Anda di halaman 1dari 7

Penyaklaran Catu Daya Otomatis Pada Pesawat

Penerima Radio AM/FM Oleh Sinyal Penerimaan


Untuk Penghematan Daya Listrik

Siyamta 1)
1) P4TK/VEDC Malang, e-mail : must_yamta@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya efisiensi penggunaan daya listrik pada penguat
daya audio penerima radio AM/FM, yaitu antara pesawat penerima biasa (tanpa rangkaian catu daya otomatis),
dengan pesawat penerima yang dilengkapi dengan rangkaian catu daya otomatis. Selama ini, pesawat penerima
radio yang ada di pasaran dalam hal menyambung dan memutuskan catu daya (power supply) listrik masih
dilakukan secara manual, yaitu dengan menggunakan saklar yang ada pada pesawat penerima tersebut. Pada saat
penerima radio sedang tidak menerima siaran radio dari pemancar, misalnya disela-sela lagu, vokal dari penyiar,
pemindahan atau pergantian gelombang dan setelah pemancar tidak mengirimkan sinyal audio (purna siar),
maka penguat audio masih tetap menyerap daya. Hal ini akan mengakibatkan pemborosan daya listrik dan juga
akan mengganggu kenyamanan lingkungan karena hanya desah atau noise yang ditimbulkan oleh loudspeaker.
Penelitian ini mencoba mengatasi masalah tersebut dengan rangkaian yang dapat menyambung dan memutuskan
catu daya yang digunakan untuk mencatu power amplifier/penguat daya audio berdasarkan pada sinyal audio
yang diterima oleh rangkaian tuner.
Rangkaian saklar catu daya otomatis ini terdiri dari rangkaian penyangga (buffer), band pass filter (BPF),
penguat sinyal audio, penyearah sinyal audio, pembanding (comparator), transistor inverter, isolasi optik dan
saklar elektronik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan melengkapi rangkaian ini pada pesawat penerima radio
AM/FM, maka akan diperoleh efesiensi penggunaan daya listrik pada saat pesawat penerima tidak menerima
sinyal audio dari pemancar. Besarnya efesiensi tersebut sebesar 32,82 % untuk power IC TBA 810, 81,21 %
untuk power IC STK 015 serta 90,33 % untuk power IC STK 032. Hasil penelitian pada kasus ini terlihat bahwa
semakin besar penguat daya yang digunakan, maka akan semakin besar efisiensi daya listrik yang digunakan.

Kata Kunci : penerima radio AM/FM, power supply, power amplifier, saklar elektronik, efisiensi daya listrik

1. Latar Belakang Masalah karena hanya desah atau noise yang ditimbulkan oleh
Dewasa ini dunia informasi sangat marak, yang loudspeaker. Penelitian ini mencoba mengatasi
salah satunya ditandai dengan banyak hadirnya media masalah tersebut dengan rangkaian yang dapat
informasi seperti media audio, media visual serta menyambung dan memutuskan catu daya yang
gabungan dari keduanya. Tanpa disadari dalam digunakan untuk mencatu penguat daya audio
kehidupan kita sehari-sehari selalu membutuhkan berdasarkan pada sinyal audio yang diterima oleh
informasi-informasi tersebut. Salah satu contoh media rangkaian tuner.
informasi tersebut adalah radio penerima AM/FM.
Pesawat penerima radio AM/FM yang ada di pasaran 2. Rumusan Masalah
dalam hal menyambung dan memutuskan catu daya Permasalahan dalam penelitian ini adalah
(power) masih dilakukan secara manual yaitu sebagai berikut.
menggunakan saklar yang ada pada pesawat penerima 1. Bagaimana cara memanfaatkan sinyal
tersebut. penerimaan (sinyal audio) dari pemancar
Pada saat penerima radio sedang tidak digunakan untuk inputan rangkaian switching
menerima siaran radio dari pemancar, misalnya disela- otomatis?
sela lagu, vokal dari penyiar, pemindahan atau 2. Berapa persen efisiensi daya listrik antara
pergantian gelombang dan setelah pemancar tidak pesawat penerima radio yang dilengkapi dengan
mengirimkan sinyal audio (purna siar), maka penguat switching otomatis dengan yang tidak dilengkapi
audio masih tetap meyerap daya. Hal ini akan switching otomatis?
mengakibatkan pemborosan daya listrik dan juga
mengakibatkan mengganggu kenyamanan lingkungan
1
3. Tujuan oleh pemancar radio AM, kemudian sinyal tersebut
Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini diperkuat oleh penguat radio frequency (RF).
adalah sebagai berikut. Pencampur (mixer) akan mencampur sinyal yang
a. Memanfaatan sinyal penerimaan (audio) dari berasal dari penguat RF dan osilator lokal, sehingga
pemancar sebagai input penyaklaran catu daya diperoleh sinyal intermediate frequency (IF) sebesar
rangkaian power amplifier pada pesawat penerima 455 KHz. Pendeteksian sinyal audio dilakukan oleh
AM/FM. rangkaian detektor, kemudian dikuatkan oleh penguat
b. Menghitung besarnya efisiensi daya listrik pada audio agar dapat menggetarkan loudspeaker untuk
sistem pesawat penerima radio AM/FM yang diubah menjadi sinyal suara. Rangkaian automatic
dilengkapi dengan rangkaian saklar catu daya volume control (AVC) berfungsi untuk mengatur
otomatis. volume control secara otomatis.

4. Metodologi Penelitian 6.2 Pesawat Penerima Radio FM


Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen Pesawat penerima radio FM mirip dengan
untuk mengetahui unjuk kerja rangkaian switching pesawat penerima AM, yang membedakan dari
otomatis, yang meliputi rangkaian buffer, BPF, keduanya adalah frekuensi kerja dan beberapa
penguat sinyal audio, penyearah sinyal audio, rangkaian tambahan lainnya, yaitu rangkaian limitter,
pembanding, transistor inverter, monostabil deemphasis, automatic gain control (AGC) dan
multivibrator, isolasi optik dan saklar elektronik. Data automatic volume control (AVC). Secara blok diagram
diperoleh dengan cara melakukan pengukuran pada dapat digambarkan seperti berikut ini.
masing-masing tingkat penguat.

5. Teknik Analisa Data


Teknik analisa data pada penelitian ini adalah
statistik deskriptif, yaitu statistik yang digunakan
untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa memberikan suatu
kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi[8].
Dalam penelitian ini , digunakan rumus statistik Gambar 2. Blok penerima radio FM
untuk mencari rata-rata pengamatan, seperti berikut
ini[7]. Rangkaian limitter berfungsi untuk

x1  x2  x3  ...  xn
meniadakan sinyal AM serta derau dari sinyal FM

x
sebelum proses pendeteksian. Rangkaian deemphasis
berfungsi untuk menekan besarnya penguatan
n frekuensi audio tinggi yang berlebihan. Untuk
dimana :
memisahkan sinyal right (R) dan sinyal left (L) maka
x = rata-rata pengamatan secara keseluruhan.
digunakan rangkaian decoder stereo, dan kemudian
xn = jumlah pengamatan ke-n.
dikuatkan oleh masing-masing penguat audio L dan R
n = jumlah pengamatan.
sebelum diteruskan ke loudspeaker.
6. Pesawat Penerima Radio
7. Rangkaian Catu Daya Otomatis
6.1 Pesawat Penerima Radio AM
7.1 Pemasangan Rangkaian
Pesawat penerima amplitudo modulation (AM)
Pemasangan rangkaian catu daya otomatis
merupakan salah satu jenis pesawat penerima radio
dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti
yang amplitudo modulasinya berubah-ubah sesuai
Gambar 3 berikut ini.
dengan perubahan besarnya level sinyal audio. Secara
blok diagram dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Blok penerima radio AM

Antenna penerima digunakan untuk menang- Gambar 3. Pemasangan rangkaian catu daya
kap gelombang elektromagnetik yang dipancarkan otomatis pada penerima AM/FM

2
Input rangkaian ini diambilkan dari keluaran atasnya ditentukan oleh R5 C2 dan R6 C4, seperti
dioda detektor yang berupa sinyal audio. Output dari terlihat pada Gambar 6 dibawah ini.
rangkaian ini berupa tegangan yang digunakan untuk
mentrigger triac sebagai penghubung dan pemutus
arus listrik 220 V untuk mencatu penguat audio pada
sistem penerima radio AM/FM.

7.2 Blok Diagram Rangkaian


Rangkaian catu daya otomatis ini bekerja
dengan memanfaatkan sinyal audio yang diterima dari
pemancar yang sedang diterima. Blok diagram untuk
membangun rangkaian tersebut yaitu buffer, band pass
filter (BPF), penguat sinyal, penyearah sinyal audio,
komparator, transistor inverter, rangkaian tunda,
isolasi optik dan saklar elektronik. Untuk mengetahui Gambar 6. Rangkaian band pass filter
level sinyal yang digunakan, maka digunakan
rangkaian pengukur level sinyal audio, seperti terlihat
pada Gambar 4 dibawah ini. 7.2.3. Rangkaian Penguat Sinyal Audio
Penguat sinyal audio yang digunakan terdiri
dari dua tingkat agar diperoleh penguatan yang
maksimum dan outputnya sefasa dengan sinyal
inputnya, seperti terlihat pada Gambar 7 dibawah ini.

Gambar 4. Blok diagram rangkaian catu daya


otomatis pada penerima AM/FM Gambar 7. Rangkaian penguat sinyal

7.2.1. Rangkaian Buffer Besarnya penguatan pada setiap tingkat dapat


Rangkaian buffer berfungsi sebagai penyangga dituliskan sebagai berikut :
antara unit input dengan rangkaian BPF. Pada Penguatan pada tingkat 1 (Av1), Av1 = - R10/R9.
penelitian ini digunakan sebuah penguat operasi (Op- Penguatan pada tingkat 2 (Av2), Av2 = - R13/R12.
Amp), dengan resistansi feedback = 0, sehingga Besarnya penguatan total (Avt) = Av1 X Av2.
penguatannya = 1, seperti pada Gambar 5 dibawah ini.
7.2.4. Rangkaian Penyearah dan Komparator
Penyearah sinyal pada rangkaian ini digunakan
sebuah dioda silicon, sebuah filter tegangan berupa
kondensator dan sebuah beban resistor, seperti pada
gambar berikut ini.

Gambar 5. Rangkaian buffer

7.2.2. Rangkaian Band Pass Filter (BPF)


Rangkaian BPF berfungsi untuk melewatkan
frekuensi audio yang mempunyai range 20 Hz-20.000
Hz. Frekuensi diluar range akan ditolak oleh rangkaian
ini. Komponen C1 R1 dan C2 R2 akan melewatkan
frekuensi diatas 20 Hz, sedangkan untuk pembatas
Gambar 8. Rangkaian penyearah dan komparator

3
Keluaran dari dioda ini dimasukkan kedalam 7.2.6. Rangkaian Saklar Elektronik
rangkaian komparator untuk dibandingkan dengan Rangkaian ini digunakan untuk menghubung
tegangan referensi. Apabila tegangan pada input dan memutuskan catu daya pada penguat audio
inverting lebih positif daripada input inverting, maka dengan tegangan sumber 220 V. Pada penelitian ini
keluarannya akan berayun kearah saturasi yang rendah digunakan TRIAC karena memiliki beberapa
(0V) dan begitu pula sebaliknya. kelebihan dibandingkan dengan saklar mekanik atau
relay. Kelebihan tersebut adalah tidak terjadinya
loncatan bunga api listrik pada saat kontak, lebih kecil
7.2.5. Rangkaian Transistor Inverter dan Mono- dan mampu digunakan untuk penyaklaran dengan
stable Multivibrator frekuensi yang tinggi.
Cara termudah untuk mengoperasikan sebuah TRIAC mempunyai tiga buah elektroda yaitu
transistor adalah sebagai saklar, artinya bahwa MT1, MT2 dan Gate. Gate berfungsi untuk memicu
transistor tersebut dioperasikan pada salah satu agar TRIAC dapat bekerja. TRIAC akan bekerja
keadaan jenuh (saturation) dan menyumbat (cut off). apabila gate mendapat tegangan trigger di atas
Apabila tegangan pada kaki basis 0 Volt, maka tegangan break overnya (VBO), sehingga akan terjadi
transistor akan tidak aktif karena tidak ada arus basis aliran arus dari MT1 ke MT2. Rangkaian saklar
(Ib). Apabila tegangan pada kaki basis tinggi (5 Volt), elektronik secara lengkap ditunjukkan paga Gambar
maka transistor akan menghantar, seperti pada 10 dibawah ini.
Gambar 9 dibawah ini.

Gambar 10. Rangkaian saklar elektronik


menggunakan TRIAC
Gambar 9. Rangkaian inverter dan tunda waktu
Pada penerapannya gate mendapatkan
Rangkaian monostable multivibtrator yang
tegangan trigger dari komponen optocoupler MOC
dibangun menggunakan IC NE 555 digunakan untuk
3011. MOC 3011 terbuat dari bahan Galium Arsenida
menunda waktu pemutusan catu daya oleh TRIAC.
(Ga As), dimana cahaya infra merah yang dihasilkan
Waktu tunda ditentukan oleh komponen R dan C yang
oleh LED dideteksi oleh rangkaian detektor berupa
dipasang pada IC tersebut. Waktu pengisian kapasitor
optodiac yang dibuat secara khusus untuk
C ditentukan oleh persamaan T = 1,1 RC, yang
mengemudiakan TRIAC.
diperoleh dari persamaan sebagai berikut.
LED Ga As mempunyai peak blocking voltage
minimal sebesar 250 V, arus trigger LED sebesar 10
Vc = 2/3 Vcc
mA dan tegangan maksimal sebesar 3 volt.
Vc = Vcc (1-e-t/RC)
2/3Vcc = Vcc (1-e-t/RC)
2/3 = (1-e-t/RC)
8. Energi dan Daya Listrik
-1/3 = -e-t/RC
Untuk mengalirkan arus listrik, maka sumber
ln 1/3 = ln e-t/RC
tegangan harus mengeluarkan energi. Energi listrik
ln 1/3 = -t/RC ln e
dihasilkan ketika sumber tegangan melakukan usaha
RC ln 1/3 = -t ln e
(W). Usaha yang dilakukan oleh sumber tegangan
ln 1/3
sama dengan energi yang dihasilkan oleh sumber
-t = RC
tegangan, yang secara matematis dapat dituliskan
ln e
sebagai berikut.

W  V.I .t joule
-1,0986
-t = RC
0,99989
Dimana :
= 1,0986.RC W = Energi yang dikeluarkan (watt joule)
= 1,1 RC V = Beda potensisl sumber tegangan (volt)

4
I = Kuat arus yang mengalir (ampere) 9.3 Pengukuran Rangkaian Penguat Sinyal
t = Waktu selama arus mengalir (detik)
Tabel 3. Hasil pengukuran rangkaian penguat sinyal
Banyaknya energi yang dikeluarkan sama
dengan usaha, sedangkan daya adalah usaha yang No Vi1 Vo1 Vi2 (Vpp) Vo2 (Vpp)
dilakukan setiap detik, sehingga dapat dituliskan (Vpp) (Vpp)
1 0,5 1,3 0,04 8,0

P
W 2 0,51 1,32 0,05 8,2
3 0,5 1,3 0,04 8,0
t

Oleh karena W  V.I .t joule, maka daya dapat 9.4 Pengukuran Rangkaian Penyearah Sinyal
dirumuskan

V I t
P
Tabel 4. Hasil pengukuran rangkaian
penyearah sinyal
t

P V I
No Vin (AC) Vout (DC)
1 5,2 – 7,3 2,3 – 3,2
2 5,1 – 7,1 2,3 – 3,1
Dimana : 3 5,3 – 7,4 2,4 – 3,5
P = Usaha yang dilakukan tiap detik (watt)
V = Beda potensial sumber tegangan (volt)
I = Arus yang mengalir (ampere) 9.5 Pengukuran Rangkaian Komparator

Tabel 5. Hasil pengukuran rangkaian komparator


9. Hasil Pengukuran dan Analisa
9.1 Pengukuran Rangkaian Penyangga
No Vin (V) Vref (V) Vout (V)
Tabel 1. Hasil pengukuran rangkaian buffer 1 2,3 – 3,2 2,1 0
2 0 2,1 11
No Vin (mVpp) Vout (mVpp) Av (kali) 3 2,4 – 3,5 2,1 0
1 500 500 1
2 500 500 1
3 500 500 1
9.6 Pengukuran Rangkaian Transistor Inverter

Tabel 6. Hasil pengukuran rangkaian transistor


9.2 Pengukuran Rangkaian BPF Inverter

Tabel 2. Hasil pengukuran rangkaian BPF No Vcc Vinp (B) Vout (C)
1 12 Volt 0 Volt 11 Volt
Frek Tegangan Output (Vpp) 2 12 Volt 11 Volt 0 Volt
AFG I II III Rata-Rata
20 Hz 0,40 0,40 0,40 0,40
100 Hz 0,50 0,52 0,48 0,50
500 Hz 0,82 0,80 0,81 0,81 9.7 Pengukuran Rangkaian Monostable Multi-
750 Hz 0,85 0,85 0,85 0,85 vibrator
1000 Hz 0,85 0,85 0,85 0,85
2000 Hz 0,85 0,85 0,85 0,85
Tabel 7. Hasil pengukuran rangkaian Monostable
5000 Hz 0,85 0,85 0,85 0,85
7000 Hz 0,75 0,76 0,78 0,76
Multivibrator
10000 Hz 0,65 0,66 0,68 0,66
12000 Hz 0,67 0,67 0,67 0,67
No Posisi Trigger Tunda Vout Optodiac
15000 Hz 0,65 0,65 0,65 0,65
VR
16000 Hz 0,66 0,64 0,65 0,65
17000 Hz 0,64 0,67 0,65 0,65 1 Minimal 11-0 V 0,11 dt 0V OFF
18000 Hz 0,62 0,64 0,66 0,64 2 Tengah 11-0 V 5,44 dt 0V OFF
19000 Hz 0,60 0,58 0,62 0,60
3 Maksimal 11-0 V 11 dt 0V OFF
20000 Hz 0,55 0,53 0,57 0,55

5
9.8 Pengukuran Rangkaian Saklar Elektronik 1. Saat menerima sinyal audio
a. Rangkaian IC TBA 810 s = 2,4 Watt
Tabel 8. Hasil pengukuran rangkaian TRIAC Rangkaian Tuner AM/FM = 0,484 Watt
Daya keseluruhan = 2,884 Watt
Ig TRI Vinp Vout
No Optodiac
(mA) AC (V) (V) b. Rangkaian IC STK 015 = 27,5 Watt
1 ON 2,5 ON 220 220 Rangkaian Tuner AM/FM = 0,484 Watt
2 OFF 0 OFF 220 0 Daya keseluruhan = 27,98 Watt

c. Rangkaian IC STK 032 = 55,3 Watt


Rangkaian Tuner AM/FM = 0,484 Watt
9.9 Pengukuran Rangkaian Penguat Audio
Daya keseluruhan = 55,78 Watt
Tabel 9. Hasil pengukuran rangkaian penguat audio
tanpa rangkaian catu daya otomatis 2. Saat tidak menerima sinyal audio
a. Rangkaian IC TBA 810 s = 0,62 Watt
Daya Listrik (Watt)
Rangkaian Tuner AM/FM = 0,160 Watt
No
Pengu Menerima Sinyal Tidak Menerima Sinyal Daya keseluruhan = 0,78 Watt
at
Audio Rata Rata
I II III I II III
-rata -rata
1 TBA 810 2,4 2,3 2,5 2,4 0,62 0,63 0,61 0,62
b. Rangkaian IC STK 015 = 2,63 Watt
2 STK 015 27,5 27,45 27,65 27,5 2,65 2,7 2,55 2,63 Rangkaian Tuner AM/FM = 0,160 Watt
3 STK 032 55,1 54,9 55,3 55,1 5,3 5,4 5,1 5,26
Daya keseluruhan = 2,79 Watt
c. Rangkaian IC STK 032 = 5,26 Watt
Tabel 10. Hasil pengukuran rangkaian penguat audio Rangkaian Tuner AM/FM = 0,160 Watt
yang dilengkapi dengan catu daya otomatis Daya keseluruhan = 5,42 Watt

Daya Listrik (Watt)

No
Pengu
at
Menerima Sinyal Tidak Menerima Sinyal Untuk rangkaian yang dilengkapi dengan
Audio
I II III
Rata
-rata
I II III
Rata
-rata
sistem catu daya otomatis, maka besarnya daya
1 TBA 810 2,68 2,58 2,78 2,68 0,160 0,160 0,160 0,160 keseluruhan dapat dituliskan sebagai berikut.
2 STK 015 27,78 27,73 27,93 27,81 0,160 0,160 0,160 0,160

3 STK 032 55,38 55,18 55,58 55,38 0,160 0,160 0,160 0,160

1. Saat menerima sinyal audio


9.10 Pengukuran Rangkaian Saklar Elektronik
a. Rangkaian IC TBA 810 s = 2,40 Watt
Tabel 11. Hasil pengukuran rangkaian Saklar Rangkaian Tuner AM/FM = 0,484 Watt
elektronik Rangkaian catu daya otomatis = 0,28 Watt
Daya keseluruhan = 3,16 Watt
Kondisi Variable yang Pengamatan ke Rerata
No Rangkaian diukur
I II III
pengamat
an
b. Rangkaian IC STK 015 = 27,5 Watt
Menerima
sinyal audio
Arus (mA) 23,4 23,3 23,5 23,4 Rangkaian Tuner AM/FM = 0,484 Watt
1 Tegangan (V) 12 12 12 12
Daya (mW) 280,8 279,6 282,8 280,8 Rangkaian catu daya otomatis = 0,28 Watt
Tidak
menerima
Arus (mA)
Tegangan (V)
13,5
12
13,4
12
13,3
12
13,4
12
Daya keseluruhan = 28,26 Watt
2
sinyal audio
Daya (mW) 162 160,8 159,6 160,8

c. Rangkaian IC STK 032 = 55,3 Watt


Rangkaian Tuner AM/FM = 0,484 Watt
9.11 Pengukuran Rangkaian Tuner Rangkaian catu daya otomatis = 0,28 Watt
Daya keseluruhan = 56,06 Watt
Tabel 12. Hasil pengukuran rangkaian tuner AM/FM
2. Saat tidak menerima sinyal audio
No
Kondisi Variable yang Pengamatan ke Rerata
pengamat
a. Rangkaian IC TBA 810 s =-
Rangkaian diukur
I II III an Rangkaian Tuner AM/FM = 0,364 Watt
Arus (mA) 40,5 40,4 40,3 40,4
1
Menerima
sinyal audio
Tegangan (V) 12 12 12 12 Rangkaian catu daya otomatis = 0,160 Watt
Daya (mW)

Arus (mA)
486

30,3
484,6

30,5
483,8

30,4
484,8

30,4
Daya keseluruhan = 0,524 Watt
Tidak
2 menerima Tegangan (V) 12 12 12 12
sinyal audio
Daya (mW) 363,6 366,8 364,8 364,8
b. Rangkaian IC STK 015 =-
Rangkaian Tuner AM/FM = 0,364 Watt
Rangkaian catu daya otomatis = 0,160 Watt
Berdasarkan dari hasil pengukuran diatas, maka
Daya keseluruhan = 0,524 Watt
besarnya daya listrik yang diserap oleh penguat daya
audio sistem biasa (tidak dilengkapi dengan saklar
catu daya otomatis) dapat dituliskan sebagai berikut.

6
c. Rangkaian IC STK 032 =- 11. Daftar Pustaka
Rangkaian Tuner AM/FM = 0,364 Watt
Rangkaian catu daya otomatis = 0,160 Watt [1] Chute, George M and Robert D Chute,
Daya keseluruhan = 0,524 Watt Electronic in Industry, USA Mc-Graw-Hill
Book Company, 1995.
Berdasarkan hasil pengukuran di atas, maka [2] Floyd, T, Electronics Fundamentals Circuits
dapat dihitung besarnya efisiensi pemakaian daya Devices and Applications, Singapore, Mac
listrik sebagai berikut. Millan Internacional Publishing Group, 2003.
a. Untuk power IC TBA 810 s, maka besarnya [3] Fox, R.W, Practical Triac / SCR Project For
efisiensi daya listriknya = The Experimenter, USA, Tab Book and

0,78  0,524
Foulsham Tab Limited, 1975.

 100%  32,82%
[4] Hughes, Fredrick W, Panduan OP Amp
(Terjemahan oleh Ignatius Hartono), Jakarta,,
0,78 PT Elex Media Komputindo, 1994.
[5] Karim, A, Teknik Penerima dan Pemancar
b. Untuk power IC STK 015, maka besarnya efisiensi Radio, Jakarta, PT Elek Media Komputindo,
daya listriknya = 1993.

2,79  0,524
[6] Siyamta, Penyaklaran Catu Daya Otomatis

 100%  81,21%
Pada Pesawat Penerima Radio AM/FM Oleh
Sinyal Penerimaan (Skripsi), Yogyakarta, IKIP
2,79 Yogyakarta, 1998.
[7] Sudjana, Metode Statistik, Bandung, Tarsito,
c. Untuk power IC STK 032, maka besarnya efisiensi 1992.
daya listriknya = [8] Sugiyono, Metodologi Penelitian Administrasi,

5,42  0,524
Bandung, Alfabeta, 1994.
 100%  90,33%
5,42
12. Biografi Penulis
Siyamta, S.Pd., S.ST., MT.,
Pada rangkaian saklar catu daya terjadi dilahirkan di Kulon Progo, Daerah
perbedaan pemakaian daya listrik saat rangkaian Istimewa Yogyakarta. Menyelesa-
menerima sinyal audio dan tidak menerima sinyal ikan pendidikan di IKIP Yogyakarta
audio. Saat menerima sinyal audio, maka besarnya Jurusan Pendidikan Teknik Elektro-
daya rata-rata yang diserap sebesar 280,8 mWatt, nika Komunikasi lulus tahun 1998,
sedangkan kondisi tidak menerima, maka besarnya Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Institut
daya yang diserap adalah 160,8 mWatt. Teknologi Sepuluh Nopember (PENS-ITS) Surabaya,
konsentrasi Jaringan Komputer, lulus tahun 2002
serta Program Magister Teknologi Informasi di
10. Kesimpulan Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi
Dari hasil penilitian ini dapat ditarik beberapa Bandung (ITB), lulus tahun 2005 dengan predikat
kesimpulan, antara lain :
 Sinyal penerimaan pada pesawat penerima radio
Cum Laude.

AM/FM yang berupa sinyal audio dapat Sejak tanggal 17 Januari 2000 bekerja di Vocational
dimanfaatkan sebagai sinyal input untuk Education Development Center (VEDC) Malang,
menyambung dan memutuskan catu daya pada Jawa Timur, Indonesia.
rangkaian power amplifier/penguat audio pesawat

 Rangkaian ini dapat menyambung dan memutuskan


penerima tersebut secara otomatis.

catu daya pada pesawat penerima radio dengan


efisien. Berdasarkan hasil pengujian dengan tiga
buah penguat daya audio yang berbeda, maka
diperoleh efisiensi daya listrik sebesar 32,82% (IC
TBA 810 S), 81,21% (IC STK 015), dan 90,33% (IC

 Semakin besar daya penguat daya yang digunakan


STK 032).

pada pesawat penerima radio AM/FM yang


dilengkapi dengan rangkaian saklar catu daya
otomatis, maka efisiensi penggunaan daya listriknya
akan semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai