Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

PERCOBAAN TRANSFORMATOR

Disusun Oleh :
Michael Galileo Hasian
NIM 201344020

Tanggal percobaan : 22 Juli 2021


Tanggal pengumpulan : Juli 2021

Instruktur :
Tata Supriyadi, ST., M.Eng.
Griffani Megiyanto R., S.ST., M.T.
Maya Rahayu, S.Pd, M.T.

PROGRAM STUDI D-4 TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2021
I. Tujuan
• Memahami dan dapat mengimplementasikan pengukuran respon frekuensi
magnitude, phasa, LPF, HPF, BPF, dan BSF dengan simulasi.
II. Komponen dan Peralatan
• Software Simulasi LTSpice
III. Dasar Teori
Transformator atau sering disingkat dengan istilah Trafo adalah suatu alat listrik yang
dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Maksud dari pengubahan taraf
tersebut diantaranya seperti menurunkan Tegangan AC dari 220 VAC ke 12 VAC ataupun
menaikkan Tegangan dari 110 VAC ke 220 VAC. Transformator atau Trafo ini bekerja
berdasarkan prinsip Induksi Elektromagnet dan hanya dapat bekerja pada tegangan yang
berarus bolak balik (AC). Transformator (Trafo) memegang peranan yang sangat penting
dalam pendistribusian tenaga listrik. Transformator menaikan listrik yang berasal dari
pembangkit listrik PLN hingga ratusan kilo Volt untuk di distribusikan, dan kemudian
Transformator lainnya menurunkan tegangan listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan
oleh setiap rumah tangga maupun perkantoran yang pada umumnya menggunakan
Tegangan AC 220 Volt.
Rumus hubungan antara sisi primer (p) dan sisi sekunder (s) adalah:

𝑉𝑝 𝑁𝑝 𝐼𝑝 𝐿𝑝
= = =√
𝑉𝑠 𝑁𝑠 𝐼𝑠 𝐿𝑠

Dimana :
𝑉𝑝 = 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
𝑉𝑠 = 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟
𝑁𝑝 = 𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
𝑁𝑠 = 𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟
𝐼𝑝 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
𝐼𝑠 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟
𝐿𝑝 = 𝐼𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
𝐿𝑠 = 𝐼𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟
Koefisien Kopling (k) :
𝑀
𝑘=
√𝐿𝑝𝐿𝑠
Dimana :
K = Koefisien kopling
M= Induktansi bersama
IV. Langkah Kerja
A. Respon frekuensi Magnitude
Respon frekuensi magnitude merupakan respon yang dihasilkan akibat perubahan frekuensi
pada besaran magnitude sinyal gelombang output terhadap input. Simulasi ini menggunakan
mode AC Analysis dengan membandingkan keluaran/output terhadap masukan/input.

1. Buatlah rangkaian seperti di bawah ini!

2. Klik kanan voltage, advanced, pilih none, ketik pada small signal AC analysis (AC) : AC
amplitude sebesar 1
3. Berikan label net (klik F4 pada keyboard): in dan out seperti pada gambar berikut:

4. Klik simulate, edit simulation cmd, pilih mode AC analysis, isikan seperti berikut:

5. Jalankan simulasi (run), ukur tegangan di node out (klik node out), perhatikan hasil
simulasi seperti berikut:
6. Pada gambar di atas, left vertical axis (bagian kiri) merupakan respon frekuensi
magnitude, sedangkan untuk right vertical axis merupakan respon frekuensi phasa.
7. Untuk respon frekuensi magnitude, dapat diubah dalam 3 representasi berbeda. Sorot
pada axis bagian kiri, klik kanan, lalu akan muncul 3 buah representasi seperti di bawah
ini :

8. Terlihat ada 3 buah representasi, yaitu bode, Nyquist, dan cartesian.


• Bode : magnitude dan phasa terhadap frekuensi
• Nyquist : komponen imajiner terhadap komponen riil
• Cartesian : komponen riil – imajiner terhadap frekuensi
9. Cobalah ketiga representasi tersebut dan analisislah grafik yang dihasilkannya!

B. Respon frekuensi fasa


Respon frekuensi phasa merupakan respon yang dihasilkan akibat perubahan frekuensi pada
phasa sinyal output terhadap sinyal input.

Respon frekuensi phasa hanya untuk representasi bode saja, dimana untuk simulasi yang
sama diperoleh hasil :

1. Pada right vertical axis (phasa) kemudian klik kanan. Dapat dinyatakan dalam 2
representasi yaitu phase dan group delay.
2. Phase :

3. Group Delay

C. LPF dengan Simulasi


Low pass filter (LPF) digunakan untuk meneruskan sinyal berfrekuensi rendah dan meredamm
sinyal yang berfrekuensi tinggi. Dapat sisusun dari rangkaian LR dengan output di R dengan frekuensi
𝑅
cut off (fc) sebesar 𝑓𝑐 = 2𝜋𝐿 atau rangkaian RC secara seri dimana output terletak di C dengan
𝑅
frekuensi cut off (fc) sebesar 𝑓𝑐 = 2𝜋𝑅𝐶 .

Pada simulasi disini, yang akan dicari adalah respon frekuensi magnitudenya yang akan
meloloskan frekuensi rendah dimana untuk frekuensi yang lebih tinggi, respon magnitudenya
menjadi turun, dan akan dicari besar frekuensi cut off nya dimana frekuensi ini terjadi saat fungsi
transfer Vout/Vin sebesar 0,7017.
1. Buatlah rangkaian seperti di bawah ini!

2. Klik kanan voltage, advanced, pilih none, ketik pada small signal AC analysis (AC) : AC
amplitude sebesar 1
3. Klik simulate , edit simulation cmd, ac analysis, isikan seperti di bawah ini :

4. Jalankan simulasi (run), ukur tegangan di node in dan out


5. Klik kanan V(out), ubah dalam expression editor menjadi V(out)/V(in)

6. Klik kanan V(in), hapuskan dengan Delete this Trace.

Pada grafik di atas diperoleh bahwa respon magnitude pada frekuensi rendah
maksimum sedangkan untuk frekuensi tinggi mengalami penurunan, termasuk filter
jenis LPF.
7. Klik kanan Right Vertical Axis (phasa) , klik don’t plot phase, double klik pada V(out) /
V(in), geser kursor 1 ke kiri kea rah frekuensi paling kecil, kemudian geser kursor 2
sampai diperoleh selisih 3 dB.
Lihatlah pada hasil pengukuran simulasi, berapa frekuensi cut offnya?
8. Bandingkanlah hasilnya dengan hasil perhitungan manual dan teori!

Simulasi untuk rangkaian RC


1. Buatlah rangkaian seperti di bawah ini!

2. Klik kanan voltage, advanced, pilih none, ketik pada small signal AC analysis (AC) : AC
amplitude sebesar 1
3. Klik simulate , edit simulation cmd, ac analysis, isikan seperti di bawah ini :
4. Jalankan simulasi (run), ukur tegangan di node out

5. Klik kanan V(out), ubah dalam expression editor menjadi V(out)/V(in)

6. Klik kanan V(in), hapuskan dengan Delete this Trace.

Pada grafik di atas diperoleh bahwa respon magnitude pada frekuensi rendah
maksimum sedangkan untuk frekuensi tinggi mengalami penurunan, termasuk filter
jenis LPF.
7. Klik kanan Right Vertical Axis (phasa) , klik don’t plot phase, double klik pada V(out) /
V(in), geser kursor 1 ke kiri kea rah frekuensi paling kecil, kemudian geser kursor 2
sampai diperoleh selisih 3 dB.
Lihatlah pada hasil pengukuran simulasi, berapa frekuensi cut offnya?
8. Bandingkanlah hasilnya dengan hasil perhitungan manual dan teori!
V. Hasil Data dan Analisis
5.1. Trafo Step Down
• Rangkaian Pengukuran

• Hasil Analisis AC

Berdasarkan hasil analisis AC, didapatkan nilai Vout sebesar 110 V dan nilai Vin
sebesar 220V, berdasarkan hasil analisis ini dapat terlihat bahwa terjadi penurunan
tegangan 0,5 kali atau 50%. Hal ini sesuai dengan salah satu persamaan dari
𝑉𝑝 𝐿𝑝
transformator yaitu = √ 𝐿𝑠 .
𝑉𝑠
5.2. Trafo Step Up
• Rangkaian Pengukuran

• Hasil Analisis AC

Berdasarkan hasil analisis AC, didapatkan nilai Vout sebesar 30 V dan nilai Vin
sebesar 10 V, berdasarkan hasil ini dapat terlihat bahwa terjadi penguatan
tegangan sebesar 3 kali dari Vin. Hal ini sesuai dengan salah satu persamaan dari
𝑉𝑝 𝐿𝑝
transformator yaitu = √ 𝐿𝑠 .
𝑉𝑠
5.3. Trafo dengan koefisien tidak ideal (k<1)
• Rangkaian Pengukuran

• Hasil Analisis AC

Simulasi untuk rangkaian ini menggunakan nilai koefisien kopling sebesar 0,3535
𝑀
yang didapatkan dari persamaan 𝑘 = . Berdasarkan hasil analisis AC,
√𝐿𝑝𝐿𝑠

didapatkan nilai Vout sebesar 3,53491 V dan nilai Vin sebesar 60 V. Jika kita
𝑉𝑝 𝐿𝑝
melakukan perhitungan untuk mencari nilai Vout dengan persamaan = √ 𝐿𝑠 ,
𝑉𝑠

maka didapatkan hasil Vout sebesar 42,426 V, hasil ini jelas berbeda jauh dengan
hasil simulasi. Perbedaan ini terjadi karena koefisien kopling dari transformator
yang digunakan tidak ideal (k<1) sehingga nilai efisiensi dari trafo tidak mencapai
100% atau dalam hal ini efisiensi dari trafo adalah sebesar 2,857%.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan praktikum kali ini didapatkan hasil dari praktikum dengan
perhitungan secara teori memiliki hasil yang sedikit berbeda denga perhitungan praktek,hal
tersebut dikarenakan perhitungan secara teori menggunakan pemacaan grafik yang tingkat
ketelitiaannya lebih rendah daripada secara praktikum. Namun hal tersebut tidak
berpengaruh banyak terhadap rangkaian dan outputnya.
Transformator bekerja berdasarkan hukum faraday yaitu arus listrik dapat
menimbulkan medan magnet dan sebaliknya. Bila pada salah satu kumparan pada
transformator diberi arus listrik bolak balik (AC) maka jumlah garis gaya magnet berubah
ubah akibatnya pada kumparan primer terjadi induksi. Kumparan sekunder menerima garis
gaya magnet dari kumparan primer terjadi yang jumlahnya juga berubah ubah. Maka pada
kumparan sekunder juga timbul induksidan akibatnya antara dua ujung kumparan terdapat
beda tegangan.
Pada praktikum kali ini, dilaksanakan pengujian terhadap trafo step down, trafo step
up, dan trafo dengan koefisien tidak ideal (k<1), sesuai dengan namanya, trafo step down
berguna untuk menurunkan tegangan AC, sedangkan trafo step up berfungsi untuk
menaikkan tegangan AC. Berdasarkan hasil praktikum, baik trafo step down dan trafo step
up didapatkan hasil yang sesuai dengan konsep transformator, sedangkan pada
transformator dengan koefisien tidak ideal terjadi beberapa kerugian salah satunya adalah
kerugian kopling. Kerugian kopling terjadi karena adanya aliran fluks magnet yang tidak
sempurna dari kumparan primer ke kumparan sekunder. Salah satu cara untuk mengurangi
kerugian kopling adalah dengan dengan membuat kumparan primer dan kumparan
sekunder ditumpuk secara berlapis-lapis.
Daftar Pustaka
[1] T. Supriyadi, “Respon Frekuensi,” p. 2-9, 2021

Anda mungkin juga menyukai