OLEH:
MELISA
42220011
1A TRJT
TUJUAN PERCOBAAN
Setelah selesai melakukan percobaan ini, Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan jenis-jenis penguat dasar transistor .
2. Mengukur parameter-parameter penguat transistor antara lain penguatan arus, penguatan
tegangan, resistansi masukan dan resistansi keluaran.
3. Menyebutkan sifat-sifat masing-masing konfigurasi penguat.
4. Mengukur penguatan tegangan penguat transistor.
5. Menjelaskan fungsi pemberian bias pada transistor.
6. Mejelaskan fungsi transistor by-pass dan pengaruhnya terhadap penguatan sinyal.
7. Menyelidiki fungsi kapasitor kopling pada penguat dua tingkat.
8. Mengukur frekuensi respon dari penguat.
DASAR TEORI
A. Penguat Dasar Transistor
Transistor memiliki 3 elektroda (basis, emitor, dan kolektor) sehingga pada dasarnya
transistor dapat dirangkai menjadi 3 macam penguat dasar yang dikenal dengan konfigurasi
penguat yaitu :
1. Konfigurasi basis emitor (common base).
2. Konfigurasi emitor bersama (common emitor).
3. Konfigurasi kolektor bersama (common collector) yang dikenal sebagai rangkaian
pengikut emiter (emitter follower).
Ketiga jenis konfigurasi ini memiliki sifat atau harga parameter yang berbeda.
B. Penguat Bertingkat
Transistor dapat berfungsi sebagai penguat sinyal, jika sinyal AC dimasukkan pada masukan
akan mengakibatkan perubahan arus pada keluarannya. Jika resistor beban dipasang, sinyal
keluaran akan lebih besar dari masukannya. Pembesaran sinyal ini disebut sebagai
penguatan, hal ini tentunya terjadi jika transistor diberi tegangan DC dengan benar.
Dalam percobaan ini akan dilakukan pengukuran terhadap penguat transistor yang diberi
tegangan DC dengan benar. Dan dilakukan terhadap transistor dengan konfigurasi bersama,
sehingga basis sebagai masukan, sedangkan kolektor sebagai keluaran. Dalam pembahasan
perlu diperhatikan komponen yang dapat mempengaruhi sinyal AC untuk itu rangkaian
penguat dapat digambarkan sebagai berikut:
Untuk sinyal AC sumber tegangan dan kapasitor dianggap hubung singkat (diganti dengan
tahanan dalamnya), tegangan AC dasar pada pengaut adalah tegangan kolektor terhadap
ground (VCO, tegangan emiter (VE) dan tegangan basis (VB)).
Penguatan arus pada penguat transistor base bersama (hfb) mempunyai nilai kurang dari satu,
sebab arus emitor memiliki penjumlahan arus base dan arus kolektor.
Pada penguat base bersama sinyal tegangan msukan dan sinyal tegangan keluaran mempunyai fase
yang sama artinya, penambahasn sinyal tegangan masukan akan menghasilkan penambahan sinyal
tegangan keluaran.
Sambungan emiter-basis diberi bias maju oleh Ebe, sedangkan sambungan dari (Ece-Ebc) dimana
Ece-Ebc.
Masukan dimasukan lewat elektroda base sedangkan keluaran diambil dari kolektor, sehingga
untuk memperoleh penguatan arus pada rangkaian ini (hfe) adalah perbandingan perubahan arus
kolektor (Ic) terhadap perubahan arus base (Ib).
Hfe = Ic / Ib
= hfb / (1 - hfb)
Untuk rangkaian penguat dengan konfigurasi emiter bersama mempunyai penguatan arus yang
cukup besar (hfe < 1) untuk menentukan penguatan tegangan dan tegangan daya adalah sebagai
berikut :
Vin = Ib. Rin
Ib = Es / (Rs + Rin)
Ib = Vin / Rin
Ic = hfe . Ib
Ib = hfe . Vin / Rin
Vout = Ic. RL
= hfe . Vin . RL / Rin
Av = Vout / Vin hfe. RL / Rin
Ap = Pout / Pin Pout = Ic2 . RL
= (hfe . Ib)2 . RL
Pin = Ib2 . Rin
Ap = hfe . RL / Rin Av . Ai
Karena faktor-faktor penguatan yang besar, maka penguat dengan konfigurasi emiter bersama ini
sangat babyak digunakan
Pada penguat ini, masukan dihubungkan pada elektroda base, sedangkan beban dipasangkan pada
emitor. Penguat arus pada konfigurasi ini adalah :
Hfc = Ic / Ib
= 1 / (1 - hfb)
= hfe + 1
Karena hfe mempunyai nilai yang besar, maka penguatan arus pada kolektor bersama adalah
hampir sama dengan penguatan arus pada emitor bersama sifat yang khas dari rangkaian ini, adalah
resistansi masukan biasanya lebih besar dari resistansi beban sinyal tegangan masukan sefasa
dengan tegangan sinyal keluaran, sehingga penguat kolektor bersama sering dipergunakan sebagai
rangkaian penyesuaian impedansi.
B. Penguat Bertingkat
1. Catu daya 1 buah
2. Multimeter 1 buah
3. Generator fungsi 1 buah
4. Osiloscope 1 buah
5. Transistor BC 500 1 buah
6. Kapasitor 100µF 1 buah
7. Resistor 10K, 37k, 150 Ohm 1 buah
8. Resistor 1K, 3k3 Ohm 1 buah
9. Pottensiometer 220 Ohm 1 buah
10. Kawat penghubung 1 buah
11. Kapasitor 100µF 2 buah
12. Kapasitor 470µF 2 buah
13. Papan percobaan 1 buah
LANGKAH PERCOBAAN
A. Penguat dasar Transistor
a) Penguatan konfigurasi base bersama
Gambar 9.4
Gambar 9.5
Gambar 1.1 Pengaturan function generator pada frekuensi 1 Khz dan dan amplitude 10 mVp.
Gambar 1.4. Pengukuran beda phasa gambar sinyal antara masukan dan keluaran ( kiri
tegangan masukan dan kanan tegangan keluarannya)
• V out = 1,757 Vpp
• Vs = 19,731 mVpp
Gambar 1.7. Resistansi keluaran sama nilainya dengan beban saat : Vo’ = Vo / 2
Rout = 23,5 kOhm
b. Penguatan Konfigurasi Kolektor Bersama
Gambar 2.1 Pengaturan Function Generator pada frekuensi 1kHz dan amplitudo 1Vp
Gambar 2.4 Pengukuran beda phasa gambar antara sinyal masukan dan keluarannya ( kiri
keluaran, dan kanan masukannya )
• Vout = 1,362 Vpp
• Vin = 1,371 Vpp
• Av = 𝑉 𝑜𝑢𝑡 / 𝑉 𝑖𝑛 = 1,362𝑉𝑝𝑝 / 1,371 𝑉𝑝𝑝 = 0,99
• Beda phasa = 𝑇2−𝑇1 / 𝑇2−𝑇1 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (501,370 µ𝑠 / 986,159 µ𝑠) 𝑥 360 ⁰ = 183 ⁰
• Vs = 1,959 Vpp
• Linp = 𝑉𝑠−𝑉𝑖𝑛𝑝 / 𝑅𝑠 = 1,959 𝑉𝑝𝑝−1,371 𝑉𝑝𝑝 / 10000 = 0,06 mA
• Lout = 𝑉𝑜𝑢𝑡 / 𝑅𝐿 = 1.362 / 10000 = 0,14 mA
• Ai = 𝐿𝑜𝑢𝑡 / 𝐿𝑖𝑛𝑝 = 0,14 / 0,06 = 2,33 mA
• Rin = 𝑉𝑖𝑛𝑝 / 𝐿𝑖𝑛𝑝 = 1,371𝑉𝑝𝑝 / 0,00006 𝐴 = 22,85 Ω
Mengatur amplitude generator sinyal sampai tegangan keluaran (Vout) = 0,1 Vpp. Pasang variabel
resistor pada keluaran,aturlah sampai diperoleh : Vout = 𝑉𝑜𝑢𝑡 / 2 = 0,1 / 2 = 0,05 V melepaskan
variabel resistor dan mengukur nilai resistansinya : Rout = RL = 10k Ω.
B. PENGUAT BERTINGKAT
a. Penguat CE Satu Tingkat
Gambar 3.1 Pengaturan function generator pada frekuensi 1kHz dan amplitude 50mVp
Gambar 3.1 Pengukuran simulasi penguat CE satu tingkat
Gambar 3.3 Pengukuran tegangan masukan dan tegangan keluaran pada saat frekuensi masukan
1kHz (Vin = 196,458 mVpp, dan Vout = 19,538 nVpp)
Gambar 3.4 Pengukuran beda fase gelombang masukan dan keluaran
• Av= 𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑉𝑖𝑛 = 1,95 𝑥 10−5 𝑚𝑉𝑝𝑝 / 196,45 𝑚𝑉𝑝𝑝 = 0,00000009926 = 0,09
Gambar 3.5 Pengukuran tegangan masukan dan tegangan keluaran setelah kapasitor 470µF dilepas
(Vin = 197,604 mVpp, dan Vout = 13,972 nVpp)
Vin = 197,604 mVpp
Vout = 13,972 nVpp
Av= Vo𝑢𝑡 / 𝑉𝑖𝑛 = 1,39 𝑥 10−5 𝑚𝑉𝑝𝑝 / 197,60 𝑚𝑉𝑝𝑝 = 0,00000007034= 0,07
Gambar 4.1 Pengaturan function generator pada frekuensi 1kHz dan amplitude 100mVp
Gambar 4.3 pengukuran tegangan DC pada base emitter dan kolektor emitter setiap transistor
Gambar 4.5 pengukuran kembali tegangan DC pada base emitter dan kolektor setiap transistor setelah R
diganti menjadi 3k3
B. Penguat Bertingkat
a) Penguat CE Satu Tingkat Ketika kapasitor 470 µF dilepas maka penguatan tegangan
pada penguat CE satu tingkat akan lebih kecil dibanding jika kapasitor dipasang. Lalu akan
terjadi distorsi (terpotong) pada gelombang output jika amplitudo di generator fungsi di
naikkan.
b) Penguat RC Dua Tingkat
Ketika nilai R diganti pada basis TR2 maka nilai VCE2 akan menjadi lebih besar dibanding
jika resistor tidak diubah sedangkan VBE akan menjadi lebih kecil dibanding jika resistor
tidak diubah.
TUGAS DAN PERTANYAAAN
a) Penguat dasar Transistor
1. Pada percobaan penguat konfigurasi base bersama dan emitor bersama, dilakukan
pengaturan tegangan kolektor sebesar 5V (Vcc/2). Apa maksudnya !
Jawaban :
Agar dapat melihat beberapa penguatan input tidak lebih besar dari input masukan
dan tidak merusak kolektor pada transistor.
2. Apa fungsi dari kapasitor 470 F pada penguatan konfigurasi basis bersama.
Jawaban :
Kapasitor 470F sebagai penyimpan arus dan tegangan.
3. Beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran pada konfigurasi emitter
bersama adalah 180. Jelaskan bagaimana ini bisa terjadi !
Jawaban :
Beda fasa terjadi pada kapasitor bukan transistor karena fungsi dari transistor
adalah memblok arus bias supaya yang keluar adalah sinyalnya atau dapat dikatan
arus AC diteruskan sedangkan arus DC diblok. Sehingga yang masuk pada basis
dari kapasitor berupa sinyal. Dan sinyal akan diolah transistor sehingga keluaran
akan berubah maka disinilah akan terjadi beda fase antara masukan dengan
keluaran.
4. Pada pengukuran resistansi keluaran, diperlukan resistor variable untuk
memperoleh tegangan keluaran berkurang menjadi setengahnya. Mengapa hal ini
bisa dipergunakan, teorema apa yang digunakan !
Jawaban :
Karena jatuh tegangan yag menyilangka pada potensiometer sama dengan tegangan
yang menyilang pada Rin, sehingga resistansinya sama. Dengan demikian, teorema
yang digunakan adalah Teorema Thevenin.
5. Pada pengukuran resistansi keluaran untuk konfigurasi kolektor bersama, tegangan
masukan harus diturunkan menjadi 0,1 Vpp. Jelaskan dan jika tidak terjadi apa
yang terjadi !
Jawaban :
Pada pengukuran resistansi keluaran, tegangan harus diturunkan 0,1 Vp agar
memperoleh sinyal yang lebih baik.
6. Dari hasil pengukuran, konfigurasi mana yang menghasilkan penguatan arus paling
besar ? apakah ini sesuai teori, jelaskan !
Jawaban :
Penguatan arus yang paling besar adalah konfigurasi kolektor bersama. Karena
penguatan arus kolektor hampir sama dengan emitor bersama yanng resistansi
masukan pada kolektor biasanya lebih besar dari tegangan
resistansi beban dari sinyal masukan sefasa dengan sinyal tegangan keluaran.
7. Adakah perbedaan antara resistansi masukan rangkaian penguat dengan resistansi
masukan transistor ! jika ada jelaskan dan beri contoh salah satu perhitungannya.
Jawaban :
Ada, sebagai contohnya pada hasil percobaan penguat konfigurasi base bersama.
Pada hasil percobaan nilai resistansi masukkan transistor sebesar 100, sedangan
nilai resistansi penguat rangkaian hanya sebesar 1,55 Ω.
8. Rangkumkan hasil pengukuran parameter dari ketiga jenis penguat dan beri
kesimpulan dari hasil percobaan di atas.
Jawaban :
Prinsip yang digunakan ketika transistor sebagai penguat yaitu arus kecil pada basis
dipakai untuk mengontrol arus yang lebih besar yang diberikan ke kolektor melalui
transistor tersebut. Dari sini bisa kita lihat bahwa fungsi dari transistor adalah hanya
sebagai penguat ketika arus basis akan berubah. Perubahan arus kecil pada basis
inilah yang dinamakan dengan perubahan besar pada arus yang mengalir dari
kolektor ke emiter.
• Konfigurasi basis bersama mampu meperbesar tegangan namun tidak untuk
memperbesar arus.
• Konfigurasi kolektor bersama mampu meperkuat sinyal arus namun tidak untuk
memperkuat sinyal tegangan.
• Konfigurasi emitor bersama mampu memperkuat sinyal arus namun tidak untuk
memperkuat tegangan.
b) Penguatan bertingkat
1. Apabila hasil pengukuran tegangan pada penguat salah satu tingkat sesuai dengan
teori, beri penjelasan !
Jawaban :
Sesuai dengan teori penguatan bertingkat bahwa jika sinyal AC dipasang pada
masukan maka akan terjadi penguatan pada sinyal keluaran jika resistor beban
dipasang. Dimana hal ini terjadi jika base transistor diberikan bias yang tepat.
2. Apa pengaruh kapasitor emitter (Ce) terhadap penguatan tegangannya !
Jawaban :
Kapasitor emiter berpengaruh sebagai penguat, kapasitor emiter (bay pass)
kapasitor ketika terhubung, cabang emiter terhubung ke ground seperti short circuit
dan arus tidak melewati Re. Ketika Ce ini dilepas menyebabkan pengurangan
pengurangan tegangan tegangan yang besarnya besarnya sama dengan penambahan
penambahan resistansi resistansi masukan
3. Pada saat amplitude masukan dinaikkan, tegangan keluaran akan terpotong,
jelaskan !
Jawaban : Ketika amplitudo dinaikkan, otomatis tegangan akan terpotong karena
tegangan akan ikut naik ketika amplitudo dinaikkan sehingga terpotong dan tidak
terbaca di osiloskop.
4. Pada penguat RC 2 tingkat apakah terjadi perbedaan penguat antara TR1 dan TR2
!
Jawaban :
Terjadi pembeda penguat antara TR1 dan TR2, dimana output TR2 lebih besar dari
output TR1 kerena pada prinsip kerjanya sinyal yang masuk akan di perkuat di TR1
dan output dari TR1 yang masuk ke TR2 akan diperkuat lagi sehingga hasilnyanya
lebih besar.
5. Pada saat resistansi base 15K diganti, gelombang keluaran menjadi cacat (distorsi),
mengapa ?
Jawaban :
Karena ketika R15K diganti, otomatis keluaran akan cacat karena tidak sesuai. Jika
R15K diganti maka R yang diserikan harus diganti agar dapat keluaran yang
sempurna
6. Gambarkan grafik frekuensi respon dan tentukan batas-batas frekuensi cut offyta.
KESIMPULAN
1. Transistor memiliki 3 elektroda (basis, emitor, dan kolektor) sehingga pada dasarnya
transistor dapat dirangkai menjadi 3 macam penguat dasar yang dikenal dengan konfigurasi
penguat yaitu :
- Konfigurasi basis emitor (common base).
- Konfigurasi emitor bersama (common emitor).
- Konfigurasi kolektor bersama (common collector) yang dikenal sebagai
rangkaian pengikut emiter (emitter follower).
Ketiga jenis konfigurasi ini memiliki sifat atau harga parameter yang berbeda.
2. Konfigurasi basis bersama mampu meperbesar tegangan namun tidak untuk memperbesar
arus.
• Konfigurasi kolektor bersama mampu meperkuat sinyal arus namun tidak untuk
memperkuat sinyal tegangan.
• Konfigurasi emitor bersama mampu memperkuat sinyal arus namun tidak untuk
memperkuat tegangan.
3. Tujuan utama dari penguat bertingkat adalah untuk mendapatkan penguatan daya yang
besar tanpa terjadi kecacatan pada outputnya.
• Susunan penguat bertingkat dapat berupa hubungan antara masing- masing susunan
penguat satu dengan yang lain, misalnya CB dengan CE, CE dengan CC, CE dengan CE
dan sebagainya disesuaikan dengan tujuan dari penguat.