Paket C
Oleh:
PRODI D – IV TELEKOMUNIKASI
FEBRUARI 2023
BAB I
PENDAHULUAN
Radio frekuensi VHF low band ini digunakan oleh militer, khususnya untuk pasukan
yang berada di lapangan agar dapat berkomunikasi dalam radius sekitar 8 km area. Salah
satu alasannya karena VHF dapat menggunakan antenna yang relatif tidak terlalu panjang
sehingga cocok digunakan sebagai radio manpack. Dibandingkan dengan radio HF, radio
VHF ini memiliki bandwidth yang lebih lebar serta jarak jangkau yang lebih pendek
sehingga sangat ideal sebagai komunikasi antar pasukan militer.
Transceiver terdiri dari bagian pemancar (transmitter) dan penerima (receiver). Pada
bagian pemancar dilakukan pengukuran Daya pancar (Watt), Frekuensi pancar (MHz),
Ketepatan frekuensi (ppm), 1 st Harmonic Rejection, Sensitivitas mikrofon (dBm), dan
Distorsi audio (%). Pada bagian penerima dilakukan pengukuran Sensitivitas, Selektivitas
(dB), 20dB Quieting, dan Image Frequency Rejection (dB).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
a. Memahami tentang prinsip kerja radio transceiver VHF-FM
b. Memahami teknik pengujian pesawat penerima (receiver)
c. Memahami teknik pengujian pesawat di dalam kanal (In-Channal test)
d. Memahami teknik pengujian pesawat di luar kanal (Out-Channal test)
e. Memahami teknik pengujian pesawat pemancar (transmitter)
BAB II
LINGKUP PEKERJAAN
Pada praktikum Sistem Radio Transceiver VHF-FM dibagi menjadi dua pengukuran yaitu
mengukur bagian pemancar dari system radio Transceiver VHF-FM dan mengukur bagian
penerima dari sistem radio Transceiver VHF-FM
3.1 Mengamati Blok Diagram Radio Transceiver VHF FM Bagian Penerima
Pada bagian penerima pada transceiver VHF FM dilakukan pengukuran dan pengamatan
untuk setiap test-point (TP) menggunakan spectrum analyzer signal hound untuk sinyal
dengan frekuensi tinggi (orde MHz) untuk membuktikan apakah frekuensi RF yang
dimixer dengan frekuensi Oscillator akan menghasilkan frekuensi Intermediate sebesar
10,7 Mhz dimana 10,7 MHz adalah standar frekuensi untuk transmisi radio FM. Frekuensi
kerja yang digunakan yaitu 134 MHz yang berasal dari signal generator. Pengamatan
dilakukan pada TP7, TP8, TP9, TP10, TP11, TP12, TP13, TP14, TP15, TP16 dan TP17.
Lalu pengukuran yang dilakukan berikutnya adalah mengamati mixer yang mengubah
modulasi FM menjadi AM, dimana frekuensi IF harus berada pada 455KHz untuk pada
akhirnya didemodulasi dan dirubah menjadi sinyal informasi. Output dari sinyal informasi
ini dilihat pada oscilloscope karena bekerja pada frekuensi rendah (1Khz).
3.2 Mengamati Blok Diagram Radio Transceiver VHF FM Bagian Pemancar
Pada bagian pemancar pada transceiver VHF FM dilakukan pengukuran dan
pengamatan juga pada masing-masing TP (Test Point) menggunakan spectrum analyzer
signal hound untuk mengukur sinyal dengan frekuensi tinggi dalam orde (Mhz). Pada TP
4 daya yang masukan besar sehingga dapat merusak spectrum analyzer signal hound yang
memiliki kapasitas pengukuran sebesar 20dB maka dipasang 2 buah attenuator, dan
oscillocope untuk mengukur sinyal dengan frekuensi rendah (Khz) pada TP 1 untuk
melihat sinyal suara atau sinyal informasi.
3.3 Mengukur Spesifikasi Teknis Penerima
Untuk mendapatkan spesifikasi teknis dari penerima yang harus diukur dan dicari adalah
sensitivitas di 12 dB sinad, selektivitas, 20 dB quetting, dan image frequency rejection.
2.3.1 Sensitivitas (µV at 12dB SINAD)
Pengukuran sensitivitas dilakukan untuk menentukaan kepekaan/
seberapa sensitive radio penerima dalam menerima sinyal yang dikehendaki.
Setup pengukuran sensitivitas dilakukan dengan menghubungkan power supply
dan radio I-com, radio I-com terhubung dengan speaker. Set frekuensi sinyal
generator dengan radio I-com harus sama, kemudian speaker dihubungkan
dengan distortion analizer. Lalu amati pada display amplitudo dBm dan µ𝑉.
Selain itu, terdapat port RF output signal generator yang akan dihubungkan
dengan radio ICOM.
2.3.2 Selektivitas (dB)
Pengukuran selektivitas dilakukan untuk menekan sinyal yang tidak
dikehendaki dan memilih sebuah sinyal yang diinginkan. Pada pengukuran
selektivitas ini menggunakan 2 channel spacing yaitu 25 kHz dan 12.5 kHz.
Pada masing – masing channel spacing terdapat frekuensi bayangan atas dan
frekuensi bayangan bawah. Pengukuran dari selektivitas ini dilakukan
menggunakan parameter sensitivitas yang telah didapatkan.
2.3.3 20 dB Quieting (noise less atau noisy)
Pengukuran 20 dB Quieting (noiseless) ini dilakukan untuk
menunjukkan apakah radio bersifat quite/noiseless atau tidak. Masih dengan
setup yang sama seperti sebelumnya, namun tidak menggunakan modulasi
sehingga bagian modulation pada signal generator di-off kan. Kemudian
amplitude sinyal generator dinaikan sebanyak 20 dB.
2.3.4 Image Frequency Rejection (dB)
Pengukuran IFR (Image Frequency Rejection) menggunakan IM atau
batas atas/bawah yang nantinya akan diatur pada signal generator dengan
amplitude sebesar nilai sensitivitas. Lalu amplitude dinaikkan hingga terdengar
bunyi speaker dan biasanya sampai 0 dBm, jika tidak terdapat sinyal maka
rentang amplitude masih bagus.
3.4 Mengukur Spesifikasi Teknis Pemancar
Untuk mendapatkan spesifikasi teknis dari pemancar yang harus diukur dan dicari adalah
mencari daya pancar dalam Watt, ketepatan frekuensi (ppm), 1st harmony rejection
dimana dalam spectrum analyzer yang dilihat adalah harmoni kedua karena untuk harmoni
pertama adalah daya input, lalu yang berikutnya adalah sensitivitas mikrofon, dan distorsi
audio.
METODE KERJA
MIC
PHASE
MODULATOR
MULTIPLIER x12 BPF
TP 2
POWER
CTRL DET
DUMMY
LOAD
RX ANT
TP 6
SQL
DET
CTRL
TP 7
TP 17 TP 14 TP 12 TP 11
TP 16 TP 15
TP 10 TP 9
TP 13
MUL x9
TP 8
VHF – FM TRANCEIVER
DEMONTRATOR
Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 134.00000 -30
PC
SIGNAL HOUND
Proses pengamatan pada blok diagram radio transceiver VHF FM bagian penerima
dilakukan dengan cara mengecek nilai frekuensi dan daya di setiap Test Point (TP) pada
bagian penerima seperti pada gambar berikut. Sebelum melakukan pengukuran pada
setiap Test Point (TP) yang ada pada radio penerima, berikan sinyal termodulasi FM
dengan nada tone 1 KHz dan set frekuensi dari signal generator sebesar 134 MHz lalu
hubungkan output dari signal generator ke TP6 pada radio penerima dengan connector
BNC to BNC. Saat mengamati TP6 – TP16 untuk melihat spektrum frekuensi gunakan
spectrum analyzer, yaitu dengan cara menghubungkan spectrum analyzer pada PC,
kemudian menghubungkan spectrum analyzer ke setiap TP yang ingin diamati
menggunakan connector BNC to BNC dan amati nilai level dan ferkuensi pada aplikasi
Signal Hound yang sudah terinstalasi di PC. Pada TP17 untuk melihat sinyal audio
dapat diamati menggunakan osiloskop.
MIC
PHASE
MODULATOR
MULTIPLIER x12 BPF
TP 2
POWER
CTRL DET
DUMMY
LOAD
RX ANT
TP 6
SQL
DET
CTRL
TP 7
TP 17 TP 14 TP 12 TP 11
TP 16 TP 15
TP 10 TP 9
TP 13
MUL x9
TP 8
VHF – FM TRANCEIVER
DEMONTRATOR
SIGNAL HOUND
Proses pengamatan pada blok diagram radio transceiver VHF FM bagian pemancar
dilakukan dengan cara mengecek nilai frekuensi dan daya di setiap Test Point (TP) yang
diawali Tp1 hingga Tp5 pada bagian pemancar seperti pada gambar berikut. Sebelum
melakukan pengukuran pada setiap Test Point (TP) yang ada pada radio pemancar,
dengan cara menghubungkan pada masing masing TP dimulai dari TP1 – TP5 secara
bergiliran. Pada TP1 untuk mengamati sinyal frekuensi audio dapat menggunakan
osiloskop. Pada TP2 - TP5 dihubungkanke spectrum analyzer yang telah terhubung ke
PC menggunakan kabel BNC to BNC dan amati nilai level frekuensi pada aplikasi
signal hound yang sudah terinstalasi di PC. Pada Tp 4 pengukuran 2 kali yaitu dengan
carrier termodulasi dan tanpa carrier termodulasi. Attenuator berfungsi untuk meredam
level daya agar pada Spectrum Analyzer bisa diterima dengan baik karena input level
daya yang diterima oleh Spectrum Analyzer terbatas yaitu maksimal sebesar ±20dB.
Radio I-COM
147.900
DOW N
SPEAKER
POWER SUPPLY
Radio I-COM
147.900
DOW N
SPEAKER
POWER SUPPLY
DISTORTION ANALYZER
Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 147.87500 -81
Radio I-COM
147.900
DOW N
SPEAKER
POWER SUPPLY
DISTORTION ANALYZER
Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 147.92500 -84
Radio I-COM
147.900
DOW N
SPEAKER
POWER SUPPLY
DISTORTION ANALYZER
Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 147.87500 -81
Radio I-COM
147.900
DOW N
SPEAKER
POWER SUPPLY
Radio I-COM
147.900
DOW N
SPEAKER
POWER SUPPLY
DISTORTION ANALYZER
Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 147.90000 -94
Radio I-COM
147.900
DOW N
SPEAKER
POWER SUPPLY
DISTORTION ANALYZER
Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 147.90000 -84
Radio I-COM
147.900
DOW N
SPEAKER
POWER SUPPLY
Radio I-COM
147.900
DOW N
SPEAKER
POWER SUPPLY
DISTORTION ANALYZER
Signal Generator
Modulation Frequency Amplutude
3.0 126.50000 0.0
Radio I-COM
147.900
DOW N
SPEAKER
POWER SUPPLY
Frekuensi IF sudah diketahui sebesar 10,7 MHz, lalu nilai IM, maka kita
dapat mengukur Image Frequency Rejection. Berikut adalah pengukuran Image
Frequency Rejection: 1. Atur frekuensi hasil IM (pilih yang berada pada rentang
frekuensi radio I- com terlebih dahulu pada signal generator. Lalu, setting juga
amplitudo pada -102 dBm. IM = RF ± 2 IF
3
DUMMY
LOAD
Modulation Analyzer
133 .9975
ATTENUATOR
Modulation Analyzer
133 .9975
ATTENUATOR
VHF – FM TRANCEIVER
DEMONTRATOR
ATTENUATOR
SIGNAL HOUND
Modulation analyxer dihubungkan dengan signal hound, kemudian
dipancarkan melalu microphone sehingga hasil dapat dilihat pada layer PC berupa
sinyal harmonic.
Modulation Analyzer
133.9975
ATTENUATOR
DISTORTION ANALYZER
- 34.3
Modulation Analyzer
133.9975
ATTENUATOR
Pengukuran distorsi audio dilakukan dengan menghubungkan mic yang
tersambung dengan radio VHF-FM, lalu mic tersebut dihubungkan dengan
transmission test set. Menghubungkan port antena pada radio VHF-FM ke port input
attenuator, kemudian output attenuator dihubungkan ke input modulation analyzer,
kemudian output dari modulation analyzer dihubungkan pada distortion analyzer.
BAB IV
TP 2 merupakan sinyal
yang dibangkitkan pada
ceramic osilator dengan
frekuensi yang
dibangkitkan adalah
sebesar 11.16 MHz
karena frekuensi pancar
yang digunakan sebesar
134 MHz dengan
menggunakan
multiplexer 12 kali
maka dibutuhkan
frekuensi osilator yang
dibangkitkan adalah
sebesar 11.16 MHz (134
MHz / 12 ) karena yang
digunakan merupakan
12 kali multiplexer
TP3 Frekuensi 11,16 MHz,
daya 4,9 dBm
Pada grafik 1st harmonic rejection yang ditampilkan pada spektrum signal hound
didapat bahwa pada 1st ke 2nd mengalami penurunan level atau terdapat redaman dari
1st ke 2nd dan ke seterusnya hal tersebut menandakan bahwa terdapat LPF pada
pemancar radio dan masih berfungsi secara baik. Satuan dBc pada harmonic viewer
adalah decibels relative to the carrier yaitu unit yang digunakan untuk mengukur tingkat
kebisingan fase dan harmonisa / sinyal palsu sehubungan dengan tingkat daya
pembawa. Jika nilai rasionya positif maka daya sinyal input lebih besar dari sinyal
pembawa dan jika nilainya negatif maka sinyal pembawa memiliki daya lebih besar.
Dengan rumus dari dBc adalah sebagai berikut
𝑃𝑖
𝑋(𝑑𝐵𝑐) = 20 log
𝑃𝑐
Pi = daya sinyal input
Pc = daya sinyal carrier
Berdasarkan grafik terlihat bahwa sensitifitas microphone yang terukur pada devasi
frekuensi 3 KHz adalah sebesar -34.3 dBm.
Pada TP 7 merupakan
sinyal yang diterima
setelah melewati BPF
Ketika melewati
amplifier maka nilai
frekuensi tengah nya
tidak akan berubah,
yang berubah
hanyalah nilai
amplitudo yang
menjadi lebih besar.
Ketika melewati
Discrimination maka
akan menghilangkan
/ menyeleksi sinyal
noise namun nilai
frekuensi tengahnya
tidak berubah. Dan
daya nya menjadi
lebih besar.
TP 17 TP 17 merupakan
sinyal audio yang
keluar dari speaker
sebagai output dari
penerima dan didapat
bahwa sinyal yang
diterima sama dengan
sinyal yang
dipancarkan yaitu F =
1 KHz
Level Sinyal
Frekuensi (MHz)
dBm uV
147,9 MHz -104 + 1.41
Sensitivitas = -104 dBm
Sensitivitas = +1,41 uV
Level sensitivitas yang didapat pada 12 dB SINAD adalah sebesar -104 dBm
selanjutnya nilai level sinyal dinaikan perlahan sebesar 10 dBm sehingga dapat
didengar apakah noise less atau noisy pada saat nilai dinaikan. Nilai level dinaikan
hingga sebesar 20 dBm apakah tetap noise less atau menjadi noisy. Ketika level daya
dinaikan 20 dB maka dihasilkan noise less atau tidak terdapat noise yang berada pada
frekuensi 147,9 MHz.
4.4.4 Image Frequency Rejection (dB)
𝐹𝐼𝑀1 = 𝑅𝐹 + 2𝐼𝐹
= 147,9 MHz + 2(10,7 MHz)
= 169,3 MHz
𝐹𝐼𝑀2 = 𝑅𝐹 + 2𝐼𝐹
= 47,9 MHz – 2(10,7 MHz)
= 126, 5 MHz
0 dBm
0 dBm
No signal
No signal
126.5 MHz 136 MHz 147.9 MHz 169.3 MHz -104 dBm
-104 dBm 174 MHz
Fim1
Frek : 126.5 MHz Fim2 FRF
Frek : 169.3 MHz
KESIMPULAN
1. Pada setiap Test Point (TP) pada radio transceiver VHF FM masih dalam keadaan baik
karena dilihat dari hasil pengamatan tiap TP masih dalam ruang lingkup frekuensi
kerjanya. Selain itu sinyal informasi yang dikirimkan sesuai dengan sinyal informasi yang
diterima.
2. Pada spesifikasi teknis penerima dengan frekuensi radio yang digunakan adalah 147.9
MHz, dapat diketahui bahwa radio tersebut memiliki nilai sensitivitas sebesar 1.41 μV
dimana nilai tersebut mendekati dengan nilai sensitivitas yang baik yaitu berada <1uV.
Selektivitas Radio VHF-FM pada channel spacing 25 KHz jauh lebih baik daripada
channel spacing 12,5 KHz karena berada diatas 80 dBm.
3. Pada 20 dB quieting, radio memiliki sifat noiseless karena saat nilai SINAD dinaikkan
hingga 20 dB, sinyal noise ikut mengecil. Hasil pengukuran image frequency rejection,
kedua frekuensi bayangan tidak mengganggu radio VHF-FM. Baik bayangan atas yang
terletak didalam band frekuensi maupun frekuensi bayangan bawah terletak di luar band
frekuensi radio tersebut tidak mengganggu radio VHF-FM. Karena ketika modulasi dan
amplitude pada percobaan diubah – ubah, tidak menimbulkan sinyal tone pada speaker.
4. Pada spesifikasi teknis pengirim dengan frekuensi radio yang digunakan adalah 134 MHz,
memiliki daya pancar sebesar 34.9 dBm. Frekuensi pancar yang terukur sebesar 133,9975
MHz. Dari hasil pengukuran frekuensi pancar maka bisa dihitung ketepatan frekuensi.
Didapat ketepatan frekuensi sebesar 18.65 ppm dan radio yang digunakan dapat dikatakan
baik karena ketepatan frekuensi berada pada rentang < 20 ppm.
5. Pada gambar hasil 1 st Harmonic Rejection menunjukan respon yang baik karena
menggambarkan grafik LPF yang artinya bahwa filter LPF masih berfungsi dengan baik.
Sensitivitas mikrofon didapat pada saat frekuensi FM yang terbaca pada modulation
analyzer menunjukkan nilai 3 KHz. Didapat sensitivitas mikrofon pada 3 KHz berada pada
level daya sebesar -34.3 dBm. Distorsi audio didapat dengan menggabungkan hasil dari
modulation analyzer dengan distortion analyzer.
6. Didapat nilai distorsi audio sebesar 10%, itu artinya distorsi audio pada radio VHF-FM
yang diukur kurang baik, karena nilai distrosi ideal berapa pada nilai kurang dari 5%.
7. Dapat diketahui pada praktikum kali ini, bagian pada sisi penerima maupun penerima
dapat dikatakan cukup baik karena memiliki nilai yang tidak terlalu jauh dari idealnya.
DAFTAR PUSTAKA