Anda di halaman 1dari 10

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal-el Badan Bahasa (e-Jurnal Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa -...

KONFLIK GENDER DI RUANG KELUARGA DALAM


CERPEN KALIMANTAN TIMUR

GENDER CONFLICTS IN FAMILY SPACE


IN KALIMANTAN TIMUR SHORT STORIES
Diyan Kurniawati
Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur
Jalan Batu Cermin 25, Sempaja Utara, Samarinda
Pos-el: kurniawati_diyan@yahoo.com

Abstrak

Tulisan ini membahas posisi perempuan di ruang keluarga yang ditampilkan dalam antologi cerpen
Kalimantan Timur. Dengan perspektif feminis, penelitian ini menganalisis berbagai macam konflik
antargender di ruang keluarga. Analisis dilakukan dengan membahas penyebabdan akibat adanya
konflik antargender dalam ruang keluarga. Hasil analisis menunjukkan penyebab konflik tersebut
adalah adanya perlakukan patriarki kepada perempuan. Konflik tersebut menyebabkan perempuan
mengalami marginalisasi oleh pihak laki-laki. Konflik tersebut juga menyebabkan adanya konflik
diri. Analisis juga menunjukkan perempuan melakukanresistansi untuk menolak perlakuan
patriarki terhadapnya. Resistansi tersebut berupa resistansi frontal dan nonfrontal.

Kata kunci: gender, konflik, ruang keluarga

Abstract

This paper deals with women positions in family space as presented in the anthology of Kalimantan Timur
short stories. Using feminist perspective, this research analyzes inter-gender conflicts in family space by
discussing the cause and effect of the conflicts. The finding reveals that patriarchal attitudes towards women
bring about the conflicts. Such conflicts result in women marginalization and self-conflict. The finding also
shows that women make frontal and non-frontal resistances against those patriarchal attitudes.

Keywords: gender, conflicts, family space

*)
Naskah masuk: 5 Mei 2014. Penyunting: Yudianti Herawati, M.A. Suntingan I: 30 Mei 2014. Suntingan II: 19 Juni 2014

Konflik Gender di Ruang Keluarga dalam Cerpen Kalimantan Timur 49


I. PENDAHULUAN Menurut Connell (2002:68—69), segala
Gender adalah pembeda peran sosial sesuatu tentang gender berlaku secara his-
laki-laki dan perempuan, antara peran mas- toris. Historis di sini berarti bahwa keselu-
kulin dan feminin. Peran tersebut telah ter- ruhan hidup manusia digambarkan sebagai
konstruksi dalam masyarakat. Perbedaan sebuah proses perubahan. Manusia secara
peran tersebut memungkinkan timbulnya kolektif diorganisasi melalui relasi sosial.
konflik antarrelasi gender yang terlibat di Di dalam relasi sosial tersebut sistem pa-
dalamnya (Butler, 1990:3). triarki berkembang. Oleh karena itu, dapat
Permasalah gender menjadi inspirasi dikatakan bahwa gender adalah relasi sosial
banyak pengarang dalam karyanya. Konflik yang diatur oleh sebuah struktur dan diba-
antargender tersebut ditampilkan pula da- wa ke dalam proses sosial. Pengaturan gen-
lam antologi cerpen Kalimantan Timur. Da- der direproduksi secara sosial (bukan secara
lam antologi tersebut tergambar perbedaan biologis) oleh struktur kekuasaan dan digu-
peran laki-laki dan perempuan di ruang ke- nakan untuk memaksa tingkah laku indivi-
luarga. Konflik tersebut cenderung menim- du sehingga mereka tampak tidak berubah
bulkan posisi perempuan menjadi marginal. (Connell, 2002:9—10).
Namun, di tengah-tengah konflik tersebut Dalam Connell (2002:33) disebutkan
perempuan melakukan resistansi melalui bahwa pengertian gender berbeda dengan
berbagai macam cara. seks. Seks adalah fakta biologis, pembeda
Tulisan ini difokuskan menganalisis antara laki-laki dan perempuan. Adapun
penyebab dan akibat adanya konflik relasi gender adalah fakta sosial, pembeda antara
gender di ruang keluarga dalam antologi peran maskulin dan feminin atau kepribadi-
cerpen Kalimantang Timur, yaitu Samarinda an (personality) laki-laki dan perempuan. Da-
Kota Tercinta (SKT) dan Balikpapan Kota Ter- lam relasi gender terdapat perbedaan dan
cinta (BKT). Cerpen-cerpen yang dibahas dikotomi sekaligus. Hal ini sejalan dengan
adalah “Karena Kau Perempuan” karya Atik yang dikatakan Ann Oakley (dalam
Sulistyowati, “Rumah Malam”karya No- Shoemaker dan Vincent, 1998:1) yang mem-
vieta, dan “Mbak Ratna” karya Shantined. bedakan seks dan gender. Seks menunjuk
Tulisan ini juga akan menganalisis cara pe- pada perbedaan secara biologis antara laki-
rempuan meresistansi konflik tersebut. Oleh laki dan perempuan. Adapun gender adalah
karena itu, masalah yang akan dibahas da- hasil kebudayaan yang menunjuk pada kla-
lam tulisan iniadalah bagaimana konflik gen- sifikasi sosial, yang memasukkannya pada
der yang terjadi di ruang keluarga dan cara klasifikasi maskulin atau feminin. Menurut-
perempuan meresistansi konflik tersebut. nya, ketentuan tentang seks harus diakui,
Melalui analisis mengenai tokoh-tokoh yang tetapi pada gender merupakan hal yang ti-
ada dalam antologi cerpen Kalimantan Ti- dak tetap (Shoemaker dan Vincent, 1998:1).
mur, akan tergambar pergulatan perempuan Konsep gender dengan demikian juga ber-
meresistansi patriarki di ruang keluarga. hubungan dengan konsep maskulinitas.
Menurut Robert Connell (dalam Elfira,
2008:43), konsep maskulinitas tidak akan
II. TEORI
tampak dan relevan apabila tidak dikontras-
Penelitian ini menggunakan teori fe- kan dengan konsep femininitas. Connell ju-
minisme untuk membedah bagaimana kon- ga menyebutkan bahwa dalam maskulinitas
flik gender di ruang keluarga dan cara mere- terdapat sistem hierarki.
sistansinya sehingga yang dimunculkan
adalah konsep gender dan patriarki.

50 Vol. 9, Nomor 1, Juni 2014


Relasi gender yang berlangsung terse- de analisis. Huberman dan Miles menyata-
but telah memungkinkan adanya sistem kan bahwa manajemen data secara pragma-
patriarki (Connell, 2002:69). Patriarki adalah tik dalam pengoperasiannya memerlukan
suatu sistem otoritas laki-laki melalui insti- sebuah sistem, koherensi proses pengum-
tusi sosial, politik, dan ekonomi yang mem- pulan data, pengarsipan data, dan penelu-
buat perempuan mengalami ketidakadilan suran ulang data-data. Analisis data me-
(Humm, 2002:332). Menurut Figes (1986: ngandung tiga subproses, yaitu reduksi da-
111—113), sikap patriarki telah berlangsung ta, tampilan data,dan verifikasi data.
lama dan secara fundamental tetap ada di Menurut Ratna (2006:46—47), metode
setiap generasi. Sikap patriarki dibentuk kualitatif memanfaatkan cara-cara penafsir-
oleh memori-memori awal kita. Hal tersebut an dengan menyajikannya dalam bentuk
dimulai dalam struktur keluarga pada masa deskripsi. Sumber data penelitian kualitatif
kanak-kanak, melalui citra ayah dan ibu. Ci- dalam ilmu sastra adalah karya, naskah, dan
tra tentang ayah dan ibu diterima secara data penelitiannya. Data formalnya adalah
fundamental dan diulangi ketika anak laki- kata-kata, kalimat, dan wacana.
laki tersebut menjadi seorang ayah. Menu- Dalam Ratna (2006:53) disebutkan, ada-
rutnya, konsep patriarki juga terdapat da- pun metode deskriptif analitik adalah me-
lam berbagai pemikiran di bidang ilmu tode yang dilakukan dengancara mendes-
pengetahuan. Pemikiran laki-laki diterima kripsikan fakta-fakta kemudian disusul de-
secara umum dalam seluruh bidang. Dalam ngan analisis. Pada penelitian ini, penggu-
urutan piramid, laki-laki menempatkan naan metode-metode tersebut didukung de-
dirinya pada urutan yang paling atas. Se- ngan pendekatan secara feminis. Menurut
luruh kehidupan yang lain ditempatkan di Budianta (2002:201), pendekatan feminis pa-
bawah mereka. Di bidang filsafat, para filosof da intinya adalah suatu kritik ideologis
menganggap bahwa laki-laki adalah bentuk terhadap cara pandang yang mengabaikan
yang mutlak atau penuh dan karena hal ter- permasalahan ketimpangan dan ketidak-
sebut perempuan harus menjadi sesuatu adilan dalam pemberian peran dan identitas
yang kurang. Di bidang psikologi, norma- sosial berdasarkan perbedaan jenis kelamin.
norma tingkah laku manusia diidentifikasi- Penelitian ini dilakukan dengan lang-
kan dengan tingkah laku laki-laki sehingga kah-langkah sebagai berikut.
dalam beberapa pengertian, perempuan 1. Menentukan data primer yaitu antologi
selalu dianggap sebagai abnormal. Perem- cerpen Kalimantan Timur, yaitu Sama-
puan dianggap tidak mempunyai jiwa dan rinda Kota Tercinta dan Balikpapan Kota
dilahirkan tanpa kemampuan yang rasional. Tercinta.
Sistem patriarki yang menempatkan perem-
2. Menentukan tokoh laki-laki dan perem-
puan dalam tataran rendah tersebut diten-
puan sebagai objek penelitian. Tokoh-
tang oleh Figes.
tokoh perempuan lain dan tokoh laki-
laki tersebut diteliti untuk mengetahui
III. METODE konflik gender yang terjadi antargender
Penelitian ini menggunakan metode di ruang keluarga.
kualitatif dan deskriptif analitik yang didu- 3. Mendeskripsikandan menganalisis kon-
kung oleh feminisme. Huberman dan Miles flik gender yang terjadi di ruang keluar-
(dalam Denzin dan Lincoln, 1994:428) me- ga. Analisis konflik gender tersebut
nyebutkan bahwa metode kualitatif meng- mencakup penyebab dan akibat konflik
gunakan proses manajemen data dan meto- gender. Resistansi yang dilakukan pe-

Konflik Gender di Ruang Keluarga dalam Cerpen Kalimantan Timur 51


rempuan untuk survive dalam konflik Cerpen ini diawali dengan pandangan
gender tersebut juga akan dibahas. Me- bahwa lelaki dan perempuanberbeda dalam
lalui hal tersebut, akan diketahui posisi konstruksi sosialnya.
perempuan di ruang keluarga di te-
ngah-tengah konflik gender yang ter- Lelaki dan perempuan berbeda. Bukan karena
jadi. ada yang lebih baik atau lebih buruk; tapi,
hanya berbeda. Itu saja. Satu-satunya per-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN samaan mereka adalah mereka berasal
dari jenis yang sama, manusia. Lelaki dan
Dalam antologi cerpen Kalimantan Ti- perempuan hidup di dunia yang berbeda,
mur ditampilkan adanya berbagai macam dengan nilai-nilai yang berbeda dan me-
persoalan di ruang keluarga yang menyang- matuhi seperangkat peraturan yang sangat
kut persoalan gender. Konflik tersebut me- berbeda pula. Tidak sulit apabila keduanya
nyebabkan salah satu pihak mengalami po- saling sudi memahami, karena memang
sisi yang marginal. ‘kami’ berbeda. Aku dan Lea. (SKT, 2007:36)

A. “Karena Kau Perempuan” karya Atik


Tokoh perempuan yang digambarkan
Sulistyowati: Perlakuan Patriarki dalam cerpen ini, yaitu Lea, Widya, dan
terhadap Perempuan Silvana. Lea digambarkan sebagai perem-
“Karena Kau Perempuan” mencerita- puan yang terpaksa dinikahi oleh “Aku” ka-
kan posisi laki-laki dan perempuan dalam rena telah hamil empat bulan. Menurut
ruang keluarga. Cerpen ini mengisahkan se- “Aku”, Lea bukan hanya tidur dengannya
orang laki-laki, yaitu “Aku”, bersama pe- tetapi ia telah pula tidur dengan laki-laki
rempuan-perempuannya. “Aku”, mengisi lain sehingga “Aku” tidak mengakui bahwa
hari-harinya dengan tiga orang perempuan, kehamilan Lea adalah hasil perbuatannya.
Lea, Widya, dan Silvana. Ketiga perempuan
tersebut digambarkan melalui sudut pan- Empat bulan dia mengandung yang kata-
dang tokoh Aku. “Aku”, yang telah mempu- nya benihku di rahimnya. Padahal, kutahu
nyai istri yaitu Lea, berselingkuh dengan Lea sudah menyerahkan diri, diciumi se-
dua orang perempuan lainnya, yaitu Widya tiap inci tubuhnya yang bukan hanya mi-
dan Silvana, teman kantornya. Hal ini karena likku. Lalu aku yang mendapat ampasnya.
“Aku” hanya terpaksa menikahi Lea yang (SKT, 2007: 36)
telah hamil. Menurut Lea, anak itu adalah
anak “Aku”. Akan tetapi, “Aku” berpenda- Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa
pat lain karena mengetahui Lea telah tidur “Aku” sebagai laki-laki merasa direndahkan
dengan banyak laki-laki ia tidak percaya harga dirinya karena Lea, istrinya, bukan ha-
bahwa anak itu adalah anak “Aku”. Suatu nya milik dirinya sendiri. Hal itu membuat-
saat, “Aku” mengalami kecelakaan yang nya merasa kehilangan jati diri. Ia kemudian
menyebabkan satu kaki dan kelelakiannya ingin melepaskan ikatan emosi dari Lea de-
hilang. Perempuan-perempuannya pun su- ngan mencari tempat persinggahan di pe-
dah tidak lagi memberinya keindahan. Ke- rempuan-perempuan lainnya, yaitu Widya
tika ia menanyakan arti cinta dan perempu- dan Silvana.
an, pada akhirnya, ia menemukan satu pe- Dari deskripsi tersebut, dapat diketahui
rempuan yang dari dahulu menjadi muara, bahwa Lea digambarkan secara negatif ka-
yaitu ibunya yang telah meninggal. rena dikisahkan sebagai perempuan yang
menyerahkan tubuhnya ke banyak laki-laki.

52 Vol. 9, Nomor 1, Juni 2014


Di lain pihak, perempuan ini juga dapat an yang sangat menarik bagi laki-laki. Ia
dikatakan dapat memaksa laki-laki, yaitu tegar, ulet, bersahaja, dan cantik.
“Aku” untuk menikahinya. Di tengah ba-
nyak laki-laki dalam hidupnya, Lea ternyata Tiga menit setelah pesawat mendarat sem-
dapat memilih “Aku” untuk menjadi suami- purna kulihat bayang tubuhnya turun dari
nya dan ia berhasil. Di akhir cerita, ketika tangga pesawat dibalut jeans biru pakaian
“Aku” merasa bukan sebagai laki-laki dan kebangsaannya dan t-shirt warna kuning
suami yang baik, Lea digambarkan sebagai pastel, dengan polesan make up yang
wiraswasta yang sukses. Pada titik ini, Lea tipis. Tampak menarik dalam kebersahaja-
digambarkan secara positif. Ia digambarkan an dan kecantikan tanpa batas untuk le-
sebagai perempuan yang kuat. Hal tersebut laki seukuran dan seumuranku ... Kecan-
tikan, ketegaran, keuletan, juga ketegasan
dikarenakan di tengah-tengah suami yang
sangat nampak dominan saat dekat de-
tidak memperhatikan rumah tangganya ka-
nganmu. (SKT, 2007:37)
rena sibuk dengan perempuan lain, ia tetap
mampu mengelola usaha untuk menghi-
dupi dia dan anak-anaknya. Widya digambarkan sebagai perempu-
an matang yang mandiri dan mapan secara
karir. Di kota itu, ia tidak hanya menemui
Lea dan anak-anakku tak pernah mau
“Aku” sebagai kekasihnya tetapi karena ada
mengakui aku sebagai bagian dari hidup
mereka karena memang aku bukan ayah
tugas kantor selama tiga hari. Ia digambar-
dan suami yang baik bagi Lea mantan istri- kan pula sebagai perempuan yang mampu
ku. Bahkan kudengar Lea sekarang sudah melakukan apa pun sendiri dan berjuang
menjadi wiraswasta yang sukses dengan untuk meraih apa yang ia inginkan. Hal ini
usaha rumah makan yang dikelolanya, digambarkan melalui sudut pandang “Aku”
kuingat dulu Lea selalu kucemooh tak be- saat menjemput Widya di bandara.
cus mencari uang, dan lebih menyedihkan
dulu uang makannya dengan anak-anak Ingin kugamit lengan dari pemilik tungkai
pun kujatah lima ribu rupiah per hari, cu- panjang itu, rinduku. Ketika berdesak me-
kup atau tak cukup aku tak peduli. Pada- nerobos kerumunan penjemput. Tapi, aku
hal bisa lima ratus ribu dalam sehari kuha- sudah tahu pasti akan ada penolakan, ka-
biskan untuk para perempuanku. (SKT, rena kutahu betul kau selalu merasa bisa
2007: 44) melakukan sendiri, sekalipun tanpa aku.
Kukata kau perempuan perkasa yang per-
Dari analisis tersebut, dapat diketahui nah kukenal. Selalu berjuang untuk mem-
bahwa Lea pada awalnya digambarkan se- peroleh martabat sendiri. ... Perempuan
cara negatif, karena tidur dengan banyak satu ini memang memiliki kecerdasan me-
laki-laki. Akan tetapi, pada akhirnya ia di- milih pedang sekaligus perisai dari kata-
gambarkan secara positif, karena di tengah kata. (SKT, 2007:40)
suami yang tidak lagi memperhatikan ru-
mah tangganya, ia menjadi perempuan kuat Widya pun seorang ibu dengan bebera-
dan menjadi wiraswastawati yang sukses. pa anak. Meskipun rumah tangganya tidak
Dengan demikian, ia mempunyai peran se- diceritakan secara detail tetapi dapat diketa-
bagai istri, ibu, dan perempuan bekerja hui bahwa rumah tangganya tidak ada ma-
yang sukses. salah meskipun ia berhubungan dengan
Perempuan kedua “Aku” adalah Wi- “Aku”.
dya. Widya digambarkan sebagai perempu-

Konflik Gender di Ruang Keluarga dalam Cerpen Kalimantan Timur 53


Aku tahu Widya adalah ibu yang baik bagi Perempuan ketiga “Aku” adalah Silva-
anak-anaknya, dan yang membuat ia na. Silvana digambarkan sebagai perempu-
menjadi istri tak baik itu karena aku. (SKT,
an yang polos, bodoh, dan rapuh. Silvana
2007:40) adalah perempuan kesepian yang suaminya
tinggal di kota lain. Mereka tidak mempu-
Walaupun menjadi perempuan kedua nyai anak sehingga tidak ada hal kuat yang
setelah Lea, Widya digambarkan pula mem- dapat mereka pertahankan. Di lain pihak,
punyai rasa cemburu ketika mengetahui Silvana juga merupakan perempuan yang
“Aku” mempunyai perempuan lain selain mempunyai karir. Silvana adalah teman se-
ia dan istrinya itu. Namun, meskipun me- kantor “Aku”.
ngetahui bahwa “Aku” telah berkhianat, ia Sebagai perempuan yang polos,
tetap menerima “Aku” apa adanya. Silvana begitu mudah menerima logika ke-
bohongan laki-laki seperti “Aku”. Hal ini ter-
“Yang kuterima bukan kabar burung, ada lihat ketika Silvana tidak mengetahui kabar
saksi yang melihatmu tidur dan meniduri “Aku” selama beberapa hari. Padahal wak-
orang perempuan lain, dan itu bukan tu itu, “Aku” sedang bersama Widya.
Lea.” Bukan pertanyaan kau lontarkan
tapi pernyataan. ...
Dengan segala pengorbanan, kejujuran,
“Abang, apa kau tahu, seandainya aku ini keluguan, dan rasa cinta yang sulit dimak-
tak pernah menerimamu dengan segala ke- nai Silva menerima logika yang kusodor-
sederhanan dan ketulusan tentunya sudah kan. ...
kutinggalkan dirimu, tanpa pernah aku
“Lain kali kalau Abang pergi, sebaiknya
beri kesempatan kedua untukmu,” katamu
selalu kasih tahu aku dong ada di mana!”
membuka percakapan hari ketigamu di
setengah merajuk dengan segala kemanja-
kotaku. (SKT, 2007:40)
an khas perempuan itu kau lontarkan.
Membuatku terkadang merasa meradang
Di akhir cerita, Widya tidak pernah lagi berpikir, apakah perempuan identik de-
muncul untuk menemui “Aku” yang telah ngan kemanjaan seperti Silva? Bagaimana
mengalami kecelakaan. Dari analisis terse- dengan Widya yang terlalu perkasa atau-
but dapat diketahui bahwa sosok Widya di- kah Lea yang terlalu posesif paranoid?
gambarkan mempunyai peran sebagai istri, (SKT, 2007:41—42).
ibu, kekasih, dan perempuan yang mempu-
nyai karir. Ia merupakan istri dan ibu yang Kemanjaan Silvana terlihat pula ketika
baik bagi keluarganya. Di lain pihak, seba- “Aku” tidak berada di sampingnya, Silvana
gai kekasih, ia tetap menyayangi “Aku” merasa tidak nyaman di kantor. Hal ini
meskipun mengetahui “Aku” telah ber- memperlihatkan bahwa Silvana digambar-
khianat padanya. Akan tetapi, di akhir ce- kan sebagai perempuan yang tidak kuat dan
rita, Widya tidak pernah lagi menemui penuh kekolokan.
“Aku”. Widya digambarkan pula sebagai
perempuan yang secara fisik mempunyai “Abang, aku jadi tak nyaman di kantor.
kecantikan wajah, mandiri, ulet, tegar, ma- Karena kalau kau tak ada, aku jadi merasa
pan secara karir, dan matang secara emosi. sendiri,” rengek kekolokannya yang me-
Ia mempunyai kemampuan untuk meraih naklukkan kejantanan harga diriku terlem-
apa yang ia inginkan dalam hidupnya. par beribu mil jauhnya. Itulah kelebihan
kaumku yang memang dikarunia banyak
kelebihan. (SKT, 2007:42).

54 Vol. 9, Nomor 1, Juni 2014


Di akhir cerita, dikisahkan bahwa Sil- akhir cerita, Lea digambarkan secara positif
vana tidak lagi menemui “Aku”. Gambaran karena ia dikisahkan sebagai ibu yang ber-
ketidakmandirian Silvana semakin terlihat, tanggung jawab terhadap anak-anaknya.
ketika “Aku” menyebutnya benalu dan ia Adapun Widya, dari awal sampai akhir di-
sedang menjadi benalu lain di laki-laki se- gambarkan sebagai perempuan yang man-
lain “Aku”. diri, cantik secara fisik, ulet, dan memiliki
kematangan secara emosi. Tokoh lain, yaitu
Silvana, perempuan benaluku, kutahu ia Silvana dimetaforakan sebagai benalu kare-
sedang menjadi benalu di keperkasaan na rapuh, manja, dan tidak mandiri. Semen-
lain, dan tetap saja Silvana tak dapat me- tara itu, sosok ibu “Aku” digambarkan se-
miliki anak dari lelaki mana pun, karena bagai perempuan yang tulus dan menjadi
ia memang tak dianugerahi untuk menjadi muara “Aku” untuk memahami cinta yang
perempuan sejati dan aku juga tak dapat sebenarnya.
menjanjikan apa-apa. (SKT, 2007:44). Cerpen ini menampilkan adanya kon-
flik antarrelasi gender di ruang keluarga. Di
Dari kutipan tersebut juga terdapat ruang keluarga ditampilkan hubungan ko-
pandangan patriarki “Aku” yang menyebut- munikasi yang tidak harmonis antara suami
kan bahwa perempuan yang tidak mempu- dan istri. “Aku” kemudian mencari perem-
nyai anak tidak dianggap sebagai perempu- puan-perempuan lain untuk mengisi keko-
an sejati. Dari analisis tersebut, dapat dike- songan. Cerpen ini mengkritisi perilaku to-
tahui bahwa Silvana digambarkan sebagai koh laki-laki yang meskipun telah berkeluar-
sosok yang rapuh, tidak mandiri, dan manja. ga, dia tetap singgah di perempuan-perem-
Ia memiliki peran sebagai istri, wanita karir, puan lain. Akan tetapi, pada saat dia sakit,
dan kekasih “Aku”. “Aku” ditinggalkan oleh istri dan kekasih-
Di akhir cerita, sosok perempuan yaitu kekasihnya itu. Di lain pihak, cerpen ini juga
ibu “Aku” juga diceritakan meskipun tidak mengkritisi perempuan-perempuan keka-
secara detail. Setelah mengalami sakit dan sih “Aku” yang telah berkeluarga, tetapi te-
ditinggalkan oleh perempuan-perempuan- tap berselingkuh dengan laki-laki lain. “Ka-
nya, “Aku” akhirnya teringat ibunya yang rena Kau Perempuan” menunjukkan ada-
telah meninggal. Sosok ibu digambarkan se- nya relasi gender yang tidak harmonis an-
bagai orang yang paling tulus dan mampu tara laki-laki dan perempuan. Laki-laki
meredakan kesedihan serta menyimpan mengungkapkan pandangan patriarki terha-
cinta yang tak terbatas. dap perempuan-perempuan di sekitarnya.
Dari analisis mengenai sosok perempu- Resistansi yang dilakukan perempuan ada-
an dalam cerpen “Karena Kau Perempuan” lah dengan meninggalkan dan tidak lagi ber-
tersebut, tiga tokoh perempuan yang di- gantung kepada laki-laki.
gambarkan mempunyai persamaan dan per-
bedaan. Persamaan ketiganya adalah me- B. “Rumah Malam” karya Novieta: Mar-
reka mempunyai karir yang cenderung ma- ginalisi Perempuan di Ruang Keluarga
pan serta merupakan perempuan yang telah Cerpen “Rumah Malam” menampilkan
berumah tangga. Mereka berperan sebagai relasi genderdi ruang keluarga. Budaya pa-
istri dan ibu (kecuali Silvana). Adapun per- triarki sangat kental mewarnai cerpen ini.
bedaan ketiganya adalah penggambaran Hal itu digambarkan melalui relasi tokoh
Lea pada awalnya negatif karena Lea tidur Ayah dengan istri-istrinya.
dengan banyak laki-laki. Akan tetapi, di

Konflik Gender di Ruang Keluarga dalam Cerpen Kalimantan Timur 55


Tokoh Ayah memposisikan istri-istri- dungnya juga tidak menyetujui pernikahan
nya sebagai individu yang tidak mempu- ayahnya yang kedua.
nyai pilihan. Ia mengondisikan istri-istri ter-
dahulunya harus menyetujui apabila ia me- Aku menyeret kursi rodaku menuju ke pin-
nikah lagi. tu depan. Saat melihat ke pekarangan,
aku terbayang ibu kandungku yang entah
Selanjutnya, dengan terbata-bata dan me- bagaimana wajahnya.
nahan tangis, Ibu bercerita tentang apa itu “Apa yang kalian lakukan terhadap ibu
Rumah Malam. Ibu menggunakan istilah kandungku?”
itu untuk menyimbolkan rumah istri baru Perempuan tiri yang kupanggil Ibu itu
Ayah. Jadi, sejak tujuh tahun lalu, Ayah mundur sejejak. Mendadak aku merasa
menikah lagi dengan persetujuan paksa tidak lagi mencintainya (SKT, 2007:110).
dari Ibu. (SKT, 2007:109)
Kutipan tersebut menyiratkan bahwa
Marginalisasi perempuan tergambar tokoh istri pertama telah mengalami keke-
melalui tokoh Ibu yang dipaksa untuk me- rasan dalam rumah tangga akibat tidak me-
nyetujui pernikahan suaminya (tokoh nyetujui pernikahan suaminya.
Ayah). Cerpen “Rumah Malam” menampilkan
marginalisasi perempuan di ruang keluarga.
“Semalaman pun Ibu dipaksa bersumpah Tokoh istri pertama dan kedua, sama-sama
dengan darah untuk mengaku ikhlas de- berada dalam posisi yang marginal.
ngan pernikahan ayahmu dan Wida. Pa-
dahal sampai matipun Ibu tak akan per- C. “Mbak Ratna” karya Shantined: Resis-
nah ikhlas. ... tansi terhadap Marginalisasi Perempuan
Setelah menikahi Wida, ayahmu sudah Cerpen “Mbak Ratna” menampilkan
tidak percaya lagi dengan belian. Dia per-
perempuan yang tidak menjadi mainstream
caya dia akan mendapat keturunan tanpa kebanyakan perempuan. Mbak Ratna di-
restu istri pertama (SKT, 2007:109).
gambarkan belum menikah meski usianya
sudah mencukupi dan secara ekonomi su-
Kutipan tersebut menunjukkan adanya dah mapan.
perbedaan pemosisian laki-laki dan perem-
puan di ruang keluarga. Perempuan tidak
Entah apa saja yang dipikirkan gadis itu
dihargai haknya untuk melakukan pilihan. sehingga tidak juga juga menerima pi-
Penaburan bunga-bunga yang dilakukan to- nangan pria yang mencintainya. Harta
koh Ayah di atas makam istri pertamanya sudah cukup, usia sudah lebih dari cukup,
juga dimaksudkan untuk meminta keikhlas- seharusnya mentalnya juga cukup sudah
an istri pertamanya. Meskipun tidak diceri- untuk hidup berumah tangga, seperti tun-
takan secara eksplisit, istri pertama tokoh tutan orang tuanya yang mulai sakit-sa-
Ayah juga tidak mengikhlaskan suaminya kitan dan terus saja menanyakan kapan
menikah lagi dengan istri kedua (tokoh Ibu) akan menimang cucu dari anak perempu-
sampai ia meninggal. Pandangan Leyah an semata wayangnya (BKT, 2008:34)
(tokoh anak) mengenai ibu kandungnya (is-
tri pertama ayah), menyiratkan bahwa peris- Secara sosial-ekonomi, tokoh Mbak Rat-
tiwa menyedihkan telah terjadi pada ibu na tidak mengalami pemarginalan posisi.
kandungnya. Hal itu disebabkan ibu kan- Akan tetapi, pemarginalan posisi perempu-

56 Vol. 9, Nomor 1, Juni 2014


an di ruang keluarga telah dialami Mbak “Tolong aku Rud... sekali ini saja... den-
Ratna ketika masa remaja. Tokoh Mbak Rat- damku masih kesumat...benciku masih
na digambarkan sebagai perempuan yang membara. ... Ayolah Rud... aku perlu te-
mengalami pemerkosaan. Pemerkosaan ter- naga lelaki untuk menghabisi lelaki tengik
sebut dilakukan paman-pamannya ketika itu... ayolah Rud...” (BKT, 2007:34)
Mbak Ratna berusia remaja.
Mbak Ratna diposisikan sebagai tokoh
Kepadaku ia bercerita mengenai kegadis- yang mengalami marginalisasi ketika masa
annya yang telah lenyap direnggut oleh remaja. Budaya patriarki yang memarginal-
pamannya, sewaktu usianya belum 7 ta- kan perempuan tersebut tampak melalui
hun. ... Lalu ketika berusia 12 tahun, pa- pemerkosaaan yang dilakukan paman-pa-
mannya yang lain sering memaksanya me- man Mbak Ratna. Kondisi itu menyebabkan
layani nafsu bejatnya. (BKT, 2007:34) Mbak Ratna melakukan resistansi secara
nonfrontal dan frontal. Secara nonfrontal, ia
Kondisi tersebut diresistansi dengan memilih identitas menjadi homoseks. Seca-
melakukan pemilihan identitas. Di ruang ra frontal, ia merencanakan membunuh pa-
privat, tokoh Mbak Ratna memilih tidak me- man yang pertama kali memperkosanya.
nikah karena tidak pernah dapat mencintai
laki-laki. Mbak Ratna memilih tidak men- V. PENUTUP
jadi apa yang disebut “wanita sempurna”. Penelitian ini bertitik bertolak dari kon-
sep feminisme yang berhubungan dengan
“Ya, begitulah Rud... hidup Mbak me- konsep gender. Gender merupakan pembe-
mang tak seperti wanita sempurna. Punya daan posisi perempuan dan laki-laki dalam
suami, punya anak, punya keluarga. ... sebuah konstruksi masyarakat. Antologi cer-
Sesenggukannya yang terdalam masih ku- pen Kalimantan Timur Samarinda Kota Ter-
rasakan, ketika di akhir kalimat dia me- cinta dan Balikpapan Kota Tercinta menggam-
nyebutkan bahwa tak akan pernah meni-
barkan adanya konflik gender di ruang ke-
kah. Karena cintanya pada lelaki tak per-
luarga.
nah tumbuh. Karena lukanya kepada lelaki
tak padam. Karena kekasihnya adalah Penyebab konflik gender tersebut ka-
Mbak Eka, yang fotonya memang berse- rena adanya perlakuan patriarki terhadap
rakan di kamar kerjanya, ruang tamunya, perempuan di ruang keluarga yang menye-
ruang hatinya, ruang hidupnya. (BKT, babkan perempuan mengalami posisi mar-
2007:34) ginal. Perempuan melakukan resistansi de-
ngan cara yang berbeda-beda. Resistansi
Kutipan tersebut menunjukkan resis- nonfrontal dilakukan dengan cara mening-
tansi dilakukan dengan memilih menjadi galkan laki-laki yang melakukan perlaku-
homoseks. an patriarki dan pemilihan identitas yang
Resistansi secara frontal dilakukan de- berbeda dengan individu pada umumnya.
ngan merencanakan pembunuhan terhadap Penolakan terhadap perlakukan patriarki
paman yang memperkosanya. Ketika pa- juga merupakan bentuk resistansi nonfron-
mannya tersebut tinggal di rumah Mbak tal. Sementara itu resistansi frontal dilaku-
Ratna dalam beberapa waktu terakhir, den- kan dengan melakukan rencana penghi-
dam Mbak Ratna kembali membara. Pem- langan (pembunuhan) terhadap pelaku pa-
bunuhan tersebut dilakukan melalui tangan triarki.
Rudi, penghuni kost di rumah Mbak Ratna.

Konflik Gender di Ruang Keluarga dalam Cerpen Kalimantan Timur 57


Antologi cerpen Samarinda Kota Tercinta Elfira, Mina. 2008. “Vasilisa Maligina karya
dan Balikpapan Kota Tercinta memperlihatkan A.M. Kollontai: Sebuah Rekonstruksi
adanya proses perempuan dalam meres- atas Konsep Maskulinitas Rusia” dalam
pons konflik gender di ruang keluarga. Pe- Jurnal Wacana, No. 1, April 2008.
rempuan memilih bersikap kritis terhadap Figes, Eva. 1986. Patriarchal Attitudes: Women
bentuk perlakuan patriarki yang terjadi di in Society. London: Macmillan
ruang keluarga. Meskipun resistansi yang Education.
dilakukan tidak selalu mengalami keberha- Humm, Maggie. 2002. Ensiklopedia Feminisme.
silan, pemilihan sikap kritis merupakan Terj. Mundi Rahayu. Yogyakarta: Fajar
bentuk usaha untuk menolak perlakuan pa- Pustaka Baru.
triarki. Rampan, Korrie (ed.). 2007. Samarinda Kota
Tercinta, Kumpulan Cerita Pendek.
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta: Araska dan Jaring Penulis
Budianta, Melani. 1998. “Sastra dan Ideologi Kaltim (JPK).
Gender”, Naskah Revisi dari Naskah ———. 2008. Balikpapan Kota Cerita Pendek,
Konferensi HISKI, 2 Desember 1998. Kumpulan Cerita Pendek. Yogyakarta:
Butler, Judith. 1990. Gender Trouble: Feminism Araska dan Jaringan Seniman Indepen-
and Subversion of Identity. London: den Indonesia (JSII).
Routledge,), Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode,
Connell, R.W. 2002. Gender. Cambridge: dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Polity Press. Pustaka Pelajar.
Denzin, Norman K, dan Yvonna S. Lincoln Shoemaker, Robert dan Mary Vincent. 1998.
(ed.). 1994. Handbook of Qualitative Gender and History in Western Europe.
Research. California: Sage Publications. London: Arnold.

58 Vol. 9, Nomor 1, Juni 2014

Anda mungkin juga menyukai