2018-11-069
MODUL V
RANGKAIAN PENGUAT TRANSISTOR
I. TUJUAN
a. Mempelajari rangkaian dasar penguat transistor, yaitu rangkaian kolektor bersama
(common collector), emitor bersama (common emitter) dan basis bersama (common
base)
b. Mempelajari karakteristik penguatan tegangan dan penguatan arus dari rangkaian –
rangkaian dasar penguat
III. TEORI
Ada tiga rangkaian dasar penguat transistor, yaitu penguat emitor bersama
(common emitter), basis bersama (common base) dan kolektor bersama (common
collector). Pada masing – masing rangkaian penguat tersebut salah satu dari ketiga kaki
transistor merupakan acuan terhadap tanah (ground) dari rangkaian dan merupakan
elemen yang digunakan secara bersama – sama oleh masukan dan keluaran. Secara
umum, karakteristik dasar dari ketiga jenis penguat tersebut adalah sebagai berikut :
Pada rangkaian di atas, besar arus basis Ib ditentukan oleh Rb, VCC, tegangan jatuh
VBE dan RE.
Karena arus basis Ib mengalir melalui Rb dan arus emitor Ic mengalir melalui Rc, maka arus
Ib dapat dihitung dengan persamaan :
V
Vcc I b Rb Vbc I c Rc
C
C (Pers 5.1)
VCC I b Rb Vbc I c Rc
Besar Vbc pada transistor silicon berkisar sekitar 0.6 – 0.7 Volt, sedangkan pada
transistor germanium 0.3 Volt.
Di dalam rangkaian emitor bersama, sambungkan basis – kolektor dipanjar dalam arah
mundur / terbalik. Sehingga secara teoritis, tidak ada arus yang akan mengalir melalui
sambungan tersebut.
Pada konfigurasi ini, penguatan sinyal ditentukan oleh perbandingan antara arus
kolektor Ic
Gain = Ic / Ie
Berdasarkan rangkaian di atas, arus emitor tidak pernah lebih kecil dari arus kolektor.
Gain ≤ 1
Hal ini berarti sinyal keluarannya mempunyai amplitude yang tidak pernah melebihi
amplitude masukannya.
Penguatan tegangan dari rangkaian ini selalu kurang dari 1, namun penguatan arusnya
cukup tinggi. Penggunaan rangkaian ini tidaklah sebanyak kedua rangkaian dasar
sebelumnya, karena penguatan dayanya rendah. Namun karena impedansi masukan
yang tinggi dan impedansi keluarannya yang rendah, maka rangkaian ini sering
digunakan untuk pencocokan impedansi.
Perhatikan gambar di atas, sebuah transistor dapat dianggap sebagai fungsi ekivalen dari dua
dioda yang dihubungkan seri.
V. PERCOBAAN
a. Buat rangkaian seperti gambar 5.5. Rangkai dengan benar transistor yang
digunakan (kaki – kakinya jangan terbalik). Periksalah terlebih dahulu semua alat
ukur yang digunakan, bila fusenya putus gantilah terlebih dahulu sebelum
disambungkan ke rangkaian.
b. Lakukan pengamatan ringan atas kaki – kaki transistor dengan menggunakan Ohm
Meter, untuk menentukan posisi kolektor, basis, dan emitor. Bandingkan hasil
pengamatan saudara dengan standar dari kaki – kaki tersebut.
c. Atur sumber tegangan VCC sehingga mencapai tegangan 12 Volt. Kemudian atur
tahanan basis agar Ib mengalir sebesar 100 μA. Jaga agar transistor tetap dalam
kondisi aktif.
d. Periksa kondisi kerja transistor dengan memperhatikan / catat nilai – nilai IC dan
VCE.
e. Nyalakan oscilloscope dan atur fokus serta intensitas cahayanya sehingga mudah
dilihat / diamati. Tempatkan probenya pada posisi / titik pengamatan yang benar
f. Atur keluaran dari generator fungsi sebesar 100 mV puncak – puncak dan masukan
/ injeksikan ke rangkaian penguat.
g. Amati dan gambar bentuk gelombang masukan dan keluaran yang terjadi
h. Ubah besar arus basis (lebih besar / lebih kecil) sampai didapat gamba sinyal
keluaran yang cacat (terdistorsi)
i. Gambarlah sinyal keluaran yang cacat tersebut
j. Kembalikan Ib ke nilai semula. Naikan amplitude sinyal masukan secara bertahap
dari mV samapi 1 V peak – peak dan catat besar amplitude keluaran yang
dihasilkan penguat.
k. Matikan sumber tegangan dan generator fungsi
a. Buat rangkaian seperti gambar 5.6. Rangai dengan benar transistor yang digunakan
(kaki – kakinya jangan terbalik).
b. Atur sumber tegangan VCC ke 12 Volt. Kemudian aturlah tahanan basis agar Ib
mengalir sebesar 100 μA. Jaga transistor dalam kondisi aktif
c. Periksalah kondisi kerja transistor dengan memperhatikan / catat nilai dari Ic dan
VCE
d. Nyalakan osiloscope dan pasanglah penyidiknya pada titik pengamatan yang benar.
e. Pilihlah sinyal keluaran sinusoidal dari generator fungsi dan aturlah amplitudonya
sebesar 100 mV puncak – puncak. Kemudian masukan / injeksikan ke rangkaian
penguat.
f. Amati dan gambar bentuk gelombang masukan dan keluaran yang terjadi
g. Naikan amplitude sinyal masukan secara bertahap dari 100 mV sampai 1 V peak –
peak dan catat besar amplitudo keluaran yang dihasilkan penguat
h. Matikan sumber tegangan dan generator fungsi
a. Buat rangkaian seperti gambar 5.7. Rangkai dengan benar transistor yang
digunakan (kaki – kakinya jangan terbalik).
b. Atur sumber tegangan VCC ke 12 Volt. Kemudian aturlah tahanan basis agar Ib
mengalir sebesar 100 μA. Jaga transistor dalam kondisi aktif
c. Periksalah kondisi kerja transistor dengan memperhatikan / catat nilai dari Ic dan
Vce
d. Nyalakan osiloscope dan pasanglah penyidiknya pada titik pengamatan yang benar
e. Pilihlah sinyal keluaran sinusoidal dari generator fungsi dan aturlah amplitudonya
sebesar 100 mV puncak – puncak. Kemudian masukan / injeksikan ke rangkaian
pnguat.
f. Amati dan gambar bentuk gelombang masukan dan keluaran yang terjadi
g. Naikan amplitude sinyal masukan secara bertahap dari 100 mV sampai 1 V peak –
peak dan catat besar amplitudo keluaran yang dihasilkan penguat
h. Matikan sumber tegangan dan generator fungsi
AF
Generator
AF
Generator
AF
Generator
1. Hitunglah penguatan tegangan, penguatan arus dan penguatan daya dari masing –
masing rangkaian penguat yang anda amati dalam percobaan ini ?
2. Rangkaian penguat yang manakah yang :
a) Penguatan arusnya paling besar ?
b) Penguatan tegangannya paling besar ?
c) Penguatan arusnya paling kecil ?
d) Penguatan tegangannya paling kecil ?
3. Dari gambar sinyal masukan dan keluaran yang diperoleh, berilah kesimpulan
mengenai hubungan fasa antara sinyal masukan dan keluaran masing – masing
rangkaian penguat.
4. Jelaskan mengapa pada masing-masing percobaan terdapat gelombang yang terpotong ?