Anda di halaman 1dari 2

SAPARAN DAN KIRAB PUSAKA KI AGENG WONOLELO

Adat istiadat tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan masyarakat Indonesia.


Salah satunya Saparan Ki Ageng Wonolelo, saparan Ki Ageng Wonolelo sendiri
merupakan acara adat yang dilakukan unutk memperingati datangnya bulan sapar
dalam kalender jawa. Upacara ini sendiri dilaksanakan di dusun Pondok Wonolelo,
Kelurahan Widodomartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, D I Yogyakarta.
Upacara adat ini diusung oleh lurah widodomartani dan kepala dukuh pondok
wonolelo pada tahun 1967, yang betujuan untuk melestarikan warisan budaya
peninggalan nenek moyang yang dikemas sebagai atraksi wisata budaya yang
melibatkan unsur koreografi dan teatrikal sehingga menghasilkan kemasan seni
pertunjukan ritual ada yang menarik. Selain itu acara adat ini juga sebagai sarana
untuk medoakan, mengenang, dan menteladani atas perjuangan Ki Ageng Wonolelo,
serta menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya dan seni daerah yang ada di Pondok
Wonolelo khususnya dan kabupaten Sleman umumnya.

Upacara adat Saparan sendiri memiliki beberapa tahapan acara. Diawali dengan
pengajian akbar dan dilanjutkan pengajian-pengajian rutin di pendopo makan Ki Ageng
Wonolelo selama saparan berlangsung. Sedangkan puncak acaranya ialah kirab pusaka
dan penyebaran apem yang dilaksanakan pada hari jumat wage. Semua pusaka-pusaka
peninggalan Ki Ageng Wonolelo diantaranya : (1) Kitab Suci Al Qur’an,(2) Bandil,(3)
Baju Ontrokusumo,(4) Kopyah, (5)Potongan Kayu Mustoko Masjid, (6) Tongkat. Semua
pusaka dikeluarkan dari rumah peninggalan Ki Ageng Wonolelo menuju makan Ki
Ageng Wonolelo. Adapun urutan kirab pusaka sebagai berikut : jam 14.00 di pendopo
kelurahan Widodomartani diadakan upacara pemberangkatan kirab, didalamnya ada
sambutan-sambutan, tari Golek, Fragmen mengambarkan pada saat Ki Ageng
Wonolelo babat alas Wonolelo untuk mendirikan dusun. Setelah selesai upacara kirab
di berangkatkan menuju rumah Ki Ageng Wonolelo untuk mengambil pusaka-pusaka,
baru dilanjutkan menuju makan Ki Ageng Wonolelo. Sesampainya dimakan
dilaksanakan bacaan kalimat thoyibah tahlil dan tabur bunga di makam Ki Ageng
Wonolelo. Acara tabur bunga selesai, pusaka-pusaka dibawa kembail dilanjutkan
penyebaran apem dengan jumlah 1 ton.

Sebagai pendukung pelaksanaan upacara adat saparan dan kirab pusaka


disajikan berbagai macam hiburan atau pentas kesenian yang berlangsung selama 15
malam. Ini dilaksanakan semata-mata untuk memberikan hiburan terhadap
masyarakat sekitar juga untuk melestarikan nilai budaya peninggalan nenek moyang
kita. Saparan Wonolelo sendiri sudah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda
Indonesia yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Bp. Subarjo

Anda mungkin juga menyukai