Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum Elektronika Analog

PENGUAT DASAR TRANSISTOR - PENGUAT BERTINGKAT

DISUSUN OLEH:

ELSHA ADRIANTI

42220012

1A TRJT

Jurusan Teknik Elektro

Program Studi Teknologi Rekayasa Jaringan Telekomunikasi

Politeknik Negeri Ujung Pandang 2021


PERCOBAAN VI
PENGUAT DASAR TRANSISTOR - PENGUAT BERTINGKAT

TUJUAN PERCOBAAN
Setelah selesai melakukan percobaan ini, Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan jenis-jenis penguat dasar transistor .
2. Mengukur parameter-parameter penguat transistor antara lain penguatan arus, penguatan
tegangan, resistansi masukan dan resistansi keluaran.
3. Menyebutkan sifat-sifat masing-masing konfigurasi penguat.
4. Mengukur penguatan tegangan penguat transistor.
5. Menjelaskan fungsi pemberian bias pada transistor.
6. Mejelaskan fungsi transistor by-pass dan pengaruhnya terhadap penguatan sinyal.
7. Menyelidiki fungsi kapasitor kopling pada penguat dua tingkat.
8. Mengukur frekuensi respon dari penguat.

DASAR TEORI
A. Penguat Dasar Transistor
Transistor memiliki 3 elektroda (basis, emitor, dan kolektor) sehingga pada dasarnya
transistor dapat dirangkai menjadi 3 macam penguat dasar yang dikenal dengan konfigurasi
penguat yaitu :
1. Konfigurasi basis emitor (common base).
2. Konfigurasi emitor bersama (common emitor).
3. Konfigurasi kolektor bersama (common collector) yang dikenal sebagai rangkaian
pengikut emiter (emitter follower).
Ketiga jenis konfigurasi ini memiliki sifat atau harga parameter yang berbeda.
B. Penguat Bertingkat
Transistor dapat berfungsi sebagai penguat sinyal, jika sinyal AC dimasukkan pada
masukan akan mengakibatkan perubahan arus pada keluarannya. Jika resistor beban
dipasang, sinyal keluaran akan lebih besar dari masukannya. Pembesaran sinyal ini disebut
sebagai penguatan, hal ini tentunya terjadi jika transistor diberi tegangan DC dengan benar.
Dalam percobaan ini akan dilakukan pengukuran terhadap penguat transistor yang diberi
tegangan DC dengan benar. Dan dilakukan terhadap transistor dengan konfigurasi bersama,
sehingga basis sebagai masukan, sedangkan kolektor sebagai keluaran. Dalam pembahasan
perlu diperhatikan komponen yang dapat mempengaruhi sinyal AC untuk itu rangkaian
penguat dapat digambarkan sebagai berikut:
Untuk sinyal AC sumber tegangan dan kapasitor dianggap hubung singkat (diganti dengan
tahanan dalamnya), tegangan AC dasar pada pengaut adalah tegangan kolektor terhadap
ground (VCO, tegangan emiter (VE) dan tegangan basis (VB)).

Menentukan Penguatan Tegangan :


Tegangan keluaran (VC) adalah:
VC = Ic.Rc
= Ie.Rc(Ic.Ie)

Tegangan Masukan (Vb) Adalah :


Vb = Vbe + Ie.Re
= Ie.re’ + Ie.Re
= Ie (re’ +Re) → re << Re
Vb Ie.Re

Penguatan Tegangan Untuk Transistor


Konfigurasi common emiter dapat dihitung secara pendekatan :
Av = Vc / Vb
≈ ie.Rc / Re
Untuk rangkaian penguat AC, pada umumnya dipasang kapasitor langsung pada resistor emitor
berfungsi untuk memperbesar penguatan tegangan. Dalam pemakaian secara umum, diperlukan
suatu penguat sinyal dengan penguatan yang cukup besar sehingga digunakan beberapa penguat
diskrit yang dihubungkan. Untuk penggabungan penguatan-penguatan ini diperlukan komponen
penghubung yang disebut kopling, kopling yang banyak dijumpai untuk penguatan sinyal dengan
frekuensi diatas 10 Hz adalah jenis kopling RC (resistence kapasitance kopling) kapasitor kopling
memiliki kemampuan melewatkan sinyal AC tetapi menghalangi tegangan DC. Ini perlu untuk
mencegah bergesernya titik kerja (Q point) transistor, penguatan tegangan . penguat bertingkat ini
memerlukan perkalian antara tingkat pertama dan kedua AV = A1.A2

Menentukan Tanggapan Frekuensi (Frekuensi Response).


Setiap perubahan frekuensi masukan penguatan transistor akan berubah. Ini disebabkan faktor-
faktor yang ada di dalam transistor (seperti kapasitor sambungan) atau komponen pendukungnya.
Untuk melakukan pengukuran dapat melakukan dengan mengukur tegangan masukan dan
tegangan keluaran, untuk daerah frekuensi yang lebar. Sehingga diperoleh penguatan tegangan
yang turun sebesar 0,707 kali penguatan max. Pada frekuensi yang penguatan turun sebesar X
Vmax adalah batas frekuensi yang diizinkan lewat (frekuensi cut off).

Konfigurasi Base Bersama


Rangkaian dasar dari penguat transistor konfigurasi base bersama adalah sebagai berikut:

Gambar 9.1 Penguat base Bersama


Sinyal masukan, masuk lewat monitor, sedangkan keluaran diambil lewat kolektor. Tegangan Eeb
adalah bias maju pada pertemuan E dan B, sedangkan Ecb adalah bias mundur kolektor. Pada
rangkaian penguat base bersama, salah satu parameter yang penting adalah penguatan arus hubung
singkat (hFB) yaitu perbandingan antara perubahan arus kolektor dengan perubahan arus emiter,
sementara VCB dipertahankan konstan.
Hfb = Ic / Ib

Penguatan arus pada penguat transistor base bersama (hfb) mempunyai nilai kurang dari satu,
sebab arus emitor memiliki penjumlahan arus base dan arus kolektor.
Pada penguat base bersama sinyal tegangan msukan dan sinyal tegangan keluaran mempunyai fase
yang sama artinya, penambahasn sinyal tegangan masukan akan menghasilkan penambahan sinyal
tegangan keluaran.

Konfigurasi Emiter Bersama


Rangkaian dasar penguat dengan konfigurasi emiter bersama adalah sebagai berikut

Gambar 9.2 penguat emiter bersama

Sambungan emiter-basis diberi bias maju oleh Ebe, sedangkan sambungan dari (Ece-Ebc) dimana
Ece-Ebc.
Masukan dimasukan lewat elektroda base sedangkan keluaran diambil dari kolektor, sehingga
untuk memperoleh penguatan arus pada rangkaian ini (hfe) adalah perbandingan perubahan arus
kolektor (Ic) terhadap perubahan arus base (Ib).
Hfe = Ic / Ib
= hfb / (1 - hfb)

Untuk rangkaian penguat dengan konfigurasi emiter bersama mempunyai penguatan arus yang
cukup besar (hfe < 1) untuk menentukan penguatan tegangan dan tegangan daya adalah sebagai
berikut :
Vin = Ib. Rin
Ib = Es / (Rs + Rin)
Ib = Vin / Rin
Ic = hfe . Ib
Ib = hfe . Vin / Rin
Vout = Ic. RL
= hfe . Vin . RL / Rin
Av = Vout / Vin → hfe. RL / Rin
Ap = Pout / Pin → Pout = Ic2 . RL
= (hfe . Ib)2 . RL
Pin = Ib2 . Rin
Ap = hfe . RL / Rin → Av . Ai

Karena faktor-faktor penguatan yang besar, maka penguat dengan konfigurasi emiter bersama ini
sangat babyak digunakan

Konfigurasi Kolektor Bersama


Rangkaian dasar penguat dengan konfigurasi kolektor adalah sebagai berikut :

Gambar 9.3 Penguat kolektor Bersama

Pada penguat ini, masukan dihubungkan pada elektroda base, sedangkan beban dipasangkan pada
emitor. Penguat arus pada konfigurasi ini adalah :
Hfc = Ic / Ib
= 1 / (1 - hfb)
= hfe + 1
Karena hfe mempunyai nilai yang besar, maka penguatan arus pada kolektor bersama adalah
hampir sama dengan penguatan arus pada emitor bersama sifat yang khas dari rangkaian ini, adalah
resistansi masukan biasanya lebih besar dari resistansi beban sinyal tegangan masukan sefasa
dengan tegangan sinyal keluaran, sehingga penguat kolektor bersama sering dipergunakan sebagai
rangkaian penyesuaian impedansi.

ALAT DAN BAHAN


A. Penguat dasar Transistor
1. Catu daya 1 buah
2. Multimeter 1 buah
3. Generator 1 buah
4. Osiloscope 2 canal 1 buah
5. Transistor BD 130 1 buah
6. Variabel resistor 10K 1 buah
7. Variabel resistor 47K 1 buah
8. Resistor 1K 2 buah
9. Resistor 10K 1 buah
10. Resistor 47K 1 buah
11. Kapasitor 100µF 1 buah
12. Kapasitor 470µF 1 buah
13. Papan percobaan 1 buah
14. Kawat penghubung secukupnya

B. Penguat Bertingkat
1. Catu daya 1 buah
2. Multimeter 1 buah
3. Generator fungsi 1 buah
4. Osiloscope 1 buah
5. Transistor BC 500 1 buah
6. Kapasitor 100µF 1 buah
7. Resistor 10K, 37k, 150 Ohm 1 buah
8. Resistor 1K, 3k3 Ohm 1 buah
9. Pottensiometer 220 Ohm 1 buah
10. Kawat penghubung 1 buah
11. Kapasitor 100µF 2 buah
12. Kapasitor 470µF 2 buah
13. Papan percobaan 1 buah

LANGKAH PERCOBAAN
A. Penguat dasar Transistor
a) Penguatan konfigurasi base bersama

Gambar 9.4

b) Penguatan konfigurasi emiter bersama


Gambar 9.5

1. Rakitlah rangkaian seperti pada gambar 9.5 di atas.


2. Atur tegangan catu daya 10V dan hubungkan rangkaian.
3. Ukur dengan kolektor, atur R2 hingga tegangan kolektor 5V (generator sinyal
pada kondisi off).
4. Pasang osiloskop, kanal 1 pada masukan dan kamnal 2 pada keluaran.
5. Hidupkan generator sinyal aturlah frekuensi pada 1K dan amplitudo hingga sinyal
msukan = 10 mVpp.
6. Baca dan catatlah penunjukan osiloskop untuk tegangan keluaran
Vout = … Vpp
7. Hitunglah penguatan tegangan penguat emiter bersama.
Av = Vout / Vin
8. Perhatikan gambar sinyal antara masukan dan keluaran. Berapa beda fase antara
keduanya.
Beda Phasa = ...
9. Pindahkan gambar 2 osiloskop untuk mengukur untuk keluaran gelombang sinyal
Vs = ... Vpp.
10. Hitunglah arus masukan, arus keluaran dan penguatan arus penguat.
Linp = (Vs - Vinp) / Rs
Lout = Vout / RL
Ai = Lout / Linp
11. Hitunglah resistansi masukan penguat.
Rin = Vinp / Linp
12. Pasangkan variabel resistor 47K pada keluaran, atur resistor tersebut sampai
diperoleh tegangan keluaran setengah dari tegangan arus.
Vout = Vout / 2
13. Lepasakan variabel resistor dan ukur nilai resistansinya.
R1’ = ... Ohm
Resistansi keluaran sama nilainya dengan resistansi beban saat :
Vo’ = Vo / 2
Rout = ... Ohm

c) Penguatan konfigurasi kolektor bersama

Gambar 9.6

1. Pasangkan osiloskop pada terminal masukan dan keluaran.


2. Hidupkan generator sinyal, atur frekuensi sinyal pada 1Khz dan amplitudo
sehingga menunjuk pada 2 Vpp.
3. Baca dan catat tegangan keluarannya.
4. Hitung penguatan tegangannya.
Vin = 2 Vpp
Vout = ... Vpp
5. Bandingkan sinyal masukan dan keluarannya berapakah beda phasanya.
Beda phasa = .....
6. Ukur tegangan keluaran dari generator sinyal.
Vs = ...Vpp
7. Hitunglah arus masukan, arus keluaran pada penguatan arusnya :
Linp = (Vs - Vinp) / Rs
Lout = Vout / RL
Ai = Lout / Linp
8. Hitunglah resistansi penguat masukan.
Rin = Vinp / Linp
9. Atur amplitudo generator sinyal sampai tegangan keluaran Vout = 0,1 Vpp.
Pasang variabel resistor pada keluaran, aturlah sampai diperoleh :
Vout = Vout / 2
10. Lepaskan variabel Resistor dan ukur nilai resistansinya.
Rout = RL’ = ....Ohm.

B. Penguatan Bertingkat
a) Penguatan CE satu tingkat
1. Rakitlah rangkaian seperti gambar 10.2.
2. Aturlah tegangan catu daya 12V hubungkan dengan rangkaian.
3. Pasang generator fungsi pada masukan, atur pada frekuensi 1Khz dengan amplitude
50 mVpp.
4. Amati bentuk gelombang masukan dan keluaran. Berapakah beda fasanya.
Beda Fase = …
5. Ukurkah tegangan masukan dan keluarnya.
Vin = …
Vout = …
6. Berapakah penguatan tegangannya
Av = …
7. Lepaskan kapasitor 470 μF pada emitor.
8. Ulangi pengukuran tegangan masukan dan keluarnya.
Vin = …
Vout = …
9. Berapakah penguatan tegangannya.
Av = …
10. Pasang kembali kapasitor pada emitter, naikkan amlitudo generator fungsi sampai
tegangan keluaran mulai distorsi (terpotong).
11. Ukur tegangan masukan dan keluarnya serta hitung penguatannya.
Vin = …
Vout = …
Av = …
12. Matikan semua peralatan yang diperlukan.

b) Penguatan RC dua tingkat


1. Rakitlah rangkaian seperti gambar 10.3.
2. Atur tegangan catu daya 12V, hubungkan dengan rangkaian.
3. Pasang generator fungsi pada masukan, atur pada frekuensi 1 KHz dengan
amplitude 100 mVpp.
4. Ukurlah tegangan masukan, keluaran TR1, dan tegangan keluaran TR2.
Vin = …
Vout 1 = …
Vout 2 = …
5. Hitunglah penguatan dari TR1 dan TR2 dan penguat bertingkat.
Av 1 = …
Av 2 = …
Av = ….
6. Dengan menggunakan multimeter ukurlah tegangan DC pada base emitter dan
kolektor emitter masing-masing transistor.
VCE 1 = … , VCE 2 = …
VBE 1 = … , VBE 2 = …
7. Gantilah R15K (pada base TR2) dengan R3K3.
8. Amati gambar keluaran dengan osiloskop, gambarkan.
9. Ulangi pengukuran seperti padalangkah 6.
VCE 1 = … , VCE 2 = …
VBE 1 = … , VBE 2 = …
10. Kembalikan lagi R15K sehingga tegangan keluaran menjadi tidak distorsi.
11. Ukurlah frekuensi respon penguat dengan mengukur tegangan keluaran sebagai
fungsi dari frekuensi untuk tegangan masukan konstan. Isikan dalam tabel berikut
:

Frek (Hz) Vin Vout Av


10
30
50
100
300
500
1K
3K
5K
10K
30K
50K
100K
300K
TUGAS DAN PERTANYAAAN
a) Penguat dasar Transistor
1. Pada percobaan penguat konfigurasi base bersama dan emitor bersama, dilakukan
pengaturan tegangan kolektor sebesar 5V (Vcc/2). Apa maksudnya !
2. Apa fungsi dari kapasitor 470 F pada penguatan konfigurasi basis bersama.
3. Beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran pada konfigurasi emitter
bersama adalah 180. Jelaskan bagaimana ini bisa terjadi !
4. Pada pengukuran resistansi keluaran, diperlukan resistor variable untuk
memperoleh tegangan keluaran berkurang menjadi setengahnya. Mengapa hal ini
bisa dipergunakan, teorema apa yang digunakan !
5. Pada pengukuran resistansi keluaran untuk konfigurasi kolektor bersama, tegangan
masukan harus diturunkan menjadi 0,1 Vpp. Jelaskan dan jika tidak terjadi apa
yang terjadi !
6. Dari hasil pengukuran, konfigurasi mana yang menghasilkan penguatan arus paling
besar ? apakah ini sesuai teori, jelaskan !
7. Adakah perbedaan antara resistansi masukan rangkaian penguat dengan resistansi
masukan transistor ! jika ada jelaskan dan beri contoh salah satu perhitungannya.
8. Rangkumkan hasil pengukuran parameter dari ketiga jenis penguat dan beri
kesimpulan dari hasil percobaan di atas.

b) Penguatan bertingkat
1. Apabila hasil pengukuran tegangan pada penguat salah satu tingkat sesuai dengan
teori, beri penjelasan !
2. Apa pengaruh kapasitor emitter (Ce) terhadap penguatan tegangannya !
3. Pada saat amplitude masukan dinaikkan, tegangan keluaran akan terpotong,
jelaskan !
4. Pada penguat RC 2 tingkat apakah terjadi perbedaan penguat antara TR1 dan TR2
!
5. Pada saat resistansi base 15K diganti, gelombang keluaran menjadi cacat (distorsi),
mengapa ?
6. Gambarkan grafik frekuensi respon dan tentukan batas-batas frekuensi cut offyta.

Anda mungkin juga menyukai