Anda di halaman 1dari 4

SENI GEMBYUNG DI BURUJUL

Seni Gembyung merupakan pengembangan dari kesenian Terbang yang hidup di


lingkungan pesantren. Katanya seperti halnya kesenian terbang, gembyung digunakan oleh
para wali yang dalam hal ini Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga sebagai media untuk
menyebarkan agama Islam di Cirebon. Kesenian ini didirikan di Burujul pada tahun 1165
(masehi) oleh Buyut Leles. Kesenian gembyung di Desa Burujul dipimpin oleh kidalang Hj.
Barohim, ada juru sekar dan tukang alok atau ruroh sekar di tambah 15 orang panayaga.

Kesenian Gembyung ini biasa dipertunjukkan pada upacara-upacara kegiatan Agama Islam
seperti peringatan Maulid Nabi, Rajaban dan Kegiatan 1 Syuro yang digelar di sekitar tempat
ibadah. Setelah berkembang menjadi Gembyung, tidak hanya ada dilingkungan pesantren,
karena pada gilirannya kesenian ini pun banyak dipentaskan dikalangan masyarakat untuk
perayaan khitanan, perkawinan, bongkar bumi, mapag sri, dan lain-lain.

Lagu-lagu yang disajikan pada pertunjukan Gembyung tersebut antara lain yaitu
Assalamualaikum, Basmalah, Salawat Nabi dan Salawat Badar. Busana yang dipergunakan
oleh para pemain kesenian ini adalah busana yang biasa dipakai untuk ibadah shalat seperti
memakai kopeah/peci, Baju Kampret atau kemeja putih, dan kain sarung.

Ketika itu Buyut Leles membuat alat kesenian gembyung terdiri dari alat kesenian yang
dipadukan kesenian daerah dan kesenian arab kesenian buhun. Alat-alat kesenian gembyung
yaitu :

1. 4 macam genjring 1 terbang kuda lari di buat dari kayu jati/kulit kerbau/sapi
2. 4 macam dogdog terdiri dari 2 dogdog indung dan 2 dogdog anak terbuat dari kayu
dan kulit kerbau/sapi.
3. 2 macam kendang indung, 2 macam kendang anak atau kulater.
4. 1 bedug indung.
5. 1 kecrek.
6. 1 piul.
7. 2 buah bonang.
8. 1 suling.
9. 1 trompet.
10. 2 goong terdiri dari 1 goong kecil 1 goong besar.
11. 1 rebab.
Genjring

Dogdog
Kendang

Bedug
Sumber Bapak Edi Supriatna

Anda mungkin juga menyukai