Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

A. KEDUDUKAN SKRIPSI SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH


Skripsi adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa
dalam menyelesaikan studinya pada Program Pendidikan Sarjana (S1).
Skripsi merupakan bukti kemampuan mahasiswa yang bersangkutan
dalam penelitian dan pengembangan ilmu pada salah satu bidang keilmuan.
Pengertian lainnya adalah skripsi merupakan pengujian empirik terhadap
posisi teoritik tertentu dalam disiplin ilmu.
Skripsi dikatakan sebagai karya tulis ilmiah karena penyusunan
skripsi menggunakan cara-cara, prosedur dan metodologi ilmiah.
Kedisiplinan dalam penggunaan metodologi ilmiah, memperhatikan setiap
langkah-langkahnya, membangun etika penelitian dan keilmuan menjadikan
skripsi ini sebagai sebuah karya yang dapat dipertanggungjawabkan kepada
publik serta diharapkan mampu memberikan sumbangsih kepada dunia
ilmu pengetahuan di masa mendatang.
B. RUANG LINGKUP SKRIPSI
Pada dasarnya isi skripsi meliputi ruang lingkup bidang ilmu
yang dibina oleh masing-masing Program Studi baik Prodi Ekonomi
Syariah, Prodi Pendidikan Bahasa Arab, maupun Prodi Al-Ahwal As-
Syahsiyah di STAI Badrus Sholeh Kediri yang terdiri atas Teori dan isu
yang ada di masing-masing wilayah kajiannya.
C. KODE ETIK PENULISAN SKRIPSI
Kode etik penulisan skripsi adalah seperangkat norma yang perlu
diperhatikan dalam penulisan skripsi. Norma ini berkaitan dengan pengujian
dan perujukan, perizinan terhadap bahan yang digunakan, dan
penyebutan sumber atau informan.Dalam penulisan skripsi, peneliti harus
menyebutkan rujukan terhadap bahan atau pikiran yang diambil dari
sumber lain. Pemakaian bahan atau pikiran yang diambil dari suatu
sumber atau orang lain yang tidak disertai dengan rujukan dapat
didentikkan dengan pelanggaran hak cipta.
Peneliti harus berupaya untuk menghindari diri dari plagiat. Di
dalam tulisan ilmiah, rujukan dan kutipan merupakan kebiasaan yang
sulit dihindari. Upaya mengutip atau merujuk merupakan pengembangan
ilmu. Oleh karena itu, mengutip dan merujuk sangat dianjurkan. Dengan
merujuk, peneliti dapat membandingkan karyanya dan akhirnya membuat
simpulan akan semakin lengkap. Dalam mengutip karya orang lain,
sebaiknya peneliti harus menyebutkan pemakaian sumber pustaka secara
spesifik. Peneliti harus dapat membedakan istilah sumber pustaka dari
sumber data. Sumber pustaka merupakan tempat teori atau pegangan
yang harus disebut. Adapun sumber data, biasa bersifat positif atau juga
dapat bersifat negatif.
D. Persyaratan Penyusunan Skripsi
Mahasiswa menyusun skripsi dengan memenuhi persyaratan sebagai
berikut.
1. Mahasiswa yang telah mencapai sekurang-kurangnya 120 SKS dengan
ketentuan telah lulus semua mata kuliah kemahiran berbahasa dan
mata kuliah peminatan (kompetensi alternative) yang telah diatur progam
studi masing-masing.
2. Telah menempuh seminar Proposal Penelitian Skripsi
3. Telah mendapat persetujuan Pimpinan Program Studi untuk mengadakan
penelitian sesuai dengan Usulan Penelitian yang telah diseminarkan.
4. Mahasiswa tercatat sebagai mahasiswa aktif dalam semester yang
bersangkutan.
5. Mahasiswa mengisi KRS dengan mencantumkan “Skripsi “(dengan bobot
6 SKS) sebagai salah satu kegiatan akademik dalam semester yang
akan berjalan dan disetujui oleh pembimbing akademik (wali studi).
6. Mahasiswa mengikuti bimbingan penulisan skripsi dengan dosen
pembimbing yang ditunjuk oleh Kepala Progam Studi dalam waktu dua
semester. Jika memerlukan lebih dari dua semester, mahasiswa harus
mengajukan permohonan perpanjangan pembimbingan skripsi.
7. Mahasiswa harus mempunyai form Bimbingan Skripsi yang
disediakan di Sekretariat Program Studi. Pembimbing harus menulis
kapan dan di mana bimbingan skripsi dilakukan, saran, serta ulasan di
dalam jurnal tersebut.
E. PERSYARATAN ADMINISTRATIF
Persyaratan administrasif yang harus dipenuhi mahasiswa adalah
1. Membayar biaya seminar proposal, munaqasyah dan biaya lainnya
sebagaimana diatur oleh Bagian Keuangan;
2. Menyerahkan bukti pembayaran ke sekretariat progam studi;
3. Menyerahkan transkrip nilai (sementara) ke Sekretariat Progam Studi saat
mengajukan jadwal sidang;
F. PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBIMBINGAN SKRIPSI
Permohonan pembimbingan skripsi diajukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut.
1. Mahasiswa yang telah menyusun proposal skripsi dan mengikuti
seminar proposal mengajukan permohonan pembimbing kepada Kepala
Program Studi masing-masing.
2. Kepala Program Studi menyusun daftar mahasiswa yang akan
menyusun skripsi berikut pembimbingnya.
3. Sekretariat Program Studi memasang daftar mahasiswa dan pembimbing
di papan pengumuman.
4. Surat penunjukan pembimbing dan Proposal yang disetujui harus
diserahkan kepada pembimbing dan mahasiswa paling lambat 2 (dua)
minggu dari tanggal penetapannya.
5. Mahasiswa menyusun skripsi di bawah bimbingan pembimbing I, II,
dan pembimbing penutur asli (jika ada).
6. Konsultasi/bimbingan dilakukan minimal 6 (enam) kali dalam satu
semester dengan masing-masing pembimbing dibuktikan dengan lembar
konsultasi.
7. Konsultasi dilakukan sekurang-kurangnya selama 2 (dua) bulan dan
selambat-lambatnya selama 4 (empat) semester.
8. Jika lewat dari 1 (satu) semester, mahasiwa wajib melakukan
perpanjangan bimbingan skripsi.
9. Bagi mahasiswa yang belum selesai bimbingan sampai batas 4
(empat) semester akan diberi surat peringatan oleh Jurusan.
10. Proses bimbingan dianggap selesai apabila skripsi telah disetujui
oleh pembimbing, dibuktikan dengan skripsi asli yang ditandatangani
oleh pembimbing.
G. PELAKSANAAN UJIAN SKRIPSI
1. Tata Cara Pendaftaran Ujian Skripsi
Pendaftaran ujian skripsi / munaqasyah dilakukan melalui langkah-
langkah berikut.
a. Mahasiswa yang telah menyusun naskah skripsi dan mendapatkan
persetujuan secara tertulis dari pembimbing I dan II mendaftar ke
Sekretariat Program Studi dengan membawa
1) Empat/lima buah naskah skripsi yang telah dijilid soft cover;
2) Kuitansi asli pembayaran sidang skripsi;
3) Jurnal Bimbingan yang telah ditandatangani lengkap oleh
pembimbing I, II, dan pembimbing penutur asli (jika ada);
4) Transkrip Nilai;
5) Sertifikat Kemahiran Berbahasa sesuai dengan ketentuan pada
progam studi masing-masing.
b. Kepala Progam Studi menetapkan anggota tim penguji skripsi sesuai
dengan aturan persyaratan penguji skripsi yang berlaku. Susunan
anggota penguji yang sudah ditentukan Progam Studi diajukan
kepada Wakil Ketua Bidang Akademik untuk penetapan Ketua
Sidang. Susunan Tim Penguji terdiri atas:
1) Ketua (unsur dekanat),
2) Sekretaris (unsur jurusan),
3) Penguji 1 (pembimbing 1),
4) Penguji 2 (pembimbing 2) dan
5) Penguji Ahli (jika ada)
c. Kepala Progam Studi menetapkan jadwal pelaksanaan ujian
skripsi dan ruang pelaksanaan ujian skripsi.
d. Ketua STAIBA membuat SK Penguji yang berisi daftar nama tim
penguji, jadwal pelaksanaan, dan ruang pelaksanaan ujian skripsi.
e. Penilaian skripsi terdiri atas penilaian naskah skripsi dan ujian lisan
2. Pelaksanaan Ujian Skripsi
a. Ujian skripsi dilaksanakan setelah dikeluarkan Surat Ujian Skripsi dan
Jadwal Ujian.
b. Penyerahan skripsi disampaikan oleh Staf Akademik Jurusan untuk
kemudian disampaikan kepada tim penguji dan surat ujian skripsi
dan jadwalnya disampaikan kepada mahasiswa oleh staf Akademik
Jurusan.
c. Peserta ujian mengenakan Jas Almameter STAIBA.
d. Peserta ujian membawa alat tulis.
e. Peserta ujian wajib membawa buku-buku referensi utama.
3. Perbaikan Skripsi
a. Apabila ujian skripsi dinyatakan tidak lulus oleh tim penguji maka
mahasiswa harus mengulang lagi dan apabila dinyatakan lulus
mahasiswa harus segera memperbaiki skripsi berdasarkan usulan
atau rekomendasi dari Tim Penguji Skripsi
b. Batas waktu perbaikan maksimal 1 (satu) semester.
c. Apabila sampai pada batas waktu perbaikan (1 bulan) tidak
selesai, skripsi harus diuji kembali dan dikenakan denda administrasi.
d. Skripsi yang sudah diperbaiki dibuktikan dengan tanda tangan
asli dari Tim Penguji.
e. Setelah itu, mahasiswa mengambil blangko bukti penyerahan
skripsi ke tim penguji skripsi di BAAK.
BAB III

DOSEN WALI STUDI DAN PEMBIMBING

A. WALI STUDI
Wali Studi adalah seorang dosen (tenaga edukatif) yang diberi tugas
dan wewenang oleh Pimpinan Jurusan untuk memberikan bimbingan,
petunjuk, dan arahan kepada mahasiswa dalam rangka menempuh studinya,
agar dapat selesai tepat waktu dan memperoleh nilai sebaik-baiknya.
1. Tugas Umum
a. Membantu mahasiswa dalam mengenali dan mengidentifikasi
minat, bakat, dan kemampuan akademiknya.
b. Membantu dalam merencanakan studi dalam bentuk menyusun
mata kuliah per-semester agar dapat memanfaatkan masa studinya
dengan efektif dan efisien.
c. Memberikan motivasi agar mahasiswa yang bersangkutan dapat
menemukan jalan keluar serta pemecahan yang dianggap paling
baik ketika menghadapi masalah.
d. Membantu mahasiswa dalam mempersiapkan dan menyusun
rencana studi yang dianggap paling sesuai dengan minat, bakat,
serta kemampuan akademiknya.
2. Tugas Khusus
a. Membantu Pimpinan Jurusan menginformasikan berbagai
peraturan, dari tingkat program studi, jurusan, institusi maupun
pemerintahan.
b. Memberi bantuan/pengarahan kepada mahasiswa tentang cara
menyusun program belajar; pengisian Kartu Program Studi; dan
banyaknya SKS yang diambil sesuai dengan IP/IPK yang diperoleh.
c. Mengevaluasi jumlah SKS yang diajukan mahasiswa apakah sesuai
dengan IP yang diperoleh.
d. Memeriksa dan menandatangani Kartu Rencana Studi (KRS).
e. Menandatangani proposal skripsi.
f. Menyiapkan waktu untuk konsultasi dengan mahasiswa minimal 1
(satu) kali sebulan.
g. Menjawab pertanyaan dari mahasiswa mengenai hal-hal yang
berkenaan dengan akademik.
h. Membantu mahasiswa dalam kesulitan belajar dan cara mengatasinya.
i. Mengadakan pertemuan wajib dengan mahasiswa minimal 3 (tiga)
kali dalam setiap semester untuk membicarakan masalah-masalah
yang dihadapi mahasiswa terutama masalah akademik atau masalah
non-akademik.
j. Memberikan rekomendasi kepada pihak yang lebih berwenang
mengenai berbagai kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa baik
yang berhubungan dengan masalah akademik maupun non-akademik.
3. Kewajiban dan Hak
Kewajiban administrasi Dosen Wali Studi, diantaranya adalah
mengisi dan memantau kelengkapan berikut: a) Biodata; b) Kartu
Rencana Studi (KRS); c) Kartu Hasil Studi (KHS); d) Kartu
Rekomendasi; e) Lembar Konsultasi; f) Daftar Hadir Tatap Muka
Konsultasi; g) Laporan Perkembangan IP/IPK.
B. PEMBIMBING
Dalam proses penyusunan skripsi, mahasiswa memperoleh
pengarahan dan bimbingan dari pembimbing yang terdiri atas sebanyak-
banyaknya dua orang.
1. Kriteria
Pembimbing adalah staf pengajar Sekolah Tinggi Agama Islam Badrus
Sholeh Kediri yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Pembimbing I dan II minimal bergelar Magister.
b. Cakap dalam bidang ilmu yang diambil sebagai pokok skripsi.
c. Bersedia bertindak sebagai pembimbing mahasiswa yang
bersangkutan, dengan tugas dan tanggung jawab sebagaimana
yang tercantum dalam uraian tugas tim pembimbing.
2. Tugas
Pembimbing bertanggung jawab untuk mengarahkan, membimbing
dan mengawasi semua tahap kegiatan dalam proses penyusunan
skripsi sampai dengan tersusunnya skripsi yang memenuhi syarat.
Apabila pembimbing terdiri dari dua orang, keduanya secara bersama-
sama bertanggung jawab dalam proses pembimbingan serta saling
mengisi guna mendapatkan hasil yang optimal.
Pembimbing I dalam proses pembimbingan lebih bertanggung jawab pada
aspek metode penelitian dan keilmuan yang diteliti. Sedangkan
Pembimbing II lebih bertanggung jawab dalam aspek metode
penulisan ilmiah. Pembagian ini tidak bersifat mutlak sehingga saling
mengisi/melengkapi antar pembimbing akan sangat menguntungkan
dalam pengembangan wawasan keilmuan serta pola pikir ilmiah
mahasiswa yang dibimbing.
BAB IV

TEKNIK PENULISAN

A. KETENTUAN UMUM
Beberapa ketentuan umum yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa
dalam format penulisan skripsi di Sekolah Tinggi Agama Islam Badrus
Sholeh meliputi beberapa hal, yaitu:
1. Kertas yang digunakan untuk pengetikan menggunakan kertas putih
jenis HVS (houtvrij schrijfpapier) 80 gram ukuran A4 (210 mm x 297
mm)
2. Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman dengan ukuran
huruf (font size) 12pt, dan Traditional Arabic dengan ukuran huruf 18pt
untuk pengetikan dalam bahasa Arab.
3. Batas pengetikan (Margins)
a. Batas Atas/Top Margin = 4 cm
b. Batas Bawah/Bottom Margin = 3 cm
c. Batas Kiri/Left Margin = 4 cm
d. Batas Kanan/Right Margin = 3 cm
e. Batas Header = 2 cm
f. Batas Footer = 2 cm
4. Spasi dan Paragraf
a. Spasi yang digunakan pada penulisan bab I sampai dengan bab V,
adalah 2 spasi. Untuk penulisan dalam bahasa Arab menggunakan
1½ spasi atau exactly 30pt.
b. Pada bagian Abstrak, spasi yang digunakan adalah 1 spasi.
Abstrak berisikan tujuan penelitian, metodelogi penelitian, dan
penemuan dari penelitian tersebut (tidak lebih dari satu halaman).
c. Bagian Kata Pengantar menggunakan 1½ spasi.
d. Awal Paragaraf (paragraph ideantation) = 1 tab atau 7 ketukan dari
kiri.
5. Penomoran, meliputi:
a. Bagian Awal
Bagian awal skripsi, yang meliputi Lembar Persetujuan Dosen,
Abstrak, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar
Gambar, dan Daftar Lampiran, penomoran ditulis pada bagian
tengah bawah dengan menggunakan angka Romawi kecil (i, ii, iii,
dst).
b. Bagian Isi/Bab
Penomoran setiap halaman ditulis pada sudut kanan bawah
dan pada setiap Bab penomoran di tulis di tengah bawah halaman.
c. Bagian Akhir
Penomoran pada bagian akhir skripsi meliputi; Daftar Pustaka
dan Lampiran-Lampiran ditulis seperti pada Bab skripsi yaitu
pada tengah halaman bawah.
6. Tebal Skripsi.
Tebal skripsi minimal 75 halaman dan maksimal tidak terbatas.
7. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang dipakai skripsi adalah bahasa Indonesia baku
dengan gaya bahasa keilmuan yang bercirikan antara lain:
a. Berpedoman pada pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan (EYD) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) 2008. Untuk skripsi yang berbahasa Arab dan Inggris
diserahkan kepada masing-masing pembimbing.
b. Penulisan skripsi harus menggunakan bahasa baku (formal) yaitu
bahasa yang tidak berbelit-belit, sistematis dan logis serta mudah
dapat dipahami.
c. Penggunaan kata dan istilah harus mengacu pada Kamus Umum
Bahasa Indonesia atau kamus lain yang relevan dan otoritatif.
d. Kalimat dan paragraf tidak terlalu panjang.
e. Format dan tata cara penulisan harus konsisten.
f. Penulisan nama, kata atau kalimat yang berasal dari bahasa Arab
yang belum diadopsi dalam bahasa Indonesia harus berpedoman pada
sistem transliterasi.
g. Tanda baca seperti titik, koma, titik dua, tanda seru, tanda tanya,
tanda persen, tanda penghubung, garis miring dan lainnya harus
mengikuti pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
h. Untuk penulisan kata atau kalimat Arab yang belum diadopsi ke
dalam bahasa Indonesia, digunakanlah sistem transliterasi.
B. Ketentuan Khusus
Sedangkan ketentuan khusus yang harus dijalankan dalam
penulisan skripsi meliputi:
1. Pengetikan Bab dan Judul Bab menggunakan huruf Besar yang tebal
(Bold), dan diletakkan di tengah-tengan kertas (aligment center).
2. Penomoran Bab, Sub bab, dan sub dari sub bab
a. Penomoran Bab menggunakan angka Romawi besar (I, II, III, dst).
b. Penomoran sub bab menggunakan Huruf Besar (A, B, C, dst).
c. Penomoran sub dari sub bab menggunakan angka (1, 2, 3, dst).
d. Jika di dalam sub dari sub bab masih terdapat perincian,
penomoran menggunakan huruf latin kecil (a, b, c, dst).
e. Apabila di dalam perincian tersebut masih terdapat perincian,
penomoran menggunakan angka yang diberi tanda kurung tutup 1).
2), 3), dst}.
Secara lebih detail penjelasan penomoran Bab, sub bab, dan sub
dari sub bab dapat dilihat pada contoh di bawah ini:
Gambar 4.1
Contoh Penomoran

BAB I
PENDAHULUAN

A. Sub Bab
1. Sub dari sub bab
a. Rincian sub dari sub bab
1) ………….
(a) …………..

3. Pengetikan naskah pada setiap alinea ditulis sejajar dengan judul sub bab
atau sub dari subbab
Gambar 4.2.
Contoh Pengetikan Naskah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Memperhatikan adanya tingkat kesulitan yang cukup
signifikan dalam usaha meningkatkan kedisiplinan mahasiswa,
terutama yang berhubungan dengan berpakaian rapi berkerah dan
harus bersepatu……..dst.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa kehadiran itelektual
muslim masihsebatas wacana bagi generasi muda yang seharusnya
menjadi pelopor… dst.
Dst ………….
4. Huruf Tebal dan Huruf Miring
a. Penulisan huruf tebal digunakan untuk menuliskan bab, judul bab dan
sub bab.
b. Sedangkan penulisan huruf miring digunakan untuk menuliskan kata-
kata atau kalimat yang dianggap penting dalam naskah tersebut.
5. Huruf Kapital (besar)
Penulisan huruf kapital (besar) ditulis pada setiap :
a. Bab dan judul bab.
b. Setiap huruf awal dalam kalimat pada subbab, kecuali “dan” dan
“yang”.
c. Setiap huruf awal dalam kalimat pada judul tabel, judul gambar, dan
judul lampiran, kecuali “dan” dan “yang”.
d. Serta nama-nama lain yang dianggap penting.
6. Kutipan
Pada dasarnya pembuatan catatan (kutipan) menurut caranya ada
tiga macam. Dari ketiga macam pembuatan kutipan tersebut, dapat dipilih
salah satu cara yang ingin digunakan, yang paling penting adalah
konsistensi penulisannya, yaitu:
a. Catatan yang ditempatkan pada bagian bawah halaman yang
bersangkutan, atau seringkali disebut dengan catatan kaki (footnote).
Pola ini yang digunakan di STAI Badrus Sholeh Kediri. Pembuatan
catatan kaki (footnote):
1) Nomor catatan kaki ditempatkan di dalam teks dengan angka
secara berurutan, yang diletakkan setengah spasi di atas akhir
kata atau kalimat yang dikehendaki.
2) Nomor catatan kaki dengan catatan kakinya harus berada
dalam satu halaman yang sama.
3) Jarak antara baris di dalam catatan kaki adalah satu spasi.
4) Penulisan catatan kaki pada baris pertama, dimulai pada
ketukan keenam dari garis margin kiri. Sedangkan baris kedua
tetap pada margin yang telah ditentukan.
5) Ukuran huruf pada catatan kaki adalah 10.
6) Ketentuan penulisan catatan kaki secara berurutan sama
dengan penulisan daftar pustaka.
Gambar 2.3.
Contoh Penulisan Catatan Kaki
Kegiatan ini lebih difokuskan pada proses yang
sederhana dengan mengurangi kompleksitas proses ke dalam
sub proses kegiatan dan kemudian memperbaikinya. Kegiatan-
kegiatan ini mampu menciptakan budaya yang mendorong
para operator untuk terus mencoba secara berkesinambungan
setiap proses atau pekerjaan mereka.1
_______________
1
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), 89.

7) Untuk menghindari pengulangan pada catatan kaki digunakan


sejumlah ketentuan, yaitu:
(a) Ibid, singkatan dari Ibidem, yang berarti “pada tempat
yang sama”. Singkatan ini digunakan untuk menuliskan
catatan kaki yang sama dengan ketentuan bahwa diantara
kedua catatan kaki itu tidak ada sumber catatan kaki lainnya
yang menyelinginya. Dalam bahasa Arab, ditulis dengan
istilah ‫نفس المرجع‬
Contoh :
1
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: IIIT
Indonesia, 2002), 80
2
Ibid., 120
(b) Op. Cit., singkatan dari Opere Citato, yang berarti
“dalam karangan yang telah disebut”. Singkatan ini
digunakan untuk menunjuk sumber catatan kaki yang
sama, tetapi telah diselingi oleh sumber catatan kaki yang
lain. Nama pengarang harus dicantumkan sebelum kata
op.cit
Contoh:
1
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: IIIT
Indonesia, 2002), 80
2
Rustan Efendi, Produksi dalam Islam (Yogyakarta: Magistra
Insania Press, 2003), 13.
3
Adiwarman Karim, op. cit., 88
Selain menggunakan op. cit., bisa juga dengan menyebutkan
nama akhir penulis (last name) diikuti beberapa kata dari judul
buku, titik, koma, dan halaman.
Contoh:
1
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: IIIT
Indonesia, 2002), 80
2
Rustan Efendi, Produksi dalam Islam (Yogyakarta: Magistra
Insania Press, 2003), 13.
3
Karim, Ekonomi Mikro., 88
(c) Loc. Cit., singkatan dari loco citato yang berarti “pada
tempat yang telah dikutip”. Singkatan ini digunakan untuk
menunjuk halaman yang sama dari sumber yang sama
pula, yang telah disebutkan dan telah diselingi oleh sumber
catatan kaki lain.
Contoh :
1
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: IIIT
Indonesia, 2002), 80
2
Rustan Efendi, Produksi dalam Islam (Yogyakarta: Magistra
Insania Press, 2003), 13.
3
Adiwarman Karim, loc. cit.
Atau
3
Karim, Ekonomi Mikro.
Apabila untuk satu orang pengarang digunakan dua atau
lebih dari dua judul kutipan, maka setelah loc. cit
dicantumkan judul buku secara singkat.
Contoh:
6
Adiwarman Karim, loc. cit. Perbankan.…
Atau
6
Karim, Perbankan.…
(d) Istilah et. al., singkatan dari et aili yang berarti “dan lain-
lain”. Istilah ini digunakan untuk menuliskan sebuah
sumber catatan kaki yang pengarangnya lebih dari satu orang.
8) Catatan kaki untuk artikel sebuah jurnal ditulis sebagai berikut:
nama penulis artikel, koma, tanda kutip buka, judul artikel (cetak
tegak), tanda kutip tutup, koma, nama jurnal (cetak miring), nomor
edisi jurnal, kurung buka, bulan (kalau ada) dan tahun penerbitan,
kurung tutup, koma, nomor halaman dan titik.
Contoh:
Abdullah Affandi, “Pemikiran Awal Tentang Sunnah”, Jurnal al-
Hikmah, No 1 Vol. 2 (September 2014), 56.
9) Catatan kaki untuk artikel yang ditulis dalam sebuah buku, ditulis
sebgai berikut: nama penulis artikel, “judul artikel”, dalam judul
buku, ed./‫ تحقيق‬nama editor (tempat penerbit: penerbit, tahun
penerbitan), halaman.
Contoh:
23
Nurus Shofa, “Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Kemampuan
TIK,” dalam Model Pembelajaran Kreatif, ed. Hafid Yoga
(Kediri: STAIBA Press, 2013), 13.
Catatan kaki yang berasal dari ensiklopedia ditulis sebagaimana
ketentuan di atas dengan menghilangkan kata “dalam”. Contoh:
10) Untuk karya terjemahan, catatan kaki ditulis sebagaimana berikut:
penulis asli, judul (dalam bahasa terjemahan), terj. nama
penerjemah (tempat penerbit: penerbit, tahun terbit) halaman.
Contoh:
8
Nu>r al-di>n „Itr, Kritik Matan Hadits, terj. Ihyak Ulumudin
(Yogyakarta: Teraju, 2013), 177.
11) Catatan kaki untuk skripsi, tesis maupun disertasi yang tidak
diterbitkan ditulis sebagaimana berikut: nama penulis, “judul”
(skripsi/tesis/disertasi, nama perguruan tinggi, tahun), halaman.
Contoh:
6
Hafid Yoga, “Pengaruh Kebiasaan Ngopi terhadap Kemampuan
Berdiskusi di Kelas” (Skripsi, STAI Badrus Sholeh Kediri, 2014),
56
12) Apabila terdapat unsur identitas sumber data yang tidak jelas,
maka harus dicantumkan tanda kehilangannya. Misal: t.tp (tanpa
tempat penerbit) atau ‫دون المطبع‬, t.p. (tanpa penerbit) atau ‫دون الطيع‬,
dan t.t. (tanpa tahun terbit) atau ‫دون السنة‬.
9
Nu>r al-di>n „Itr, Kritik Matan Hadits, terj. Ihyak Ulumudin
(Yogyakarta: Teraju, t.t.), 177.
13) Catatan kaki dari ayat al-Qur‟an ditulis dengan ketentuan: QS.
Nama surat (nomor surat): nomor ayat.
Contoh:
4
QS. Al-Fa>tih}ah (1): 4.
14) Catatan kaki yang berasal dari hadits ditulis dengan ketentuan
sebagai berikut: mukharrij, judul kitab (tempat terbit: penerbit,
tahun terbit), jilid/halaman.
Contoh:
7
al-Bukha>ri>, S{ah}i>h} al-Bukha>ri> (Beirut: Da>r al-Fikr, 1872), IV/250.
15) Sumber rujukan yang berasal dari internet/website ditulis
sebagaimana berikut: nama penulis, “judul artikel”, nama website,
alamat website, tanggal/bulan/tahun posting, taggal akses.
Contoh:
9
Binti Muliati, “Investasi Emas, Berbasis Syari‟ah”, Berita Staiba,
http://www.staiba.ac.id/berita/57688.htm, 24 Januari 2012, diakses
tanggal 31 Desember 2014.
16) Untuk hasil wawancara ditulis: nama tokoh,
jabatan/kedudukan/profesi, tempat, tanggal wawancara. Contoh:
12
KH. Abdul Nasir Badrus, Pengasuh PP. Tah}fidh al-Qur‟a>n al-
H{ikmah Purwoasri, Kediri, 14 April 2014.
b. Catatan yang ditempatkan pada akhir setiap bab, atau seringkali
disebut sebagai catatan akhir (endnote), Ketentuan pembuatan
catatan akhir (endnote) adalah :
1) Ketentuan dan aturan penulisannya sama dengan cara pembuatan
pada catatan kaki.
2) Bedanya, sumber kutipan ditulis pada akhir setiap bab, yang
penulisannya sama dengan cara penulisan daftar pustaka.
c. Catatan yang ditempatkan pada setiap kutipan dalam teks, atau
seringkali disebut sebagai catatan dalam (innote), Format
penulisan catatan dalam yang berlaku, yaitu :
1) Jika pengarang hanya satu orang, penulisannya meliputi nama
pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman. Misalnya untuk
pada awal kalimat
Abdul Hamid (2004:80) salah satu hambatan terbesar dalam
rangka melaksanakan Otonomi Daerah adalah rendahnya kualitas
sumberdaya manusia, hal ini menuntut penanganan yang
terstruktur.
2) Jika pengarang hanya satu orang, penulisannya meliputi nama
pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman, Misalnya untuk
pada akhir kalimat
Dalam usaha penataan STAIBA ke depan maka telah
dicanangkan dua distingsi yang strategis, seperti distingsi
keislaman dan distingsi profesional. Dalam kenyataannya
kedua distingsi tersebut masih sebatas produk buah bibir saja.
(Noer Chalida, 2004:10).
Jika penulis terdiri dari dua orang maka penulisannya dapat
dilakukan, Hamid dan Kasim (2004:18) atau (Hamid dan Kasim,
2004:18)
3) Jika penulis lebih dari dua orang maka penulisannya dapat
dilakukan dengan, Shofa dkk. (20904:20) atau (Shofa dkk.,
2004:20)
7. Penyajian Tabel, Gambar dan Lampiran
1. Ketentuan penyajian tabel :
1) Nomor dan judul ditulis di atas tabel di di tengah atas,
simetris dengan tabel tersebut. Ketentuannya adalah nomor
(bab, kemudian nomor urut), titik, kemudian judul tabel.
2) Untuk penomoran tabel, disesuaikan dengan pada bab berapa
tabel tersebut berada dan ditulis secara berurutan, misalnya
Tabel.2.5. artinya tabel ke 5 di Bab 2
3) Apabila judul tabel lebih dari satu baris, maka baris kedua
ditulis sejajar dengan judul tabel tersebut, di mana spasi antara
baris pertama dengan baris kedua adalah 1 spasi.
4) Apabila terdapat sumber tabel, maka sumber tabel tersebut
ditulis di bagian bawah tabel sejajar dengan tabel dari sebelah
kiri.
5) Setiap awal kata pada judul tabel ditulis dengan huruf besar.
2. Ketentuan penyajian gambar
1) Nomor dan judul ditulis di atas gambar dan simetris dengan
gambar tersebut. Ketentuannya adalah nomor (bab, kemudian
nomor urut), titik, kemudian judul gambar.
2) Untuk penomoran gambar, disesuaikan dengan pada bab berapa
gambar tersebut berada di atas dan ditulis secara berurutan,
misalnya gambar ke 12 di Bab 4

Gambar. 4.12
Alur Kesulitan Memaksa Mahasiswa Disiplin
3) Apabila judul gambar lebih dari satu baris, maka baris kedua
ditulis sejajar dengan judul gambar tersebut, di mana spasi antara
baris pertama dengan baris kedua adalah 1 spasi.
4) Apabila terdapat sumber gambar, maka sumber gambar tersebut
ditulis setelah judul gambar.
5) Setiap awal kata pada judul gambar ditulis dengan huruf besar.
3. Ketentuan penyajian lampiran :
1) Nomor dan judul ditulis di atas lampiran di sebelah kiri, sejajar
dengan lampiran tersebut. Ketentuannya adalah nomor (bab,
kemudian nomor urut), titik, kemudian judul lampiran.
2) Khusus untuk nomor lampiran, ditulis secara berurutan tanpa
nomor bab, misalnya:
Lampiran 9 : Jumlah Mahasiswa Bersendal dan Berkaos Oblong
3) Apabila judul lampiran lebih dari satu baris, maka baris kedua
ditulis sejajar dengan judul lampiran tersebut, di mana spasi antara
baris pertama dengan baris kedua adalah 1 spasi.
4) Setiap awal kata pada judul lampiran ditulis dengan huruf besar.
8. Penulisan Daftar Pustaka
a. Daftar pustaka diurut berdasarkan huruf abjad nama pengarang.
b. Untuk setiap huruf abjad yang sama, diurutkan lagi berdasarkan huruf
kedua dari huruf pertama nama pengarang.
Contoh : Abdul Hamid, “ ……. Ahmad Rodoni,”……
c. Ketentuan penulisan daftar pustaka secara berurutan yaitu ;
1) Nama pengarang (tanpa gelar), koma, kemudian tanda kutip.
2) Judul buku, ditulis dengan huruf miring (Italic), tanda kutip,
koma.
3) Edisi buku dan cetakan keberapa, kemudian tanda koma.
4) Nama daerah tempat percetakan, kemudian tanda titik dua.
5) Percetakan, kemudian tanda koma.
6) Tahun kemudian titik.
7) Nama pengarang dari luar negeri, ketentuannya adalah; nama
belakangnya (biasanya family name) ditulis di depan, kemudian
nama depannya. Jika buku tersebut dikarang oleh lebih dari satu
orang, maka untuk nama pengarang selanjutnya ditulis seperti
adanya.
8) Khusus untuk pengarang dari dalam negeri, jika nama belakang
pengarang tersebut sudah pasti adalah nama marga, maka
ketentuannya sama dengan ketentuan pada penulisan nama
pengarang dari luar negeri.
d. Jarak antara baris pertama dengan baris kedua jika satu buku kutipan
lebih dari satu baris, berjarak 1 spasi.
e. Baris kedua dimulai pada ketukan ke-7
f. Jarak antara satu judul buku dengan judul buku lainnya adalah 2 spasi.
g. Setiap huruf awal dari seluruh kalimat pada daftar pustaka ditulis
dengan huruf kapital (huruf besar). Daftar Pustaka merupakan
rangkuman sumber-sumber bacaan yang digunakan dalam suatu
tulisan. Sumber kepustakaan diupayakan bersumber pada buku-buku
edisi terakhir, kecuali ditentukan lain oleh pembimbing dan dapat pula
berupa jurnal, hasil penelitian, dan laporan/dokumen lain yang
relevan.
Beberapa Contoh Penulisan Daftar Pustaka:
Abdullah, Amin, “al-Ta‟wīl al-„Ilmī: Kearah Perubahan Paradigma Penafsiran
Kitab Suci”, dalam Al-Ja>mi’ah, vol.39, no.2, .July-December 2001.
Amal, Taufik Admal dan Syamsul Rizal Pangabean, Tafsir Kontekstual al-
Qur'an, Bandung: Mizan, 1992.
Apel, Karl-Otto, “Is the Ethics of the Ideal Communication Community a
Utopia? On the Relation Between Ethics, Utopia, and the Critique
of Utopia,” dalam Seyla Benhabib dan Fred Dallwar, eds. The
Communicative Ethics Controversy , Cambridge: The MIT Press, 1995.
Audah, Ali. “Sastra”, dalam Taufik Abdullah (ed), Khazanah Tematis Dunia
Islam: Pemikiran dan Peradaban , Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, t.t.,
Jilid IV

al-Faruqi, Isma>'i>l Ra>zi>, Seni Tauhid: Esensi dan Ekspresi Estetika Islam, terj.
Hartono Hadikusumo, Yogyakarta: Bentang, 1999.
Gadamer, Hans-Georg, Truth and Method, New York : The Seabury Press,
1975
Ichwan, Moch. Nur, Memahami Bahasa al-Qur'an; Refleksi atas persoalan
Linguistik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2002.
_________, Meretas Kesarjanaan al-Qur'an; Teori Hermeneutika Nashr Abu
Zayd, Jakarta: Teraju, 2003.

al-Jurja>ni>, Abd al-Qa>hir. Asra>r al-Bala>gah, Beirut: Da>r alFikr, t.th.


BAB V
SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

A. PENELITIAN KUANTITATIF
1. Pengantar
Penelitian kuantitatif memiliki cara pandang positivisme, yaitu cara
pandang yang menyatakan bahwa eksistensi kenyataan/realitas sosial dan
realitas fisik adalah independent atau terpisah bebas atau berada di luar diri
peneliti. Oleh karena itu siapa saja yang akan meneliti realitas tersebut,
dapat mengamati atau mengukurnya, dan apabila pengamatan/pengukurannya
tidak bias maka hasil-hasil penelitian tersebut dapat dikategorikan sebagai
pengetahuan ilmiah (scientific knowledge). Cara pandang positivisme memiliki
karakteristik sebagai berikut: 1) asumsi bahwa realitas adalah objektif, terpisah
di luar peneliti, dapat diamati dan diukur, 2) tujuan penelitian adalah
mendeskripsikan dan menjelaskan hubungan antar variabel yang diukur, 3)
fokus pada reduksi realitas menjadi variabel dan variabel dapat diukur dengan
instrumen dan menghasilkan data numerik, 4) asumsi metodologis : proses
deduktif, hubungan antar variabel, sebab-akibat, disain statistelah ditentukan
sebelum penelitian, bebas konteks (context-free), hasil prediksi-eksplanasi
dapat digeneralisasikan, validitas dan reliabilitas dapat diketahui, 5) analisis
data menggunakan analisis statistika, 6) peranan kajian teoretik sangat
dominan untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan penelitian/rumusan
masalah, 7) Data kuantitatif berpusat pada unit analisis dan berbentuk distribusi.
Penelitian kuantitatif memusatkan perhatiannya pada gejala yang
mempunyai karakteristik tertentu yang bervariasi dalam kehidupan manusia,
yang dinamakan variabel. Hakikat hubungan antar variabel dianalisis dengan
menggunakan teori yang objektif. Karena sasaran kajian dari penelitian
kuantitatif adalah gejala, sedangkan gejala yang ada dalam kehidupan
manusia tidak terbatas dan tidak terbatas pula kemungkinan variasi dan
hierarkinya. Penelitian kuantitatif berfokus pada variabel, bahkan sebelum
penelitian dilakukan telah ditentukan terlebih dahuluv ariabel yang akan diteliti.
Dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diamati
merupakan hal yang sangat penting. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan instrumen yang disusun berdasarkan indikator dari variabel yang
diteliti, kemudian menghasilkan data kuantitatif.
2. Sistematika Penulisan

Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan Keaslian
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel dan Gambar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Kegunaan Hasil Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
a. Konsep Variabel X
b. Konsep Variabel Y
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Penelitian
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Metode Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Instrumen Penelitian
E. Teknik Analisis Data
F. Hipotesis Statistika
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data
C. Pengujian Hipotesis
D. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Instrumen
2. Data Hasil Penelitian (Data Variabel Terikat dan Variabel Bebas)
3. Pengujian Persyaratan Analisis (Normalitas, Validitas, Reliabilitas)
4. Hasil perhitungan koefisien korelasi atau regresi
5. Perhitungan pengujian Hipotesis

3. PENJELASAN ISI SISTEMATIKA


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peneliti menjelaskan tentang kesenjangan (gap) antara fakta
(das sein) dan harapan (das solen) yang menjadi masalah utama
penelitian (variabel terikat). Fakta dapat merupakan apa yang ada
sekarang berupa data sekunder, hasil observasi, pengalaman pribadi,
atau hasil penelitian lainnya, sedangkan harapan dapat berupa apa yang
ada yang terdapat pada undang-undang, peraturan, visi-misi, renstra,
kurikulum, atau teori-teori dalam text book (literature) dan jurnal.
B. Pembatasan Masalah
Peneliti membatasi masalah yang akan diteliti sesuai dengan
tujuan penelitian.
C. Perumusan Masalah
Peneliti merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan
penelitian yang berkaitan dengan hubungan atau pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan, dijelaskan
tujuan yang hendak dicapai dari penelitian. Kemudian diuraikan
manfaat atau kontribusi apa yang diberikan oleh hasil penelitian tersebut
E. Kegunaan Hasil Penelitian
Peneliti mengungkapkan secara spesifik manfaat yang akan
dicapai yang dapat disumbangkan dalam:
1. Pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Pemecahan masalah praktis dalam bidang pendidikan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Peneliti membahas variabel penelitian secara konseptual dari
berbagai teori atau konsep para ahli. Kajian konseptual ini dimulai
dari variabel bebas (X) dilanjutkan dengan variabel terikat (Y).
Untuk setiap variabel penelitian dituntut menggunakan minimal 2
(tiga) rujukan. Kajian konseptual tidak sekedar mencantumkan
konsep-konsep secara runtut dari berbagai sumber tetapi hasil analisis
dari berbagai konsep, kemudian membandingkan hasil analisis
berbagai konsep. Dalam membandingkan hasil analisis berbagai
konsep ditemukan persamaan dan perbedaan. Persamaan itu menjadi
dasar sintesis yang akan menjadi konsep/konstruk dari variabel yang akan
diteliti.
B. Kerangka Berpikir
Peneliti mendeskripsikan kajian berupa penalaran yang bersifat
deduktif dari konsep-konsep setiap variabel, yang mengarah ke
hubungan sebab akibat antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Dalam kerangka teoretik ini peneliti membahas keterkaitan antara X dan
Y yang didukung oleh teori yang sudah ada/atau hasil pemikiran peneliti
yang didukung oleh argumentasi yang logis untuk menghasilkan
hipotesis penelitian. Kerangka teoretik ini dijadikan sebagai dasar
dalam mengarahkan penyusunan hipotesis penelitian. Hal yang terpenting
dari kerangka teoretik ini adalah hasil pemikiran peneliti tentang
adanya kemungkinan keterkaitan logis antara variabel X dengan variabel
Y.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan,
sebab akibat dari kenerja variabel yang perlu dibuktikan
kebenarannya. Hipotesis dapat dibedakan dalam hipotesis deskriptif,
hipotesis argumentatif, hipotesis kerja, dan hipotesis statistik atau
hipotesis nol.
1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif adalah hipotetis yang menunjukkan dugaan
sementara tentang bagaimana (HOW) peristiwa-peristiwa atau
variabel-variabel tersebut terjadi.
2. Hipotesis Argumentatif
Hipotesis argumentatif adalah hipotesis yang menunjukkan dugaan
sementara tentang mengapa (WHY) peristiwa-peristiwa atau
variabel-variabel tersebut terjadi. Hipotesis ini merupakan
persyaratan sementara yang dibuat secara sistematis, sehingga salah
satu persyaratan merupakan kesimpulan atau konsekuen dari
persyaratan yang lainnya.
3. Hipotesis Kerja
Hipotesis kerja adalah hipotesis yang menjelaskan akibat dari suatu
variabel yang menjadi penyebabnya. Hipotesis ini menjelaskan
tentang suatu ramalan bahwa apabila sebuah variabel berubah, maka
variabel lain akan berubah pula.
4. Hipotesis Statistik (Hipotesis Nol)
Hipotesis statistik atau hipotesis nol adalah hipotesis yang
bertujuan untuk memeriksa ketidakbenaran sebuah dalil atau teori
yang selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah. Karena
hipotesis ini menggunakan alat-alat statistik maka disebut hipotesis
statistik dan dalam hipotesis ini peneliti akan membuat dugaan-
dugaan yang berhati-hati dimana menurut peneliti tidak terjadi
hubungan atau pengaruh yang berarti dan dugaan ini akan dibuktikan
atas dugaan tersebut.
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Peneliti mendeskripsikan di mana lokasi penelitian dilakukan
dan kurun waktu yang digunakan selama penelitian mulai dari
penyusunan rencana (proposal) sampai dengan penyusunan laporan
penelitian itu selesai dilakukan.
B. Metode Penelitian
Peneliti menjelaskan pendekatan, metode, teknik yang
digunakan dalam penelitian, variabel penelitian dan konstelasi
penelitian yang ditetapkan. Konstelasi penelitian mengambarkan bagan
hubungan/pengaruh antar variabel
Contoh :
Penelitian Korelasi
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode survei
dan teknik korelasional.
Variabel terikat adalah Y dan variabel bebasnya adalah X. Kontelasi
Penelitiannya adalah X Y
C. Populasi dan Sampel
Peneliti menjelaskan unit analisis dan unit sampling, populasi
yang akan diteliti yang meliputi populasi target dan populasi
terjangkau, teknik pengambilan sampel dan tahap-tahap pengambilan
sampel, serta penentuan ukuran sampel yang akan digunakan secara
representatif mewakili populasi. Dalam hal ini, ada beberapa metode
pengambilan sampel yang bisa digunakan:
1. Quota Sampling
Metode penarikan sampel quota besarnya strata atau sub-kelas
dalam populasi ditaksir secara kasar dari statistik yang dipublikasikan
dan pencacah (interviewer) memiliki kebebasan memilih responden.
2. Judgement Sampling
Pada metode judgement sampling atau purposive pengumpulan
data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi
semata. Pada dasarnya jika pihak interviewer menganggap jika
calon responden yang dihubungi termasuk ke dalam bagian objek
penelitian, tanpa memperhatikan segi hubungannya dengan
interviewer, maka pihak interviewer dapat langsung memilih calon
responden tersebut sebagai bagian unit sampel. Dengan kata lain,
asal saja calon responden tersebut sesuai dengan karakteristik
populasi yang diinginkan, siapapun responden yang bersangkutan,
dimana dan kapan saja ditemui dijadikan sebagai elemen-elemen
sampel penelitian
3. Accidental Sampling
Metode penarikan sampel ini, pihak pencacah atau interviewer
melakukan pengumpulan data melalui siapa saja yang ditemuinya
tidak peduli apakah responden yang dihubungi memiliki
keterkaitan dengan aspek penelitiannya ataukah tidak memiliki
keterkaitan sama sekali. Peneliti pada prinsipnya dapat
mengumpulkan data dari setiap responden yang dapat ditemui,
siapa saja, dimana saja, dan kapan saja.
4. Convenience Sampling
Convinience sampling adalah istilah umum yang mencakup
variasi luasnya prosedur pemilihan responden. Convinience
sampling berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak
menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif.
5. Snowball Sampling
Snowball sampling merupakan penarikan sampel secara
berantai, dari satu sampel responden yang diketahui diteruskan
kepada responden berikutnya sesuai dengan informasi responden
pertama, begitu seterusnya, sehingga jumlah responden yang
dihubungi semakin lama semakin besar. Metode penarikan sampel
ini dijumpai pada jenis-jenis penelitian yang respondennya sulit
dipantau secara umum dan penelitian yang datanya bersifat
rahasia.
6. Simple Random Sampling
Simple random sampling merupakan salah satu metode
penarikan sampel probabilitas dilakukan dengan cara acak
sederhana dan setiap responden memiliki kemungkinan yang sama
untuk terpilih sebagai responden. Metode ini umumnya dipakai
jika sampel dalam populasi jumlahnya relatif sedikit. Pada kondisi
demikian, penggunaan metode ini akan menjadi efisien dan efektif.
Tetapi, jika jumlah elemen-elemen populasi sangat besar,
penggunaan metode ini menjadi kurang fleksibel. Penerapan
metode penarikan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan
sistem loteri atau dengan membuat daftar terlebih dahulu setiap
calon responden (tabel random)
7. Systematic Sampling
Penarikan sampel secara sistematik elemen-elemen dalam
sampel relatif diketahui dan memiliki kesempatan yang sama untuk
terpilih. Dalam metode ini besarnya sampel n yang diperbolehkan
dilukiskan diketahui dan memiliki probabilitas yang sama untuk
terpilih, sementara besarnya sampel n yang tertinggal memiliki
probabilitas nol untuk dipilih. Jika populasi mengandung N susunan
elemen dan besarnya sampel yang diinginkan adalah n, maka rasio
N/n mendekati angka untuk mendapatkan interval sampel.
8. Stratified Sampling
Stratified sampling secara umum dapat diartikan sebagai
metode penarikan sampel dengan memperhatikan stratum-stratum
dalam populasi. Jika penarikan sampel responden dilakukan secara
berimbang atau proporsional pada setiap masing-masing strata
metode ini deisebut proporsional stratified sampling. Selanjutnya,
jika proporsional stratified sampling menggunakan teknik acak,
maka metode ini disebut proporsional stratified random sampling.
Sebaliknya, jika penarikan sampel stratifikasi tidak memperhatikan
perimbangan atau proporsi, maka metode ini disebut
unproportional stratified random sampling. Metode penarikan
sampel stratifikasi biasanya digunakan kalau populasi memiliki
susunan bertingkat. Dengan kata lain, elemen-elemen populasi
memiliki karakteristik yang beragam atau heterogen. Sebelum metode
ini digunakan, ada baiknya diperhatikan terlebih dahulu keadaan
strata yang terdapat di dalam populasi, yaitu berapa banyak
jumlah strata yang terdapat dalam populasi dan berapa banyak
kemungkinan sampel individu yang harus ditarik dari setiap strata
tersebut. Jika jumlah strata cukup besar diperlukan kehati-hatian
dalam melakukan penarikan sampel agar masing-masing strata
dalam populasi dapat terwakili.
9. Cluster Sampling
Cluster sampling atau sampling daerah atau sampling wilayah
merupakan salah satu metode penarikan sampel probabilitas di
mana sampel-sampel dikelompokkan menurut petak-petak daerah dan
setiap petak daerah memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih
sebagai sampel.
D. Instrumen Penelitian
Peneliti menjelaskan teknik pengumpulan data dapat berupa
instrumen berbentuk tes, skala, kuesioner dan lain-lain.
Pengembangan instrumen untuk setiap variabel disajikan dalam
bentuk konseptual, dimensi, indikator dan kisi-kisi instrumen.
Instumen yang dirancang oleh peneliti harus dilakukan uji validitas dan
reliabilias sebelum disebarkan kepada responden. Hasil uji vailidtas dan
reabilitas harus disertakan dalam lampiran.
E. Teknik Analisis Data
Peneliti mendeskripsikan teknik analisis data yang digunakan
meliputi analisis data dengan statistika deskriptif, analisis data dengan
statistika inferensial dan uji persyaratan analisisnya. Analisis data
dengan statistika deskriptif dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi, histogram, steam and leaf (diagram batang daun) atau box
plot (diagram kotak garis).
Analisis data dengan statistika inferensial sesuai dengan hipotsesis
penelitian yang akan diuji.
F. Hipotesis Statistika
Peneliti menuliskan hipotesis statistika berupa simbol atau
lambang parameter statistika yang menggambarkan pernyataan tentang
karakteristik populasi yang merupakan jawaban sementara atas
pertanyaan penelitian. Pernyataan tersebut berbentuk proposisi sebagai
hasil dari kerangka teoretik. Jumlah hipotesis statistika sesuai dengan
hipotesis penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Peneliti menyajikan hasil analisis deskriptif data variabel terikat
(Y) dan data variabel bebas (X) yang dapat disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi, histogram, steam and leaf (diagram batang
daun) atau box plot (diagram kotak garis) yang dilengkapi dengan
interpretasi data.
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data
Peneliti menjelaskan hasil uji persayaratan analisis data. Uji
persyaratanan analisis disesuaikan dengan statiska inferensial yang
digunakan.
C. Pengujian Hipotesis
Peneliti menyajikan hasil perhitungan statistika uji dan hasil
pengujian hipotesis statistika.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Peneliti membahas hipotesis yang tidak teruji dengan
mengemukakan argumentasi mengapa hipotesis tidak teruji termasuk
keterbatasan penelitian. Atau hipotesis yang teruji dibahas
berdasarkan teori dan/atau hasil-hasil penelitian yang relevan untuk
menunjukkan apakah hasil penelitian mendukung atau menolak teori
dan/atau hasil-hasil penelitian yang relevan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Peneliti mendeskripsikan kesimpulan yang merupakan tesis
atau hipotesis penelitian yang teruji atau hipotesis penelitian yang
didukung oleh data empiris.
B. Saran
Peneliti menuliskan saran yang berasal dari pemikiran peneliti
yang berkaitan dengan operasional implikasi penelitian kepada berbagai
pihak terkait dengan masalah penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen
Lampiran 2 Hasil Uji coba instrumen
Lampiran 3 Kisi-kisi Akhir (sesudah Uji coba)
Lampiran 4 Data Hasil Penelitian (Variabel Terikat dan data dari
variabel bebas)
Lampiran 5 Pengujian Persyaratan Analisis (Normalitas, Validitas dan
Reliabilitas)
Lampiran 6 Penghitungan Besaran Statistik, misal koefisien korelasi, regresi
Lampiran 7 Pengujian Hipotesis (perhitungan statistik uji, hasil dan
kesimpulan uji)
C. PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF
Proposal penelitian adalah penjelasan singkat dari peneliti mengenai
rencana penelitian yang akan dilakukan. Proposal terdiri dari unsur-unsur berikut:
Halaman Cover
Lembar Pengesahan
A. Latar Belakang Penelitian
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Teori atau Konsep yang digunakan (minimal 3 teori untuk masing-
masing variabel)
E. Kerangka Pemikiran
F. Metode Penelitian
G. Daftar Pustaka
Outline Penelitian (pada lembar tersendiri)

B. PENELITIAN KUALITATIF
1. PENGANTAR
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mempunyai pandangan
bahwa fokus penelitian adalah kualitas makna–meanings (hakikat dan
esensi), akar filsafat yang dianut adalah pada asumsi bahwa: realitas adalah
subjektif dan jamak seperti yang ada pada individu-individu partisipan yang
diteliti (asumsi ontologis), peneliti berusaha melakukan pendekatan dengan
partisipan dalam pengumpulan data (asumsi epistemologis), peneliti lebih
mengutamakan perspektif partisipan (emik) daripada perspektif peneliti (etik),
menggunakan gaya penulisan naratif, penggunaan istilah/terminologi kualitatif,
dan batasan definisi-definisi yang digunakan (asumsi retorika), menggunakan
logika induktif, bekerja secara rinci, deskripsi rinci tentang konteks studi
yang diteliti, dan disain penelitian fleksibel/dapat berubah (asumsi
metodologis) ( John W. Creswell: 2007, p.17).
Terdapat lima ciri utama penelitian kualitatif, yaitu:
a) Naturalistik. Penelitian kualitatif memiliki latar aktual sebagai
sumber langsung data dan peneliti merupakan instrumen kunci. Peneliti
masuk dan menghabiskan waktu di latar penelitian (misal sekolah, keluarga,
kelompok masyarakat, dan lokasi-lokasi lain) untuk mempelajari setiap aspek
yang menjadi fokus penelitian. Peneliti melengkapi peralatan video tape dan
peralatan perekam, meskipun ada yang berpendapat bahwa peneliti kualitatif
tidak sepenuhnya memperlengkapi peralatan tersebut kecuali izin dan
tambahan pemahaman tentang aspek-aspek penelitian yang akan diperoleh di
lokasi.
b) Data deskriptif. Penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang
dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar dari pada
angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk
mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data tersebut mencakup
transkrip wawancara, catatan lapangan, fotografi, videotape, dokumen
pribadi, memo, dan rekaman-rekaman resmi lainnya. Untuk memperoleh
pemahaman, peneliti kualitatif tidak mereduksi halaman demi halaman dari
narasi dan data lain ke dalam simbol-simbol numerik. Mereka mencoba
menganalisis data dengan segala kekayaannya sedapat dan sedekat mungkin
dengan bentuk rekaman dan transkripnya.
c) Sangat Memperhatikan Proses. Peneliti kualitatif lebih
berkonsentrasi pada proses dari pada dengan hasil atau produk. Bagaimana
orang melakukan negosiasi makna? Bagaimana istilah-istilah atau label-label
tertentu muncul untuk diaplikasikan? Bagaimana pemikiran-pemikiran
tertentu datang untuk diambil menjadi bagian dari apa yang dikenal sebagai
pengertian umum (Common sense)? Apa riwayat alami dari aktivitas atau
peristiwa yang diteliti?
d) Induktif. Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data mereka
secara induktif. Mereka tidak melakukan pencarian di luar data atau bukti
untuk menolak atau menerima hipotesis yang mereka ajukan sebelum
pelaksanaan penelitian. Teori yang dikembangkan dengan cara ini muncul
dari bawah ke atas (bukan dari atas ke bawah), dari banyak bukti yang berbeda
yang terkumpul yang saling berhubungan. Teori dibangun berdasarkan pada
data dari bawah/partisipan. Sebagai seorang peneliti kualitatif merencanakan
dan mengembangkan: a) berapa jenis teori tentang apa yang telah diteliti,
b) arah yang akan dituju, setelah mengumpulkan data, dan c) peneliti
berinteraksi dengan subjek penelitian.
e) Makna. Makna adalah kepedulian yang esensial pada pendekatan
kualitatif. Peneliti yang menggunakan pendekatan ini tertarik pada
bagaimana orang membuat pengertian tentang kehidupan mereka. Dengan kata
lain, peneliti kualitatif peduli dengan apa yang disebut perspektif partisipan.
Mereka memfokuskan pada pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa asumsi yang
dibuat orang tentang kehidupan mereka? Apa pandangan-pandangan tentang
bagaimana menjalani kehidupan? Bagaimana menghadapi berbagai tantangan
dalam kehidupan? Dalam sebuah penelitian pendidikan misalnya, peneliti
memfokuskan pada perspektif orang tua tentang pendidikan anak-anak
mereka. Peneliti ingin mengetahui apa pendapat orang tua tentang mengapa
anak-anak mereka tidak dapat melakukan hal-hal yang terbaik di sekolah.
(Bogdan dan Biklen, 2008: 4-8).
2. SISTEMATIKA PENULISAN

Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan Keaslian
Abstract
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel dan Gambar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Kegunaan Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Konseptual /Fokus Penelitian
B. Kerangka Pemikiran
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Metode Penelitian
C. Prosedur Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum tentang Lokus Penelitian
B. Temuan Penelitian
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Observasi
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Catatan Lapangan Hasil Observasi
Lampiran 4 Catatan Lapangan Hasil Wawancara
Lampiran 5 Dokumen Pendukung (Foto dan dokumen)
Lampiran 6 Hasil Analisis Data
3. PENJELASAN ISI SISTEMATIKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peneliti menguraikan konteks atau situasi yang mendasari
munculnya permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Konteks
permasalahan bisa berupa tinjauan historis, ekonomis, sosial, dan
kultural. Penggambaran konteks permasalahan penelitian dapat
dilakukan dengan menunjukkan fenomena-fenomena, fakta-fakta
empiris atau kejadian aktual dan unik yang terjadi di masyarakat
yang sudah terpublikasikan melalui media massa, buku-buku, hasil-
hasil penelitian sebelumnya, atau sumber lainnya. Peneliti dapat juga
menyertakan data statistik untuk menunjukkan aktualitas dan trend
atau perkembangan fenomena yang menjadi latar belakang masalah
penelitian. Peneliti dapat juga menyertakan hasil studi pendahuluan
(pre-eliminary study) atas fenomena tertentu yang berupa data
kuantitatif ataupun kutipan wawancara. Bagian latar belakang masalah ini
sebaiknya diakhiri dengan batasan yang dibuat oleh peneliti berkaitan
dengan fenomena, fakta empiris, ataupun kejadian aktual yang sudah
dipaparkan sebelumnya. Batasan atas fenomena tersebut diharapkan
dapat mengantarkan peneliti menuju focus penelitian yang akan
diteliti sekaligus menunjukkan penting dan menariknya permasalahan
tersebut.
B. Fokus Penelitian
Peneliti menetapkan fokus penelitian, yaitu area spesifik yang
akan diteliti. Setelah fokus ditentukan, selanjutnya ditetapkan sudut
tinjauan dari fokus tersebut sebagai sub-subfokus penelitian.
C. Perumusan Masalah
Peneliti merumuskan masalah penelitian dalam bentuk kalimat
tanya yang bersifat umum (grand tour question) sebagai pertanyaan
payung. Kemudian rumusan masalah ini dikembangkan menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang lebih sepesifik (research question) sesuai
dengan sub-sub fokus penelitian.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian menjelaskan tujuan penelitian yaitu untuk
memperoleh pemahaman yang mendalam tentang fokus dan subfokus
penelitian.
E. Kegunaan Penelitian
Peneliti menjelaskan manfaat yang diharapkan dari hasil
penelitian. Kegunaan dapat diklasifikasikan menjadi kegunaan teoretis
dan kegunaan praktis. Kegunaan teoretis adalah bagaimana hasil
penelitian menjadi bagian dari proses pengembangan ilmu. Manfaat
praktis adalah bagaimana hasil penelitian dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan khususnya
bidang pendidikan.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Konseptual Fokus Penelitian
Peneliti mendeskripsikan konsep-konsep yang dapat dijadikan
landasan penelitian yang berhubungan dengan fokus dan subfokus
penelitian. Konsep tersebut didasarkan pada tinjauan pustaka dari
berbagai buku dan jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian.
Deskripsi konseptual ini diperlukan untuk memberikan gambaran
tentang fokus penelitian dan bagaimana fokus penelitian dikembangkan
menjadi subfokus penelitian.
B. Kerangka Pemikiran
Peneliti menjelaskan hal-hal yang menjadi pemikiran penulis
tentang fokus penelitian yang akan diungkap secara empirik sekaligus
peneliti mencoba membuat alur pikir keterkaitan teori yang telah dikaji
dengan fokus penelitian sehingga memberikan gambaran sudut
pandang peneliti terhadap rumusan masalah yang ingin ditelitinya.
Peneliti minimal menjadikan 1 teori atau konsep yang dijadikan guide
penelitian.
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Peneliti menjelaskan dimana penelitian dilakukan dan kapan
penelitian itu dilakukan. Waktu penelitian adalah sejak melakukan
observasi awal sebagai persiapan penulisan proposal sampai pada
penulisan laporan penelitian. Khusus penelitian analisis isi tidak terikat
dengan tempat tertentu.
B. Metode Penelitian
Peneliti menjelaskan pendekatan dan metode penelitian yang
digunakan serta prosedur pelaksanaannya. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif, sedangkan metode penelitian
sesuai dengan jenis penelitian kualitatif yang digunakan. Peneliti
menjelaskan informasi atau data yang dikumpulkan sehubungan dengan
fokus dan subfokus penelitian. Kemudian dijelaskan pula sumber-
sumber data primer maupun sekunder yang digunakan dalam penelitian
baik informan, peristiwa, maupun dokumen. Peneliti menjelaskan teknik
dan prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data yang
meliputi: (1) observasi, (2) wawancara, (3) dokumen, dan (4) focus
group discution.
C. Prosedur Analisis Data
Peneliti menjelaskan prosedur analisis data, baik selama proses
pengumpulan data maupun setelah data terkumpul. Prosedur analisis
dapat menggunakan salah satu dari model-model analisis data
kualitatif yang sesuai dengan jenis (metode) penelitian kualitatif yang
digunakan (model Milles & Hubberman, Spraedly, Bogdan & Biklen,
Strauss & Corbin, Yin, atau Analisis Isi). Penelitipun menjelaskan
bagaimana menguji keabsahan data mencakup kredibilitas,
dependabilitas, transferabilitas, dan komfirmabilitas.
Kredibilitas (Credibility). Kredibilitas merupakan penetapan
hasil penelitian kualitatif yang kredibel atau dapat dipercaya dari
persepektif partisipan dalam penelitian tersebut. Karena dari
perspektif ini tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
mendeskripsikan atau memahami fenomena yang menarik perhatian dari
sudut pandang partisipan. Partisipan adalah satu-satunya orang yang
dapat menilai secara sah kredibilitas hasil penelitian tersebut. Strategi
untuk meningkatkan kredibilitas data meliputi perpanjangan
pengamatan, ketekunan penelitian, triangulasi, diskusi teman sejawat,
analisis kasus negatif, dan memberchecking.
Transferabilitas (Transferability). Transferabilitas merujuk
pada tingkat kemampuan hasil penelitian kualitatif untuk dapat
digeneralisasikan atau ditransfer pada konteks atau seting yang lain. Dari
sebuah perspektif kualitatif transferabilitas merupakan tanggung jawab
seseorang dalam melakukan generalisasi. Peneliti kualitatif dapat
meningkatkan transferabilitas dengan melakukan suatu pekerjaan
mendeskripsikan konteks penelitian dan asumsi-asumsi yang menjadi
sentral pada penelitian tersebut. Orang yang ingin mentransfer hasil
penelitian pada konteks yang berbeda bertanggung jawab untuk membuat
keputusan tentang bagaimana transfer tersebut masuk akal.
Dependabilitas (Dependability). Dependabilitas menekankan
perlunya peneliti untuk memperhitungkan konteks yang berubah-ubah
dalam penelitian yang dilakukan. Peneliti bertanggung jawab
menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam seting dan
bagaimana perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi cara
pendekatan penelitian dalam studi tersebut.
Konfirmabilitas (Confirmability). Konfirmabilitas atau
objektivitas merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian yang
dikonfirmasikan oleh orang lain. Terdapat sejumlah strategi untuk
meningkatkan konfirmabilitas. Peneliti dapat mendokumentasikan
prosedur untuk mengecek dan mengecek kembali seluruh data
penelitian. Peneliti lain dapat mengambil suatu peran “devil‟s
advocate” terhadap hasil penelitian, dan proses ini dapat
didokumentasikan. Peneliti secara aktif dapat menelusuri dan
mendeskripsikan contoh-contoh negatif yang bertentangan dengan
pengamatan sebelumnya.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
Peneliti menguraikan tentang latar sosial, historis, budaya,
ekonomi, demografi, lingkungan, sebagai gambaran umum penelitian
yang melatari temuan penelitian.
B. Temuan Penelitian
Peneliti mendeskripsikan hasil analisis dan temuan penelitian
sesuai dengan fokus dan subfokus penelitian.
1. Subfokus 1
2. Subfokus 2
3. Subfokus 3
4. Subfokus 4
5. Subfokus 5
6. Subfokus dst.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Peneliti menuliskan kesimpulan penelitian yang berisi
proposisi-proposisi atau tema-tema sebagai hasil interpretasi atau
verifikasi temuan dengan konsep-konsep dan teori-teori yang sesuai
dengan fokus dan subfokus penelitian.
B. Saran
Peneliti mengemukakan rekomendasi tentang perlunya
penelitian lanjutan dan implementasi temuan penelitian tersebut dalam
pemecahan masalah praktis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Observasi
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Catatan Lapangan Hasil Observasi
Lampiran 4 Catatan Lapangan Hasil Wawancara
Lampiran 5 Dokumen Pendukung (Foto dan dokumen)
Lampiran 6 Hasil Analisis Data
4. PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF
Proposal penelitian adalah penjelasan singkat dari peneliti mengenai
rencana penelitian yang akan dilakukan. Proposal terdiri dari unsur-unsur
berikut :
Halaman Cover
Lembar Pengesahan
A. Latar Belakang Penelitian
B. Rumusan Masalah (Fokus Penelitian)
C. Tujuan Penelitian
D. Teori dan Konsep yang digunakan (minimal 1 teori yang dijadikan guide
penelitian)
E. Kerangka Pemikiran
F. Prosedur Penelitian
G. Daftar Pustaka.
Outline Penelitian (pada lembar tersendiri)

C. PENELITIAN NORMATIF
1. PENGANTAR
Penelitan normatif dilakukan untuk menguji dan mebandingkan
pemikiran tertentu berdasarkan kepada sumber referensi primer. Konsep-
konsep pada sumber primer dikaji mendalam dan membandingkannya
dengan konsep-konsep dari sumber referensi sekunder. Penelitan normatif
membutuhkan referensi yang cukup untuk mendetailkan permasalahan yang
hendak diungkapkan oleh peneliti. Setelah membandingkannya dengan
sumber sekunder peneliti memberikan penilaian dan judgment terhadap konsep
pada sumber referensi primer.
2. SISTEMATIKA

Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan Keaslian
Abstract
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel dan Gambar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Telaah Pustaka
F. Kajian Teoretik
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Pembahasan
BAB II (disesuaikan dengan pokok masalah)
BAB III (disesuaikan dengan pokok masalah)
BAB IV (disesuaikan dengan pokok masalah)
BAB V SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA (Minimal 30 referensi)

3. PENJELASAN ISI SISTEMATIKA


1. Sumber Rujukan primer adalah karya yang ditulis oleh si pemilik gagasan dan
konsep-konsep.
2. Sumber rujukan sekunder adalah referensi lain yang digunakan sebagai
referensi pembanding dengan sumber rujukan primer.
Penjelasan lainnya dapat dilihat di metode penelitian kualitatif.
4. PROPOSAL PENELITIAN
Proposal penelitian adalah penjelasan singkat dari peneliti mengenai
rencana penelitian yang akan dilakukan. Proposal terdiri dari unsur-unsur berikut
:
Halaman Cover
Lembar Pengesahan
A. Latar Belakang Penelitian
B. Rumusan Masalah (Fokus Penelitian)
C. Tujuan Penelitian
D. Teori dan Konsep Referensi Primer
E. Kerangka Pemikiran
F. Prosedur Penelitian
G. Daftar Pustaka.
Outline Penelitian (pada lembar tersendiri)

D. PENELITIAN TINDAKAN
1. PENGANTAR
Penelitian tindakan adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis,
dan penyimpulan data dari suatu jenis dan isi tindakan yang sengaja
direncanakan dan dilaksanakan untuk memperbaiki metode kerja yang efektif
dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya.
Dalam literatur berbahasa Inggris, PTK disebut Classroom Action
Research (CAR). Saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di
negeranegara maju seperti Inggris, Amerika, Australia dan Canada. Para
ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang sangat
besar terhadap PTK. Apabila dicermati, kecenderungan baru ini mengemuka
karena jenis penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur
baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan
peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses belajar mengajar
di kelas atau implementasi berbagai program di sekolah dengan mengkaji
berbagai indicator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi
pada siswa atau keberhasilan proses dan hasil implementasi berbagai
program sekolah.
Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diagnostik, (2) PTK partisipan, (3)
PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas,
berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut:
1) PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah
penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti mendiagnosis
suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi
yang terdapat di dalam latar belakang penelitian. Sebagai contohnya
ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran,
konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau
kelas.
2) PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan apabila
orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung
dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa
laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan panelitian peneliti
senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan
mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan
melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipan dapat juga dilakukan di
sekolah. Hanya saja, dalam PTK Partisipan peneliti dituntut
keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai
berakhir penelitian.
3) PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris apabila peneliti
berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukukan apa
yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada
prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan
dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari.
4) PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental
apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai
teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan
belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar,
dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan
untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK
ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif
dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran
Beberapa model PTK yang sering digunakan di dalam dunia
pendidikan, diantaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc
Taggart, (3) Model John Elliot, (4) Model Dave Ebbut, dan (5) Model Hopkins.
1. Model Kurt Lewin
Kurt Lewin menyatakan bahwa PTK terdiri atas beberapa siklus, setiap siklus
terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) perencanaan, (2) aksi atau tindakan, (3)
observasi, dan (4) refleksi. Keempat langkah tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
2. Model Kemmis dan Mc Taggart
Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart adalah
merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan
demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat
komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3)
observasi, dan (4) refleksi. Sesudah suatu siklus selesai di implementasikan,
khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya
perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.
Menurut Kemmis dan Mc Taggart penelitian tindakan dapat dipandang
sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin
diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Dalam pelaksanaannya ada
kemungkinan peneliti telah mempunyai seperangkat rencana tindakan
(yang didasarkan pada pengalaman) sehingga dapat langsung memulai
tahap tindakan. Ada juga peneliti yang telah memiliki seperangkat data,
sehingga mereka memulai kegiatan pertamanya dengan kegiatan refleksi.
Akan tetapi pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi awal untuk
melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah
penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Penyusunan perencanaan
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajakan refleksi
awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan
dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku
dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-
permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel
dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.
b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti
sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang
dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang
dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan
teoretis dan empiris agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan
kinerja dan hasil program yang optimal.
c. Observasi (pengamatan)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini
peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi
digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.
d. Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis,
interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan
tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan
mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap
informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya
dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan
relevan.
Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kekesimpulan yang mantap
dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu
untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yakni
berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Pada
hakekatnya model Kemmis dan Taggart berupa perangkat-perangkat
atau untaian dengan setiap perangkat terdiri dari empat komponen
yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dipa
ndang sebagai suatu siklus.
Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahan
yang perlu dipecahkan, yang pada umumnya lebih dari satu siklus.
PTK yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah
pada umumnya berdasar pada model 2 ini yaitu merupakan siklus-
siklus yang berulang.
Secara mudah PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dapat
digambarkan dengan diagram alur berikut ini.

3. Model John Elliot


Apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, PTK
Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian,
oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi
yaitu 3 sampai 5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan
terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan
belajarmengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John
Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf -taraf di
dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan
pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga
menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari
beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan
praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat
diselesaikandalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa
langkah,itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang
berbedasecara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu
sepertidikemukakan berikut ini:
4. Model Dave Ebbutt
PTK model Dave Ebbutt secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

5. Model Hopkins
Desain ini berpijak pada desain model PTK pendahulunya. Selanjutnya
Hopkins menyususn desain tersendiri sebagai berikut: mengambil start – audit
– perencanaan konstruk – perencanaan tindakan (target, tugas, kriteria
keberhasilan) – implementasi dan evaluasi: implementasi (menopang
komitmen: cek kemajuan; mengatasi problem) –cek hasil – pengambilan stok
– audit dan pelaporan.
2. SISTEMATIKA PENULISAN

Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan Keaslian
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Istilah
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
B. Hasil Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Prosedur Penelitian (langkah-langkah PTK)
1. Perencanaan Tindakan
2. Pelaksanaan Tindakan
3. Observasi Tindakan
4. Analisis dan Refleksi
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Awal
B. Siklus I
C. Siklus II
D. Siklus III
E. Siklus berikutnya (jika ada)
F. Pembahasan antar siklus
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

C. PENJELASAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan
kesenjangan antara keharusan (misalnya tuntutan teori yang telah teruji,
kurikulum atau landasan formal lainnya) dan kenyataan (yang
dialami/ditemukan di lapangan) serta urgensi penanganan permasalahan
yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukan fakta-fakta
yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini
maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa mengokohkan argumentasi
mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani
melalui PTK yang diusulkan itu. Karakterisitik khas PTK yang berbeda
dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu
dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar-
benar diangkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak
dan perlu diselesaikan melalui PTK. sebaliknya, permasalahan yang
dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis
metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada
hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan
analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran
permasalahan yang perlu ditangani itu nampak menjadi rumusan masalah
lebih jelas.
Dengan kata lain, bagian ini dikunci dengan perumusan masalah
tersebut. Selanjutnya rumusan masalah dibatasi lebih spesifik dalam
bentuk pertanyaan penelitian yang terkait dengan fokus tindakan atau
variabel penelitian. Dalam redaksi rumusan masalah dan pertanyaan
penelitian, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan. Jika sangat
diperlukan, pada bagian C ini peneliti dapat memasukkan penjelasan
istilah yang terkait dengan judul, rumusan masalah, atau fokus tindakan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian perlu dirumuskan secara singkat dan jelas
tentang apa yang ingin diatasi atau dicapai berdasarkan permasalahan
dan cara pemecahan masalah yang dikemukakan. Contoh:

a. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa melalui


penggunaan penggunaan metode matriks perbandingan
b. Meningkatkan hasil belajar yang lebih bermakna baik aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik siswa melalui penggunaan
metode matriks perbandingan.
D. Manfaat Penelitian
Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan
kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara
spesifik keuntungan-keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa
sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping
bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan-rekan guru lainnya serta bagi LPTK
sebagai pendidik guru, dan yang lainnya. Berbeda dari konteks penelitian
formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu, teknologi dan seni tidak
merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan
kehadirannya tidak ditolak.

BAB II KERANGKA TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN


Pada bagian ini diuraikan landasan substansif – dalam arti teoretik
dan/atau metodologik – yang dipergunakan peneliti dalam menentukan
alternatif tindakan yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam
bagian ini diuraikan kajian terhadap baik pengalaman peneliti pelaku PTK
sendiri yang relevan maupun pelaku-pelaku PTK lain di samping terhadap
teori-teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi
logis dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Atas dasar
kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Deskripsikan tempat, kondisi, dan waktu penelitian dilakukan
B. Subjek Penelitian
Deskripsikan subjek penelitian secara lugas yang mencakup
jumlah, jenis kelamin, cakupan, dan kondisi siswa.
C. Prosedur Penelitian
Jelaskan metode penelitian, siklus penelitian, dan prosedur
penelitian. Jelaskan jumlah siklus, tindakan siklus I, siklus 2 dan
seterusnya disertai dengan penjelasan prosedur penelitian mencakup:
1. Perencanaan Tindakan
Deskripsikan tentang persiapan tindakan, kegiatannya mencakup:
a. penyusunan rencana tindakan (skenario pembelajaran),
b. penyusunan media,
c. penyusunan materi,
d. penyusunan instrumen,
e. simulasi rencana tindakan (skenario pembelajaran).
2. Pelaksanaan tindakan
Deskripsikan rencana pelaksanaan tindakan dalam bentuk RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) serta jumlah pertemuaannya.
3. Observasi tindakan
Jelaskan data yang dikumpulkan dan teknik pengumpulan data
(soal tes, lembar observasi, kuesioner, dan lain-lain)
4. Analisis dan Refleksi
Deskripsikan teknik yang digunakan serta bahan dan prosedur
refleksi yang digunakan.
BAB HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Awal
Deskripsikan fakta dari permasalahan atau kondisi variabel
yang ada sebelum dilakukan peneltian, misalnya: nilai tes rata-rata
yang dicapai, aspek ketrampilan sosial yang ada, tingkat keberanian
bertanya siswa, miskonsepsi yang terjadi, dan sebagainya.
B. Siklus I
Untuk masing-masing siklus dapat disajikan urutan sebagai
berikut:
1. Rencana tindakan (deskripsi skenario pembelajaran). Rencana
tindakan, meliputi: (a) langkah-langkah penyelesaian masalah, (b)
kegiatan penyelesaian masalah, (c) pihak-pihak yang terlibat
dalam penyelesaian masalah, dan (d) identifikasi masalah yang
diperlukan.
2. Pelaksanaan tindakan (deskripsi hasil observasi proses
pelaksanaan pembelajaran secara rinci dari awal sampai akhir
setiap pertemuan). Pelaksanaan tindakan, meliputi: (a) cara
melaksanakan tindakan, (b) peran masing-masing warga sekolah
dan atau pihak terkait lainnya dalam melaksanakan tindakan, (c)
hambatan-hambatan dalam melaksanakan tindakan, (d) perubahan
perilaku dan tangggapan subjek penelitian terhadap tindakan yang
diterapkan.
3. Hasil Tindakan (deskripsi hasil analisis data dari observasi proses,
hasil tes, dan angket) meliputi: (a) hasil belajar siswa aspek
kognitif, (b) hasil belajar siswa aspek ketrampilan sosial
(keberanian siswa dalam bertanya, berpendapat dan
berargumentasi), dan (c) efektifitas cara pembelajaran menurut siswa
dan seterusnya
4. Refleksi
Berisi tentang deskripsi hasil tindakan dan bandingkan dengan
indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan sertakan fakta-fakta
penting dalam proses penelitian sebagai bahan kritis. Deskripsi ini
merupakan sajian kritis terhadap indicator kinerja dibandingkan
dengan hasil tindakan, serta pengembangank onsep teoretis dan
rencana tindak lanjut yang diperlukan.
C. Siklus II (seperti siklus I)
D. Siklus III (seperti siklus I)
E. Pembahasan antar siklus
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran dapat memuat:
1. Rancangan pelaksanaan PTK seperti: jadwal pelaksanaan, bahan ajar,
hand-out, dan sebagainya.
2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan
yang digunakan selama PTK dilaksanakan misalnya: lembar
observasi, kuisioner, tes, dan sebagainya
3. Contoh-contoh asli atau fotokopi hasil kerja dari siswa, atau guru
dalam pengisian/pengerjaan kuisioner.
4. Dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti: foto-foto kegiatan
PTK, daftar hadir, surat ijin penelitian, catatan harian pelaksanaan
PTK.
5. Lain-lain yang dianggap perlu.

Anda mungkin juga menyukai