Anda di halaman 1dari 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328271953

Semantik: Suatu Pengantar Dasar Pembelajaran

Article · March 2004

CITATIONS READS

0 23,882

1 author:

Agustinus Semiun
Universitas Nusa Cendana
51 PUBLICATIONS   22 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Verb Nominalization of Manggarai Language: The Case of Central Manggarai Dialect in West Flores Indonesia View project

Analisis Wacana View project

All content following this page was uploaded by Agustinus Semiun on 14 October 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


tsUl0frtwr" r ,, r ' r. r r.. rr r.. r.. r '. r. ' r ' !, ! r
PEH ETITI&}I P&hI PEI{6EFflB&HGE}I
(Research and Development Bulletin)
Indonesia Australia Eastern Universifies Project Alumni Forum

Ffi
o &tY
I g#'

w Diterbitkan oleh :
Forum Alumni lndonesia Australia
Eastern Universities Project (IAEUP)
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
Buletin Penelitian dan pengembangan
(Reseorch ond Developmrnl n uUettni
Alumni IAEUP
UNDANA

Pelindung dan penasihat:


Ketua CPIU IAEUp-Jakarta
Ketua LPIU IAEUp-Undana Kupang

penanggung Jawab:
Koordinator Lokal .dlumni IAEUP Undana
Frans Umbu Datta

penyunting Ahli:

Manuel pian
Frans Umbu Datta
Marthen Mullik
Theo da Cunha
yoke Benggu
Melkianus Tiro
Refli
yoseph Sugi
Damianus Adar
Ma.rs Sanam
Fejry Amalo
B. pasangka

Editor/Layout:
Basri I(.

Alamat : Pt
_I,embaga
Jl. Adisucipto penfui Kupang, NTT, f.fpna* f03g0) gg1560
Terbit 3 kali setahun pada bulan Maret, Jun,
penelitian dan atau kajian analitis ttitir
a*
prt"ttg peternakan, sosial, dan humaniora.ai_uia*g-il." pengetatruan al;,
ISSN: iqti_ilOl
teknologi,
Buletin Penelitian dan Pengembangan
Alumni IAEUP Undana

Volume 5, Nomor 1, Maret ZfrA4


rssN t4t2-3103

... Ilallar lsi


Daftar Isi -. . .
Halaman
l. Polemik Taksonomi Plumeria acuminatawT AIT dan Plumeria hypaleuca
Gasp, t
Theresia Lete Boro I-5
7. Semantik: Suatu Pengantar Dasar Pembelajaran
A. Semiun 6-17
3. Daya Dukung Lembaga Lokal dan Kelangsungan Proyek Embung di
Kabupaten Timor Tengah Selatan
Petrus Ng. Tanggu Bera 18-25
4. Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar
D.S. Kerans 76- 32

5. Studi Usaha Persewaan Traktor Tangan untuk Pengolahan Tanah Sawah di


Desa Oesao KuPang Timur
Edy Suprapto J)_JI

6. Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Penukar lon pada Pelunakan
AirSadah di Kupang
Jasman 38-4s
7. Sumur Resapbn sebagai Alternatif Konservasi Air di Kota Kupang
Paul G. Tarnelan 46-s4
8. Pengaruh Rangkaian Peredup Lampu terhadap Efisiensi-Daya Listrik
Gunadi Tjahjono 55-67
9. Pemanfaatan Bioteknologi Enzirn dalam Pakan Monogastrik
Catootjie Lusje Nalle 68-73
10. Pengaruh Lama Perendaman terhadap Kekuatan Tarik, Resistivitas, dan
S ifat Thermal Kompos it Pcliprop ilenalKarbon Hitam

R. Sibyrian dan H.L. SiantuYi 74 -',79

11. Perkembangan HatiNurani dan Pendidikan Agama Kristen


Imanuel Lakdmal 80-91
12. Anatrisis Statistik Berdasarkan pada Data Driven
Ch. Krisnandari Ekowat a 92 -96

#
3o
SEMANTIK:SUATUPENGANTARDASARPEMBELAJARAN

A. Semiun
Program Studi Bahasa Inggris - IBS
iXfP, Universitas Nusa Cendana

as a national subject-
writing concentrates on.semantics
ABSTRACT - By the title, this i, ir written due to the need of facilitati'rg
the
of language departnr?rrr.
matter for stucrents on the part of
of Semanti-cl ortrr. i"u"rrer and trre leaning of sem;'tics
teaching "rTrr."p"n ."*u''tit'-'o fu'' is consider-ed a; a bra'ch of Linguistics
the lang*age students. In addilion, on
*.tr as enrichi'g writing on specific pointsthis
needed to be deve,;il;il"i"g'""ai"r-u, by this
meaning for the purpose of
plepanng.-r"f"r"nc.s for rearniirg. Insisti'g 'eed to
with related semantic theories'
writing contains Inu"t ,.IIor" uborrt ua'i" '"ut'ul the students befo'e goi'g
"o"""pts
ur. u"ry-i*irr.ri ro,. tlie basiJ r*o*rfag" on the part of
the writer,
this writing,l ,"ggJtted material for students to lealn in a
fur:ther. So, at Ur. to equip trre students'
"r.J-of expecteE that m?erial be s'fficient
sernester is recommended. it is

1. PENDAHULUAN di-
Semantik, suatu cabang ilmu bahas
a yaugmengkaji unsur abstrak bahasa cuma
jurusan bahasa'
atau calon tahasawan' seperti mahasiswa
kenal oleh kalangan bahasawan berutusan dengan
tidak sadar, sebenarnya semua olang
Namun dalam hal praktis, secala informasi dan lain-
yaitu .rengkomunikasikan semantik berupa pesan' gagasan'
senrantik, bahasa'
urbitrer da. Lo.u"niional yang disebut
lain dengan menggunakan suatu .r*toi- kaitan dengan komunikasi dalam subj,dul Se-
dalam
Leech (1983) ro"riUuftu, semantik
seperli
"'o""Elxt^":#?;lebih jauh, dalam keseharia' :.r1,'q :r,_:1ll*"1i::,T::mena wa-
lancar bahka' t"t"p"i p"aa ti*gki berte'gkar' pertahaman akan
komunikasi kurang-ian salah mengerjakan soal atau tes'
ca'a tidak jelas, bukan tidak sering banyak oralg am-
kasus ambiguity' Kesulitan-sampai tetiadt
Dalam se.ra'tik geialaini telmasuk;;i;" salah mernilih
sebagai representasi mak'a' misalnya
bigttityte'letak pliu ,trur.tr'rr simbol da' salah mengorganisasi-
kata nntuk tertentu, ..1tlnggu i"T 7ai rcii'ot ambiguiry
'raksud sftuctru..ar ahbiguity. Belum b'a disinggung
kan kata_kata datarnkalimat sel-,inggl "rl;Jr
yulg. berujung pada perasaan tersinggung
lagi halJrar vu.,Jti.Ji*nri. roffii,istit halnya' se-benarnya y^ng
p.nggu,ruJ,. Luhuru tidak pada t#pat'ya' fdSu demikian
akibat
paling penting ,r,rr. Jip.lajari adalahjni
fuilun sernantik, melainkan bahasa yang merllpakan
cabang
,.rrluna'. tiai.'luri nat ada kesan seakan-akan sernantik sebagai
represe'tasi
ilmu bairasa tidak perlu dipelajari'
A. Semitut, Sentanlik: Suattt Pengatilar Dasar Pembelajaran

Namun setelah direnung secara mendalam dan membaca beberapa referensi tentang
semantik, temyata peran struktur semantik sangat penting untuk dipelajari karena struktur
bentuk bahasa sangat ditentukan oleh semantic proposition. Kajian ini diharapkan akan
memperjelas posisi semantik dalarn praktek komunikasi manusia yang menggunakan lam-
bang bahasa, dan bagi calon bahasawan halus mempelajarinya.
Kajian ini muncul karena tiga alasan. Pertanta kurikulum nasional sebelumnya tidak
mencantumlcan Semantik sebagai suatu matakuliah tersendiri. Semantik dipelajari dalam
nratakuliah Pengantar Linguistik atau Introduction to Linguislics. Materi Semantik terbatas
pada salah satu subtopik mata kuliah tersebut. Sedangkan kurikultul nasional yang kini
tengah diberlakukan memposisikan Semantik sebagai suatu matakuliah tersendiri berbobot
2 SKS, dengan matakuliah prasyarat Introduction to Linguistics, Phonology, Morphology
dan Syntax, khususnya di Program Studi Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidilcan, Universitas Nusa Cendana (FKIP Undana). Kondisi ini bukan tidak mungkin
rnenyulitkan pengasuh mata kuliah Semantik untuk menentukan dari mana harus memulai
rnengaj arkan semantik.
Kedua, setelah mertbaca bebelapa buku (yang terjangkau) tentang semantik, ada
kesan bahwa semantik hingga kini belurn populel diteliti, dikaji dan ditulis. Buku-buku
yang membahas khusus tentang Semantik dalam sejarah perkembangan semantik masih
sangat terbatas. Ini diperkuat oleh kesan Frawley (1992), bahwa belurn ada tulisan tentang
pengar-rtar semantik yang cotixprehensitte dan readable yang dapat dipakai sebagai pegang-
an. Katanya, semantik tulisan Lyons berjudul Sentantics I & il (1977) sudah out-of date
karena lebih menekankan tinjauan filosofis dan karena itu tidak menarik lagi untuk re-
ferensi pala mahasiswa.
Ketiga, secara substansial unsur makna dalam sejalah perkembangan teori-teori
bahasa, bahl<an hingga kini, nampaknya, semakin sangat penting dan dominant. Secara
konseptual makna sangat menentukan struktur bentuk. Semua tipe struktur bentuk bahasa
secara tipologis tetap dikendali oleh struktur makna. Dalam linguistik struktural, kaum
strukturalis, yang mengandalkan teori-teori semantik konvensional, seperti referencial
lheory, immaginative theory dan componential analysis theorlt tidak mampu menganalisis
makna dengan kajian struktural yang sifatnya sudah baku. Teori generative grammar oleh
Chomsky, yang mengandalkan interpretalion sem.antics, juga tidak rnampu menganalisis
makna secara tuntas, karena kornpleksitas simbol tidak sepadan derigan kornpleksitas
realitas. Bila pada tingkat kompleksitas tidak seimbang, maka terjadilah apa yang disebut
ketaksaan atau antbiguity dan kesamaran atauvagueness.
Karena ketiga alasan di atas, maka semantik yang mengkaji rnakna bahasa merupakan
unsur bahasa yang paling utama yang sulit dikaji. Persoalannya bahasa atau simbol
linguistik itu selalu berkembang dan atau berubah dari zamanke zaman sejalan dengan per-
ubahan-perubahan empiris dan generasi penerus sebagai pemakai bahasa. Lalu, menyadari
semantik sangat menentukan bentuk bahasa, dan kajian semantik masih dirasa kurang,
perlu mempopulerkan semantik dengan cara, pefiama menulis semantik sebanyak-banyak-
nya berupa review literatul dengan cara yang lugas atau readable terutama untuk kepen-
tingan pembelajaran Semantik, dan yang kedua perlu dilakukan studi atau penelitian secara
terus menerus yang sifatnya lebih empiris dan harus seimbang dengan studi unsur bentuk-
Btrlitbang l/olttnte 5, Nontor I, Maret 2004

bentuk bahasa atau dialek_dialek rokal.


oleh karena itu, kajia* ini lebih ba'yak me'upaka'
dengan harapan dapat dipakai sebagai
ba-
literatw.e reviewtentang hal-hal yang mendasal
han memperkaya rujukan' ir be'konsentrasl pulda dua hal.
maka r.^ii^-
.-^^r.^ kajian ini
Berdasarka,, i;;; belaka'g di atas,
belbagai teori semantik yaitu
pertama, akan dikemrt ut un t onr"p-t onr.p yung mlndasari
bahasa da-
soal bahasa ,.uugui-ri;bol untuk u"rt
oro.*ii<asi-serla piranti untuk memahanri
la'r per'sti.u r.o-,rnit usi itu se'diri. Kedua,
kajia'ini akan lebih banyak tentang beberapa
simbol bahasa dalam komunikasi'
teori senrantik berdasarkan bagaimana memahami di atas'
konsentrasi pengkajian sepefii.disebutkan
Beldasarkan ruang lingkup ,"uugui yang men-
maka kajia' i"i b;;j;; ,lt.ng"torfukan sefia membahas beberapa konsep
dasar-i beberapa teori semantik, terrna'uL
*""g"mukakan beberapa teori semantik yang
pelletahuan pengantar te'tang sema.tik bagi
di'raksud, yang diharapkan cocok s.lugui
para tnahasiswa.

2. PENGKAJIAN
Konsep-konseP Dasar Semantik
Konsep-konsepSemantikyarrgdikemukakanberikutirrimencakupkonsep-konsep
paaa prinsiprrya, yang berkaitan dengan semantik
se-
sejak saat m"ng"-.iLanya semantit<, terjangkau'
telbatas pada referensi yang
bagai kajia' makna bahasa, namun sangat
Buhasct
linguis' Untuk keperluan ini dikutip
Banyak dehnisi tentang bahasa oleh belbagai
yang berkaitan dengan semantik'
empat definisi yang menyinggung atau
bahasa, yarru The system of huntan cottt-
a) Riclrards er al.iit:gil iJ^ir:ikan batasan
os sotmds (or their vtritten repre-
ntunication by ttteans of stt'uctured arrangetttenl
v'ords' senlences'
sentation) to form largei urtits' eg' morphemes'
of arbirary vocal symbols u'sed for
b) Wardha ugh 1t971)rn"engataka nlorgrign
is a systent
ltunt att c ommuni c at i on'
an arbitrary $)stem of ctrliculated sormds ntade
c) Francis (1958) men galakan,lcmgtage is
carrying onlhe affairs of their society'
o,rrio^ of"pu'nfy
use oJ by a group of huntans o,
ond instinctive n'tethod of
d) Sapir (I94g) n].ngutut u n, languLagn ir -by hl'tmatt 'on
of a systent of volunlarillt pro-
co,tntr.nticati,g ideas, ernotiorts, oia anii''u' "''uo"'
dttced sYntbols.
Keempat linguis i1i lalrpaknya memberi
defilisi tentang bahasa dengan cala yang
berbeda nall1lu1 i"f;nv" seputar beb.rup^
hal yang sama dan menarik, yaitu a) bahasa me-
be'bentuk bunyi ujar; c) sebagai sistem
rupakan ,rut,r riri"m; b)'bahasa adalah sinitol
sistem simbol yang albitrer, bahasa diguna-
simbol, bahasa bersifat arbitrer; dan d) sebagai
dengan orang lain ataupun dengan diri sendiri'
kan untuk berkornunikasi atau berinteiaksi
semantik karena dua hal. Pertama, se-
Bahasa di^;i;; sebagai konsep dasar-lent-an-g
car.a substansial bahasa merupakan
ou3.t kajian bahasa secara ilmiah ya'g disebul" Lingt'tis-
atau cabang rnengkaji Linguistics selain
/rcs, dan Semar-rtik adalah salah satu komponen dalam komu'ikasi
pltonology, Morphology, Synlax, aun inriiorr (Kata'rb a' 1993)' Kedua'
A. Sentitrn, Sentantik: Sualu Pengantar Dasar Pembelajaran

ril- 1'ang dikomunikasikan adalah pesan, informasi, pikiran, ide, dan lain-lain, dan yang
::enjadi representasi dari sernuanya itu adalah bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap
rranusia yang secara arbitler dan konvensional ditelima dan digunakan sebagai alat ber-
interaksi. Oleh karena itu, sudah tepat sekali kalau bahasa sebagai konsep yang mendasari
ieori-teori semantik.
Grommar
Konsep Grantmar peftama dikemukakan dan dipelopori oleh seorang sarjana ber-
kebangsaan Jerman bernama C.Chr. Reisig, sekitar tahunl820-1925 (Baca, misalnya,
Prarryirasumantri, dkk. 199711998). Konsep ini mencakrp Etimolog,,: kajian tentang asal
rsul kata, perubahan bentuk kata, dan perubahan artr Sltntax: kajian tentang kalirnat; dan
Semasiology. studi atau kajian tentang tanda pada umumnya. Pada rnasa itu, yang terkenal
,Jengan masa yang disebut underground period, semantik tampil ke pelmukaan sebagai
ilmu tentang tanda yang disebut Semasiology. Dengan kata lain pembicaraan tentang makna
sudah mulai dilakukan, namun yang dibicarakan itu termasuk dalam substansi sentasiology.
Kemudian, menjelang akhir abad ke-20 muncul konsep gralnmar balu oleh Noam Chomsky
l ang terkenal dengan sebutan generative granxmar (Baca, misalnya, Smith & Wilson, 1979,
dan bandingkan dengan Katamba, 1993). Konsep grammar ini berlaku untuk semua
manusia yang terlahir dengan bawaan berkemampuan bahasa, sehingga konsep itu disebut
L'niversal Grantmar. Dengan konsep grammar ini, Chomsky berpendapat, bahwa berke-
mampuan belbahasa mensyaratkan contpetence dan perforntance. Yang pefiama menyang-
kut kemampuan berbahasa yang sudah dimiliki/diketahui, sedangkan yang terakhir rne-
n1'angkut tindak-nyata bertutur. Kompetensi sangat menentukan performa belbahasa se-
seorang. Dalam kaitan dengan semantik, kompetensi berurusan dengan struktur makna
ldeep s'tructm"e), sedangkan performa berurusan dengan bentuk tutur/bahas a (sutfuce slruc-
ture).Dengan kata lain, pemahaman terhadap struktur makna hanya lewat struktur bentuk.
Sentiologi
Semiologi merupakan salah satu konsep dasar yang sering disebut Semiotik atau
Sentiolics. Dalam kaitan bahasa dan komunikasi, Robins (i992) rnembagi lambang atas
lambang bahasa dan lambang selain bahasa yang disebut tanda-tanda. Ilmu yang mem-
pelajali sistem lambang dan tanda yang sering disebut semiotics berada di luar jangkauan
sebuah ilmu bahasa secara umurn. Tanda-tanda sistern lambang yang dimaksudkan itu ber-
kaitan secara alamiah, misalnya, 'menggigil' diartikan sebagai tanda demam, atau 'peta
atau rambu-rambu jalan,' dan lain-lain cenderung menyatakan hal-hal yang diacunya.
Sedangkan bahasa sebagai sistem lambang hampil seluruhnya didasarkan atas konvensi
murni dan sifatnya arbitrer.
Banyak linguis yang menulis tentang tanda-tanda pada umumnya dan tanda bahasa
khususnya, seperli Ferdinand de Saussure dalam Hidayat (1993) dalarn kaitanya dengan
peran langue, Lyons dalam Soetikno (1995) dalam kaitanlya dengan kode bahasa, dan
Searle dalam Taligan (1985) tentang posisi serniotik sebagai payung kajian sintaksis, se-
mantik dan pragmatik. Di abad modern ini, Halliday (1984) menulis bahasa sebagai Lrnsur
semiotik sosial. Perhatiannya berfokus pada interpretasi sosial bahasa dan makna. Serni-
Bttlitbang Volttnte 5, Nontor l, A4aret 2004

tanda-tanda
ology diangkat sebagai konsep dasar, karena baik larnbang bahasa maupun
yurrlg t"Ui6lanyaL b*ersifat alimiah merepresentasikan makna untuk
terjadinya interaksi
yang komunikatif.
Proposisi
al. (1992) rnendefinisikan proposisi sebagai the basic nteanittg
et v'hich ct
Richards,
cottsist of (a) sonrcthing whicl
sentence expresses. Kem.rdial mereka katakan propositiotts
(b) on assertion or predica-
is nanted or talked abottt (known as the algument, or entity),
tio, tyhich is tnade abottt tlte arguntent. Pendapat ini sama dengan yang diberikan oleh
yang menjelaskan isi
Harimurti dalam Amiluddin (19s8), yaitu sebagai konfigulasi makna
dengan satu argttnten
komunikasi dari pembicaraan, terjadi dari predikator yang belkaitan
abstrak, karena se-
atau lebih. Aminuddin (1988) menambahkan, bahwa proposisi sifatnya
tiap bentr-rk bahasa mertqrakan pernyataan yang berada dalam abstraksi pikiran
penutur'
dalarn pikiran adalah
Contoh yang diberikan, misalnya tatanan "saya lapar" yang masih
tidak atatt Seharian
proposisi, sJdangkan bentuk ujarnya adalah Tadi pagi salta sarctpan'
iayt belun, n oio,r. Bentuk-bentuk ujar ini, yang rnewakili proposisi "saya lapar" adalah
statentent atall pemyataan. Demikianlah proposisi
juga termasuk kolsep dasar karena pro-
main bahasa'
posisi merupakan stiuktur makna yang mengontrol struktur bentuk atau aturan
Presuposisi
i pengetahuan awal untuk membantu
presr.rposis Qtresuposition) berkaitan dengan
memaharni-proporLi ujaran. Berdasalkan pendapat linguis, sepelti Lyons
dalarn Soetikno
(1995), pahnei dalam Aminuddin (1988), bahwa presuposisi merupakan unslrr
per-
unggtpun bagi lawan bicara Supaya mampu memahami papalan ujaral
Seorang penutur
acuan yang sudah
f.ui*u ujaran itu merniliki tanda, konteks, dan mengandung referen
sama-sarla dipahalri oleh ilterlokutol sebagai lawan bicara. Dengan kata
lain, tanpa pre-
sr_rposisi tidak bakal terjadi pemahaman. Dalam plaktek hal ini disebut tidak nyambung
presuposisi logis,
akibat salah pen-raharnair. r-euin jauh presuposisi dapat dibedakan atas
yaitu yalg berkaital dengal pelgolahal dan pemahaman pesan yalg isi semantisnya me-
miliki huf,ungan logis delgan bentuk ekspresi, baik dalam pengkodean maupun penataan
de-
r.elasi; dan presttpoitti progrtatis betl<aitan dengan konteks, baik dalam hubungannya
yang rnelatali.
,.'gan penrai<ai bairasa rnuupun dengan lconteks sosial-sitr.rasional
Dala'r kaitan dengan presuposisl, Brown dalam Atrnadi dan Setyaningsih (2000)
yaitu prior knov'ledge atau
nremberikan dua piranti untuk memahami tutur dalam konteks,
pengetahua' awai tentang topik yang sedang dibicarakan. Pemahaman terjadi bila
kedua
terul, pihah mempllnyai-priir knoy,ledge yang sama. Sedangkan piranti cuhttral back-
me-
grorrrd,berkaitan dengan-latar belakang budaya yang turut membantu mempelmudah
mahami makna suatu tuturan karena penutur dan pendengar memiliki kesarnaan
persepsi
mengenai sesuatu yang ditutulkan.

Teori-teori Semantik
Berikut ini dikemukakan tentang beberapa teori semantik yang dibangun berdasarkan
konsep-konsep dasar yang sudah dikemukakan di atas'

10
A. Sentitrn, Sentantik: Suatu Pengantar Dasar Pembelajaran

'Teori
Referensial
Teori ini berpijak pada pandangan aliran realisnxe. Kaum realis rnelihat makna dari
:eiasi semantik dengan dunia nyata. Secara umum kata 'realisme' diturunlcan dari kata
ja-<ar 'real' (bahasa Inggris) yang berafti nyata atau ada, dalarn arli berada dalam tataran
:.lam semesta baik itu berupa benda fisik maupun berupa peristiwa. Singkatnya real
n:erujuk pada semua yang dapat diindrai (Baca pula pendapat Titus dalam Plawirasurnantri
ikl.- 1997). Titus menambahkan, bahwa pendapat kaum realis selaras dengan pandangan
'. ans bersifat filosofis yang melihat realisme sebagai objek-objek yang nyata dalam wujud

i akni dapat diindrai.


Beldasarkan pandangan ini dibangun Teori Referensial, di mana makna l<alimat ter'-
^eiak pada hubungan yang hakiki antara makna kata atau makna kalimat dengan wujud atar"r
ob_iek yang dimaknai. Misalnya,kata'kursi' baru bermakna bila ia rnenunjukkan hubnngan
.angsung dengan entitas atar.r objek yang bernama kursi. Demikian put kalimat 'Hari ini
hujan turlln' mempunyai makna bila terjadi peristiwa turun hujan. Pendekatan yang diguna-
xan adalalr referencial approach.
Jika pemaknaan suatu kata berdasarkan perujukan yang lugas pada sesuatu atas dasar
konvensi tenentu dan bersifat objektif, maka kata itu bernakna denotatif atau derutotative
meaning, misalnya pemaknaan kata 'kursi' yaitu 'ternpat duduk.' Sedangkan pemaknaan
suatu kata berdasarkan ciri-ciri yang sama oleh suatu objek atas dasar asosiasi, maka kata
itu berrnakna konotatif atau connotative meaning, seperti pemaknaan kata 'l<ursi' yaitu 'ke-
Cudukan.'
Te o ri S emantik B elt avio ral
Teori ini berpijak pada pandangan nominalisme. Kata "norninalisme" diturunkan dali
kata "nomen," bahasa Latin, yang belarti 'nama' dalam bahasa Indonesia. Pandangan ini
menolak hubungan hakiki anlata bahasa dengan dunia luar yang bersifat manasuka
(semena./sembarang). Pandangan ini juga bersifat filosofis yang menekankan bahwa bahasa
merupakan pembedan nama untuk menyebutkan benda-benda dan sifatnya melekat (in-
hern). Bahasa (kata-kata) tidak dikaitkan dengan benda-benda yang dina:nai. Dengan kata
lain tidak ada alasan logis rnengapa benda-benda diberi nama dengan bahasa atau kata ter-
tentu. Dalam rnengkaji makna bahasa, pandangan ini menekankan pada fungsi bahasa, yaitu
bahasa dipakai untuk menamakan atau menyebut entitas-entitas di luar bahasa secara
semena-firena. Kata 'kursi' rnisalnya tidak mempunyai alasan logis atau kaitan logis untuk
dipakai sebagai nama benda yang telbuat dari kayu dengan empat kaki untuk menopang
sesuatu yang berbentuk persegi atau bulat dan flat.
Teori semantik behavroral (behavioral semanlic theory) ini dikembangkan oleh B.F.
Skinner dalarn Prawirasumantri, dkk. (1997) dan berpijak pada pendapat aliran psikologi
behaviolisrne, yang menganalisis makna baliasa dalam kaitan stimulus dan respons dalam
sitr.rasi dan l<onteks tefientu. Setiap respous dari bentuk bahasa merupakan nrakna suatu
bentuk ujar terlentu. Prosesnya dapat digarnbarkan sebagai berikut:

11
Bttlitbang Volume 5, Nontor I ' A[aret 2004

tang-
R berarli stimulus yang belllpa ujaran.
Makla ada dalam r" " "S' sedangkan R adalah
sesuai dengan stinulus yang diteri'ra'
gapan yang diberika' ienanggaptutur'fp.ttatngut)

Teori Sosiosenmntik
Theory ini juga berpijak.pada pandangan
Teori Sosiosemantik atau sociosematttic
yang lebih besar yaitukonteks kultural masyarakat
nominalism. t",upi-Jlu* konteks ,oriui
teori iiri sejala'dengan teo'i ya'g sifat-
pemakai bahasa y"";;;;tgklt?t.S..
u
'i""gLut,prawi'asumatri, dkk. (t977) dikernbang-
nya fu'gsionur, vunJn .-ffi
Feisal crqtrr daiam jika
(198a) menganggap, bahasa balu bermakna
kan oleh salah satun ya, yangbagi Halliday
i'anusia untuk berko'ru*ikasi'
ber-fungsi *.tuyu,riii"uutun"utt-r."butuha'
Teori Senmntik Tintlak Ttttur
Menurut Pranomo dalam Atmadi
Teori ini disebut speech act theory of semantics- (1995)'
darr Setiyarringsih (2000), teori dan
istitatr ini diawali olelr Kenrpson dalanr Wahab
bahasa memiliki dua struktur: struktur
bunyi
yang ber-pijak pada asunisi Chomsky bahwa pragrnatis' di
granlnlar' ya'g lebih bersifat
dan strtrktu, ,ouLnu Oatum transfointational
mana makna uur.,uru dianalisis sebagai
bentik penampilan tindak tutur dalam konteks
suatn
pengujaran suatu kalirnat, dipandang sebagai
tertentu. Lalu tindakan sebagai akibai
dalam konteks itu'
refresentasi makna kalimat yang diujar dengan jelas apa yang
pranomo duiar,.' At'radi dan Setya'ingsih (2000) memaparkan
dari bagaimana perkembangannya secara celmat'
dimaksudku', a"ngun teori tindak tutur
Menurutnyu, ,"ori-ini rercarat sebagai
teori modern terhini dan dianggap ha'rpir lnampu
teori
yung .iauk dapat dianalisis oleh teori Referensi,
nrenganalisis setnua geja|abahasa
pruno-E sependapat dengan Searle' bahwa teori ini lebih
l'raginasi dan teori (ottu.nri.
bersifat Plagmatis.
kunci untuk memahami makna' I(on-
Seperti dikatakan di atas, konteks merupakan
flngsi' yaitu menggunakan bahasa un-
teks menentukan bentuk bahasa yang memerankan
menghina, menyatakan persetujuan' meng-
tuk rne'gerjaka' sesuatu seperti untrik berjanji,
ritik,darrsebagairrya(BacaKenrpsondalamWahablgg5:43).Ber.kaitandengarrkajian yang
konteks itu terlihat fu'gsi tertentu barrasa
makna berdasarkan konteks, di mana daram (2000)
dir_rjar. Ausrin, ;;;;.r; dikutip purnomo dalam Armadi dan Setiyaningsih
berlangsung dalarn sttatu tindak tutur' yaitu
memberikan tiga unsur kegiatan yung '"'"ntpak
loctrtion (locutionary act), ilto,ttion (illociionarl
u"f, dan preloct"tion (pre-loc'tionary
sejalan dengan argumentasi Searle yang dikutip
act). pendapat Austin ini didukung atau
m-engandulg tiga tindak' yaitl utterance act
olelr Pumomo di atas, bahwa setiap tutur
(rindak ujara'). ;;;;;de'gan l.ocutior, illoctrtionaty act (sa'ra de'gan istilah A'stin),
sebagai referensi da' predihsi, sama dengan
pre-
dan propotiorot' ori (tindak prJposional)
loctrlion.
bahwa setiap ujalan dapat be-
Kemudian Searle dalam Tar-igan (1985) menambahkan,
mernbuktikan itu' diberikan tiga contoh berikut:
rupaperJbrntotive atat constanve. Untuk
l) Siya befianji akan datang di stasiun'
2) Saita nantcti kapctl itu Rinjani'
setninar scqta nyalctkan dibuka'
3) Dengan nrn,,ii''op-'yukur kepada Ttthan'

t2
A. Sentitut, Sentantik: Suatu Pengantar Dasar Pentbelajaran

Ketiga kalirnat itu, menurut Searle dalam Tarigan (1985), tidak pellu dipertanyakan
i:.& L€nar atau salahnya, tetapi yang dilihat adalah apakah ketiga kalimat itu menunjukkan
:;:. atau sesuai dengan kenyataan atau dapat dibuktikan kesesuaiannya. Kalimat 1) dapat
:.:.:itrikan dengan melihat apakah si pembicara itu ada di stasiun sesuai dengan waktu yang
:"-"-:-rikan. Sebaliknya kalimat 2) dan 3) dapat dibuktikan dengan melihat siapa pembicara-
-.''
"- dalam arti apakah dia belwenang untuk rnengatakan itu atau tidak. Jadi tidak pellu
:.:tnanvakan lagi, karena 'Saya namai artinya rnenyebutkan nama', dan 'Saya janji altinya
:.:-.: mengatakan janji.' Pembuktian sepefti itu merupakan pembuktian yang bersifat per-
' -rtixli1:s, dan kalimat-kalirnat seperli itu merupakan kalirnat performative (Bandingkan
: -.: dengan pendapat Austin dalarn Wahab, 1995).
Penjelasan belikut ini menyangkut ujaran yang bersifat constatlve. Tellalu banyak
.."-irrar atau ujaran yang tidak dapat dikaji sepelti dalam kalimat yang belsifat petforntatitte

i--";c/t Act yang menekankan fungsi bahasa dalam konteks. Bahasa tidak terlepas
dari kon-
-;o:s oleh karena itu bahasa harus difungsikan sesuai konteks yang ad,a. Singkatnya, kata
:--s:in dalam Wahab (1995), bahwa kita menggunakan bahasa untuk rnelakukan sesuatu
'^
i ztS€ language to do sontething), rnisalnya untuk perintah (command), menasihat (ad-
:-r. r. mempengaluhi/mengarahkan (direct), menyatakan (declare, express), dan lail-lain.
Kondisi kalimat berikut ini rupanya akan memperjelas apa yang dirnaksucllcan dengan
-i:an constanlive yang sekaligus rnelakukan tiga acrs. Misalnya, sepefii yang disarnpaikan
- -:t Pumomo dalam Atrnadi dan Setiyanirigsih (2000), seorang anak hendak "mete" hilgga
.,:-:: malam. Karena itu bapaknya mengatakan "switch off the lamp now!" (matikan lampu-
:'"a,. Ujaran ini adalah locution dan mengandung pelintah. Perintah itu dapat saja ber-
::akna 'pergi tidur' atau 'ntenenangkan anak-anak yang sedang ribut.' Kedua alterlatif ini
::erupakan illocution. Ujaran ini belum bermakla sebelurn ada reaksi, yang merllpakal
:-eiocutiott Bila reaksinya anak mematikan lampu dan pergi tidur, maka makna ujaran itu
"iaiah 'pergi tidur.' Tetapi bila reaksinya anak mematikan lampu dan anak-anak semuanya
:::ak ribut lagi, maka makna ujaran itu adalah 'diam.' Kalau dihubungkan dengan kalinat-
:-', a. maka kedua makna itu tidak cocok dengan atau rnenyimpang dari kata-kata kalirnat
.::. Di situlah bahasa difungsikan sesuai konteks, dan di situlah bahasa digunakan untuk
:-"elakukan sesuatu.
Purnomo dalam Atmadi dan Setiyaningsih (2000) mengulang kembali suatu per-
:'t"ataan, bahwa setiap ujaran dapat diinterpretasi bila ujaran itu mengandung/mernpunyai
i:,:mponen r"rjar atau speech componenls berikut ini:
S : Setting, rneliputi waktu, tempat, kondisi fisik di mana ujar itu terjadi.
P = Participants, meliputi pembicara atau penulis, dan pendengan atau pembaca.
I = Ends, tujuan atau maksud yang diharapkan.
\ : -Act sequences, bentuk dan pesan
:r : Keys, caralsikap mengatakan: serius, kasar, senang, dengan lawal<, dll.
- : Instrumentalities, sarana (lisan atau tulisan) dan bentuk bahasa (standar/dialek).
li : \orms, aturan atau tingkah-laku yang muncul bersamaan dalam ilteraksi.
iJ : Genres, registel teftentu dalarn tutur, seperti narasi, kotbah, pidato, iklan.

13
Bttlitbang Volunte 5, Nontor I, Maret 2004

Brown, menurut Purnomo dalam Atmadi dan Setiyaningsih (2000), memberikan dua
piranti untuk terjadinya saling memahami peristiwa tutur yang melibatkan komponen*
komponen tersebut di atas. Seperli dikatakan sebelumnya, piranti yang pertama adalah
presuposisi atau presuposition (peranggapan) oleh pembicara di mana pendengar sudah
tahu apa yang dimaksudkan oleh pembicala. Dalam peristiwa tutur bahasa Indonesia misal-
nya, "Anak saya sudah lulus sarjana." Presuposisi dalam kalimat ini adalah si pendengar
sudah tahu, pembicara mempunyai seorang anak, dan anak itu seorang mahasiswa per-
guruan tinggi. Kedua peranggapall oleh pendengar ini, merupakan prior knov,ledge untuk
nrenralrami ujaran itu. Bila si pendengar men'rpurlyai prior knov,ledge yang sama dengan
pembicala, r'eaksi interpretasi yang muncul dan nyambung adalah misalnya "Lalu mau
kerja di mana?" Bila reaksinya "Kamu sudah punya anak" atau "Apakah anakmu kuliah," si
pendengar tidak rnernpunyai prior knotuledge yang sama.
Piranti yang kedua adalah cultural background. Ini juga sangat penting dan mem-
bantu untuk rnudah memaknai suatu tuturan karena kedua pernbicara dan pendengar berasal
dari latar belakang budaya yang sama. Misalnya, seorang dari Surabaya, dalam suatu kereta
api, rnerasakan kegerahan dalarn kereta itu lalu mencari sesuatu atau kipas untuk rnenyejuk-
kan dilinya, sambil berkata "Ah dancuk!" Kalena teman di sampingnya dari latar belakang
budaya yang sama, dia lalu menyahut "Ya, ini kereta api kelas ekonorni." Komunikasi ini
runtut dan nyambung. Beda halnya kalau temannya itu dari latar belakang budaya yang
lain, dia misalnya menyahut "Saya juga dancuk." Dia memahami tutur "Ah dancuk" dari
kegiatan menyejukkan diri sambil mengipas angin. Padahal kata itu sekadal mengumpat.
I de as io nnl
T e ori S emantik
Teori ini terkenal dengan sebutan ldeational Sentantic Theory, dan berpijak pada
pandangan kaum konseptualis yarig disebut konceptualisnte. Kata "konseptualisme" ditu-
runkan dari kata concept, bahasa Inggris. Kata ini mengacu pada proses pembentukan
konsep dalam pemikiran seseorang. Kata 'konseptualisme' rnengacu pada suatu paham atau
alilan yang mengunggulkan perall konsep. Singkatnya pandangan ini menganggap makna
balrasa, baik makna kata maupun makna ekspresi lainnya, merupakan konsep yang
diasosiasikan dengan kata tersebut dalam akal budi Qlind) pemakai bahasa (penutul dan
penanggap tutur), dan tidak mempunyai wujud telsendiri di lualnya. Dengan kata lain,
rnakna bahasa seluruhnya ditentukan oleh asosiasi dan konseptualisasi pemakai bahasa
yang terlepas dari dunia lual bahasa. Teori sernantik yang berpijak pada pandangan ini
adalalr Teori Semantik Ideasional (ldeational Semantics Theory). Grice dalarn Aminuddin
(1988) belpendapat, bahwa makna diarlikan sebagai gambaran gagasan dari suatu bentuk
kebahasaan yang bersifat sewenang-wenang, tetapi memiliki konvensi sehingga dapat
saling mengerti. Pendekatan yarig dipakai adalah pendekatan ideasional atau ideat,ional
approach. Teori ini dapat digambarkan sebagai berikut:
... X meant that P andX ntean that P entails P.

Rumus ini dibaca: X berarti P dan X memaknakan P seperti yang dimiliki oleh P. Dalam
konsep Glice dalarn Aminuddin (1988): X adalah perangkat kalimat sebagai bentuk l<e-
bahasaan yang telah memiliki satuan gagasan, sedangkan lcalirnat "X mernaknakan P

l4
A. Semiut, Sentantik: Suatu Pengantar Dasar pentbelajaran

sepefti yang dimiliki oleh P", fiiemberi gambalan tentang keharusan memaknai X sebagai p
yang telah berada dalam konvensi, dan P adalah P (Baca pula Prawirasumantli, tkt.
(1997). Penjelasan ini berkaitan dengan bagaimana memahami kode-mengkode yalg dapat
digarnbarkan dalam hubungan linear sebagai berikut:
Encoding-------------) Coding -------------) Decoding
Bentuk hubungan linear ini menggambarkan proses terjadilya pemahaman atas kode,
bahwa pengolahan gagasan atau ide oleh pembicala yang dilepleseltasi lewat bahasa
(lewat proses encoding), disampaikan kepada pendengar melalui bahasa (coding), d,an
dirnaknai/dipahami oleh pendengar (lewat proses decoding). Dengan kata lain, penlitur se-
bagai pengirim pesan mewujudkan pesan itu lewat kode bahasa. Dengan bertolak dari kocle
bahasa itu, penanggap tutur sebagai iawan bicara melakukan kegiatair pemahaman dengan
kode bahasa, sesuai dengan pesan yang disampaikan. Teori ililah yang melatari komuni-
kasi nnttual antata pembicala dan pendengal dalam rnasyarakat tunpu mempersyaratkan
harus hadirnya refelen.

3. PENUTUP
Sirnpulan
Dari pernbahasan di atas dapat ditarik beberapa simpulan sebagai ber-ikut.
1. Semantik sebagai cabang ilmu bahasa rnengkaji struktur makna bahasa yalg sifatlya
abstrak dan yang tidak terpisahkan dari unsur bentuk bahasa empiris.
2' Makna sangat menentul<an struktur bentuk bahasa. Bentuk-benigk bahasa yang variatif
menggambarkan bentuk-bentuk data semantik yang variatif pula.
3. Data yang bervaliasi sesuai bentuk bahasa mensyaratkan penclekatarl yang var-iatif pula
dalam kajiannya.
4. Hasil kajian data yang variatif itu melahirkan ber"bagai teori yalg sifat'ya komple-
menter dalarn arti teori yang satu sebagai dasar pijak bagi data sernantik bahasa terte'tu
yang tidak mampu dikover oleh teor-i yang lain.
5' Teori-teori yang dibangun didasari oleh pandangan-pandangan tertentu ya'g
makla bahasa dari berbagai segi, sehingga gambaran makna dibalik p.tUugii 'relihat bentuk
bahasa itu tuntas terkover.
6' Bila semantik sudah terbukti memiliki struktur makna sebagai materi/bahan kajia',
lewat data linguistik dengan pendekatan-pendekatan teftentu untuk melahir-kan teori-
teori yang berpijak pada berbagai pandangan, maka bukan tidak layak semantik di-
katal<an ilmu.

Rekomendasi
Berdasarkan simpulan itu, belikut ini adalah beberapa rel<omendasi yalg mungkin
dapat diimplementasikan khususnya oleh calon bahasawan.
l. Bila sudah disepakati semantik sebagai ihnu walaupun pada tingkat subilmu bahasa,
semantik yarig tidak terlepas dari bentul< bahasa halus dipelajari supaya dapar rrr.r-1g-

l5
Btlitbang l/olunte 5, Nontor l, Maret 2004

gunakan bahasa secara tepat konteks dan tepat sasaran. Oleh karena itu sudah tepat
kalau semantik itu diposisikan sebagai suatu mata kuliah kebahasaan di perguruan
tinggi jurusan bahasa.
2. Berkaitan dengan semantik perlu dipelajari, kajian ini kiranya mempunyai kontribusi
berarti dalan mendisain bentuk silabus dan bahan ajal untuk kepentingan pembelajaran
semantik sebagai suatu tnatakuliah di jurusan bahasa.
Karena semantik merupakan unsur utama dalarn peristiwa komunikasi, maka Semantik
sebagai suatu matakuliah perlu dikaitkan dengan unsur-Llnsur pragmatis di rnana makna
sebagai pesalt semantis diaplikasikan. Unsur-unsur tersebut meliputi unsur sosiologis,
altropologis, psikologis, filosofis, dan kesastraan. Diharapkan rnempelajari mal<na lin-
tas disiplin itu para mahasiswa tahu membedakan makna menurut konteks. Untuk me-
menuhi tuntutan itu, maka mahasiswa dipersiapkan pula dengan tugas-tugas terstruktur
sebagai tugas semesteran dengan teks-teks yang memuat unsur-unsur pragmatis ter-
sebut.
4. Sebagai implikasi nyata dari karya tulis ini, penulis mengusulkan topik-topik ajar mata
kr.rliahsenaltik sebagai bedkut. Sebagai dasar pengantar, topik-topiknya adalah: 1)
Konsep-konsep dasar (basic concepts) yang rreliputi: Definisi bahasa dan kaitannya
dengcut Semantik, Sentasiologi dan Setniologi, Proposisi dcm Presuposisi, 2) Pan-
dangan dan Teori-teori Sentantik yang meliputi Pandangan-pandangatl tentang seman-
tik dan Teori-teori Sentantik, 3) Aspek-aspek Sentantik yang meliputi Tando dan lant-
bang (sign and slnnbol), Konsep (concept), dan Penamaatt (naming), 4) Makna
(nteaning) yang meliputi Skop Makna (scope of meaning), Tipe-tipe makna (types of
meaning), Perubahan Makna (Changes od meanings), dan Analisis Komponen (conr
ponential analysis) yar-rg rneliputi Bidang Sentantik (semantic field) dari Fittu' Semantis
(sentantic feattu"e).

DAFTAR PUSTAKA
Anrinuddin. 198B. Sentanlik. Penganlar Studi tentang Makna. Sinar Balu, Bandung.
Atnradi, A dan Setiyaningsih, Y. 2000. Transformctsi Pendidikan Metnasuki Atlileniwt Ke-
t i ga. Kanisius, Yo gYakarta.

Francis, N. W. 1958. The Structure of Anterican English. The Ronald Press Company, New
York.
Frawley, W. 1992. Lingttistic Sentantics. Lawrence Erlbaum Associates, Publishers, New
Jersey.
Halliday, M.A.K. 1984. Language os Social Semiotic. Edward Arnold, Great Britain.
Hidayat, R.S. 1993. Pengantar Lingtristik Untunt (terjernahan). Gadjah Mada University
Press, Yogyakarla
Katamba, F. 1993. Morphology. MACMILLAN, London.
Leeclr, G. 1983. Sentaitics. Tie study of Meaning. 2nd. Ed. Penguin Books, New York.
Soetikno, I. 1995. Pengantar Teori Linguistik (terjemahan). PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

16
A. Semiun, Semantik: Suatu Pengantar Dasar Pentbelajaran

Prawirasumantri, H.A., Sitaresmi, N., Rahmina, I. 1997. Sentantik Bahasa Indonesia. Dep-
dikbud, Iakarta.
Richards, J., Platt, J., Weber, H. 1992. Dictionary of Applied Linguistics. Longman, Hong-
kong.
Robins, R.H. 1992. Linguistik Umunt sebuah pengantqr (terjemahan). Kanisius, Yogya-
karta.
Sapir, E. 1949. Language: An Introduction Io the Study of Speech. Harcourt, Brace Inc,
New York.
Smitlr, N. & Wilson, D. 1919. Modern Linguistics The Results of Chontslq,,'s Revolution.
Penguin Books, London.
Soetikno, L 1995. Pengantar Teori Linguistik (terjemahan). PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakar-ta.
Robins, R.H. Lingttistik Umtun sebuah pengantar (terjernahan). Kanisius, Yogyakafta.
Tarigan, H.G. 1985. Pengajaran Sentantik. Angkasa, Bandung.
Wahab, A. 1995. Teori Semantik. (terjemahan). Airlangga University Press, Surabaya.
Wardhaugh, R. 1977. Introduction to Linguistics. 2"d Ed. Mc Graw-Hill Book Company,
Toronto.

17
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai