Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM I

ELEKTRONIKA ANALOG

“PASS FILTER”

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Susilo, M.S.

Disusun oleh :

Lulu Fajrotir Rohmah


(4201418024)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2020
A. Tujuan
1. Memahami rangkaian tapis pasif RC melalui pemodelan matematik dan analisis
tanggapan frekuensinya (tanggapan amplitude dan tanggapan fasa)
2. Memahami pengaruh perubahan resistansi dan kapasitansi terhadap tanggapan
amplitudo serta tanggapan fasa
3. Dapat mengukur tanggapan amplitudo dan fasa untuk tapis lolos rendah dan
tinggi

B. Landasan Teori
Tegangan bolak-balik adalah tegangan listrik yang berubah tanda secara
berulang. Isyarat yang diproses dalam elektronika banyak yang berupa tegangan
bolak-balik, dengan berbagai bentuk gelombang. Tetapi bentuk gelombang yang
paling dasar adalah bentuk sinusoida. Ada beberapa cara membahas arus bolak-balik,
diantaranya dengan mempergunakan fungsi eksponensial kompleks. Dengan cara ini
aturan yang digunakan pada arus searah tetap berlaku, asalkan digunakan fasor
kompleks. Cara ini dipergunakan untuk membahas rangkaian tapis RC. Rangkaian
tapis merupakan rangkaian yang desain untuk meloloskan isyarat pada rentang
frekuensi tertentu. Daerah frekuensi yang diloloskan tapis disebut pass band,
sedangkan daerah frekuensi yang tidak diloloskan dinamakan stop band.
Dalam sebuah rangkaian terdapat komponen yang masing-masing memiliki
fungsi tertentu sehingga rangkaian tersebut dapat berfungsi dengan baik. Sebuah
rangkaian yang terdiri atas kombinasi dari beberapa komponen aktif dan komponen
pasif dirancang untuk meloloskan dan menahan sinyal masukan dengan rentang
frekuensi tertentu. Rangkaian ini disebut sebagai rangkaian filter.
Rangkaian filter dapat digunakan dalam berbagai hal, misalnya rangkaian
penapis orde dua dapat digunakan untuk meredam riak. Riak (ripple) merupakan
sesuatu yang tidak diinginkan, karenanya harus diusahakan untuk direduksi sekecil
mungkin. Salah satu metode yang biasa digunakan untuk mereduksi amplitude riak
keluaran dari sebuah catu daya yaitu dengan memperbesar konstenta waktu
pelepasan muatannya dalam rangkaian penapis RC orde dua (Haris, dkk, 2008).
Menurut Haris dan Saleh (2016), dasar pemahaman tentang proses tanggapan
frekuensi ini, maka kita hanya akan mengkaji pada sifat RC yang bisa meloloskan
frekuensi rendah dan tinggi dan sebagai alat pengubah (converter) gelombang
persegi-ke-segitiga dan persegi-ke-pulsa dengan, masing-masing, mengintegrasikan
dan mendiferensialkan gelombang inputnya dan rangkaiannya sendiri masing-masing
disebut rangkaian integrator dan rangkaian diferensiator orde 1, yang hanya terdiri
dari sebuah resistor yang seri dengan sebuah kapasitor yang ditunjukkan oleh
gambar berikut:
Tapis Lolos Rendah RC
Menurut Haris dan Saleh (2016), untuk tapis lolos rendah yang dihasilkan
oleh pengintegralan RC, sinyal keluaran rangkaian merupakan integral dari sinyal
masukan yang dinyatakan oleh :

Di mana rasio Vo/Vi atau faktor penguatan tegangan (AV) dari rangkaian pada
Gambar 1 (a) ditentukan dengan :

Untuk frekuensi khusus di mana XC = R, amplitudo menjadi :

Dan menghasilkan frekuensi kritis atau frekuensi cut-off sebesar :


1
𝑓𝑐 =
2𝜋𝑅𝐶
Plot ternormalisasi antara faktor penguatan tegangan AV terhadap frekuensi f
menghasilkan kurva seperti pada gambar berikut.

Tapis Lolos Tinggi RC


Menurut Haris dan Saleh (2016), untuk tapis lolos tinggi yang dihasilkan oleh
rangkaian differensiator RC, sinyal keluaran rangkaian merupakan diferensial dari
sinyal masukan yang dinyatakan oleh :

Dengan rasio Vo/Vi atau faktor penguatan tegangan (AV) dari rangkaian pada
Gambar 1 (b) ditentukan dengan :

Untuk frekuensi khusus di mana XC = R, amplitudo menjadi :

Dan menghasilkan frekuensi kritis atau frekuensi cut-off sebesar :


1
𝑓𝑐 =
2𝜋𝑅𝐶
Plot ternormalisasi antara faktor penguatan tegangan AV terhadap frekuensi f
menghasilkan kurva seperti pada gambar berikut.

C. Alat dan Bahan


No Alat dan Bahan Gambar Jumlah Fungsi
.
1. Resistor 10k 1 buah Sebagai resistan/
penghambat arus
pada rangkaian
2. Resistor 8k 1 buah Sebagai resistan/
penghambat arus
pada rangkaian
3. Kapasitor 1F 1 buah Sebagai penyimpan
muatan listrik
4. Kapasitor 10F 1 buah Sebagai penyimpan
muatan listrik
5. Osiloskop 1 unit Untuk
menampilkan jenis
gelombang
masukan dan
gelombang
keluaran
6. Audio 1 unit sebagai pembangkit
Frequency isyarat gelombang
Generator
(AFG)
7. Kabel Probe 1 buah Untuk
menghubungkan
rangkaian dengan
osiloskop dan AFG
8. Kabel 1 Untuk
penghubung pasang menghubungkan
catu daya dengan
rangkaian

D. Prosedur Praktikum
1. Merangkai rangkaian Low Pass Filter (LPF) seperti pada gambar berikut
menggunakan aplikasi LiveWire untuk membuat simulasi lab maya.

2. Mengecek rangkaian agar sesuai gambar


3. Menghitung besar frekuensi potong pada rangkaian tersebut
4. Mengatur sinyal masukan (AFG) berupa sinusoidal, 9V/25Hz
5. Menghubungkan AFG dan osiloskop (CRO) dengan rangkaian yang telah
dirangkai untuk mengukur Vi, Vo, dan frekuensi
6. Memperhatikan bentuk sinyal masukan dan keluaran pada CRO
7. Mencatat hasil pengamatan dan perhitungan sinyal CRO pada tabel pengamatan
8. Mengganti nilai resistor R sebesar 10 k menjadi 8k
9. Mengamati dan mencatat hasil pengamatan sinyal CRO pada tabel pengamatan
10. Mengembalikan rangkaian ke bentuk semula dan mengganti nilai kapasitor C
sebesar 1F menjadi 10F
11. Mengamati dan mencatat hasil pengamatan sinyal CRO pada tabel pengamatan
12. Mengulangi langkah 1-11 untuk rangkaian High Pass Filter (HPF)
13. Melakukan variasi frekuensi 10, 100, 1k, 10k, dan 100kHz dan menghitung
penguatannya

E. Data Percobaan

Low Pass Filter (LPF)


No R (k) C (F) fp (Hz) Vi (V) Vo (V)
.
1. 10 1 15,92 12,69 7,17
2. 8 1 19,90 12,69 7,9
3. 10 10 1,59 12,69 0,9

High Pass Filter (HPF)


No R (k) C (F) fp (Hz) Vi (V) Vo (V)
.
1. 10 1 15,92 12,69 10,55
2. 8 1 19,90 12,69 9,24
3. 10 10 1,59 12,69 12,54

Tanggapan Amplitudo
No. Frekuensi (Hz) Penguatan /Gain
1. 10 1 kali
2. 100 1 kali
3. 1000 0,708 kali
4. 10000 0,1 kali
5. 100000 0,01 kali

F. Analisis Data Pengamatan


• Low Pass Filter (LPF) dan High Pass Filter (HPF)
Nilai Vi dan Vo dapat diperoleh dengan mengamati sinyal masukan dan keluaran
yang dihasilkan oleh CRO. Demikian juga saat penggantian nilai resistor dan
kapasitor, dapat langsung diamati pada grafik CRO. Pada grafik, sinyal masukan
(Vi) berwarna merah dan sinyal keluaran (Vo) berwarna biru.
• Frekuensi Potong
1. fp→ R = 10k , C = 1F
1 1 1
𝑓𝑝 = 2𝜋𝑇 = 2𝜋𝑅𝐶 = 2(104)(10−6 ) = 15,92 𝐻𝑧

2. fp → R = 8k , C = 1F
1 1 1
𝑓𝑝 = = = = 19,90 𝐻𝑧
2𝜋𝑇 2𝜋𝑅𝐶 2(8𝑥103 )(10−6 )

3. fp → R = 10k , C = 10F
1 1 1
𝑓𝑝 = = = = 1,59 𝐻𝑧
2𝜋𝑇 2𝜋𝑅𝐶 2(104 )(10−5 )

• Tanggapan Amplitudo
➢ f = 10 Hz log G = -0,15
Gain dalam dB = 0 dB G = 0,708 kali
Gain dalam kali :
20 log G = dB ➢ f = 10 kHz
20 log G =0 Gain dalam dB = -20 dB
log G =0 Gain dalam kali :
G =1 kali 20 log G = dB
➢ f = 100 Hz 20 log G = -20
Gain dalam dB = 0 dB log G = -20/20
Gain dalam kali : log G = -1
20 log G = dB G = 0,1 kali
20 log G =0 ➢ f = 100 kHz
log G =0 Gain dalam dB = -40 dB
G = 1 kali Gain dalam kali :
➢ f = 1 kHz 20 log G = dB
Gain dalam dB = -3 dB 20 log G = -40
Gain dalam kali : log G = -40/20
20 log G = dB log G = -2
20 log G = -3 G = 0,01 kali
log G = -3/20

G. Pembahasan Data Pengamatan


Filter adalah suatu rangkaian yang dipergunakan untuk membuang
tegangan output pada frekuensi tertentu. Untuk merancang filter dapat digunakan
komponen pasif (R,L,C) dan komponen aktif (Op-Amp, transistor). Filter lolos
rendah/Low Pass Filter merupakan rangkaian elekronika yang dapat meloloskan
frekuensi sampai batas tertentu dan mengeblok frekuensi di atasnya. Filter lolos
tinggi/High Pass Filter adalah rangkaian filter yang berfungsi untuk
melewatkan frekuensi tinggi.
Dari pengamatan terhadap rangkaian tapis lolos rendah/Low Pass Filter
(LPF) dengan frekuensi masukan 25 Hz, nilai hambatan yang digunakan yaitu
sebesar 10k dan nilai kapasitansi kapasitor yaitu 1F, diperoleh nilai tegangan
masukan (Vi), yaitu sebesar 12,69 V dan tegangan keluaran (Vo) sebesar 6,81V.
Ketika nilai hambatan diganti sebesar 8k, ternyata nilai tegangan masukan (Vi)
tetap dan nilai tegangan keluaran (Vo) bertambah menjadi 7,9 V. Dari hasil tersebut,
dapat diketahui bahwa semakin kecil nilai hambatan, maka tegangan keluaran (Vo)
akan semakin besar.
Sedangkan ketika nilai resitansi/hambatan (R) tetap, yaitu 10k dan nilai
kapasitansi (C) yang awalnya sebesar 1F menjadi 10F, ternyata diperoleh hasil
bahwa tegangan masukan (Vi) memiliki nilai yang sama, yaitu sebesar 12,69 V dan
tegangan keluaran berkurang menjadi 0,9 V. Dari hasil tersebut, dapat diketahui
bahwa hal ini sesuai dengan persamaan yang menyatakan hubungan antara R, C, dan
Vo.
1
𝑗  𝐶 ̅
𝑉̅0 () = 𝑉 ()
1 𝑖
𝑅 + 𝑗 𝐶

Dari pengamatan terhadap rangkaian tapis lolos tinggi/High Pass Filter


(HPF) dengan frekuensi masukan 25,64 Hz, nilai hambatan yang digunakan yaitu
sebesar 10k dan nilai kapasitansi kapasitor yaitu 1F, diperoleh nilai tegangan
masukan (Vi), yaitu sebesar 12,69 V dan tegangan keluaran (Vo) sebesar 10,55 V.
Ketika nilai hambatan diganti sebesar 8k, ternyata nilai tegangan masukan (Vi)
tetap dan nilai tegangan keluaran (Vo) berkurang menjadi 9,54 V. Dari hasil tersebut,
dapat diketahui bahwa semakin kecil nilai hambatan, maka tegangan keluaran (Vo)
akan semakin kecil.
Sedangkan ketika nilai resitansi/hambatan (R) tetap, yaitu 10k dan nilai
kapasitansi (C) yang awalnya sebesar 1F menjadi 10F, ternyata diperoleh hasil
bahwa tegangan masukan (Vi) memiliki nilai yang sama, yaitu sebesar 12,69 V dan
tegangan keluaran bertambah menjadi 12,54 V. Hasil ini terlihat pada kurva tegangan
masukan (Vi) dan tegangan keluaran (Vo) yang berhimpit (hampir sama). Dari hasil
tersebut, dapat diketahui bahwa hal ini sesuai dengan persamaan yang menyatakan
hubungan antara R, C, dan Vo.
𝑅
𝑉𝑜 () = 𝑉 ()
1 𝑖
𝑅 + 𝑗 𝐶

Berdasarkan grafik dari tanggapan amplitudo rangkaian tapis lolos rendah (LPF),
terlihat bahwa semakin besar nilai frekuensi yang diinput, maka nilai faktor
penguatan dari rangkaian menjadi semakin kecil. Hal ini menjelaskan bahwa pada
rangkaian filter RC lolos melakukan penyaringan sinyal dari frekuensi-frekuensi
tertentu saja, yaitu menahan sinyal berfrekuensi tinggi dan meloloskan sinyal
berfrekuensi rendah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada rangkaian tapis lolos
rendah, nilai faktor penguatan dari rangkaian akan semakin mengecil ketika nilai
frekuensi yang diinput diperbesar.
H. Simpulan
Setelah melakukan percobaan ini, dapat disimpulkan hal-hal berikut:
1. Perbedaan mendasar antara rangkaian tapis lolos rendah dan tapis lolos
tinggi terletak pada pengukuran tegangan keluarannya, pada rangkaian tapis lolos
rendah, tegangan keluaran diukur pada kapasitor, sedangkan pada rangkaian lolos
tinggi tegangan keluarannya diukur pada resistor.
2. Rangkaian RC tapis lolos rendah merupakan rangkaian yang bersifat meloloskan
frekuensi rendah dan menahan frekuensi tinggi, sedangkan rangkaian RC tapis
lolos tinggi merupakan rangkaian yang bersifat meloloskan frekuensi tinggi dan
menahan frekuensi rendah.
3. Pada rangkaian tapis lolos rendah, nilai faktor penguatan dari rangkaian akan
semakin mengecil ketika nilai frekuensi yang diinput diperbesar.

I. Daftar Pustaka

Bakri, Abdul Haris, M. Agus Martawijaya & Muh. Saleh. 2015. Dasar-Dasar
Elektronika. Makassar: Edukasi Mitra Grafika
Bakri, Abdul Haris, Saleh, Muh. 2016. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar.
Makassar: Laboratorium Elektonika dan Instrumen UNM
Theraja, B.L. & A.K. Theraja. 1994. A Text Books of Electrical Technology, Vol. IV.
New Delhi: Nirja Construction & Development Co. (P) LTD
Tim Dosen Mata Kuliah Elektronika Analog. 2020. Modul Praktikum. Semarang :
UNNES

J. Lampiran

• Low Pass Filter (LPF)


➢ R = 10k , C = 1F
➢ R = 8k , C = 1F

➢ R = 10k , C = 10F

• High Pass Filter (HPF)


➢ R = 10k , C = 1F
➢ R = 8k , C = 1F

➢ R = 10k , C = 10F

Anda mungkin juga menyukai