Secara singkat saya mencoba memaparkan bagaimana ketiga teori tersebut menganalisis
tentang Jender.
TEORI KONFLIK ANALITIK, teoritisi yang sangat berpengaruh yang menganalisis masalah
jender berdasarkan perspekktif teori konflik adalah Janet Chafetz, Dunn, Almquist. Pendekatan
Chafetz yang dikutip oleh Tanof, adalah menggunakan pendekatan lintas cultural dan historis,
dan mencoba merumuskan teori jender dalam seluruh pola-pola kemasyarakatan khususnya. Ia
melihat ketimpangan jender dalam masyarakat karena ada stratifikasi jenis kelamin (seks),
Dengan menggunakan teori konflik analitik, ditemukan bahwa bentuk perulangan konflik social
dalam struktur dan kondisi social sangat mempengaruhi intensitas stratifikasi jenis kelamin atau
kerugian perempuan diseluruh masyarakat dan kultur berdasarkan differensiasi peran menurut
jenis kelamin. Ideologi patriarkhi, organisasi keluarga dan pekerjaan, dan kondisi seperti pola
kesuburan, pemisahan rumah tangga dan tempat kerja, surplus ekonomi, kecanggihan ekonomi,
kepadatan penduduk dan kekerasan lingkungan merupakan variable interaksi yang menentukan
struktur kunci rumah tangga dan produksi ekonomi. Menurut Chafetz, perempuan mengalami
kerugian paling sedikit bila mereka dapat menyeimbangkan tanggung jawab rumah tangga dan
kebebasan berperan dalam produksi ekonomi secara signifikan. Mengacu pada teori ini Tanof
menyimpulkan bahwa “ perempuan mengurus keluarganya (peran domestik) merupakan
sebuah pekerjaan walau tidak bernilai ekonomi, tetapi kalau perempuan sekaligus juga berperan
dalam ranah publik dan pekerjaan tersebut bernilai ekonomi, dalam struktur masyarakat yang
patriarkhi, mengacu pada asumsi dari teori ini adanya startifikasi jenis kelamin ( perempuan
tersubordinat), maka penghasilan dalam bentuk upah yang diperoleh dianggap sebagai hadiah
(reward) material atau penghasilan tambahan bagi keluarga. Oleh karena itu akses perempuan
terhadap hadiah tambahan ini baik melalui rumah tangga (keluarga) maupun pasar (public) akan
mengurangi kerugian sosial mereka baik dalam keluarga maupun masyarakat”. Selanjutnya
Tanof mengutif pendapat Chafetz , untuk mencapai kesadaran Jender dalam keluarga dan
masyarakat perlu bergerak keluar dari netralitas nilai yang telah menjadi simbol teori konflik
analitik sejak Weber.
TEORI SISTEM DUNIA, Teori ini memandang kapitalisme global diseluruh fase historisnya
sebagai sebuah system untuk dijadikan sasaran analisis sosiologi. Masyarakat nasional dan
kelompok cultural khusus lainnya, misalnya penduduk koloni dan pribumi adalah struktur
penting dalam kapitalisme dunia karena merupakan stratifikasi ekonomi dari masyarakat dan
kelompok-kelompok itu (inti ekonomi, semipinggiran, dan pinggiran), pembagian kerja, modal,
dan kekuasaan di antara dan di dalamya, dan hubungan kelas di dalam setiap unit social. Sasaran
studi dari teori ini adalah KAPITALISME, maka individu di seluruh unit-unit sosial secara khas
di pahami menurut peran mereka dalam sistem kapitalis untuk menciptakan nilai lebih. Dengan
demikian, Tanof menyimpulkan bahwa teori ini secara khas hanya memahami peran
perempuan dalam sistem sosial sebatas tenaga kerja perempuan yang menjadi bagian
kapitalisme, artinya ketika perempuan bekerja dalam proses produksi dan pasar kapitalis dan
apabila perempuan terlibat secara penuh dan langsung, maka ada isu jender dan menurut teori ini
akan membuat model sistem sosial menjadi persoalan.
Para teoritisi sosiologi mikro kurang memperhatikan kerugian sosial perempuan ketika
membahas mayarakat sebagai manusia yang berinteraksi. Pertanyaan yang mereka ajukan adalah
mengapa jender muncul dalam interaksi dan mengapa interaksi menghasilkan perbedaan jender.
Dua teori sosiologi mikro utama jender adalah interaksionisme simbolik dan etnometodologi
coba saya rangkum dan uraikan dalam tulisan ini.
KETIMPANGAN JENDER, Jessie Bernard dalam Tanof, (2012 ; 35) menjelaskan bahwa
ada empat gagasan mendasar dari teori ini adalah, Pertama, lelaki dan perempuan diletakkan
dalam masyarakat tak hanya secara berbeda, tetapi juga timpang. Secara mendasar, perempuan
memperoleh sumber daya material, status sosial, kekuasaan dan peluang mengaktualisasikan diri
lebih sedikit bila dibandingkan yang diperoleh oleh laki-laki yang membagi-bagi posisi sosial
mereka berdasarkan kelas, ras, pekerjaan, suku, agama, pendidikan, kebangsaan atau berdasarkan
factor sosial penting lainnya. Kedua, ketimpangan ini berasal dari organisasi masyarakat yang
patriarkhi, bukan dari perbedaan biologis yang diperoleh sejak lahir yang akan membentuk
kepribadian penting antara laki-laki dan perempuan dalam bertingkah laku. Ketiga, meski
manusia individu agak berbeda ciri dan tampangnya satu sama lain, namun tak ada pola
perbedaan alamiah yang secara signifikan membedakan lelaki dan perempuan. Secara universal
semua manusia mempunyai kebutuhan yang sama akan kebebasan untuk mencari aktualisasi diri
dan oleh kelunakan mendasar yang menyebabkan manusia baik laki-laki maupun perempuan
menyesuaikan diri dengan ketidakleluasaan atau peluang situasi dimana mereka menemukan diri
mereka sendiri. Oleh karena itu apabila ada ketimpangan jender berarti bahwa secara situasional
perempuan kurang berkuasa ketimbang lelaki untuk memenuhi kebutuhan perempuan bersama
lelaki dalam mengaktualisasikan diri. Keempat, teori ketimpangan jender berasumsi bahwa baik
lelaki maupun perempuan akan menanggapi situasi dan struktur sosial yang makin mengarah
kepersamaan derajat (egalitarian) dengan tanpa rintangan dan secara alamiah, artinya bahwa
karena bersifat situasional, maka ada peluang untuk mengubah situasi tersebut.
Selanjutnya berkaitan dengan teori ketimpangan jender, Tanof juga mejelaskan
pandangan dari feminis liberal, yaitu Pertama, semua manusia mempunyai ciri esensial tertentu
yaitu kapasitas sebagai agen moral, nalar dan aktualisasi diri. Kedua, pelaksanaan kapasitas ini
dapat dijamin melalui pengakuan legal atas hak-hak universal. Ketiga, ketimpangan antara lelaki
dan perempuan adalah diciptakan secara sosial (socially constructed), dan tidak ada dasarnya
dalam “alam”. Keempat, perubahan sosial untuk kesetaraan dapat dicapai dengan mengajak
publik yang rasional dan dengan menggunakan Negara.