Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN LENGKAP

PENGUAT DASAR TRANSISTOR - PENGUAT BERTINGKAT

OLEH:

MELISA

42220011

1A TRJT

Program Studi Teknologi Rekayasa Jaringan Telekomunikasi

Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang 2021


PERCOBAAN VI
PENGUAT DASAR TRANSISTOR - PENGUAT BERTINGKAT

TUJUAN PERCOBAAN
Setelah selesai melakukan percobaan ini, Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan jenis-jenis penguat dasar transistor .
2. Mengukur parameter-parameter penguat transistor antara lain penguatan arus, penguatan
tegangan, resistansi masukan dan resistansi keluaran.
3. Menyebutkan sifat-sifat masing-masing konfigurasi penguat.
4. Mengukur penguatan tegangan penguat transistor.
5. Menjelaskan fungsi pemberian bias pada transistor.
6. Mejelaskan fungsi transistor by-pass dan pengaruhnya terhadap penguatan sinyal.
7. Menyelidiki fungsi kapasitor kopling pada penguat dua tingkat.
8. Mengukur frekuensi respon dari penguat.

DASAR TEORI
A. Penguat Dasar Transistor
Transistor memiliki 3 elektroda (basis, emitor, dan kolektor) sehingga pada dasarnya
transistor dapat dirangkai menjadi 3 macam penguat dasar yang dikenal dengan konfigurasi
penguat yaitu :
1. Konfigurasi basis emitor (common base).
2. Konfigurasi emitor bersama (common emitor).
3. Konfigurasi kolektor bersama (common collector) yang dikenal sebagai rangkaian
pengikut emiter (emitter follower).
Ketiga jenis konfigurasi ini memiliki sifat atau harga parameter yang berbeda.
B. Penguat Bertingkat
Transistor dapat berfungsi sebagai penguat sinyal, jika sinyal AC dimasukkan pada masukan
akan mengakibatkan perubahan arus pada keluarannya. Jika resistor beban dipasang, sinyal
keluaran akan lebih besar dari masukannya. Pembesaran sinyal ini disebut sebagai
penguatan, hal ini tentunya terjadi jika transistor diberi tegangan DC dengan benar.
Dalam percobaan ini akan dilakukan pengukuran terhadap penguat transistor yang diberi
tegangan DC dengan benar. Dan dilakukan terhadap transistor dengan konfigurasi bersama,
sehingga basis sebagai masukan, sedangkan kolektor sebagai keluaran. Dalam pembahasan
perlu diperhatikan komponen yang dapat mempengaruhi sinyal AC untuk itu rangkaian
penguat dapat digambarkan sebagai berikut:
Untuk sinyal AC sumber tegangan dan kapasitor dianggap hubung singkat (diganti dengan
tahanan dalamnya), tegangan AC dasar pada pengaut adalah tegangan kolektor terhadap
ground (VCO, tegangan emiter (VE) dan tegangan basis (VB)).

Menentukan Penguatan Tegangan :


Tegangan keluaran (VC) adalah:
VC = Ic.Rc
= Ie.Rc(Ic.Ie)

Tegangan Masukan (Vb) Adalah :


Vb = Vbe + Ie.Re
= Ie.re’ + Ie.Re
= Ie (re’ +Re)  re << Re
Vb Ie.Re

Penguatan Tegangan Untuk Transistor


Konfigurasi common emiter dapat dihitung secara pendekatan :
Av = Vc / Vb
≈ ie.Rc / Re
Untuk rangkaian penguat AC, pada umumnya dipasang kapasitor langsung pada resistor emitor
berfungsi untuk memperbesar penguatan tegangan. Dalam pemakaian secara umum, diperlukan
suatu penguat sinyal dengan penguatan yang cukup besar sehingga digunakan beberapa penguat
diskrit yang dihubungkan. Untuk penggabungan penguatan-penguatan ini diperlukan komponen
penghubung yang disebut kopling, kopling yang banyak dijumpai untuk penguatan sinyal dengan
frekuensi diatas 10 Hz adalah jenis kopling RC (resistence kapasitance kopling) kapasitor kopling
memiliki kemampuan melewatkan sinyal AC tetapi menghalangi tegangan DC. Ini perlu untuk
mencegah bergesernya titik kerja (Q point) transistor, penguatan tegangan . penguat bertingkat ini
memerlukan perkalian antara tingkat pertama dan kedua AV = A1.A2

Menentukan Tanggapan Frekuensi (Frekuensi Response).


Setiap perubahan frekuensi masukan penguatan transistor akan berubah. Ini disebabkan faktor-
faktor yang ada di dalam transistor (seperti kapasitor sambungan) atau komponen pendukungnya.
Untuk melakukan pengukuran dapat melakukan dengan mengukur tegangan masukan dan tegangan
keluaran, untuk daerah frekuensi yang lebar. Sehingga diperoleh penguatan tegangan yang turun
sebesar 0,707 kali penguatan max. Pada frekuensi yang penguatan turun sebesar X Vmax adalah
batas frekuensi yang diizinkan lewat (frekuensi cut off).

Konfigurasi Base Bersama


Rangkaian dasar dari penguat transistor konfigurasi base bersama adalah sebagai berikut:

Gambar 9.1 Penguat base Bersama


Sinyal masukan, masuk lewat monitor, sedangkan keluaran diambil lewat kolektor. Tegangan Eeb
adalah bias maju pada pertemuan E dan B, sedangkan Ecb adalah bias mundur kolektor. Pada
rangkaian penguat base bersama, salah satu parameter yang penting adalah penguatan arus hubung
singkat (hFB) yaitu perbandingan antara perubahan arus kolektor dengan perubahan arus emiter,
sementara VCB dipertahankan konstan.
Hfb = Ic / Ib

Penguatan arus pada penguat transistor base bersama (hfb) mempunyai nilai kurang dari satu,
sebab arus emitor memiliki penjumlahan arus base dan arus kolektor.
Pada penguat base bersama sinyal tegangan msukan dan sinyal tegangan keluaran mempunyai fase
yang sama artinya, penambahasn sinyal tegangan masukan akan menghasilkan penambahan sinyal
tegangan keluaran.

Konfigurasi Emiter Bersama


Rangkaian dasar penguat dengan konfigurasi emiter bersama adalah sebagai berikut
Gambar 9.2 penguat emiter bersama

Sambungan emiter-basis diberi bias maju oleh Ebe, sedangkan sambungan dari (Ece-Ebc) dimana
Ece-Ebc.
Masukan dimasukan lewat elektroda base sedangkan keluaran diambil dari kolektor, sehingga
untuk memperoleh penguatan arus pada rangkaian ini (hfe) adalah perbandingan perubahan arus
kolektor (Ic) terhadap perubahan arus base (Ib).
Hfe = Ic / Ib
= hfb / (1 - hfb)

Untuk rangkaian penguat dengan konfigurasi emiter bersama mempunyai penguatan arus yang
cukup besar (hfe < 1) untuk menentukan penguatan tegangan dan tegangan daya adalah sebagai
berikut :
Vin = Ib. Rin
Ib = Es / (Rs + Rin)
Ib = Vin / Rin
Ic = hfe . Ib
Ib = hfe . Vin / Rin
Vout = Ic. RL
= hfe . Vin . RL / Rin
Av = Vout / Vin  hfe. RL / Rin
Ap = Pout / Pin  Pout = Ic2 . RL
= (hfe . Ib)2 . RL
Pin = Ib2 . Rin
Ap = hfe . RL / Rin  Av . Ai
Karena faktor-faktor penguatan yang besar, maka penguat dengan konfigurasi emiter bersama ini
sangat babyak digunakan

Konfigurasi Kolektor Bersama


Rangkaian dasar penguat dengan konfigurasi kolektor adalah sebagai berikut :

Gambar 9.3 Penguat kolektor Bersama

Pada penguat ini, masukan dihubungkan pada elektroda base, sedangkan beban dipasangkan pada
emitor. Penguat arus pada konfigurasi ini adalah :
Hfc = Ic / Ib
= 1 / (1 - hfb)
= hfe + 1

Karena hfe mempunyai nilai yang besar, maka penguatan arus pada kolektor bersama adalah
hampir sama dengan penguatan arus pada emitor bersama sifat yang khas dari rangkaian ini, adalah
resistansi masukan biasanya lebih besar dari resistansi beban sinyal tegangan masukan sefasa
dengan tegangan sinyal keluaran, sehingga penguat kolektor bersama sering dipergunakan sebagai
rangkaian penyesuaian impedansi.

ALAT DAN BAHAN


A. Penguat dasar Transistor
1. Catu daya 1 buah
2. Multimeter 1 buah
3. Generator 1 buah
4. Osiloscope 2 canal 1 buah
5. Transistor BD 130 1 buah
6. Variabel resistor 10K 1 buah
7. Variabel resistor 47K 1 buah
8. Resistor 1K 2 buah
9. Resistor 10K 1 buah
10. Resistor 47K 1 buah
11. Kapasitor 100µF 1 buah
12. Kapasitor 470µF 1 buah
13. Papan percobaan 1 buah
14. Kawat penghubung secukupnya

B. Penguat Bertingkat
1. Catu daya 1 buah
2. Multimeter 1 buah
3. Generator fungsi 1 buah
4. Osiloscope 1 buah
5. Transistor BC 500 1 buah
6. Kapasitor 100µF 1 buah
7. Resistor 10K, 37k, 150 Ohm 1 buah
8. Resistor 1K, 3k3 Ohm 1 buah
9. Pottensiometer 220 Ohm 1 buah
10. Kawat penghubung 1 buah
11. Kapasitor 100µF 2 buah
12. Kapasitor 470µF 2 buah
13. Papan percobaan 1 buah

LANGKAH PERCOBAAN
A. Penguat dasar Transistor
a) Penguatan konfigurasi base bersama
Gambar 9.4

b) Penguatan konfigurasi emiter bersama

Gambar 9.5

1. Rakitlah rangkaian seperti pada gambar 9.5 di atas.

2. Atur tegangan catu daya 10V dan hubungkan rangkaian.


3. Ukur dengan kolektor, atur R2 hingga tegangan kolektor 5V (generator sinyal
pada kondisi off).
4. Pasang osiloskop, kanal 1 pada masukan dan kamnal 2 pada keluaran.
5. Hidupkan generator sinyal aturlah frekuensi pada 1K dan amplitudo hingga sinyal
msukan = 10 mVpp.
6. Baca dan catatlah penunjukan osiloskop untuk tegangan keluaran
Vout = … Vpp
7. Hitunglah penguatan tegangan penguat emiter bersama.
Av = Vout / Vin
8. Perhatikan gambar sinyal antara masukan dan keluaran. Berapa beda fase antara
keduanya.
Beda Phasa = ...
9. Pindahkan gambar 2 osiloskop untuk mengukur untuk keluaran gelombang sinyal
Vs = ... Vpp.
10. Hitunglah arus masukan, arus keluaran dan penguatan arus penguat.
Linp = (Vs - Vinp) / Rs
Lout = Vout / RL
Ai = Lout / Linp
11. Hitunglah resistansi masukan penguat.
Rin = Vinp / Linp
12. Pasangkan variabel resistor 47K pada keluaran, atur resistor tersebut sampai
diperoleh tegangan keluaran setengah dari tegangan arus.
Vout = Vout / 2
13. Lepasakan variabel resistor dan ukur nilai resistansinya.
R1’ = ... Ohm
Resistansi keluaran sama nilainya dengan resistansi beban saat :
Vo’ = Vo / 2
Rout = ... Ohm

c) Penguatan konfigurasi kolektor bersama


Gambar 9.6

1. Pasangkan osiloskop pada terminal masukan dan keluaran.


2. Hidupkan generator sinyal, atur frekuensi sinyal pada 1Khz dan amplitudo
sehingga menunjuk pada 2 Vpp.
3. Baca dan catat tegangan keluarannya.
4. Hitung penguatan tegangannya.
Vin = 2 Vpp
Vout = ... Vpp
5. Bandingkan sinyal masukan dan keluarannya berapakah beda phasanya.
Beda phasa = .....
6. Ukur tegangan keluaran dari generator sinyal.
Vs = ...Vpp
7. Hitunglah arus masukan, arus keluaran pada penguatan arusnya :
Linp = (Vs - Vinp) / Rs
Lout = Vout / RL
Ai = Lout / Linp
8. Hitunglah resistansi penguat masukan.
Rin = Vinp / Linp
9. Atur amplitudo generator sinyal sampai tegangan keluaran Vout = 0,1 Vpp.
Pasang variabel resistor pada keluaran, aturlah sampai diperoleh :
Vout = Vout / 2
10. Lepaskan variabel Resistor dan ukur nilai resistansinya.
Rout = RL’ = ....Ohm.
B. Penguatan Bertingkat
a) Penguatan CE satu tingkat
1. Rakitlah rangkaian seperti gambar 10.2.
2. Aturlah tegangan catu daya 12V hubungkan dengan rangkaian.
3. Pasang generator fungsi pada masukan, atur pada frekuensi 1Khz dengan amplitude
50 mVpp.
4. Amati bentuk gelombang masukan dan keluaran. Berapakah beda fasanya.
Beda Fase = …
5. Ukurkah tegangan masukan dan keluarnya.
Vin = …
Vout = …
6. Berapakah penguatan tegangannya
Av = …
7. Lepaskan kapasitor 470 μF pada emitor.
8. Ulangi pengukuran tegangan masukan dan keluarnya.
Vin = …
Vout = …
9. Berapakah penguatan tegangannya.
Av = …
10. Pasang kembali kapasitor pada emitter, naikkan amlitudo generator fungsi sampai
tegangan keluaran mulai distorsi (terpotong).
11. Ukur tegangan masukan dan keluarnya serta hitung penguatannya.
Vin = …
Vout = …
Av = …
12. Matikan semua peralatan yang diperlukan.

b) Penguatan RC dua tingkat


1. Rakitlah rangkaian seperti gambar 10.3.
2. Atur tegangan catu daya 12V, hubungkan dengan rangkaian.
3. Pasang generator fungsi pada masukan, atur pada frekuensi 1 KHz dengan
amplitude 100 mVpp.
4. Ukurlah tegangan masukan, keluaran TR1, dan tegangan keluaran TR2.
Vin = …
Vout 1 = …
Vout 2 = …
5. Hitunglah penguatan dari TR1 dan TR2 dan penguat bertingkat.
Av 1 = …
Av 2 = …
Av = ….
6. Dengan menggunakan multimeter ukurlah tegangan DC pada base emitter dan
kolektor emitter masing-masing transistor.
VCE 1 = … , VCE 2 = …
VBE 1 = … , VBE 2 = …
7. Gantilah R15K (pada base TR2) dengan R3K3.
8. Amati gambar keluaran dengan osiloskop, gambarkan.
9. Ulangi pengukuran seperti padalangkah 6.
VCE 1 = … , VCE 2 = …
VBE 1 = … , VBE 2 = …
10. Kembalikan lagi R15K sehingga tegangan keluaran menjadi tidak distorsi.
11. Ukurlah frekuensi respon penguat dengan mengukur tegangan keluaran sebagai
fungsi dari frekuensi untuk tegangan masukan konstan. Isikan dalam tabel berikut:
Frek (Hz) Vin Vout Av
10
30
50
100
300
500
1K
3K
5K
10K
30K
50K
100K
300K
A) PENGUAT DASAR TRANSISTOR
a. Penguatan Konfigurasi Emiter Bersama

Gambar 1.1 Pengaturan function generator pada frekuensi 1 Khz dan dan amplitude 10 mVp.

Gambar 1.2. Pengukuran simulasi penguat konfigurasi emitter bersama


Gambar 1.3. Pengaturan osiloskop pada saat frekuensi masukan 1KHz ( Vs = 19,731
mVpp, Vin = 19, 711 mVpp. Dan Vout = 1,757 Vpp)

Gambar 1.4. Pengukuran beda phasa gambar sinyal antara masukan dan keluaran ( kiri
tegangan masukan dan kanan tegangan keluarannya)
• V out = 1,757 Vpp

• V in = 19, 711 mVpp : 1000 = 0,01 Vpp

• Av = 𝑉 𝑜𝑢𝑡 / 𝑉 𝑖𝑛 = 1,7 𝑉𝑝𝑝 / 0,01 𝑉𝑝𝑝 = 170

• Beda phasa = 𝑇2−𝑇1 / 𝑇2−𝑇1 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (527 µ𝑠 / 1012 µ ) 360 : = 187 :

• Vs = 19,731 mVpp

• Linp = 𝑉𝑠−𝑉𝑖𝑛𝑝 / 𝑠 = 19,731 𝑚𝑉𝑝𝑝−19,711 𝑚𝑉𝑝𝑝 / 100 = 0,0002 mA

• Lout = 𝑉𝑜𝑢𝑡 / 𝑅𝐿 = 1.757 𝑚𝑉𝑝𝑝 / 100 = 17,57 mA

• Ai = 𝐿𝑜𝑢𝑡 / 𝐿𝑖𝑛𝑝 = 17,57 / 0,0002 = 87, 850

• Rin = 𝑉𝑖𝑛𝑝 / 𝐿𝑖𝑛𝑝 = 19.711 𝑚𝑉𝑝𝑝 / 0,0002 𝑚𝐴 = 98.555 mΩ = 0,1 Ω

Gambar 1.15. Menghitung Vout


Vout = 𝑉𝑜𝑢𝑡 / 2 = 885,681 𝑚𝑉𝑝𝑝 / 2 = 442,84 mV = 0,44 V
Gambar 1.6. Melepaskan variabel resistor dan mengukur nilai resistansinya R1’ = 23,5 kOhm

Gambar 1.7. Resistansi keluaran sama nilainya dengan beban saat : Vo’ = Vo / 2
Rout = 23,5 kOhm
b. Penguatan Konfigurasi Kolektor Bersama

Gambar 2.1 Pengaturan Function Generator pada frekuensi 1kHz dan amplitudo 1Vp

Gambar 2.2 Pengukuran simulasi penguat konfigurasi kolektor bersama


Gambar 2.3 Pengaturan osiloskop pada saat frekuensi masukan 1 kHz ( Vs = 1,959 Vpp, Vin =
1,371 Vpp, dan Vout = 1,362 Vpp)

Gambar 2.4 Pengukuran beda phasa gambar antara sinyal masukan dan keluarannya ( kiri
keluaran, dan kanan masukannya )
• Vout = 1,362 Vpp
• Vin = 1,371 Vpp
• Av = 𝑉 𝑜𝑢𝑡 / 𝑉 𝑖𝑛 = 1,362𝑉𝑝𝑝 / 1,371 𝑉𝑝𝑝 = 0,99
• Beda phasa = 𝑇2−𝑇1 / 𝑇2−𝑇1 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (501,370 µ𝑠 / 986,159 µ𝑠) 𝑥 360 ⁰ = 183 ⁰
• Vs = 1,959 Vpp
• Linp = 𝑉𝑠−𝑉𝑖𝑛𝑝 / 𝑅𝑠 = 1,959 𝑉𝑝𝑝−1,371 𝑉𝑝𝑝 / 10000 = 0,06 mA
• Lout = 𝑉𝑜𝑢𝑡 / 𝑅𝐿 = 1.362 / 10000 = 0,14 mA
• Ai = 𝐿𝑜𝑢𝑡 / 𝐿𝑖𝑛𝑝 = 0,14 / 0,06 = 2,33 mA
• Rin = 𝑉𝑖𝑛𝑝 / 𝐿𝑖𝑛𝑝 = 1,371𝑉𝑝𝑝 / 0,00006 𝐴 = 22,85 Ω

Mengatur amplitude generator sinyal sampai tegangan keluaran (Vout) = 0,1 Vpp. Pasang variabel
resistor pada keluaran,aturlah sampai diperoleh : Vout = 𝑉𝑜𝑢𝑡 / 2 = 0,1 / 2 = 0,05 V melepaskan
variabel resistor dan mengukur nilai resistansinya : Rout = RL = 10k Ω.

B. PENGUAT BERTINGKAT
a. Penguat CE Satu Tingkat

Gambar 3.1 Pengaturan function generator pada frekuensi 1kHz dan amplitude 50mVp
Gambar 3.1 Pengukuran simulasi penguat CE satu tingkat

Gambar 3.3 Pengukuran tegangan masukan dan tegangan keluaran pada saat frekuensi masukan
1kHz (Vin = 196,458 mVpp, dan Vout = 19,538 nVpp)
Gambar 3.4 Pengukuran beda fase gelombang masukan dan keluaran

• Beda fase =( 527,682µs / 1003 µ𝑠 )x 360⁰ = 189 ⁰

• Vin = 196,458 mVpp

• Vout = 19,538 nVpp

• Av= 𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑉𝑖𝑛 = 1,95 𝑥 10−5 𝑚𝑉𝑝𝑝 / 196,45 𝑚𝑉𝑝𝑝 = 0,00000009926 = 0,09

Gambar 3.5 Pengukuran tegangan masukan dan tegangan keluaran setelah kapasitor 470µF dilepas
(Vin = 197,604 mVpp, dan Vout = 13,972 nVpp)
 Vin = 197,604 mVpp
 Vout = 13,972 nVpp
 Av= Vo𝑢𝑡 / 𝑉𝑖𝑛 = 1,39 𝑥 10−5 𝑚𝑉𝑝𝑝 / 197,60 𝑚𝑉𝑝𝑝 = 0,00000007034= 0,07

Setelah kapasitor 470 µF kembali dipasang pada emitter, maka :

 Vin = 197,977 mVpp


 Vout = 20,030 nVpp
 Av= 𝑉𝑜𝑢𝑡 / 𝑉𝑖𝑛 = 2 𝑥 10−5 𝑚𝑉𝑝𝑝 / 197,977𝑚𝑉𝑝𝑝 = 0,00000010102= 0,1

b. Penguat RC Dua Tingkat

Gambar 4.1 Pengaturan function generator pada frekuensi 1kHz dan amplitude 100mVp

Gambar 4.2 Pengukuran simulasi penguat RC dua tingkat


Gambar 4.2 Pengukuran tegangan masukan, keluaran TR1 dan tegangan keluaran TR2 (Vin =
190,632 mVpp, Vout 1= 1,567 Vpp, Vout 2 = 9,163 Vpp)

• Av1 = 𝑉𝑜𝑢𝑡 1 / 𝑉𝑖𝑛 = 1,567 𝑉𝑝𝑝 / 0,190632 𝑉𝑝𝑝 = 8,267


• Av 2 = 𝑉𝑜𝑢𝑡 2 / 𝑉𝑖𝑛 = 9,305 𝑉𝑝𝑝 / 0,190632 𝑉𝑝𝑝 = 48,811
• Av = Av1 + Av2 = 8,267 + 48,811= 57,078

Gambar 4.3 pengukuran tegangan DC pada base emitter dan kolektor emitter setiap transistor

- VCE 1 = 8,028 V -VCE 2 = 8,264 V

- VBE 1= 2,946 V -VBE 2 = 2,66 V


Gambar 4.4 Pengukuran osiloskop setelah mengganti base TR2 menjadi R= 3k3 ( Vin = 196,066
mVpp, Vout1 = 1,363 Vpp, Vout 2= 3,572 Vpp)

Gambar 4.5 pengukuran kembali tegangan DC pada base emitter dan kolektor setiap transistor setelah R
diganti menjadi 3k3

- VCE 1 = 8,031V -VCE 2 = 11,091 V

- VBE 1= 2,945V -VBE 2 = 779,716 mV


Gambar 4.6 mengukur tegangan keluaran dan masukan dengan frekuensi 10 Hz

• Vin = 69,519 mVpp

• Vout 1 = 155,746 mVpp

• Vout 1 = 1,916 Vpp


Tabel 1 Frekuensi respon penguat dan mengukur tegangan keluaran sebagai fungsi dari frekuensi

untuk tegangan masukan konstan.

Frek (Hz) Vin Vout 1 Vout 2 Av 1 Av 2


10 69,519 mV 155,746mV 1,916 V 2,24 27,56
30 160,373 mV 729,725 mV 2,399 V 4,55 14,95
50 184,021 mV 1,231 V 7,269 V 6,68 39,50
100 195,053 mV 1,534 V 9,202 V 1,53 47,17
300 197,358 mV 1,568 V 9,237 V 7,94 46,80
500 198,784 mV 1,580 V 9,238 V 7,94 46,47
1k 196,769 mV 1,530 V 9,236 V 7,77 46,93
3k 198,123 mV 1,574 V 9,233 V 7,94 46,60
5k 199,049 mV 1,579 V 9,225 V 7,93 46,35
10k 197,902 mV 1,558 V 9,222V 7,87 46,60
30k 197,797 mV 1,491 V 9,253 V 7,54 46,78
50k 197,230 mV 1,553 V 9,206 7,87 46,67
100k 198,984 mV 1,483 V 9,225 7,45 46,36
300k 197,849 mV 1,452 V 9,244 V 7,33 46,72
ANALISIS MASALAH
A. Penguat Dasar Transistor
• Penguat Konfigurasi Emiter Bersama Setelah melakukan percobaan di multisim, pada
penguat emitor bersama didapatkan bahwa nilai Vout = - (1,757) Vpp, tanda minus pada
nilai Vout itu menandakan bahwa terjadi perbedaan fasa antara sinyal masukan dan
keluaran. Dimana perbedaan fasanya, yaitu kurang lebih 180◦. Itu terjadi pada kapasitor
bukan transistor karena fungsi dari kapasitor adalah mengeblok arus biasnya supaya yang
keluar adalah sinyalnya atau dapat dikatakan arus AC diteruskan sedangkan arus DC
diblok. Sehingga yang masuk pada basis dari kapasitor berupa sinyal. Kemudian sinyal
akan diolah oleh transistor sehingga keluaran akan berubah, maka disinilah terjadi beda
fasa antara masukan dan keluaran.

• Penguat Konfigurasi Kolektor Bersama Pada penguat konfigurasi kolektor bersama


didapatkan bahwa nilai Vout = 1,362 Vpp, dimana nilai Vout tidak minus, karena
gelombang pada penguat kolektor bersama tidak terjadi perbedaan fasa. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa penguatan arus pada penguat kolektor bersama lebih kecil
dibanding dengan penguat emitor bersama, hal tersebut berbanding terbalik dengan teori
yang menyatakan bahwa penguatan arus pada penguat kolektor bersama lebih besar
dibanding dengan penguat emiter bersama.

B. Penguat Bertingkat
a) Penguat CE Satu Tingkat Ketika kapasitor 470 µF dilepas maka penguatan tegangan
pada penguat CE satu tingkat akan lebih kecil dibanding jika kapasitor dipasang. Lalu akan
terjadi distorsi (terpotong) pada gelombang output jika amplitudo di generator fungsi di
naikkan.
b) Penguat RC Dua Tingkat
Ketika nilai R diganti pada basis TR2 maka nilai VCE2 akan menjadi lebih besar dibanding
jika resistor tidak diubah sedangkan VBE akan menjadi lebih kecil dibanding jika resistor
tidak diubah.
TUGAS DAN PERTANYAAAN
a) Penguat dasar Transistor
1. Pada percobaan penguat konfigurasi base bersama dan emitor bersama, dilakukan
pengaturan tegangan kolektor sebesar 5V (Vcc/2). Apa maksudnya !
Jawaban :
Agar dapat melihat beberapa penguatan input tidak lebih besar dari input masukan
dan tidak merusak kolektor pada transistor.
2. Apa fungsi dari kapasitor 470 F pada penguatan konfigurasi basis bersama.
Jawaban :
Kapasitor 470F sebagai penyimpan arus dan tegangan.
3. Beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran pada konfigurasi emitter
bersama adalah 180. Jelaskan bagaimana ini bisa terjadi !
Jawaban :
Beda fasa terjadi pada kapasitor bukan transistor karena fungsi dari transistor
adalah memblok arus bias supaya yang keluar adalah sinyalnya atau dapat dikatan
arus AC diteruskan sedangkan arus DC diblok. Sehingga yang masuk pada basis
dari kapasitor berupa sinyal. Dan sinyal akan diolah transistor sehingga keluaran
akan berubah maka disinilah akan terjadi beda fase antara masukan dengan
keluaran.
4. Pada pengukuran resistansi keluaran, diperlukan resistor variable untuk
memperoleh tegangan keluaran berkurang menjadi setengahnya. Mengapa hal ini
bisa dipergunakan, teorema apa yang digunakan !
Jawaban :
Karena jatuh tegangan yag menyilangka pada potensiometer sama dengan tegangan
yang menyilang pada Rin, sehingga resistansinya sama. Dengan demikian, teorema
yang digunakan adalah Teorema Thevenin.
5. Pada pengukuran resistansi keluaran untuk konfigurasi kolektor bersama, tegangan
masukan harus diturunkan menjadi 0,1 Vpp. Jelaskan dan jika tidak terjadi apa
yang terjadi !
Jawaban :
Pada pengukuran resistansi keluaran, tegangan harus diturunkan 0,1 Vp agar
memperoleh sinyal yang lebih baik.
6. Dari hasil pengukuran, konfigurasi mana yang menghasilkan penguatan arus paling
besar ? apakah ini sesuai teori, jelaskan !
Jawaban :
Penguatan arus yang paling besar adalah konfigurasi kolektor bersama. Karena
penguatan arus kolektor hampir sama dengan emitor bersama yanng resistansi
masukan pada kolektor biasanya lebih besar dari tegangan
resistansi beban dari sinyal masukan sefasa dengan sinyal tegangan keluaran.
7. Adakah perbedaan antara resistansi masukan rangkaian penguat dengan resistansi
masukan transistor ! jika ada jelaskan dan beri contoh salah satu perhitungannya.
Jawaban :
Ada, sebagai contohnya pada hasil percobaan penguat konfigurasi base bersama.
Pada hasil percobaan nilai resistansi masukkan transistor sebesar 100, sedangan
nilai resistansi penguat rangkaian hanya sebesar 1,55 Ω.
8. Rangkumkan hasil pengukuran parameter dari ketiga jenis penguat dan beri
kesimpulan dari hasil percobaan di atas.
Jawaban :
Prinsip yang digunakan ketika transistor sebagai penguat yaitu arus kecil pada basis
dipakai untuk mengontrol arus yang lebih besar yang diberikan ke kolektor melalui
transistor tersebut. Dari sini bisa kita lihat bahwa fungsi dari transistor adalah hanya
sebagai penguat ketika arus basis akan berubah. Perubahan arus kecil pada basis
inilah yang dinamakan dengan perubahan besar pada arus yang mengalir dari
kolektor ke emiter.
• Konfigurasi basis bersama mampu meperbesar tegangan namun tidak untuk
memperbesar arus.
• Konfigurasi kolektor bersama mampu meperkuat sinyal arus namun tidak untuk
memperkuat sinyal tegangan.
• Konfigurasi emitor bersama mampu memperkuat sinyal arus namun tidak untuk
memperkuat tegangan.

b) Penguatan bertingkat
1. Apabila hasil pengukuran tegangan pada penguat salah satu tingkat sesuai dengan
teori, beri penjelasan !
Jawaban :
Sesuai dengan teori penguatan bertingkat bahwa jika sinyal AC dipasang pada
masukan maka akan terjadi penguatan pada sinyal keluaran jika resistor beban
dipasang. Dimana hal ini terjadi jika base transistor diberikan bias yang tepat.
2. Apa pengaruh kapasitor emitter (Ce) terhadap penguatan tegangannya !
Jawaban :
Kapasitor emiter berpengaruh sebagai penguat, kapasitor emiter (bay pass)
kapasitor ketika terhubung, cabang emiter terhubung ke ground seperti short circuit
dan arus tidak melewati Re. Ketika Ce ini dilepas menyebabkan pengurangan
pengurangan tegangan tegangan yang besarnya besarnya sama dengan penambahan
penambahan resistansi resistansi masukan
3. Pada saat amplitude masukan dinaikkan, tegangan keluaran akan terpotong,
jelaskan !
Jawaban : Ketika amplitudo dinaikkan, otomatis tegangan akan terpotong karena
tegangan akan ikut naik ketika amplitudo dinaikkan sehingga terpotong dan tidak
terbaca di osiloskop.
4. Pada penguat RC 2 tingkat apakah terjadi perbedaan penguat antara TR1 dan TR2
!
Jawaban :
Terjadi pembeda penguat antara TR1 dan TR2, dimana output TR2 lebih besar dari
output TR1 kerena pada prinsip kerjanya sinyal yang masuk akan di perkuat di TR1
dan output dari TR1 yang masuk ke TR2 akan diperkuat lagi sehingga hasilnyanya
lebih besar.
5. Pada saat resistansi base 15K diganti, gelombang keluaran menjadi cacat (distorsi),
mengapa ?
Jawaban :
Karena ketika R15K diganti, otomatis keluaran akan cacat karena tidak sesuai. Jika
R15K diganti maka R yang diserikan harus diganti agar dapat keluaran yang
sempurna
6. Gambarkan grafik frekuensi respon dan tentukan batas-batas frekuensi cut offyta.
KESIMPULAN
1. Transistor memiliki 3 elektroda (basis, emitor, dan kolektor) sehingga pada dasarnya
transistor dapat dirangkai menjadi 3 macam penguat dasar yang dikenal dengan konfigurasi
penguat yaitu :
- Konfigurasi basis emitor (common base).
- Konfigurasi emitor bersama (common emitor).
- Konfigurasi kolektor bersama (common collector) yang dikenal sebagai
rangkaian pengikut emiter (emitter follower).

Ketiga jenis konfigurasi ini memiliki sifat atau harga parameter yang berbeda.
2. Konfigurasi basis bersama mampu meperbesar tegangan namun tidak untuk memperbesar
arus.
• Konfigurasi kolektor bersama mampu meperkuat sinyal arus namun tidak untuk
memperkuat sinyal tegangan.
• Konfigurasi emitor bersama mampu memperkuat sinyal arus namun tidak untuk
memperkuat tegangan.
3. Tujuan utama dari penguat bertingkat adalah untuk mendapatkan penguatan daya yang
besar tanpa terjadi kecacatan pada outputnya.
• Susunan penguat bertingkat dapat berupa hubungan antara masing- masing susunan
penguat satu dengan yang lain, misalnya CB dengan CE, CE dengan CC, CE dengan CE
dan sebagainya disesuaikan dengan tujuan dari penguat.

Anda mungkin juga menyukai