dengan pasti. Alam tidak hanya cantik, indah dan rapi, tetapi juga penuh
keseimbangan. Maka manusia diperintahkan untuk melakukan hal yang sama: berbuat adil di
antara sesama dan menjaga keseimbangan alam semesta.
Manusia adalah bagian dari alam semesta, dan diciptakan oleh Tuhan untuk mengabdi
kepada-Nya. Lebih dari itu, manusia tidak hanya sekedar mengabdi kepada Tuhan, tetapi juga
diangkat sebagai khalifah atau wakil-Nya di bumi. Manusia dibekali dengan akal, (sebuah
potensi insani yang sangat canggih), untuk bertindak secara bebas dan penuh kesadaran,
mengelola bumi dan alam semesta yang terjangkau oleh mereka, dengan penuh tanggung
jawab. Manusia bertindak atas nama Tuhan di bumi ini. Maka dalam Islam, setiap hendak
melakukan pekerjaan (yang baik), seseorang dianjurkan memulainya dengan nama Allah
yaitu dengan membaca basmalah (‫)بسم هللا الرحمن الرحيم‬: dengan nama Allah yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang.
Sumber potensi insani yang dimiliki manusia berasal dari Tuhan. Tuhan meniupkan ruh-Nya
ke dalam diri manusia,8 lalu menjadikan manusia “seperti” diri-Nya:9 memiliki qudrah
(kemampuan berkreasi dan berinovasi) dan iradah (kebebasan berkehendak dan mengambil
keputusan); manusia menjadi penguasa di bumi, dan bahkan diberikan peluang untuk
menaklukkan seluruh alam semesta, jika mereka mampu.10 Maka, kekuasaan itu menjadi
sumber pengembangan peradaban di bumi, dan sekaligus awal dari segala malapetaka.
Manusia sangat tergoda untuk hidup kekal di bumi, dan mereka lupa bahwa sumber daya
yang dimiliki bumi (dan bahkan alam semesta ini) sangat terbatas. Alam dan lingkungan
dipaksakan untuk memenuhi hawa nafsunya, maka terjadilah berbagai kerusakan.11
Manusia ternyata bukan hanya mampu menaklukkan bumi dan alam semesta ini, tetapi
bahkan sangat ambisius dan kadang-kadang beringas. Lebih dari itu, manusia tidak hanya

Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan) (Arrahman: 7)
8
‫ثم سواه ونفخ فيه من روحه وجعل لكم السمع واألبصار واألفئدة قليال ما تشكرون‬
Kemudian Dia menyempurnakannya (manusia) dan meniupkan ke dalamnya (diri manusia)
ruh-Nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur (Assajdah: 9)

Barangkali ini maksud “firman” Tuhan dalam Bible: So God created human beings in his
9

own image (Maka Tuhan menciptakan manusia dalam “rupa” diri-Nya) (Genesis 1: 27)

‫يا معشر الجن واإلنس إن استطعتم أن تنفذوا من أقطار السماوات واألرض فانفذوا ال تنفذون إال بسلطان‬
10

Wahai sekalian jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, maka lakukanlah; kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan (ilmu
pengetahuan) (Arrahman: 33)

‫ظهر الفساد في البر والبحر بما كسبت أيدي الناس ليذيقهم بعض الذي عملوا لعلهم يرجعون‬
11

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatannya, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar) (Arrum: 41)

2
ingin menjadi wakil Tuhan, tetapi ingin menjadi Tuhan.12 Manusia ingin menjadi penguasa
penuh dan kekal. Inilah godaan utama sejak awal penciptaanya.13
Sikap manusialah yang menjadi problem lingkungan hidup, bahkan semua problem dalam
kehidupan ini. Manusia disebut oleh Alquran sebagai makhluk yang bodoh (tidak [mau]
meyadari akibat perbuatannya) dan aniaya (hanya mementingakan dirinya sendiri dan tidak
peduli pada [penderitaan] orang lain).14 Dua sikap inilah yang paling utama yang harus
dilawan dan diperangi oleh manusia untuk menyelamatkan dirinya dan alam ini dari
kehancuran. Manusia harus mendapatkan pendidikan yang mencerdaskan bukan hanya otak,
tetapi juga hati mereka, agar mampu membentuk perilaku insan yang paripurna. Karena itu
misi utama para nabi (utusan Tuhan) dalam rangka menyelamatkan manusia dan bumi ini
adalah mengajak manusia patuh hanya kepada Satu Tuhan (Tuhan yang sebenarnya), jangan
mengikuti tuhan yang lain, yaitu hawa nafsunya (hawa nafsu dapat menciptakan berbagai
macam Tuhan untuk [membodohi] manusia). Nabi Muhammad kemudian membuat statemen
yang lebih tegas, bahwa “Aku diutus untuk menyempurnakan berbagai perilaku mulia
(akhlak terpuji).”15 Tindakan untuk menyelamatkan manusia dan bumi serta alam ini adalah
dengan cara mendidik manusia berperilaku mulia, berakhlak, tidak pongah, bertindak jujur,
berlaku adil, peduli pada sesama, tidak hanya mementingkan diri sendiri, tidak rakus, hidup
seimbang, menghindari konflik, mencintai kedamaian dan sebagainya. Konflik dan perang
telah membawa manusia pada kerusakan dan kerugian yang besar. Nafsu dan keinginan
untuk menang dan mendapatkan kekuasaan yang tidak terbatas ternyata telah menjerumuskan
manusia ke dalam kebodohan dan kerugian. Ini tentu saja harus dihentikan. Jalan keluarnya
adalah dengan mengikuti petunjuk kebenaran dan menahan diri dengan menyadari bahwa
keuntungan yang lebih besar tidak akan dapat dicapai dengan mengikuti hawa nafsu. Manusia
harus mengikuti jalan Tuhan, yaitu jalan kebenaran.

Yuval Noah Harari, Profesor Sejarah pada Universitas Hebrew Yerussalem, telah menulis
12

dua buku terkait hal ini, yaitu: Sapiens: A Brief Histoy of Humankind (2014) dan Homo Deus: A Brief
History of Tomorrow (2015), yang menggambarkan perjalanan sejarah manusia dari manusia yang
hidup dan berpikir sederhana menjadi manusia canggih dan ingin menyamai Tuhan.

‫فوسوس إليه الشيطان قال يا آدم هل أدلك على شجرة الخلد وملك ال يبلى‬
13

Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam,
maukah aku tunjukkan kepadamu kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa (kekal)?"
(Thaha: 120)

‫إنا عرضنا األمانة على السماوات واألرض والجبال فأبين أن يحملنها وأشفقن منها وحملها اإلنسان إنه كان ظلوما جهوال‬
14

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh
(Alahzab: 72)

‫َار َ†م اَأل ْخالَق‬ ‫ُأل‬


ِ ‫ِإنَّ َما† بُ ِع ْثتُ تَ ِّم َ†م َمك‬
15

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan berbagai perilaku mulia” (Riwayat Imam


Ahmad)

3
Tuhan telah menciptakan alam semesta ini dengan kebenaran.16 Maka manusia harus
mengikuti kebenaran itu. Tuhan tidak hanya begitu saja mengangkat manusia menjadi
khalifah-Nya di bumi. Mereka dibekali dengan akal dan petunjuk serta mengirim utusan-Nya,
yaitu para rasul, untuk mengingatkan mereka akan kebenaran tersebut. Kebenaran itu sangat
jelas seperti jelasnya matahari yang terbit sebelah timur setiap hari. Dan kebenaran itu dapat
ditemukan secara bertahap oleh manusia dan dapat dikembangkan secara dinamis. Kebenaran
itu sudah ada sejak awal, sebelum adanya manusia dan alam semesta ini; kebenaran itu sudah
ada bersama Tuhan. Namun kebenaran yang diperoleh manusia bersifat relatif dan dinamis.
Sebab itu ajaran yang dibawa para Nabi nampak tidak persis sama, namun intinya tidak
berbeda, karena perubahan tempat dan waktu dapat membuat kebenaran itu berkembang
secara dinamis. Manusia tidak mungkin menggapai kebenaran hakiki (Tuhan) namun
manusia dapat mendekat (taqarrub) kepada Tuhan.
Terkait dengan kebenaran dalam konteks pelestarian lingkungan hidup, misalnya, tidak
ditemukan dalam literatur Islam klasik pembahasan tentangnya, namun sekarang sedang
dipopulerkan istilah fiqh al-biah atau fikih lingkungan hidup. Mungkin Dr. Yusuf Qardhawi
yang mempopulerkannya sekitar 2001 dan di Indonesia pada 2016 K.H. Ali Yafie menulis
buku Merintis Fiqh Lingkungan Hidup. Tentu saja ajaran Islam tentang lingkungan hidup
telah ada sejak Tuhan menciptakannya, namun formulasinya dalam bentuk aturan seperti
undang-undang, peraturan daerah dan sebagainya, baru sekarang diciptakan. Dengan
demikian manusia harus secara dinamis juga menyesuaikan diri dengan perkembangan
kebenaran yang dihasilkan melalui karya dan peradaban yang mereka bangun. Kalau di
sebuah kota, misalnya, dilakukan pembangunan dan pelebaran jalan, pemilik rumah tidak
boleh mengatakan bahwa “pagar rumah saya lebih duluan ada daripada peraturan dan
kebijakan pemerintah daerah/kota tersebut.” Itu adalah melanggar kebenaran. Kebenaran itu
sudah lebih dahulu ada, namun ia tidak ditemukan semuanya oleh manusia; mereka
menemukannya secara bertahap sesuai pengalaman, pengetahuan dan usaha yang mereka
lakukan. Semua kita harus tunduk pada kebenaran, dan harus mendahulukan kebenaran dari
pada kepentingan dan hawa nafsu sendiri.
Wallahu a’lam!

16
‫وهو الذي خلق السماوات واألرض بالحق ويوم يقول كن فيكون قوله الحق وله الملك يوم ينفخ في الصور عالم الغيب‬
‫والشهادة وهو الحكيم الخبير‬
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya
di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di
waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui (Al-an’am: 73)

Anda mungkin juga menyukai