PENDAHULUAN
A. WALI STUDI
Wali Studi adalah seorang dosen (tenaga edukatif) yang diberi tugas
dan wewenang oleh Pimpinan Jurusan untuk memberikan bimbingan,
petunjuk, dan arahan kepada mahasiswa dalam rangka menempuh studinya,
agar dapat selesai tepat waktu dan memperoleh nilai sebaik-baiknya.
1. Tugas Umum
a. Membantu mahasiswa dalam mengenali dan mengidentifikasi
minat, bakat, dan kemampuan akademiknya.
b. Membantu dalam merencanakan studi dalam bentuk menyusun
mata kuliah per-semester agar dapat memanfaatkan masa studinya
dengan efektif dan efisien.
c. Memberikan motivasi agar mahasiswa yang bersangkutan dapat
menemukan jalan keluar serta pemecahan yang dianggap paling
baik ketika menghadapi masalah.
d. Membantu mahasiswa dalam mempersiapkan dan menyusun
rencana studi yang dianggap paling sesuai dengan minat, bakat,
serta kemampuan akademiknya.
2. Tugas Khusus
a. Membantu Pimpinan Jurusan menginformasikan berbagai
peraturan, dari tingkat program studi, jurusan, institusi maupun
pemerintahan.
b. Memberi bantuan/pengarahan kepada mahasiswa tentang cara
menyusun program belajar; pengisian Kartu Program Studi; dan
banyaknya SKS yang diambil sesuai dengan IP/IPK yang diperoleh.
c. Mengevaluasi jumlah SKS yang diajukan mahasiswa apakah sesuai
dengan IP yang diperoleh.
d. Memeriksa dan menandatangani Kartu Rencana Studi (KRS).
e. Menandatangani proposal skripsi.
f. Menyiapkan waktu untuk konsultasi dengan mahasiswa minimal 1
(satu) kali sebulan.
g. Menjawab pertanyaan dari mahasiswa mengenai hal-hal yang
berkenaan dengan akademik.
h. Membantu mahasiswa dalam kesulitan belajar dan cara mengatasinya.
i. Mengadakan pertemuan wajib dengan mahasiswa minimal 3 (tiga)
kali dalam setiap semester untuk membicarakan masalah-masalah
yang dihadapi mahasiswa terutama masalah akademik atau masalah
non-akademik.
j. Memberikan rekomendasi kepada pihak yang lebih berwenang
mengenai berbagai kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa baik
yang berhubungan dengan masalah akademik maupun non-akademik.
3. Kewajiban dan Hak
Kewajiban administrasi Dosen Wali Studi, diantaranya adalah
mengisi dan memantau kelengkapan berikut: a) Biodata; b) Kartu
Rencana Studi (KRS); c) Kartu Hasil Studi (KHS); d) Kartu
Rekomendasi; e) Lembar Konsultasi; f) Daftar Hadir Tatap Muka
Konsultasi; g) Laporan Perkembangan IP/IPK.
B. PEMBIMBING
Dalam proses penyusunan skripsi, mahasiswa memperoleh
pengarahan dan bimbingan dari pembimbing yang terdiri atas sebanyak-
banyaknya dua orang.
1. Kriteria
Pembimbing adalah staf pengajar Sekolah Tinggi Agama Islam Badrus
Sholeh Kediri yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Pembimbing I dan II minimal bergelar Magister.
b. Cakap dalam bidang ilmu yang diambil sebagai pokok skripsi.
c. Bersedia bertindak sebagai pembimbing mahasiswa yang
bersangkutan, dengan tugas dan tanggung jawab sebagaimana
yang tercantum dalam uraian tugas tim pembimbing.
2. Tugas
Pembimbing bertanggung jawab untuk mengarahkan, membimbing
dan mengawasi semua tahap kegiatan dalam proses penyusunan
skripsi sampai dengan tersusunnya skripsi yang memenuhi syarat.
Apabila pembimbing terdiri dari dua orang, keduanya secara bersama-
sama bertanggung jawab dalam proses pembimbingan serta saling
mengisi guna mendapatkan hasil yang optimal.
Pembimbing I dalam proses pembimbingan lebih bertanggung jawab pada
aspek metode penelitian dan keilmuan yang diteliti. Sedangkan
Pembimbing II lebih bertanggung jawab dalam aspek metode
penulisan ilmiah. Pembagian ini tidak bersifat mutlak sehingga saling
mengisi/melengkapi antar pembimbing akan sangat menguntungkan
dalam pengembangan wawasan keilmuan serta pola pikir ilmiah
mahasiswa yang dibimbing.
BAB IV
TEKNIK PENULISAN
A. KETENTUAN UMUM
Beberapa ketentuan umum yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa
dalam format penulisan skripsi di Sekolah Tinggi Agama Islam Badrus
Sholeh meliputi beberapa hal, yaitu:
1. Kertas yang digunakan untuk pengetikan menggunakan kertas putih
jenis HVS (houtvrij schrijfpapier) 80 gram ukuran A4 (210 mm x 297
mm)
2. Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman dengan ukuran
huruf (font size) 12pt, dan Traditional Arabic dengan ukuran huruf 18pt
untuk pengetikan dalam bahasa Arab.
3. Batas pengetikan (Margins)
a. Batas Atas/Top Margin = 4 cm
b. Batas Bawah/Bottom Margin = 3 cm
c. Batas Kiri/Left Margin = 4 cm
d. Batas Kanan/Right Margin = 3 cm
e. Batas Header = 2 cm
f. Batas Footer = 2 cm
4. Spasi dan Paragraf
a. Spasi yang digunakan pada penulisan bab I sampai dengan bab V,
adalah 2 spasi. Untuk penulisan dalam bahasa Arab menggunakan
1½ spasi atau exactly 30pt.
b. Pada bagian Abstrak, spasi yang digunakan adalah 1 spasi.
Abstrak berisikan tujuan penelitian, metodelogi penelitian, dan
penemuan dari penelitian tersebut (tidak lebih dari satu halaman).
c. Bagian Kata Pengantar menggunakan 1½ spasi.
d. Awal Paragaraf (paragraph ideantation) = 1 tab atau 7 ketukan dari
kiri.
5. Penomoran, meliputi:
a. Bagian Awal
Bagian awal skripsi, yang meliputi Lembar Persetujuan Dosen,
Abstrak, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar
Gambar, dan Daftar Lampiran, penomoran ditulis pada bagian
tengah bawah dengan menggunakan angka Romawi kecil (i, ii, iii,
dst).
b. Bagian Isi/Bab
Penomoran setiap halaman ditulis pada sudut kanan bawah
dan pada setiap Bab penomoran di tulis di tengah bawah halaman.
c. Bagian Akhir
Penomoran pada bagian akhir skripsi meliputi; Daftar Pustaka
dan Lampiran-Lampiran ditulis seperti pada Bab skripsi yaitu
pada tengah halaman bawah.
6. Tebal Skripsi.
Tebal skripsi minimal 75 halaman dan maksimal tidak terbatas.
7. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang dipakai skripsi adalah bahasa Indonesia baku
dengan gaya bahasa keilmuan yang bercirikan antara lain:
a. Berpedoman pada pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan (EYD) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) 2008. Untuk skripsi yang berbahasa Arab dan Inggris
diserahkan kepada masing-masing pembimbing.
b. Penulisan skripsi harus menggunakan bahasa baku (formal) yaitu
bahasa yang tidak berbelit-belit, sistematis dan logis serta mudah
dapat dipahami.
c. Penggunaan kata dan istilah harus mengacu pada Kamus Umum
Bahasa Indonesia atau kamus lain yang relevan dan otoritatif.
d. Kalimat dan paragraf tidak terlalu panjang.
e. Format dan tata cara penulisan harus konsisten.
f. Penulisan nama, kata atau kalimat yang berasal dari bahasa Arab
yang belum diadopsi dalam bahasa Indonesia harus berpedoman pada
sistem transliterasi.
g. Tanda baca seperti titik, koma, titik dua, tanda seru, tanda tanya,
tanda persen, tanda penghubung, garis miring dan lainnya harus
mengikuti pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
h. Untuk penulisan kata atau kalimat Arab yang belum diadopsi ke
dalam bahasa Indonesia, digunakanlah sistem transliterasi.
B. Ketentuan Khusus
Sedangkan ketentuan khusus yang harus dijalankan dalam
penulisan skripsi meliputi:
1. Pengetikan Bab dan Judul Bab menggunakan huruf Besar yang tebal
(Bold), dan diletakkan di tengah-tengan kertas (aligment center).
2. Penomoran Bab, Sub bab, dan sub dari sub bab
a. Penomoran Bab menggunakan angka Romawi besar (I, II, III, dst).
b. Penomoran sub bab menggunakan Huruf Besar (A, B, C, dst).
c. Penomoran sub dari sub bab menggunakan angka (1, 2, 3, dst).
d. Jika di dalam sub dari sub bab masih terdapat perincian,
penomoran menggunakan huruf latin kecil (a, b, c, dst).
e. Apabila di dalam perincian tersebut masih terdapat perincian,
penomoran menggunakan angka yang diberi tanda kurung tutup 1).
2), 3), dst}.
Secara lebih detail penjelasan penomoran Bab, sub bab, dan sub
dari sub bab dapat dilihat pada contoh di bawah ini:
Gambar 4.1
Contoh Penomoran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Sub Bab
1. Sub dari sub bab
a. Rincian sub dari sub bab
1) ………….
(a) …………..
3. Pengetikan naskah pada setiap alinea ditulis sejajar dengan judul sub bab
atau sub dari subbab
Gambar 4.2.
Contoh Pengetikan Naskah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Memperhatikan adanya tingkat kesulitan yang cukup
signifikan dalam usaha meningkatkan kedisiplinan mahasiswa,
terutama yang berhubungan dengan berpakaian rapi berkerah dan
harus bersepatu……..dst.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa kehadiran itelektual
muslim masihsebatas wacana bagi generasi muda yang seharusnya
menjadi pelopor… dst.
Dst ………….
4. Huruf Tebal dan Huruf Miring
a. Penulisan huruf tebal digunakan untuk menuliskan bab, judul bab dan
sub bab.
b. Sedangkan penulisan huruf miring digunakan untuk menuliskan kata-
kata atau kalimat yang dianggap penting dalam naskah tersebut.
5. Huruf Kapital (besar)
Penulisan huruf kapital (besar) ditulis pada setiap :
a. Bab dan judul bab.
b. Setiap huruf awal dalam kalimat pada subbab, kecuali “dan” dan
“yang”.
c. Setiap huruf awal dalam kalimat pada judul tabel, judul gambar, dan
judul lampiran, kecuali “dan” dan “yang”.
d. Serta nama-nama lain yang dianggap penting.
6. Kutipan
Pada dasarnya pembuatan catatan (kutipan) menurut caranya ada
tiga macam. Dari ketiga macam pembuatan kutipan tersebut, dapat dipilih
salah satu cara yang ingin digunakan, yang paling penting adalah
konsistensi penulisannya, yaitu:
a. Catatan yang ditempatkan pada bagian bawah halaman yang
bersangkutan, atau seringkali disebut dengan catatan kaki (footnote).
Pola ini yang digunakan di STAI Badrus Sholeh Kediri. Pembuatan
catatan kaki (footnote):
1) Nomor catatan kaki ditempatkan di dalam teks dengan angka
secara berurutan, yang diletakkan setengah spasi di atas akhir
kata atau kalimat yang dikehendaki.
2) Nomor catatan kaki dengan catatan kakinya harus berada
dalam satu halaman yang sama.
3) Jarak antara baris di dalam catatan kaki adalah satu spasi.
4) Penulisan catatan kaki pada baris pertama, dimulai pada
ketukan keenam dari garis margin kiri. Sedangkan baris kedua
tetap pada margin yang telah ditentukan.
5) Ukuran huruf pada catatan kaki adalah 10.
6) Ketentuan penulisan catatan kaki secara berurutan sama
dengan penulisan daftar pustaka.
Gambar 2.3.
Contoh Penulisan Catatan Kaki
Kegiatan ini lebih difokuskan pada proses yang
sederhana dengan mengurangi kompleksitas proses ke dalam
sub proses kegiatan dan kemudian memperbaikinya. Kegiatan-
kegiatan ini mampu menciptakan budaya yang mendorong
para operator untuk terus mencoba secara berkesinambungan
setiap proses atau pekerjaan mereka.1
_______________
1
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), 89.
Gambar. 4.12
Alur Kesulitan Memaksa Mahasiswa Disiplin
3) Apabila judul gambar lebih dari satu baris, maka baris kedua
ditulis sejajar dengan judul gambar tersebut, di mana spasi antara
baris pertama dengan baris kedua adalah 1 spasi.
4) Apabila terdapat sumber gambar, maka sumber gambar tersebut
ditulis setelah judul gambar.
5) Setiap awal kata pada judul gambar ditulis dengan huruf besar.
3. Ketentuan penyajian lampiran :
1) Nomor dan judul ditulis di atas lampiran di sebelah kiri, sejajar
dengan lampiran tersebut. Ketentuannya adalah nomor (bab,
kemudian nomor urut), titik, kemudian judul lampiran.
2) Khusus untuk nomor lampiran, ditulis secara berurutan tanpa
nomor bab, misalnya:
Lampiran 9 : Jumlah Mahasiswa Bersendal dan Berkaos Oblong
3) Apabila judul lampiran lebih dari satu baris, maka baris kedua
ditulis sejajar dengan judul lampiran tersebut, di mana spasi antara
baris pertama dengan baris kedua adalah 1 spasi.
4) Setiap awal kata pada judul lampiran ditulis dengan huruf besar.
8. Penulisan Daftar Pustaka
a. Daftar pustaka diurut berdasarkan huruf abjad nama pengarang.
b. Untuk setiap huruf abjad yang sama, diurutkan lagi berdasarkan huruf
kedua dari huruf pertama nama pengarang.
Contoh : Abdul Hamid, “ ……. Ahmad Rodoni,”……
c. Ketentuan penulisan daftar pustaka secara berurutan yaitu ;
1) Nama pengarang (tanpa gelar), koma, kemudian tanda kutip.
2) Judul buku, ditulis dengan huruf miring (Italic), tanda kutip,
koma.
3) Edisi buku dan cetakan keberapa, kemudian tanda koma.
4) Nama daerah tempat percetakan, kemudian tanda titik dua.
5) Percetakan, kemudian tanda koma.
6) Tahun kemudian titik.
7) Nama pengarang dari luar negeri, ketentuannya adalah; nama
belakangnya (biasanya family name) ditulis di depan, kemudian
nama depannya. Jika buku tersebut dikarang oleh lebih dari satu
orang, maka untuk nama pengarang selanjutnya ditulis seperti
adanya.
8) Khusus untuk pengarang dari dalam negeri, jika nama belakang
pengarang tersebut sudah pasti adalah nama marga, maka
ketentuannya sama dengan ketentuan pada penulisan nama
pengarang dari luar negeri.
d. Jarak antara baris pertama dengan baris kedua jika satu buku kutipan
lebih dari satu baris, berjarak 1 spasi.
e. Baris kedua dimulai pada ketukan ke-7
f. Jarak antara satu judul buku dengan judul buku lainnya adalah 2 spasi.
g. Setiap huruf awal dari seluruh kalimat pada daftar pustaka ditulis
dengan huruf kapital (huruf besar). Daftar Pustaka merupakan
rangkuman sumber-sumber bacaan yang digunakan dalam suatu
tulisan. Sumber kepustakaan diupayakan bersumber pada buku-buku
edisi terakhir, kecuali ditentukan lain oleh pembimbing dan dapat pula
berupa jurnal, hasil penelitian, dan laporan/dokumen lain yang
relevan.
Beberapa Contoh Penulisan Daftar Pustaka:
Abdullah, Amin, “al-Ta‟wīl al-„Ilmī: Kearah Perubahan Paradigma Penafsiran
Kitab Suci”, dalam Al-Ja>mi’ah, vol.39, no.2, .July-December 2001.
Amal, Taufik Admal dan Syamsul Rizal Pangabean, Tafsir Kontekstual al-
Qur'an, Bandung: Mizan, 1992.
Apel, Karl-Otto, “Is the Ethics of the Ideal Communication Community a
Utopia? On the Relation Between Ethics, Utopia, and the Critique
of Utopia,” dalam Seyla Benhabib dan Fred Dallwar, eds. The
Communicative Ethics Controversy , Cambridge: The MIT Press, 1995.
Audah, Ali. “Sastra”, dalam Taufik Abdullah (ed), Khazanah Tematis Dunia
Islam: Pemikiran dan Peradaban , Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, t.t.,
Jilid IV
al-Faruqi, Isma>'i>l Ra>zi>, Seni Tauhid: Esensi dan Ekspresi Estetika Islam, terj.
Hartono Hadikusumo, Yogyakarta: Bentang, 1999.
Gadamer, Hans-Georg, Truth and Method, New York : The Seabury Press,
1975
Ichwan, Moch. Nur, Memahami Bahasa al-Qur'an; Refleksi atas persoalan
Linguistik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2002.
_________, Meretas Kesarjanaan al-Qur'an; Teori Hermeneutika Nashr Abu
Zayd, Jakarta: Teraju, 2003.
A. PENELITIAN KUANTITATIF
1. Pengantar
Penelitian kuantitatif memiliki cara pandang positivisme, yaitu cara
pandang yang menyatakan bahwa eksistensi kenyataan/realitas sosial dan
realitas fisik adalah independent atau terpisah bebas atau berada di luar diri
peneliti. Oleh karena itu siapa saja yang akan meneliti realitas tersebut,
dapat mengamati atau mengukurnya, dan apabila pengamatan/pengukurannya
tidak bias maka hasil-hasil penelitian tersebut dapat dikategorikan sebagai
pengetahuan ilmiah (scientific knowledge). Cara pandang positivisme memiliki
karakteristik sebagai berikut: 1) asumsi bahwa realitas adalah objektif, terpisah
di luar peneliti, dapat diamati dan diukur, 2) tujuan penelitian adalah
mendeskripsikan dan menjelaskan hubungan antar variabel yang diukur, 3)
fokus pada reduksi realitas menjadi variabel dan variabel dapat diukur dengan
instrumen dan menghasilkan data numerik, 4) asumsi metodologis : proses
deduktif, hubungan antar variabel, sebab-akibat, disain statistelah ditentukan
sebelum penelitian, bebas konteks (context-free), hasil prediksi-eksplanasi
dapat digeneralisasikan, validitas dan reliabilitas dapat diketahui, 5) analisis
data menggunakan analisis statistika, 6) peranan kajian teoretik sangat
dominan untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan penelitian/rumusan
masalah, 7) Data kuantitatif berpusat pada unit analisis dan berbentuk distribusi.
Penelitian kuantitatif memusatkan perhatiannya pada gejala yang
mempunyai karakteristik tertentu yang bervariasi dalam kehidupan manusia,
yang dinamakan variabel. Hakikat hubungan antar variabel dianalisis dengan
menggunakan teori yang objektif. Karena sasaran kajian dari penelitian
kuantitatif adalah gejala, sedangkan gejala yang ada dalam kehidupan
manusia tidak terbatas dan tidak terbatas pula kemungkinan variasi dan
hierarkinya. Penelitian kuantitatif berfokus pada variabel, bahkan sebelum
penelitian dilakukan telah ditentukan terlebih dahuluv ariabel yang akan diteliti.
Dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diamati
merupakan hal yang sangat penting. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan instrumen yang disusun berdasarkan indikator dari variabel yang
diteliti, kemudian menghasilkan data kuantitatif.
2. Sistematika Penulisan
Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan Keaslian
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel dan Gambar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Kegunaan Hasil Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
a. Konsep Variabel X
b. Konsep Variabel Y
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Penelitian
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Metode Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Instrumen Penelitian
E. Teknik Analisis Data
F. Hipotesis Statistika
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data
C. Pengujian Hipotesis
D. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Instrumen
2. Data Hasil Penelitian (Data Variabel Terikat dan Variabel Bebas)
3. Pengujian Persyaratan Analisis (Normalitas, Validitas, Reliabilitas)
4. Hasil perhitungan koefisien korelasi atau regresi
5. Perhitungan pengujian Hipotesis
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen
Lampiran 2 Hasil Uji coba instrumen
Lampiran 3 Kisi-kisi Akhir (sesudah Uji coba)
Lampiran 4 Data Hasil Penelitian (Variabel Terikat dan data dari
variabel bebas)
Lampiran 5 Pengujian Persyaratan Analisis (Normalitas, Validitas dan
Reliabilitas)
Lampiran 6 Penghitungan Besaran Statistik, misal koefisien korelasi, regresi
Lampiran 7 Pengujian Hipotesis (perhitungan statistik uji, hasil dan
kesimpulan uji)
C. PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF
Proposal penelitian adalah penjelasan singkat dari peneliti mengenai
rencana penelitian yang akan dilakukan. Proposal terdiri dari unsur-unsur berikut:
Halaman Cover
Lembar Pengesahan
A. Latar Belakang Penelitian
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Teori atau Konsep yang digunakan (minimal 3 teori untuk masing-
masing variabel)
E. Kerangka Pemikiran
F. Metode Penelitian
G. Daftar Pustaka
Outline Penelitian (pada lembar tersendiri)
B. PENELITIAN KUALITATIF
1. PENGANTAR
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mempunyai pandangan
bahwa fokus penelitian adalah kualitas makna–meanings (hakikat dan
esensi), akar filsafat yang dianut adalah pada asumsi bahwa: realitas adalah
subjektif dan jamak seperti yang ada pada individu-individu partisipan yang
diteliti (asumsi ontologis), peneliti berusaha melakukan pendekatan dengan
partisipan dalam pengumpulan data (asumsi epistemologis), peneliti lebih
mengutamakan perspektif partisipan (emik) daripada perspektif peneliti (etik),
menggunakan gaya penulisan naratif, penggunaan istilah/terminologi kualitatif,
dan batasan definisi-definisi yang digunakan (asumsi retorika), menggunakan
logika induktif, bekerja secara rinci, deskripsi rinci tentang konteks studi
yang diteliti, dan disain penelitian fleksibel/dapat berubah (asumsi
metodologis) ( John W. Creswell: 2007, p.17).
Terdapat lima ciri utama penelitian kualitatif, yaitu:
a) Naturalistik. Penelitian kualitatif memiliki latar aktual sebagai
sumber langsung data dan peneliti merupakan instrumen kunci. Peneliti
masuk dan menghabiskan waktu di latar penelitian (misal sekolah, keluarga,
kelompok masyarakat, dan lokasi-lokasi lain) untuk mempelajari setiap aspek
yang menjadi fokus penelitian. Peneliti melengkapi peralatan video tape dan
peralatan perekam, meskipun ada yang berpendapat bahwa peneliti kualitatif
tidak sepenuhnya memperlengkapi peralatan tersebut kecuali izin dan
tambahan pemahaman tentang aspek-aspek penelitian yang akan diperoleh di
lokasi.
b) Data deskriptif. Penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang
dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar dari pada
angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk
mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data tersebut mencakup
transkrip wawancara, catatan lapangan, fotografi, videotape, dokumen
pribadi, memo, dan rekaman-rekaman resmi lainnya. Untuk memperoleh
pemahaman, peneliti kualitatif tidak mereduksi halaman demi halaman dari
narasi dan data lain ke dalam simbol-simbol numerik. Mereka mencoba
menganalisis data dengan segala kekayaannya sedapat dan sedekat mungkin
dengan bentuk rekaman dan transkripnya.
c) Sangat Memperhatikan Proses. Peneliti kualitatif lebih
berkonsentrasi pada proses dari pada dengan hasil atau produk. Bagaimana
orang melakukan negosiasi makna? Bagaimana istilah-istilah atau label-label
tertentu muncul untuk diaplikasikan? Bagaimana pemikiran-pemikiran
tertentu datang untuk diambil menjadi bagian dari apa yang dikenal sebagai
pengertian umum (Common sense)? Apa riwayat alami dari aktivitas atau
peristiwa yang diteliti?
d) Induktif. Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data mereka
secara induktif. Mereka tidak melakukan pencarian di luar data atau bukti
untuk menolak atau menerima hipotesis yang mereka ajukan sebelum
pelaksanaan penelitian. Teori yang dikembangkan dengan cara ini muncul
dari bawah ke atas (bukan dari atas ke bawah), dari banyak bukti yang berbeda
yang terkumpul yang saling berhubungan. Teori dibangun berdasarkan pada
data dari bawah/partisipan. Sebagai seorang peneliti kualitatif merencanakan
dan mengembangkan: a) berapa jenis teori tentang apa yang telah diteliti,
b) arah yang akan dituju, setelah mengumpulkan data, dan c) peneliti
berinteraksi dengan subjek penelitian.
e) Makna. Makna adalah kepedulian yang esensial pada pendekatan
kualitatif. Peneliti yang menggunakan pendekatan ini tertarik pada
bagaimana orang membuat pengertian tentang kehidupan mereka. Dengan kata
lain, peneliti kualitatif peduli dengan apa yang disebut perspektif partisipan.
Mereka memfokuskan pada pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa asumsi yang
dibuat orang tentang kehidupan mereka? Apa pandangan-pandangan tentang
bagaimana menjalani kehidupan? Bagaimana menghadapi berbagai tantangan
dalam kehidupan? Dalam sebuah penelitian pendidikan misalnya, peneliti
memfokuskan pada perspektif orang tua tentang pendidikan anak-anak
mereka. Peneliti ingin mengetahui apa pendapat orang tua tentang mengapa
anak-anak mereka tidak dapat melakukan hal-hal yang terbaik di sekolah.
(Bogdan dan Biklen, 2008: 4-8).
2. SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan Keaslian
Abstract
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel dan Gambar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Kegunaan Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Konseptual /Fokus Penelitian
B. Kerangka Pemikiran
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Metode Penelitian
C. Prosedur Analisis Data
C. PENELITIAN NORMATIF
1. PENGANTAR
Penelitan normatif dilakukan untuk menguji dan mebandingkan
pemikiran tertentu berdasarkan kepada sumber referensi primer. Konsep-
konsep pada sumber primer dikaji mendalam dan membandingkannya
dengan konsep-konsep dari sumber referensi sekunder. Penelitan normatif
membutuhkan referensi yang cukup untuk mendetailkan permasalahan yang
hendak diungkapkan oleh peneliti. Setelah membandingkannya dengan
sumber sekunder peneliti memberikan penilaian dan judgment terhadap konsep
pada sumber referensi primer.
2. SISTEMATIKA
Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan Keaslian
Abstract
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel dan Gambar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Telaah Pustaka
F. Kajian Teoretik
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Pembahasan
BAB II (disesuaikan dengan pokok masalah)
BAB III (disesuaikan dengan pokok masalah)
BAB IV (disesuaikan dengan pokok masalah)
BAB V SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA (Minimal 30 referensi)
D. PENELITIAN TINDAKAN
1. PENGANTAR
Penelitian tindakan adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis,
dan penyimpulan data dari suatu jenis dan isi tindakan yang sengaja
direncanakan dan dilaksanakan untuk memperbaiki metode kerja yang efektif
dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya.
Dalam literatur berbahasa Inggris, PTK disebut Classroom Action
Research (CAR). Saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di
negeranegara maju seperti Inggris, Amerika, Australia dan Canada. Para
ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang sangat
besar terhadap PTK. Apabila dicermati, kecenderungan baru ini mengemuka
karena jenis penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur
baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan
peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses belajar mengajar
di kelas atau implementasi berbagai program di sekolah dengan mengkaji
berbagai indicator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi
pada siswa atau keberhasilan proses dan hasil implementasi berbagai
program sekolah.
Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diagnostik, (2) PTK partisipan, (3)
PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas,
berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut:
1) PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah
penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti mendiagnosis
suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi
yang terdapat di dalam latar belakang penelitian. Sebagai contohnya
ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran,
konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau
kelas.
2) PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan apabila
orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung
dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa
laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan panelitian peneliti
senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan
mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan
melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipan dapat juga dilakukan di
sekolah. Hanya saja, dalam PTK Partisipan peneliti dituntut
keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai
berakhir penelitian.
3) PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris apabila peneliti
berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukukan apa
yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada
prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan
dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari.
4) PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental
apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai
teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan
belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar,
dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan
untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK
ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif
dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran
Beberapa model PTK yang sering digunakan di dalam dunia
pendidikan, diantaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc
Taggart, (3) Model John Elliot, (4) Model Dave Ebbut, dan (5) Model Hopkins.
1. Model Kurt Lewin
Kurt Lewin menyatakan bahwa PTK terdiri atas beberapa siklus, setiap siklus
terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) perencanaan, (2) aksi atau tindakan, (3)
observasi, dan (4) refleksi. Keempat langkah tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
2. Model Kemmis dan Mc Taggart
Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart adalah
merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan
demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat
komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3)
observasi, dan (4) refleksi. Sesudah suatu siklus selesai di implementasikan,
khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya
perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.
Menurut Kemmis dan Mc Taggart penelitian tindakan dapat dipandang
sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin
diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Dalam pelaksanaannya ada
kemungkinan peneliti telah mempunyai seperangkat rencana tindakan
(yang didasarkan pada pengalaman) sehingga dapat langsung memulai
tahap tindakan. Ada juga peneliti yang telah memiliki seperangkat data,
sehingga mereka memulai kegiatan pertamanya dengan kegiatan refleksi.
Akan tetapi pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi awal untuk
melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah
penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Penyusunan perencanaan
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajakan refleksi
awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan
dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku
dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-
permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel
dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.
b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti
sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang
dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang
dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan
teoretis dan empiris agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan
kinerja dan hasil program yang optimal.
c. Observasi (pengamatan)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini
peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi
digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.
d. Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis,
interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan
tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan
mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap
informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya
dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan
relevan.
Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kekesimpulan yang mantap
dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu
untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yakni
berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Pada
hakekatnya model Kemmis dan Taggart berupa perangkat-perangkat
atau untaian dengan setiap perangkat terdiri dari empat komponen
yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dipa
ndang sebagai suatu siklus.
Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahan
yang perlu dipecahkan, yang pada umumnya lebih dari satu siklus.
PTK yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah
pada umumnya berdasar pada model 2 ini yaitu merupakan siklus-
siklus yang berulang.
Secara mudah PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dapat
digambarkan dengan diagram alur berikut ini.
5. Model Hopkins
Desain ini berpijak pada desain model PTK pendahulunya. Selanjutnya
Hopkins menyususn desain tersendiri sebagai berikut: mengambil start – audit
– perencanaan konstruk – perencanaan tindakan (target, tugas, kriteria
keberhasilan) – implementasi dan evaluasi: implementasi (menopang
komitmen: cek kemajuan; mengatasi problem) –cek hasil – pengambilan stok
– audit dan pelaporan.
2. SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan Keaslian
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Istilah
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
B. Hasil Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Prosedur Penelitian (langkah-langkah PTK)
1. Perencanaan Tindakan
2. Pelaksanaan Tindakan
3. Observasi Tindakan
4. Analisis dan Refleksi
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Awal
B. Siklus I
C. Siklus II
D. Siklus III
E. Siklus berikutnya (jika ada)
F. Pembahasan antar siklus
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
C. PENJELASAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan
kesenjangan antara keharusan (misalnya tuntutan teori yang telah teruji,
kurikulum atau landasan formal lainnya) dan kenyataan (yang
dialami/ditemukan di lapangan) serta urgensi penanganan permasalahan
yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukan fakta-fakta
yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini
maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa mengokohkan argumentasi
mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani
melalui PTK yang diusulkan itu. Karakterisitik khas PTK yang berbeda
dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu
dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar-
benar diangkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak
dan perlu diselesaikan melalui PTK. sebaliknya, permasalahan yang
dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis
metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada
hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan
analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran
permasalahan yang perlu ditangani itu nampak menjadi rumusan masalah
lebih jelas.
Dengan kata lain, bagian ini dikunci dengan perumusan masalah
tersebut. Selanjutnya rumusan masalah dibatasi lebih spesifik dalam
bentuk pertanyaan penelitian yang terkait dengan fokus tindakan atau
variabel penelitian. Dalam redaksi rumusan masalah dan pertanyaan
penelitian, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan. Jika sangat
diperlukan, pada bagian C ini peneliti dapat memasukkan penjelasan
istilah yang terkait dengan judul, rumusan masalah, atau fokus tindakan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian perlu dirumuskan secara singkat dan jelas
tentang apa yang ingin diatasi atau dicapai berdasarkan permasalahan
dan cara pemecahan masalah yang dikemukakan. Contoh: