Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN LAB SISTEM KOMUNIKASI MICROWAVE

Paket C

Sistem Radio Transceiver VHF-FM

Oleh:

Kelompok 6/Kelas 3NK

M Akmal Amanullah / 201344022

M Fadlan Azhary / 201344023

M Yasa Maulana / 201344024

Nabila Alia Zahra / 201344025

Tanggal Percobaan: 23 Februari, 2 & 16 Maret 2023

Tanggal Pengumpulan Laporan: Senin, 03 April 2023

PRODI D – IV TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

FEBRUARI 2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radio communication transceiver adalah pesawat pemancar radio sekaligus
berfungsi ganda sebagai pesawat penerima radio yang digunakan untuk keperluan
komunikasi. RCT terdiri atas bagian transceiver dan bagian receiver yang dirakit secara
terintegrasi. Pada generasi mula-mula, bagian pemancar atau transmitter dan bagian
penerima atau receiver dirakit secara terpisah dan merupakan bagian yang berdiri sendiri-
sendiri dan bisa bekerja sendiri-sendiri pula pada saat ini kedua bagian diintegrasikan
dipekerjakan secara bergantian.
Pesawat pemancar sederhana terdiri atas suatu osilator pembangkit getaran radio dan
getaran ini setelah ditumpangi dengan getaran suara voice, dalam teknik radio disebut
dimodulir, kemudian oleh antena diubah menjadi gelombang radio dan dipancarkan.
Seperti kita ketahui bahwa gelombang suara kita tidak dapat mencapai jarak yang jauh
walaupun tenaganya sudah cukup besar, sedangkan gelombang radio dengan tenaga yang
relatif kecil dapat mencapai jarak ribuan kilometer. Agar suara dapat mencapai jarak yang
jauh, maka suara ditumpangkan pada gelombang radio hasil dari pembangkit getaran radio,
yang disebut gelombang pembawa atau carrier dan gelombang pembawa tadi akan
mengantarkan suara kita ke tempat yang jauh.
Di tempat jauh tadi, gelombang radio yang terpancar diterima oleh antena lawan
bicara kita. Oleh antenanya, gelombang radio tadi, yang berupa gelombang
elektromagnetik diubah menjadi getaran listrik dan masuk ke receiver. Dalam receiver
pesawat lawan bicara kita, getaran carriernya kemudian dibuang dan getaran suara kita
ditampung kemudian dimunculkan melalui speaker. Dengan teknik modilasi inilah
dimungkinkan suatu getaran audio mencapai jarak jangkau yang jauh.
Getaran suara kita masuk ke transmitter melalui mikrophone, output mikrophone
tadi seringkali perlu diperkuat terlebih dahulu dengan suatu audio amplifier ialah yang
disebut microphone pre-amplifier agar dapat ditumpangkan pada carrier oleh modulator.
Untuk menambah daya pancar suatu transmitter, getaran hasil osilator tadi sebelum
dipancarkan diperkuat terlebih dahulu dengan suatu radio frequncy amplifier. Penguatan
dapat dilakukan sekali dan bisa juga dilakukan lebih dari satu kali. Pemancar yang tidak
diperkuat disebut pemancar satu tingkat dan yang diperkuat satu kali dinamakan dua
tingkat dan seterusnya. Pada umumnya untuk mencapai daya pancar 100 Watt diperlukan
penguatan 3 kali, penguat pertama disebut pre-driver, penguat berikutnya disebut driver
dan penguat akhir disebut final.
Radio VHF bekerja pada frekuensi 30 MHz sampai dengan 300 MHz. Karakteristik
dari radio VHF Ini cocok untuk komunikasi teresterial, dengan kisaran umumnya agak
lebih jauh dari line-of-sight dari pemancar. Tidak seperti HF, ionosfer tidak selalu
memantulkan gelombang radio VHF. Gelombang ini juga lebih tahan terhadap gangguan
atmosfer dan interferensi peralatan listrik dibandingkan dengan fekuensi yang lebih
rendah. Frekuensi VHF akan terblokir oleh bukit atau gunung, tetapi bangunan gedung
tidak terlalu mempengaruhi komunikasi.

Gambar 1.1 Blok Penerima Radio

Radio frekuensi VHF low band ini digunakan oleh militer, khususnya untuk pasukan
yang berada di lapangan agar dapat berkomunikasi dalam radius sekitar 8 km area. Salah
satu alasannya karena VHF dapat menggunakan antenna yang relatif tidak terlalu panjang
sehingga cocok digunakan sebagai radio manpack. Dibandingkan dengan radio HF, radio
VHF ini memiliki bandwidth yang lebih lebar serta jarak jangkau yang lebih pendek
sehingga sangat ideal sebagai komunikasi antar pasukan militer.
Transceiver terdiri dari bagian pemancar (transmitter) dan penerima (receiver). Pada
bagian pemancar dilakukan pengukuran Daya pancar (Watt), Frekuensi pancar (MHz),
Ketepatan frekuensi (ppm), 1 st Harmonic Rejection, Sensitivitas mikrofon (dBm), dan
Distorsi audio (%). Pada bagian penerima dilakukan pengukuran Sensitivitas, Selektivitas
(dB), 20dB Quieting, dan Image Frequency Rejection (dB).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
a. Memahami tentang prinsip kerja radio transceiver VHF-FM
b. Memahami teknik pengujian pesawat penerima (receiver)
c. Memahami teknik pengujian pesawat di dalam kanal (In-Channal test)
d. Memahami teknik pengujian pesawat di luar kanal (Out-Channal test)
e. Memahami teknik pengujian pesawat pemancar (transmitter)
BAB II

LINGKUP PEKERJAAN

Pada praktikum Sistem Radio Transceiver VHF-FM dibagi menjadi dua pengukuran yaitu
mengukur bagian pemancar dari system radio Transceiver VHF-FM dan mengukur bagian
penerima dari sistem radio Transceiver VHF-FM
3.1 Mengamati Blok Diagram Radio Transceiver VHF FM Bagian Penerima
Pada bagian penerima pada transceiver VHF FM dilakukan pengukuran dan pengamatan
untuk setiap test-point (TP) menggunakan spectrum analyzer signal hound untuk sinyal
dengan frekuensi tinggi (orde MHz) untuk membuktikan apakah frekuensi RF yang
dimixer dengan frekuensi Oscillator akan menghasilkan frekuensi Intermediate sebesar
10,7 Mhz dimana 10,7 MHz adalah standar frekuensi untuk transmisi radio FM. Frekuensi
kerja yang digunakan yaitu 134 MHz yang berasal dari signal generator. Pengamatan
dilakukan pada TP7, TP8, TP9, TP10, TP11, TP12, TP13, TP14, TP15, TP16 dan TP17.
Lalu pengukuran yang dilakukan berikutnya adalah mengamati mixer yang mengubah
modulasi FM menjadi AM, dimana frekuensi IF harus berada pada 455KHz untuk pada
akhirnya didemodulasi dan dirubah menjadi sinyal informasi. Output dari sinyal informasi
ini dilihat pada oscilloscope karena bekerja pada frekuensi rendah (1Khz).
3.2 Mengamati Blok Diagram Radio Transceiver VHF FM Bagian Pemancar
Pada bagian pemancar pada transceiver VHF FM dilakukan pengukuran dan
pengamatan juga pada masing-masing TP (Test Point) menggunakan spectrum analyzer
signal hound untuk mengukur sinyal dengan frekuensi tinggi dalam orde (Mhz). Pada TP
4 daya yang masukan besar sehingga dapat merusak spectrum analyzer signal hound yang
memiliki kapasitas pengukuran sebesar 20dB maka dipasang 2 buah attenuator, dan
oscillocope untuk mengukur sinyal dengan frekuensi rendah (Khz) pada TP 1 untuk
melihat sinyal suara atau sinyal informasi.
3.3 Mengukur Spesifikasi Teknis Penerima
Untuk mendapatkan spesifikasi teknis dari penerima yang harus diukur dan dicari adalah
sensitivitas di 12 dB sinad, selektivitas, 20 dB quetting, dan image frequency rejection.
2.3.1 Sensitivitas (µV at 12dB SINAD)
Pengukuran sensitivitas dilakukan untuk menentukaan kepekaan/
seberapa sensitive radio penerima dalam menerima sinyal yang dikehendaki.
Setup pengukuran sensitivitas dilakukan dengan menghubungkan power supply
dan radio I-com, radio I-com terhubung dengan speaker. Set frekuensi sinyal
generator dengan radio I-com harus sama, kemudian speaker dihubungkan
dengan distortion analizer. Lalu amati pada display amplitudo dBm dan µ𝑉.
Selain itu, terdapat port RF output signal generator yang akan dihubungkan
dengan radio ICOM.
2.3.2 Selektivitas (dB)
Pengukuran selektivitas dilakukan untuk menekan sinyal yang tidak
dikehendaki dan memilih sebuah sinyal yang diinginkan. Pada pengukuran
selektivitas ini menggunakan 2 channel spacing yaitu 25 kHz dan 12.5 kHz.
Pada masing – masing channel spacing terdapat frekuensi bayangan atas dan
frekuensi bayangan bawah. Pengukuran dari selektivitas ini dilakukan
menggunakan parameter sensitivitas yang telah didapatkan.
2.3.3 20 dB Quieting (noise less atau noisy)
Pengukuran 20 dB Quieting (noiseless) ini dilakukan untuk
menunjukkan apakah radio bersifat quite/noiseless atau tidak. Masih dengan
setup yang sama seperti sebelumnya, namun tidak menggunakan modulasi
sehingga bagian modulation pada signal generator di-off kan. Kemudian
amplitude sinyal generator dinaikan sebanyak 20 dB.
2.3.4 Image Frequency Rejection (dB)
Pengukuran IFR (Image Frequency Rejection) menggunakan IM atau
batas atas/bawah yang nantinya akan diatur pada signal generator dengan
amplitude sebesar nilai sensitivitas. Lalu amplitude dinaikkan hingga terdengar
bunyi speaker dan biasanya sampai 0 dBm, jika tidak terdapat sinyal maka
rentang amplitude masih bagus.
3.4 Mengukur Spesifikasi Teknis Pemancar
Untuk mendapatkan spesifikasi teknis dari pemancar yang harus diukur dan dicari adalah
mencari daya pancar dalam Watt, ketepatan frekuensi (ppm), 1st harmony rejection
dimana dalam spectrum analyzer yang dilihat adalah harmoni kedua karena untuk harmoni
pertama adalah daya input, lalu yang berikutnya adalah sensitivitas mikrofon, dan distorsi
audio.

3.4.1 Daya Pancar (Watt)


Pada pengukuran ini akan menggunakan microphone dimana microphone
akan terhubung dengan kabel jack ke Transmission Test Set. Lalu, microphone
juga tersambung dengan Radio VHF dan juga tersambung dengan power meter,
pada port output power meter dipasang antena dummy load. Ketika VHF
dinyalakan maka pancarkan daya dengan cara menekan microphone sehingga
muncul nilai daya pancar pada power meter.
3.4.2 Frekuensi Pancar (Mhz)
Pengukuran Frekuensi Pancar (MHz) perlu menggunakan attenuator
karena daya pancar yang terukur terlalu besar, kemudian dihubungkan ke
modulation analyzer dengan parameter yang diatur pada frekuensi. Kemudian,
tekan microphone dan amati Frekuensi yang terukur.
3.4.3 Ketepatan Frekuensi (ppm)
Dari pengukuran yang telah dilakukan, error dapat diketahui selama
pengiriman dan penerimaan sinyal informasi dengan cara menghitung selisih
frekuensi sinyal yang dikirim dengan sinyal yang diterima. Error ini juga
menunjukkan frekuensi di awal (pemancar) tepat atau tidak setelah sampai di
bagian penerima. Ketepatan frekeunsi didapat dari perhitungan dengan selisih
frekuensi kerja dengan frekuensi sinyal pancar dan didapat hasilnya, selain itu,
bagi frekuensi pancar terhadap 1 Mhz. Kemudian didapatlah hasil ppm (part
permillion) dengan cara membagi hasil selisih tadi dengan hasil bagi. Jika >20
% maka ketepatan pemancar kurang baik.
3.4.4 1st Harmonic Rejection
Harmonisa terjadi karena banyaknya frekuensi kerja yang muncul dalam
satu rentang frekuensi yang ditentukan. Untuk itu diharuskan utnuk menyeleksi
dan menghilangkan harmonisa yang muncul dari frekuensi lain yang tidak
diinginkan dengan menggunakan LPF (Low Pass Filter).
3.4.5 Sensitivitas Mikrofon (dBm)
Sensitivitas mikrofon (dBm) Sensitivitas mikrofon pada sebuah pemancar
merupakan hal penting untuk diketahui karena nantinya kita mampu
mengetahui baik buruknya sebuah mikrofon menerima gelombang suara
sebagai sinyal informasi yang akan dikirimkan kebagian penerima. Sensitivitas
microphone diukur pada modulation analyzer pada frekuensi berapa dengan
mengubah-ngubah nilai modulasi dari maksimal sampai didapatnya sensitivitas
microphone sebesar 60 % dari 5 kHz yaitu 3 Khz pada fungsi Bessel.
3.4.6 Distorsi Audio (%)
Pengukuran distorsi, sinyal audio atau suara yang dikirimkan oleh bagian
pemancar pada frekuensi sensitivitas microphone dipancarkan kemudian duiker
pada distortion analyzer apabila lebih dari 5% maka pemancar kurang baik,
apabila hasil ukur kurang dari 5 % maka pemancar dapat dikatakan baik.
BAB III

METODE KERJA

3.1 Mengamati Blok Diagram Radio Transceiver VHF FM Bagian Penerima


Pada tahap ini dilakukan pengamatan dengan melakukan pengukuran pada test point
(TP) pada bagian penerima seperti gambar dibawah
TP 1 TP 3 TP 4 TP 5

MIC

PHASE
MODULATOR
MULTIPLIER x12 BPF

TP 2

POWER
CTRL DET

DUMMY
LOAD
RX ANT

TP 6

SQL
DET
CTRL

TP 7
TP 17 TP 14 TP 12 TP 11

DISCR BPF 445KHz BPF 10,7MHz BPF 10,7MHz BPF RFA

TP 16 TP 15
TP 10 TP 9

TP 13
MUL x9

TP 8

VHF – FM TRANCEIVER
DEMONTRATOR

Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 134.00000 -30

PC

SIGNAL HOUND

Proses pengamatan pada blok diagram radio transceiver VHF FM bagian penerima
dilakukan dengan cara mengecek nilai frekuensi dan daya di setiap Test Point (TP) pada
bagian penerima seperti pada gambar berikut. Sebelum melakukan pengukuran pada
setiap Test Point (TP) yang ada pada radio penerima, berikan sinyal termodulasi FM
dengan nada tone 1 KHz dan set frekuensi dari signal generator sebesar 134 MHz lalu
hubungkan output dari signal generator ke TP6 pada radio penerima dengan connector
BNC to BNC. Saat mengamati TP6 – TP16 untuk melihat spektrum frekuensi gunakan
spectrum analyzer, yaitu dengan cara menghubungkan spectrum analyzer pada PC,
kemudian menghubungkan spectrum analyzer ke setiap TP yang ingin diamati
menggunakan connector BNC to BNC dan amati nilai level dan ferkuensi pada aplikasi
Signal Hound yang sudah terinstalasi di PC. Pada TP17 untuk melihat sinyal audio
dapat diamati menggunakan osiloskop.

3.2 Mengamati Blok Diagram Radio Transceiver VHF FM Bagian Pemancar


Pada tahap ini dilakukan pengamatan dengan melakukan pengukuran pada test point
(TP) pada bagian pengamatan seperti gambar dibawah.
TP 1 TP 3 TP 4 TP 5

MIC

PHASE
MODULATOR
MULTIPLIER x12 BPF

TP 2

POWER
CTRL DET

DUMMY
LOAD
RX ANT

TP 6

SQL
DET
CTRL

TP 7
TP 17 TP 14 TP 12 TP 11

DISCR BPF 445KHz BPF 10,7MHz BPF 10,7MHz BPF RFA

TP 16 TP 15
TP 10 TP 9

TP 13
MUL x9

TP 8

VHF – FM TRANCEIVER
DEMONTRATOR

SIGNAL HOUND

Proses pengamatan pada blok diagram radio transceiver VHF FM bagian pemancar
dilakukan dengan cara mengecek nilai frekuensi dan daya di setiap Test Point (TP) yang
diawali Tp1 hingga Tp5 pada bagian pemancar seperti pada gambar berikut. Sebelum
melakukan pengukuran pada setiap Test Point (TP) yang ada pada radio pemancar,
dengan cara menghubungkan pada masing masing TP dimulai dari TP1 – TP5 secara
bergiliran. Pada TP1 untuk mengamati sinyal frekuensi audio dapat menggunakan
osiloskop. Pada TP2 - TP5 dihubungkanke spectrum analyzer yang telah terhubung ke
PC menggunakan kabel BNC to BNC dan amati nilai level frekuensi pada aplikasi
signal hound yang sudah terinstalasi di PC. Pada Tp 4 pengukuran 2 kali yaitu dengan
carrier termodulasi dan tanpa carrier termodulasi. Attenuator berfungsi untuk meredam
level daya agar pada Spectrum Analyzer bisa diterima dengan baik karena input level
daya yang diterima oleh Spectrum Analyzer terbatas yaitu maksimal sebesar ±20dB.

3.3 Mengukur Spesifikasi Teknis Penerima


3.3.1 Sensitivitas (µV at 12dB SINAD)
DISTORTION ANALYZER
Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 147.90000 -104

Radio I-COM

147.900
DOW N

SPEAKER

POWER SUPPLY

Proses pengukuran sensitivitas dilakukan dengan cara melakukan


pengaturan pada signal generator agar dihasilkan sinyal termodulasi FM dengan
nada tone 1KHz pada frekuensi 147.9 MHz dengan modulation 3 KHz dan level
amplitude -104 dBm. Kemudian menghubungkan output RF signal generator ke
input trainer radio VHF FM Transceiver. Selanjutnya menghubungkan output
trainer radio VHF ke distortion analyzer, lakukan pengaturan pada distortion
analyzer yaitu atur function di setting level dan mode di manual, tala di 1KHz,
atur meter range 2/3 nya yaitu agar terukur 0 db dengan menala sensitivity
hingga average responding menunjukan tepat pada 0 dB. Baru kemudian atur
mode ke automatic. Dan turunkan amplitude signal generator hingga didapat
nilai 12 dB SINAD. Cata nilai level daya pada signal generator nya.
3.3.2 Selektivitas (dB)
DISTORTION ANALYZER
Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 147.92500 -84

Radio I-COM

147.900
DOW N

SPEAKER

POWER SUPPLY

DISTORTION ANALYZER
Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 147.87500 -81

Radio I-COM

147.900
DOW N

SPEAKER

POWER SUPPLY

DISTORTION ANALYZER
Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 147.92500 -84

Radio I-COM

147.900
DOW N

SPEAKER

POWER SUPPLY

DISTORTION ANALYZER
Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 147.87500 -81

Radio I-COM

147.900
DOW N

SPEAKER

POWER SUPPLY

Pengukuran selektivitas kita akan menggunakan 2 frekuensi bayangan


yaitu atas dan bawah sesuai dengan channel spacing yaitu 25 kHz dan 12.5 kHz.
Kita atur signal generator sesuai dengan perhitungan IM atas dan bawah dari
frekuensi kerja kita di 147.9 MHz. kemudian cek setiap frekuensi bayangan
dengan menaikkan level daya pada signal generator hingga terdengar suara
speaker. Kemudian bandingkan antara channel spacing 25 kHz dengan 12.5 kHz
apakah memenuhi standar ideal selektivitas > 80 dB.
3.3.3 20 dB Quieting (noise less atau noisy)
DISTORTION ANALYZER
Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 147.90000 -104

Radio I-COM

147.900
DOW N

SPEAKER

POWER SUPPLY

DISTORTION ANALYZER
Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 147.90000 -94

Radio I-COM

147.900
DOW N

SPEAKER

POWER SUPPLY

DISTORTION ANALYZER
Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 147.90000 -84

Radio I-COM

147.900
DOW N

SPEAKER

POWER SUPPLY

Pengukuran 20 dB Quieting (noiseless) tidak menggunakan modulation


pada signal generator atau dalam keadaan mati. Kemudian amplitude sinyal
generator minimum adalah hasil pengukuran sensitivitas -104 dBm. Putar meter
range pada distortion analyzer pada -10 dB. Lalu, amplitudo pada signal
generator dinaikkan 10 dB sehingga daya noise akan berkurang 10 dB juga.
Suara noise pun akan berkurang. Putar lagi meter range pada distortion analyzer
pada -20 dB. Lalu, amplitudo pada signal generator dinaikkan 20 dB sehingga
daya noise akan berkurang 20 dB juga. Suara noise pun akan berkurang. .
Perhatikan suara noise saat amplitudo dinaikkan Jika daya RF dengan
penurunan daya level noise berbanding lurus dan juga noise berkurang maka
hasil menunjukkan bahwa radio bersifat noiseless.
3.3.4 Image Frequency Rejection (dB)
DISTORTION ANALYZER
Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 169.30000 0.0

Radio I-COM

147.900
DOW N

SPEAKER

POWER SUPPLY

DISTORTION ANALYZER
Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 126.50000 0.0

Radio I-COM

147.900
DOW N

SPEAKER

POWER SUPPLY

Frekuensi IF sudah diketahui sebesar 10,7 MHz, lalu nilai IM, maka kita
dapat mengukur Image Frequency Rejection. Berikut adalah pengukuran Image
Frequency Rejection: 1. Atur frekuensi hasil IM (pilih yang berada pada rentang
frekuensi radio I- com terlebih dahulu pada signal generator. Lalu, setting juga
amplitudo pada -102 dBm. IM = RF ± 2 IF

- FIM1 → RF + 2(IF) = 147.9 MHz + 2(10,7 MHz) =169,3 MHz


- FIM2 → RF - 2(IF) = 147.9 MHz - 2(10,7 MHz) = 126,5 MHz

Kemudian naikkan amplitudo hingga 0 dB. Atur menggunakan frekuensi FIM2,


apakah mengganggu atau tidak.

3.5 Mengukur Spesifikasi Teknis Pemancar


3.5.1 Daya Pancar (Watt)
VHF – FM TRANCEIVER
DEMONTRATOR

3
DUMMY
LOAD

SWR & POWER METER


Pengukuran daya pancar dengan menghubungkan port antenna pada radio
FM-VHF Transceiver ke dalam port TX power meter. Hubungkan dummy load ke
port antenna pada power meter. Dummy load berfungsi sebagai pengganti antenna
agar frekuensi tidak memancar ke ruang bebas dan mengganggu frekuensi pada
saluran lain. Pengukuran daya dilakukan pada saat bagian PTT transceiver ditekan.
Kemudian melakukan proses pembacaan pada layer power meter dengan melihat
pergerakan jarum yang tedapat pada bagian forward di bagian kiri SWR meter
dengan satuan watt.

3.5.2 Frekuensi Pancar (Mhz)


VHF – FM TRANCEIVER
DEMONTRATOR

Modulation Analyzer

133 .9975

ATTENUATOR

Pengukuran frekuensi pancar dengan menghubungkan port anterna pada


radio VHF-FM transceiver ke port input attenuator. Pada proses kali ini daya
yang dipancarkan sangat besar maka dipasang peredam yang bertujuan agar tidak
merusak alat ukur. Port output atennuator dihubungkan ke port input modulation
analyzer dan tekan tombol frekuensi. Pada saat menekan saklar PTT pada mic
akan terukur frekuensi pancar pada modulation analyzer. Namun apabila
frekuensi yang diterima pada modulation analyzer tidak sama dengan frekuensi
yang dipancarkan oleh rasio maka akan terjadi error.
3.5.3 Ketepatan Frekuensi (ppm)
VHF – FM TRANCEIVER
DEMONTRATOR

Modulation Analyzer

133 .9975

ATTENUATOR

Perhitungan PPM dilakukan berdasarkan nilai frekuensi pancar. PPM tidak


boleh melebihi ±20 PPM. Karena hal ini berpengaruh terhadap akurasi dengan
frekuensi, jika melebihi ±20 maka sudah tidak akurasi dengan frekuensi pancar.

3.5.4 1st Harmonic Rejection

VHF – FM TRANCEIVER
DEMONTRATOR

ATTENUATOR

SIGNAL HOUND
Modulation analyxer dihubungkan dengan signal hound, kemudian
dipancarkan melalu microphone sehingga hasil dapat dilihat pada layer PC berupa
sinyal harmonic.

3.5.5 Sensitivitas Mikrofon (dBm)


VHF – FM TRANCEIVER
DEMONTRATOR

Modulation Analyzer

133.9975

ATTENUATOR

Sensitivitas microfon diukur pada modulation analyzer pada frekuensi


berapa dengan mengubah-ngubah nilai modulasi dari maksimal sampai didapatnya
sensitivitas microfon sebesar 60 % dari 5 kHz yaitu 3 Khz pada fungsi Bessel.
Sensitivitas mikrofon pada sebuah pemancar merupakan hal penting untuk
diketahui karena nantinya kita mampu mengetahui baik buruknya sebuah mikrofon
menerima gelombang suara sebagai sinyal informasi yang akan dikirimkan
kebagian penerima.

3.5.6 Distorsi Audio (%)


VHF – FM TRANCEIVER
DEMONTRATOR

DISTORTION ANALYZER

- 34.3
Modulation Analyzer

133.9975

ATTENUATOR
Pengukuran distorsi audio dilakukan dengan menghubungkan mic yang
tersambung dengan radio VHF-FM, lalu mic tersebut dihubungkan dengan
transmission test set. Menghubungkan port antena pada radio VHF-FM ke port input
attenuator, kemudian output attenuator dihubungkan ke input modulation analyzer,
kemudian output dari modulation analyzer dihubungkan pada distortion analyzer.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Mengamati Blok Diagram Radio Transceiver VHF FM Pemancar


Test
Spektrum Sinyal Frekuensi dan Daya
Point
TP 1 TP 1 merupakan sinyal
yang akan dikirim
dengan Input sinyal
yang akan dikirimkan
berupa sinyal dengan
Frekuensi sebesar 1
KHz, bentuk sinyalnya
AM.

TP2 Frekuensi 11,16 MHz,


daya 2,3 dBm

TP 2 merupakan sinyal
yang dibangkitkan pada
ceramic osilator dengan
frekuensi yang
dibangkitkan adalah
sebesar 11.16 MHz
karena frekuensi pancar
yang digunakan sebesar
134 MHz dengan
menggunakan
multiplexer 12 kali
maka dibutuhkan
frekuensi osilator yang
dibangkitkan adalah
sebesar 11.16 MHz (134
MHz / 12 ) karena yang
digunakan merupakan
12 kali multiplexer
TP3 Frekuensi 11,16 MHz,
daya 4,9 dBm

TP4 Carrier tanpa modulasi


dengan frekuensi 133,9
MHz, dan daya - 16 dBm
TP4 Carrier Termodulasi
bessel dengan Frekuensi 134
MHz, dan daya d- 22,7
dBm

4.2 Mengukur Spesifikasi Teknis Pemancar


4.2.1 Daya Pancar (Watt)

Daya pemancar diukur menggunakan power meter yang dihubungkan ke ujung


pemancar dan sisi lain power meter dihubungkan dengan dummy load. Daya pancar
yang terukur pada SWR meter adalah 3,1 Watt atau 34,9 dBm.

4.2.2 Frekuensi Pancar (Mhz)


Hasil Pengukuran = 133.997.500 Hz
Frekuensi kerja yang tepat = 134.000.000 Hz
Frekuensi pancar diukur menggunakan modulation analyzer. Frekuensi pancar yang
terukur sebesar 133,9975 MHz yang seharusnya sebesar 134 MHz sehingga terdapat
perbedaan sebesar 0,0025 MHz atau 2,5KHz.

4.2.3 Ketepatan Frekuensi (ppm)


Ketepatan frekuensi merupakan nilai part per million dari frekuensi pancar seharusnya
yang membagi selisih dari frekuensi yang seharusnya dengan frekuensi terukur.
• PPM Frekuensi Seharusnya
134 × 106
𝑝𝑝𝑚 = = 134 𝑝𝑝𝑚
106
• Selisih Frekuensi (Error)
∆𝑓 = |𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠𝑛𝑦𝑎 − 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟|
∆𝑓 = 134 𝑀𝐻𝑧 − 133,9975 𝑀𝐻𝑧 = 2500 𝐻𝑧
• Nilai PPM
𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 2500 𝐻𝑧
𝑝𝑝𝑚 = = = 18,65 𝑝𝑝𝑚
𝑝𝑝𝑚 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠𝑛𝑦𝑎 134
Nilai ketepatan frekuensi yang baik adalah < 20 ppm sehingga frekuensi yang terukur
pada praktikum kali ini masih dalam batas ketepatan frekuensi yang baik.

4.2.4 1st Harmonic Rejection

Pada grafik 1st harmonic rejection yang ditampilkan pada spektrum signal hound
didapat bahwa pada 1st ke 2nd mengalami penurunan level atau terdapat redaman dari
1st ke 2nd dan ke seterusnya hal tersebut menandakan bahwa terdapat LPF pada
pemancar radio dan masih berfungsi secara baik. Satuan dBc pada harmonic viewer
adalah decibels relative to the carrier yaitu unit yang digunakan untuk mengukur tingkat
kebisingan fase dan harmonisa / sinyal palsu sehubungan dengan tingkat daya
pembawa. Jika nilai rasionya positif maka daya sinyal input lebih besar dari sinyal
pembawa dan jika nilainya negatif maka sinyal pembawa memiliki daya lebih besar.
Dengan rumus dari dBc adalah sebagai berikut
𝑃𝑖
𝑋(𝑑𝐵𝑐) = 20 log
𝑃𝑐
Pi = daya sinyal input
Pc = daya sinyal carrier

4.2.5 Sensitivitas Microphone (dBm)

Berikut tabel sensitivitas microphone:


Frekuensi Deviasi (KHz) Level Daya (dBm)
0,862 -50
1,207 -45
1,774 -40
2,777 -35
3,645 -30
4,32 -25
4,48 -20
4,48 -15
4,47 -10
4,65 -5
4,98 0
2,410 -36,2
3,000 -34,3

Grafik Sensitivitas Microphone

Berdasarkan grafik terlihat bahwa sensitifitas microphone yang terukur pada devasi
frekuensi 3 KHz adalah sebesar -34.3 dBm.

4.2.6 Distorsi Audio (%)


Distorsi audio setelah dilakukan pengukuran sebesar 10% sedangkan nilai distorsi ideal
berada pada nilai <=5%. Sehingga distorsi audio yang terjadi kurang baik karena lebih
kuat menyebabkan distorsi pada audio.
4.3 Mengamati Blok Diagram Radio Transceiver VHF FM Penerima
Test Frekuensi dan
Spektrum Sinyal
Point Daya
TP7 Frekuensi 134 MHz, -
Daya 37.3 dBm.

Pada TP 7 merupakan
sinyal yang diterima
setelah melewati BPF

TP8 Pada TP8 merupakan


frekuensi yang
digunakan sebagai LO
pada mixer dengan
sebelum melwati
multiplexer sehingga
frekuensi sebesar 13.7
MHz, karena LO yang
digunakan sebesar
123. 3 MHz sehingga
sebelum melewati
multiplexer 9 kali
nilainya menjadi
123.3/9 sehingga
frekuensi 13.7 MHz
dengan daya sebesar -
24.5 dBm. Nilai pada
TP 8 ini dihasilkan
dari osilator crystal.
Osilator crystal
mengahasilkan
frekuensi yang kecil
karena untuk
mengasilkan frekuensi
yang besar dibutuhkan
osilator crystal dengan
harga yang mahal
sehingga digunakan
multiplex untuk
mendapatkan
frekuensi LO yang
sesuai yang
dibutuhkan.
TP9 Frekuensi 122.3 MHz,
Daya -4.2 dBm
TP 9 merupakan
sebagai sinyal LO
pada mixer dengan
frekuensi IF sebesar
10,7 MHz dan
frekuensi RF sebesar
134 MHz.
TP10 Frekuensi 10.69 MHz,
Daya -58.3 dBm
TP 10 merupakan
sinyal pada IF setelah
melewati mixer.

TP11 Frekuensi 10.69 MHz,


Daya -23.1 dBm
TP 11 merupakan
sinyal dari TP 10 yang
melewati
amplifier sehingga
daya yang ada tetapi1
0.tetapi frekuensi
tidak berubah sesuai
dengan fungsi
amplifier.
TP13 Frekuensi 10.24 MHz,
Daya - 15.5 dBm

TP13 yaitu 10,7 MHz.


Dikurangi oleh nilai
BPF 455 KHz = 0,455
MHz. Sehingga nilai
Lo2/Lo bawah yaitu
10,7 - 0,455 = 10,245
MHz. Sesuai dengan
nilai oscillator.

TP 14 Frekuensi 453.3 MHz,


Daya -57.7 dBm

TP14 yaitu Nilai


frekuensi tengah nya
sesuai dengan nilai
IF yaitu 0,4531 Mhz
~ 453.1 KHz.
Frekuensi hanya
akan berubah ketika
melewati mixer,
sedangkan daya akan
berubah ketika
melewati amplifier.
TP 15 Frekuensi 453.5 MHz,
Daya -35.8 dBm

Ketika melewati
amplifier maka nilai
frekuensi tengah nya
tidak akan berubah,
yang berubah
hanyalah nilai
amplitudo yang
menjadi lebih besar.

TP 16 Frekuensi 453.5 MHz,


Daya -6.7 dBm

Ketika melewati
Discrimination maka
akan menghilangkan
/ menyeleksi sinyal
noise namun nilai
frekuensi tengahnya
tidak berubah. Dan
daya nya menjadi
lebih besar.
TP 17 TP 17 merupakan
sinyal audio yang
keluar dari speaker
sebagai output dari
penerima dan didapat
bahwa sinyal yang
diterima sama dengan
sinyal yang
dipancarkan yaitu F =
1 KHz

4.4 Mengukur Spesifikasi Teknis Penerima


4.4.1 Sensitivitas (µV at 12dB SINAD)
Sensitivitas merupakan suatu keadaan dimana kemampuan system dalam
menangkap atau memisahkan sinyal yang mempunyai nilai sensitivitas 12 dB SINAD
dan berada pada nilai ideal yang kurang dari 1 uV

Level Sinyal
Frekuensi (MHz)
dBm uV
147,9 MHz -104 + 1.41
Sensitivitas = -104 dBm
Sensitivitas = +1,41 uV

4.4.2 Selektivitas (dB)


Selektivitas adalah spesifikasi penting penerima. Selektivitas menentukan
sejauh apa radio mampu menekan sinyal-sinyal yang tidak dikehendaki. Nilai dari
selektivitas yang baik adalah berbeda >80 dB dari nilai daya pada frekuensi pancar
- Pada spacing 25 KHz
a. Frekuensi Bayangan Atas (𝐹𝐼𝑀 1)
147,9 MHz + 25 KHz = 147,925 MHz
-104 dBm - (-20 dBm) = 84 dB
b. Frekuensi Bayangan Bawah (𝐹𝐼𝑀 2)
147,9 MHz – 25 KHz = 147,875 MHz
-104 dBm – (-23 dBm) = 81 dB
Gambar Spektrum Channel Spacing 25 KHz
- Pada Spacing 12,5 KHz
a. Frekuensi Bayangan Atas (𝐹𝐼𝑀 1)
147,9 MHz + 12,5 KHz = 147,925 MHz
-104 dBm – (-65dBm) = 39 dB
b. Frekuensi Bayangan Bawah (𝐹𝐼𝑀 2)
147,9 MHz - 12,5 KHz = 147,8825 MHz
-104 dBm – (-35 dBm) = 69 dB

Gambar Spektrum Channel Spacing 12,5 KHz

Hasil pengukuran selektivitas pada channel spacing 25 KHz bersifat selektif


karena nilai mendekati atau lebih besar dari 80 dB, sedangkan pada channel spacing
12,5 KHz radio tidak selektif karena nilainya kurang dari 80 dB.

4.4.3 20 dB Quieting (noise less atau noisy)

Level sensitivitas yang didapat pada 12 dB SINAD adalah sebesar -104 dBm
selanjutnya nilai level sinyal dinaikan perlahan sebesar 10 dBm sehingga dapat
didengar apakah noise less atau noisy pada saat nilai dinaikan. Nilai level dinaikan
hingga sebesar 20 dBm apakah tetap noise less atau menjadi noisy. Ketika level daya
dinaikan 20 dB maka dihasilkan noise less atau tidak terdapat noise yang berada pada
frekuensi 147,9 MHz.
4.4.4 Image Frequency Rejection (dB)
𝐹𝐼𝑀1 = 𝑅𝐹 + 2𝐼𝐹
= 147,9 MHz + 2(10,7 MHz)
= 169,3 MHz
𝐹𝐼𝑀2 = 𝑅𝐹 + 2𝐼𝐹
= 47,9 MHz – 2(10,7 MHz)
= 126, 5 MHz

0 dBm
0 dBm

No signal
No signal

126.5 MHz 136 MHz 147.9 MHz 169.3 MHz -104 dBm
-104 dBm 174 MHz
Fim1
Frek : 126.5 MHz Fim2 FRF
Frek : 169.3 MHz

Image frequency atau frekuensi bayangan merupakan frekuensi yang tidak


diinginkan karena akan menimbulkan inteferensi. Sehingga diperlukan image
frequency rejection agar tidak terdapat frekuensi bayangan yang dapat menyebabkan
inteferensi. FM VHF Transceiver yang digunakan memiliki band frekuensi dari 138
MHz hingga 174 MHz. frekuensi bayangan yang terjadi berada pada frekuensi 169.3
MHz dan 126.5 MHz. sehingga pada frekuensi bayangan 126.5 telah dihilangkan oleh
band pass filter yang digunakan. Sedangkan frekuensi bayangan FIM1 berada di dalam
band yang digunakan. Karena telah digunakan image frequency rejection didapat
bahwa frekuensi bayangan FIM1 pun tidak memiliki level daya yang dapat
mengganggu. Sehingga dari kedua frekuensi bayangan yang ada yaitu FIM 1 dan FIM
2 tidak mengganggu atau tidak menginterferensi frekuensi yang digunakan yaitu 147.9
MHz.
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada setiap Test Point (TP) pada radio transceiver VHF FM masih dalam keadaan baik
karena dilihat dari hasil pengamatan tiap TP masih dalam ruang lingkup frekuensi
kerjanya. Selain itu sinyal informasi yang dikirimkan sesuai dengan sinyal informasi yang
diterima.
2. Pada spesifikasi teknis penerima dengan frekuensi radio yang digunakan adalah 147.9
MHz, dapat diketahui bahwa radio tersebut memiliki nilai sensitivitas sebesar 1.41 μV
dimana nilai tersebut mendekati dengan nilai sensitivitas yang baik yaitu berada <1uV.
Selektivitas Radio VHF-FM pada channel spacing 25 KHz jauh lebih baik daripada
channel spacing 12,5 KHz karena berada diatas 80 dBm.
3. Pada 20 dB quieting, radio memiliki sifat noiseless karena saat nilai SINAD dinaikkan
hingga 20 dB, sinyal noise ikut mengecil. Hasil pengukuran image frequency rejection,
kedua frekuensi bayangan tidak mengganggu radio VHF-FM. Baik bayangan atas yang
terletak didalam band frekuensi maupun frekuensi bayangan bawah terletak di luar band
frekuensi radio tersebut tidak mengganggu radio VHF-FM. Karena ketika modulasi dan
amplitude pada percobaan diubah – ubah, tidak menimbulkan sinyal tone pada speaker.
4. Pada spesifikasi teknis pengirim dengan frekuensi radio yang digunakan adalah 134 MHz,
memiliki daya pancar sebesar 34.9 dBm. Frekuensi pancar yang terukur sebesar 133,9975
MHz. Dari hasil pengukuran frekuensi pancar maka bisa dihitung ketepatan frekuensi.
Didapat ketepatan frekuensi sebesar 18.65 ppm dan radio yang digunakan dapat dikatakan
baik karena ketepatan frekuensi berada pada rentang < 20 ppm.
5. Pada gambar hasil 1 st Harmonic Rejection menunjukan respon yang baik karena
menggambarkan grafik LPF yang artinya bahwa filter LPF masih berfungsi dengan baik.
Sensitivitas mikrofon didapat pada saat frekuensi FM yang terbaca pada modulation
analyzer menunjukkan nilai 3 KHz. Didapat sensitivitas mikrofon pada 3 KHz berada pada
level daya sebesar -34.3 dBm. Distorsi audio didapat dengan menggabungkan hasil dari
modulation analyzer dengan distortion analyzer.
6. Didapat nilai distorsi audio sebesar 10%, itu artinya distorsi audio pada radio VHF-FM
yang diukur kurang baik, karena nilai distrosi ideal berapa pada nilai kurang dari 5%.
7. Dapat diketahui pada praktikum kali ini, bagian pada sisi penerima maupun penerima
dapat dikatakan cukup baik karena memiliki nilai yang tidak terlalu jauh dari idealnya.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Sunarto, "PRINSIP KERJA TRANSCEIVER," Indonesia Dokumen, [Online]. Available:


https://fdokumen.com/document/prinsip-kerja-transceiver-
ftpunpadacidftpunpadacidorariorari-
diklatpemulatekniktransceivergelombang.html?page=1. [Accessed 15 03 2023].

Anda mungkin juga menyukai