PENGUAT DAYA RF
7.1 Pendahuluan
Penguat daya RF digunakan pada pemancar radio untuk menguatkan sinyal RF yang
akan dipancarkan. Jika pada penguat sinyal kecil, fokus perancangan pada kombinasi
antara gain, noise figure, dan VSWR, pada penguat daya yang menjadi fokus
perancangan adalah daya keluaran, linieritas, dan efisiensi. Kemudian, perancangan
penguat daya tidak menggunakan parameter kutub-4 yang telah kita bahas. Parameter-
parameter tersebut adalah parameter untuk penguat sinyal kecil, karena tidak ada alat
untuk mengukur parameter-parameter tersebut pada transistor daya, yang memerlukan
daya sinyal yang besar.
Fungsi penguat daya RF sangat berbeda dengan penguat sinyal kecil. Penguat daya
bekerja dengan sinyal besar, dan divais aktif memperlihatkan perilaku yang tidak linier.
Keluaran penguat terdiri dari sinyal fundamental, dan harmonisa-harmonisa karena
ketidak linieran, juga ada unsur dc-nya. Banyaknya komponen harmonisa akan
bergantung pada titik kerja transistor (pemberian prategangan dc).
Penguat daya diidentifikasi dengan kelas-kelas (dengan nama kelas A, B, C, dsb.).
Kelas operasi penguat bergantung kepada topologi rangkaian, prinsip kerja, bagaimana
transistor diberi bias, dan nilai-nilai komponen pada jaringan beban.
Sebelum membahas tentang penguat tersebut lebih jauh, perlu kita ketahui lebih
dulu konfigurasi sebuah transistor dalam sebuah penguat. Konfigurasi sebuah transistor
(BJT) dalam penguat dapat dikategorikan sebagai: common emitter, common base,
common collector (emitter follower), dan common emitter dengan emitter degeneracy.
Penggunaan dari tiap konfigurasi bergantung pada keperluan yang diinginkan.
Konfigurasi common emitter digunakan untuk menghasilkan penguatan tegangan yang
tinggi. Common base jika diinginkan impedansi masukan yang kecil dan impedansi
keluaran yang besar; penguat ini menghasilkan penguatan arus 1. Sebaliknya common
collector (atau emitter follower) digunakan jika diinginkan impedansi masukan yang
besar dan impedansi keluaran yang kecil. Penguat ini biasa digunakan sebagai
penyangga antara dua penguat. Penguatan tegangan untuk common collector 1.
Konfigurasi common emitter dengan emitter degeneracy digunakan jika perbaikan
Gambar 7.1 Konfigurasi transistor (a) common emitter; (b) common base; (c) common
collector (emitter follower); (d) common emitter dengan emitter degeneracy
7.2 Efisiensi
Pada penguat daya, efisiensi merupakan parameter yang sangat penting. Terutama
jika daya masukan terbatas, seperti pada peralatan portable dan bergerak yang diberi
daya dari batere (seperti handphone). Juga sangat penting dimana harga daya listrik
terhadap lifetime peralatan dan harga sistem pendingin tidak dapat diabaikan.
Efisiensi adalah perbandingan daya output terhadap daya input. Tapi definisi ini
terlalu umum, karena istilah daya output dan daya input kurang jelas. Bisa saja daya
input itu berupa daya sinyal saja, atau daya dc saja, atau juga daya sinyal plus daya dc.
Oleh sebab itu ada beberapa definisi tentang efisiensi pada penguat daya. Gambar 7.2
memperlihatkan dafinisi dari efisiensi penguat daya RF.
Po
(7.1)
Pdc
dengan Po adalah daya RF keluaran yang diserap beban, Pdc = VdcIdc adalah daya
masukan yang disuplay oleh sumber dc ke rangkaian kolektor (drain/plate) dari penguat.
Po biasanya meliputi daya sinyal fundamental dan daya sinyal-sinyal harmonisa. Dalam
banyak aplikasi pada matching network output digunakan filter untuk menekan
harmonisa sehingga daya pada sinyal-sinyal harmonisa dapat diabaikan. Dengan
demikian Po dapat kita artikan sebagai daya sinyal fundamental.
P0 P0
overall (7.2)
Pdc Pin P P0
dc
G
P0
G (7.3)
Pin
P0
P0
P0 Pin G
power added (7.4)
Pdc Pdc
Contoh 7.1:
Sebuah penguat daya RF memberikan daya ke beban 100 watt. Daya dc pada masukan
kolektor adalah 150 watt, dan gain penguat 10 dB. Tentukan efisiensi penguat tersebut.
Jawab:
P0 100
Collector efficiency : 66,7%
Pdc 150
P0
P0
Power added efficiency : power added G 100 10 60%
Pdc 150
Jika P0 adalah daya keluaran RF, Ic,peak adalah arus kolektor puncak, Vc,peak tegangan
kolektor puncak, dan N adalah jumlah transistor dalam penguat, maka Cp diberikan
oleh:
P0
Cp (7.5)
NI c, peakVc, peak
Transistor daya adalah komponen yang paling mahal di dalam penguat daya.
Dengan demikian perancangan penguat daya dibatasi oleh harga dari transistor. Ini
berarti bahwa divais harus digunakan sedekat mungkin dengan rating maksimum dari
arus dan tegangannya. Jadi makin besar power output capability dari rangkaian, akan
lebih murah implementasi praktisnya.
Bagian siklus RF yang digunakan dalam daerah aktifnya dinyatakan dengan sudut
konduksi (conduction angle) dan dituliskan 2c. Berdasarkan sudut konduksi, secara
umum penguat diklasifikasikan sebagai:
+Vdc
Idc RFC
Cd io
Q vo
v C L RL
vB
Transformator
Q1
keluaran
Rangkaian prategangan
RL vo
Vdc
dan driver
in
Q2
(a)
i1
Q1 io
v1 T2
T1 Idc m
n
+Vdc m vo
VB C L RL
i2
Q2
v2
(b)
io I dc iC I 0 sin (7.7)
Gambar 7.6 memperlihatkan bentuk sinyal pada penguat daya kelas A, gambar (a)
adalah arus masukan sinusoidal, arus pada kolektor diperlihatkan pada gambar (b)
sedangkan tegangan kolektor diperlihatkan pada gambar (c). Titik kerja penguat kelas A
dijamin dengan arus kolektor i() 0 dan tegangan kolektor v() 0 sehingga transistor
tetap bekerja pada daerah aktifnya. Jadi syarat agar transistor beroperasi pada daerah
linier adalah
i
I0
(a)
iC
I0
I dc
(b)
vC
V0
Vdc
(c)
𝐼02 𝑅𝐿 𝑉2
𝑃0 = = 2𝑅0 (7.10)
2 𝐿
𝑉2
𝑃0 = 2𝑅𝑑𝑐 (7.11)
𝐿
Berdasarkan (7.9), dalam praktek, disarankan untuk mengambil titik kerja arus sama
dengan arus maksimumnya, yaitu:
𝑉𝑑𝑐
𝐼𝑑𝑐 = 𝐼0𝑚𝑎𝑥 = (7.12)
𝑅𝐿
𝑃 1 𝑉2 1
𝜂 = 𝑃 0 = 2 𝑉02 ≤ 𝜂𝑚𝑎𝑥 = 2 (7.14)
𝑑𝑐 𝑑𝑐
Dari (7.14) terlihat jelas bahwa efisiensi maksimum dari penguat kelas A adalah 50%
yang terjadi jika V0 = Vdc. Jika tidak, maka efisiensi kurang dari 50%. Sebagian besar
daya akan didisipasi pada transistor dan menjadi panas.
Gambar 7.7 memperlihatkan grafik efisiensi kolektor, , dan daya disipasi, Pdis,
terhadap amplituda sinyal ac keluaran V0. Daya disipasi adalah selisih dari daya dc
dengan daya keluaran, Pdis = Pdc – P0.
1
0.9
Pdis
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
P0,
0.2
0.1
0
V0
𝑃
𝐶𝑃 = (2𝑉 0𝑚𝑎𝑥
)(2𝐼
= 0,125 (7.15)
𝑑𝑐 𝑑𝑐 )
Dari sini, kita peroleh daya keluaran, efisiensi, dan power output capabilita turun akibat
adanya tegangan saturasi. Perlu diingat bahwa yang mengalami penurunan adalah daya
keluaran, efisiensi, dan power output capability, sedangkan titik kerja penguat tidak
berubah, yaitu tetap bekerja pada daerah aktif.
(𝑉𝑑𝑐 −𝑉𝑠𝑎𝑡 )2
𝑃0𝑚𝑎𝑥 = (7.17a)
2𝑅𝐿
1 𝑉 1 1 𝑉 −𝑉 1
𝜂𝑚𝑎𝑥 = 2 (1 − 𝑉𝑠𝑎𝑡 ) < 2 , 𝐶𝑃 = 4 2𝑉𝑑𝑐 −𝑉𝑠𝑎𝑡 < 8 (7.17c)
𝑑𝑐 𝑑𝑐 𝑠𝑎𝑡
Contoh 7.2:
Rancanglah sebuah penguat daya kelas A yang menghasilkan daya 1W pada beban
50. Diketahui Vdc = 15 volt dan Vsat dari transistor adalah 2 volt.
Solusi
Berdasarkan (7.10),
𝑉0 = √2𝑃0 𝑅𝐿 = 10 𝑉, 𝐼0 = 0,2 𝐴
Dengan amplituda 10 volt, (7.16) masih dipenuhi, karena Vdc – Vsat = 13 volt.
Karenanya, untuk memudahkan, pilih Idc = I0 = 0,2 A. Dengan pemilihan arus sebesar
ini, maka Pdc = Vdc Idc = 3 W, dan efisiensi, = 1/3 = 33,3%. Power output capability
dapat dicari berdasarkan (7.5). Dalam hal ini, vmax = Vdc + V0 = 25 V, dan imax = 2I0 = 0,4
A, dan
𝑃0 1
𝐶𝑃 = = = 0,1
𝑣𝑚𝑎𝑥 𝑖𝑚𝑎𝑥 25 × 0,4
Berdasarkan syarat nominal, daya disipasi adalah Pdis = Pdc – P0 = 2 W, tapi untuk
perhitungan panas, agar lebih aman kita gunakan Pdis = 3 W.
Kinerja penguat dapat ditingkatkan jika digunakan penyesuai impedansi sehingga
resistansi beban yang terlihat oleh kolektor bukan lagi 50 , tetapi menjadi
(𝑉𝑑𝑐 − 𝑉𝑠𝑎𝑡 )2
𝑅𝐿 = = 84,5 Ω
2𝑃0
Dengan nilai resistansi beban ini, maka (berdasarkan (7.17b)) Idc =153,85 mA dan Pdc =
1
2,3 W. Dengan demikian efisiensi menjadi = 2,3 = 43,33% dan power output
capability (berdasarkan (7.17c)), CP = 0,116.
Akhirnya,
𝐿𝑉2 𝑅
𝑃0𝑚𝑎𝑥 = 2(𝑅 𝑑𝑐 2 (7.19a)
+𝑅 𝐿 𝑂𝑁 )
2
𝑉𝑑𝑐 𝑉𝑑𝑐
𝐼𝑑𝑐 = 𝑅 , 𝑃𝑑𝑐 = 𝑅 (7.19b)
𝐿 +𝑅𝑂𝑁 𝐿 +2𝑅𝑂𝑁
1 𝑅𝐿 1 1 𝑅𝐿 1
𝜂𝑚𝑎𝑥 = 2 𝑅 < 2, 𝐶𝑃 = 8 𝑅 <8 (7.19c)
𝐿 +2𝑅𝑂𝑁 𝐿 +𝑅𝑂𝑁
Contoh 7.3:
Rancang penguat kelas A seperti pada contoh 7.2, tapi menggunakan MOSFET
dengan RON = 5 .
Solusi
Seperti pada contoh 7.2, pada kasus ini V0 = 10 volt, dan I0 = 0,2 A. Dari hasil ini
diperoleh 2I0RON = 2 volt, sedangkan Vdc – RLI0 = 5 volt, maka transistor tidak saturasi.
Seperti pada contoh 7.2, Idc = 0,2 A, Pdc = 3 W, = 33,3%, dan CP = 0,1. Kinerja
penguat dapat ditingkatkan dengan menggunakan penyesuai impedansi, yaitu dengan
cara mentransformasi beban 50 ke suatu beban optimum. Beban optimum ini dicari
berdasarkan daya keluaran maksimum, P0max. Dari (7.19a) diperoleh RL = 91,41 , atau
RL = 1,09 . Tapi yang terakhir tidak dapat digunakan, karena akan menghasilkan
efisiensi dan power output capability yang sangat kecil. Jadi pilih nilai resistansi beban
yang pertama. Dengan nilai resistansi tersebut diperoleh (menggunakan (7.19b) dan
(7.19c)), Idc = 147,9 mA, Pdc = 2,22 W, = 45,1%, CP = 0,119.
8. Pada analisis sebelumnya, kita asumsikan beban bersifat resistif. Dalam kenyataan
sering kali penguat berkerja dengan impedansi kompleks. Hal ini tidak diinginkan
tetapi sering terjadi, misalnya karena ada reaktansi parasitik. Sekarang misalkan
resistansi beban pada Gambar 7.4 terhubung secara paralel dengan reaktansi X pada
frekuensi kerja. Karena kerja transistor sebagai divais yang terkontrol sumber arus
tidak terpengaruh, maka tegangan keluaran diberikan oleh
𝑅𝐿
𝑉0 = 𝐼0 2
= 𝜌𝐼0 𝑅𝐿 (7.20)
√1+(𝑅𝐿 )
𝑋
dengan
1
𝜌= 2
<1 (7.21)
√1+(𝑅𝐿 )
𝑋
Dengan asumsi transistor diberi prategangan dengan arus Idc = Vdc/RL, syarat V0 Vdc
terpenuhi. Dengan demikian
i1
i2
i0
V1
V
dc
dengan
𝑚 2
𝑅 = ( 𝑛 ) 𝑅𝐿 (7.26)
adalah resistansi dilihat ke arah setengah lilitan primer dengan lilitan yang setengah lagi
dihubung terbukakan (yaiut resistansi beban efektif untuk masing-masing transistor).
Kedua transistor tidak saturasi jika V Vdc, dan daya di keluaran
𝑉2 𝑉2
𝑃0 = 2𝑅0 = 2𝑅 (7.27)
𝐿
Untuk menghitung efisiensi, kita harus menghitung daya dc lebih dulu. Untuk itu
diperlukan arus dc; karena
1 2𝜋 2𝐼 2𝑉
𝐼𝑑𝑐 = 2𝜋 ∫0 𝑖𝑑𝑐 (𝜃)𝑑𝜃 = = 𝜋𝑅 (7.29)
𝜋
𝑃 𝜋 𝑉
𝜂 = 𝑃0 = (7.31)
𝑑𝑐 4 𝑉𝑑𝑐
Efisiensi penguat akan maksimum jika V = Vdc, dan efisiensi maksium tersebut adalah
/4 = 78,5%. Gambar 7.9 memperlihatkan efisiensi, h, daya keluaran, P0, daya dc, Pdc,
dan daya disipasi Pdis = Pdc – P0, yang dinormalisasi terhadap Vdc, yaitu Vdc maksimum
sama dengan 1 V.
0.8
0.7
0.6
Pdc
0.5
0.4
P0
0.3
0.2
Pdis
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
V
Gambar 7.9 Daya dan efisiensi kolektor terhadap amplituda tegangan kolektor dengan
Vdc = 1 volt, untuk penguat daya kelas B push-pull
Dari Gambar 7.9 terlihat bahwa jika tidak ada sinyal masukan, tidak ada daya yang
terdisipasi. Efisiensi kolektor dan daya keluaran naik dengan naiknya sinyal masukan.
Daya disipasi maksimum terjadi ketika V = 0,634Vdc (2Vdc/) dengan daya disipasi
maksimum sebesar
𝑑𝑐 4 𝑉2 4
𝑃𝑑𝑖𝑠,𝑚𝑎𝑥 = 𝜋2 2𝑅 = 𝜋2 𝑃0,𝑚𝑎𝑥 = 0,405𝑃0,𝑚𝑎𝑥 (7.32)
Dalam perhitungan termal (untuk menentukan heatsink) harus berdasarkan nilai ini.
Efisiensi maksimum untuk penguat daya kelas B adalah 78,5%. Dalam praktek jika
kita mendapatkan efisiensi 60% – 70 % sudah cukup baik. Dengan melihat Gambar 7.8
kita dapat menentukan power output capability. dari gambar tersebut terlihat bahwa
tegangan kolektor puncak adalah vmax = 2 Vdc, dan arus kolektor puncak adalah imax =
Vdc/R. Dengan demikian power output capability penguat kelas B adalah
Contoh 7.4:
Rancanglah sebuah penguat kelas B push-pull yang memberikan daya P0 = 8 W ke
beban 50 . Tegangan daya supply-dc, Vdc = 12 V, dan misalkan transistor yang
digunakan tegangan saturasinya, Vsat = 2 V. Untuk menghindari saturasi, sapuan
tegangan kolektor harus dijaga di bawah Vdc – Vsat = 10 V.
ELEKTRONIKA KOMUNIKASI 7-15
Solusi
Berdasarkan (7.34a)
Misalkan tidak digunakan penyesuai impedansi tertala, nilai R yang mudah untuk
dipilih adalah R = 5,56 yang diperoleh dari m/n = 1/3 (lihat (7.26)). Dengan nilai ini,
kita peroleh V = 9,43 volt, dan Idc = 1,08 A (menggunakan (7.29)). Daya dc diperoleh
Pdc = 12,96 W, dan efisiensi = 61,7%. Untuk menghitung CP diperlukan vmax dan imax.
Pada kasus ini, vmax = Vdc + V = 21,43 volt, dan imax = V/R = 1,7 A sehingga CP =
P0/(2vmaximax) = 0,11. Berdasarkan data-data tersebut, daya disipasi adalah Pdis = Pdc – P0
= 4,96 W (pada kedua transistor). Tetapi berdasarkan (7.30), daya disipasi maksimum
adalah Pdis,max = 5,25 W. Daya inilah yang harus diperhatikan ketika merancang
perhitungan panas.
Dalam banyak aplikasi, biasanya digunakan rangkaian penyesuai tertala untuk
memfilter harmonisa dan sebagai penyesuai impedansi. Misalnya, sebuah penyesuai
impedansi digunakan untuk mentransformasi beban 50 ke resistansi 56,25 .
Kemudian, transformator dengan m/n = 1/3 mengubah resistansi tersebut menjadi 6.25
. Dengan nilai ini, V = Vdc – Vsat = 10 volt, Idc = 1,02 A, Pdc = 12,22 W, h = 65,46%,
vmax = Vdc + V = 22 volt, imax = V/R = 1,6 A, dan CP,max = P0/(2vmaximax) = 0,114. Daya
disipasi Pdis,max = 4,67 W.
6. Efek dari RON pada kinerja penguat kelas B push-pull yang menggunakan
MOSFET ditentukan dengan cara yang sama seperti pada penguat kelas A
MOSFET.
2 2
𝑉𝑑𝑐 𝑅 2 𝑉𝑑𝑐
𝑃0,𝑚𝑎𝑥 = 2, 𝑃𝑑𝑐,𝑚𝑎𝑥 = (7.35a)
2(𝑅+𝑅𝑂𝑁 ) 𝜋 𝑅+𝑅𝑂𝑁
𝜋 𝑅 1 1 𝑅 1
𝜂𝑚𝑎𝑥 = < 4, 𝐶𝑃 = 4 2𝑅+𝑅 <8 (7.35b)
4 𝑅+𝑅𝑂𝑁 𝑂𝑁
Contoh 7.5:
Rangkaian pada contoh 7.4 transistor BJT diganti dengan MOSFET yang memiliki RON
= 1 .
Solusi
Dengan menggunakan (7.35a) untuk mencari resistansi R agar diperoleh daya keluaran
maksimum P0,max, maka diperoleh R = 6,85 atau R = 0,15 . Nilai resistansi yang
terakhir tidak dapat digunakan. Dengan demikian R yang sesuai adalah 6,85 . Dengan
m/n = 1/3, dibutuhkan resistansi 61,65 pada keluaran dari transformator sekunder.
Dengan rangkaian penyesuai impedansi, resistansi beban 50 ditransformasi ke 61,65
. Hasilnya adalah: V = 10,47 volt, Pdc = 11,68 W, = 68,5%, vmax = 22,47 volt, imax =
1,53A, CP = 0,116, Pdis = 4,26 W.
𝑚 𝑚 2 1
𝑉= 𝑉0 = 𝜌 ( ) 𝐼𝑅𝐿 = 𝜌𝐼𝑅, 𝜌= 2
≤1 (7.36a)
𝑛 𝑛
√1+(𝑅𝐿 )
𝑋
2
𝑉2 𝑉𝑑𝑐 2 𝑉
𝑃0 = 2𝑅 , 𝑃0,𝑚𝑎𝑥 = , 𝑃𝑑𝑐 = 𝑉𝑑𝑐 𝜋 𝜌𝑅 (7.36b)
2𝑅
𝜋 𝑉 𝜋 1
𝜂=𝜌 ≤ 𝜂𝑚𝑎𝑥 = 𝜌 , 𝐶𝑃 = 𝜌 (7.36c)
4 𝑉𝑑𝑐 4 8
i
IM
I
c 0 c
IQ
(a)
i
0
I0
(b)
v
0
V0
V
dc
(c)
𝐼𝑀 (cos(𝜃)−cos(𝜃𝑐 ))
−𝜃𝑐 + 2𝑛𝜋 ≤ 𝜃 ≤ 𝜃𝑐 + 2𝑛𝜋
𝑖 (𝜃 ) = { 1−cos(𝜃𝑐 ) (7.37)
0 𝑙𝑎𝑖𝑛𝑛𝑦𝑎
𝑖(𝜃) = 𝐼𝑀 ∑∞
𝑛=0 𝛼𝑛 (𝜃𝑐 )cos(𝑛𝜃) (7.38)
dengan
0.6
0.5
1
0
0.4
Koefisien Deret Fourier
0.3
0.2
2
0.1
3
4
0
-0.1
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
2 c
Gambar 7.11 Plot beberapa nilai koefisien deret Fourier
Alternatif lain dari dekomposisi arus kolektor ke dalam deret Fourier adalah
𝑖(𝜃) = 𝐼 ∑∞
𝑛=0 𝛾𝑛 (𝜃𝑐 )cos(𝑛𝜃) (7.40)
dengan
1.2
1
1
0.8
Koefisien Deret Fourier
0.6 0
0.4
0.2
2
3
0
4
-0.2
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
2c
Gambar 7.12 Koefisien Deret Fourier sebagai fungsi dari sudut konduksi
𝐼0 = 𝐼𝑀 𝛼1 (𝜃𝑐 ) (7.42)
Dengan arus ini, maka tegangan juga akan sinusoidal dengan amplituda V0 = RLI0,
tegangan kolektor, karenanya
Efisiensi kolektor naik dengan naiknya V0, dan mencapai maksimum ketika V0 = Vdc
(dengan asumsi Vsat dan RON diabaikan). Keadaan ini paling memudahkan pada penguat
kelas C sumber arus. Keadaan ini biasa disebut critical regime. Gambar 7.13
memperlihatkan grafik efisiensi kolektor maksimum sebagai fungsi dari sudut konduksi.
0.95
0.9
0.85
max0.8
0.75
0.7
0.65
0.6
0.55
0.5
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
2c
Ketika V0 = Vdc, tegangan maksimum, vmax = 2Vdc, dan arus maksimum yang melalui
kolektor adalah
𝑉𝑑𝑐
𝑖𝑚𝑎𝑥 = 𝑖𝑀 =
𝑅𝐿 𝛼1 (𝜃𝑐 )
𝑉2 𝑉2
𝑃0 = 2𝑅0 = 2𝑅𝑑𝑐 (7.46)
𝐿 𝐿
𝑃0 𝛼1 (𝜃𝑐 )
𝐶𝑃 = 𝑣 (7.47)
𝑚𝑎𝑥 𝑖𝑚𝑎𝑥 4
Gambaar 7.14 memperlihatkan power output capability yang diplot sebagai fungsi dari
sudut konduksi.
0.15
0.12
0.09
CP
0.06
0.03
0
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
c
Gambar 7.14 Power output capability untuk penguat Kelas C sumber arus
Contoh 7.6:
Rancanglah sebuah penguat kelas C yang memberikan daya 8 watt ke beban 50 ohm
dengan efisiensi 85%. Power supply dc 12 volt; tegangan dan resistansi saturasi
diabaikan.
Solusi
Untuk memperoleh efisiensi maksimum, dipilih V0 = Vdc. Dengan nilai ini diperlukan
resistansi beban RL = 9 , jadi diperlukan penyesuai impedansi yang dapat
mentransformasi resistansi 50 ke 9 . Dengan efisiensi maksimum 85%, dari Gambar
7.13 diperoleh 2c = 147o. Arus kolektor komponen fundamental adalah I0 = Vdc/RL =
12/9 = 1,33 A, dan berdasarkan (7.42), IM = 2,97A, dengan 1(c) = 0,45. Daya dc
masukan adalah Pdc = P0/ = 9,41 W. power output capability dapat ditentukan
berdasarkan Gambar 7.14 dengan menggunakan sudut konduksi 147o, yaitu sekitar
0,112.
Soal-soal
1. Tentukan efisiensi dan power output capability dari sebuah penguat kelas A dengan
RF choke untuk memperoleh spesifikasi berikut:
a. Vdc = 20 V dan V0 = 10 V
b. Vdc = 20 V dan V0 = 18 V
2. Tentukan daya rugi-rugi (daya disipasi) pada transistor dari penguat kelas A dengan
RF choke dan Vdc = 10 V, Idc = 1 A.
3. Rancanglah sebuah penguat daya RF kelas A untuk memperoleh spesifikasi berikut:
P0 = 0,25 W, Vdc = 1,5 V, Vsat = 0,2 V, f = 2,4 GHz.