SKRIPSI
Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STIQ) Miftahul Huda
Rawalo Banyumas sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar S.Ag
Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Ahmad Roja Badrus Zaman, S.Ag., M.A. Imam Ma’arif H., M.Ag.
NIDN. NIDN.
i
PENGESAHAN
Telah diujikan dalam sidang munaqosah Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (IAT)
Sekolah Tinggi Ilmu al-Qur’an Miftahul Huda Rawalo Banyumas pada tanggal :
7 Desember 2022
Penguji I Penguji II
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
adalah benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya.
Apabila di dalamnya terdapat kesalahan dan kekeliruan, maka sepenuhnya
menjadi tanggung jawab saya. Selain itu, apabila di dalamnya terdapat plagiasi
yang dapat berakibat gelar kesarjanaan saya dibatalkan, maka saya siap
menanggung resikonya.
NIM.1801024
iii
MOTTO
iv
PERSEMBAHAN
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan
dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, sebagian lagi
dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf
Arab itu dan transliterasinya dengan huruf lain.
ب Bā` B Be
ت Tā` T Te
ج Jīm J Je
د Dal D De
vi
ر Rā` R Er
س Sīn S Es
غ Gain G Ge
ف Fā` F Ef
ق Qāf Q Qi
ك Kāf K Ka
ل Lām L El
م Mīm M Em
ن Nūn N En
و Wāwu W We
ه Hā` H Ha
apostrof, tetapi lambang ini tidak
ء Hamzah ' dipergunakan untuk hamzah di
awal kata
ي Yā` Y Ye
B. Vokal
vii
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
1. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau
harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Contoh:
ب
َ ََكت - Kataba ب
ُ يَ ْذ َه - Yażhabu
2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harkat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf yaitu:
ف
َ َك ْي - Kaifa َه ْو َل - Haula
C. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
viii
Tanda
dan Huruf
َـــdan ي/أ Fathah dan alif atau ya Ā a dan garis di atas
ـِــdan ي Kasrah dan ya Ī i dan garis di atas
ُــdan و Dammah dan wau Ū u dan garis di atas
Contoh:
ال
َ َق - Qāla قِ ْي َل - Qīla
D. Ta’ Marbutah
Transliterasinya untuk ta marbutah ada dua:
1. Ta marbutah hidup
Ta marbutah yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah dan
dammah, transliterasinya adalah /t/.
2. Ta marbutah mati
Ta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya
adalah /h/.
3. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah
maka ta marbutah itu ditransliterasinya dengan ha (h). Contoh:
- Raudah al-aţfāl
ضةُ اَْألطْ َف ْل
َ َر ْو - Raudatul aţfāl
- al-Madīnah al-Munawwarah
اَل َْم ِد ْينَةُ ال ُْمَن َّو َر ْة - al-Madīnatul Munawwarah
- talhah
ْح ْة
َ طَل
E. Syaddah
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuag tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid. Dalam transliterasinya
ix
ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama
dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Contoh:
Contoh:
G. Hamzah
Dinyatakan di depan Daftar Transliterasin Arab Latin bahwa hamzah
ditransliterasikan dengan apostrof. Namun, itu hanya terletak di tengah dan
akhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan,
karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh:
x
1. Hamzah di awal :
)ُ ُِأم ْر
ت - Umirtu َأ َك َل - Akala
2. Hamzah di tengah :
ْأخ ُذ ْو َ)ن
ُ َت - ta’khużūna تَْأ ُكلُ ْو َن - ta’kulūna
3. Hamzah di akhir:
H. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il, isim maupun huruf, ditulis
terpisah. Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang
sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang
dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut bisa dilakukan
dengan dua cara; bisa dipisah per kata dan bisa pula dirangkaikan. Contoh:
فَ َْأو ُف ْواالْ َك ْي َ)ل َوال ِْم ْي َزا َن - Fa aufū al-kaila wa al-mīzāna
- Fa aufū-lkaila wa-lmīzāna
I. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital
seperti apa yang berlaku dalam EYD, di antaranya huruf kapital digunakan
untuk menuliskan huruf awal, nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama
xi
diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital
tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.
Contoh:
ِ ض َع لِلن
- Innaawwala baitin wudi’a lin-
ََّاس لَلَّ ِذ ْي بِبَ َّكة ِ تو ٍ
ُ ِإ َّن ََّأو َل َب ْي nāsi lallażī bi Bakkata
ُمبَ َار ًكا mubārakan
- Syahru Ramadāna al-lażī unżila
ضا َن الَّ ِذى ُأنْ ِز َل فِ ْي ِه الْ ُق ْر ٓأ ُن
َ َش ْه ُر َر َم fīhi al-Qur’ānu
- Wa laqad ra’āhu bil-ufuqil
َولََق ْد َر ٓأ ُه بِاُْأل ُف ْو ِق ال ُْمبِْي ِن mubīn
- Al-hamdu lillāhi
ِّ ْح ْم ُد لِ ٰلّ ِه َر
ب ال َْعالَ ِم ْي َ)ن َ َأل Rabbil-‘ālamīna
Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku dalam
tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan
dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf
kapital tidak dipergunakan
Contoh:
xii
ABSTRAK
xiii
ABSTRACT
xiv
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah atas karunia dan berkah rahmat dari Allah Swt.
SAW. Sebagai rasul pembawa cahaya penerang dan uswah khasanah bagi kita
semua. Tetap teriring harapan dan do’a semoga kita tergolong umatnya yang setia
pihak, baik moril ataupun materil, baik langsung ataupun tidak langsung. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan beribu terimakasih kepada semua pihak
yang telah ikut mendukung dalam penulisan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua guru sekaligus murabbi ru>hi almaghfurlah Si Mbah KH. Zaeni Ilyas
dan Mbah Nyai. Hj. Muttasingah yang selalu menjadikan motifasi didalam
3. Bapak Nur Sachidin, S.H.I., M.Pd.I selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Al-
4. Kedua orang tua tercinta saya bapak Mu’alim (Alm) dan ibu Surtinah (Almh)
ketulusan tiada tara. Beribu terimakasih saya ucapkan atas pengorbanan dan
xv
kasih sayang yang tiada henti sehingga penulis bisa sampai kepada titik ini,
berdua, aamiin.
5. Ahmad Roja’ Badrus Zaman, S.Ag., M.A. sebagai dosen pembimbing I dan
ini.
konsultasi juga dan solusi atas setiap permasalahan dan kesulitan dalam
8. Kepada kakak dan adikku tersayang Siti Nurhidayati, Sarif Romadon dan
serta menemani dari awal hingga akhir dalam menyelesaikan penelitian ini.
hari-hari menjadi lebih berwarna sehingga dapat berfikir positif dan tertawa
ria.
10. Kepada sahabat “Grup Admin Kabeh” terkasih yang selalu merangkul
perjalanan saya dari awal hingga akhir. Satu kata untuk kalian “terbaik”.
11. Kepada kawan-kawan pengurus putra dan putri Pondok Pesantren Miftahul
xvi
12. Keluarga besar STIQ (Sekolah Tinggi Ilmu al-Qur’an) yang selalu
14. Kepada adik-adik santri putra Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo
Banyumas yang selalu mendorong saya untuk tidak pantang menyerah dalam
menghadapi kenyataan.
15. Terimakasih banyak untuk semua pihak yang bersangkutan yang tidak bisa
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang dapat
membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iii
ABSTRAK ......................................................................................................x
BAB I : PENDAHULUAN
D. Tinjauan Pusataka.................................................................5
E. Metode Penelitian.................................................................6
F. Metode Penelitian.................................................................21
1. Jenis Penelitian.................................................................22
2. Sumber Data.....................................................................24
G. Sistematika Pembahasan......................................................27
A. Resepsi..................................................................................29
xviii
B. Kajian Teori..........................................................................40
C. Living Qur’an.......................................................................59
B. Kehadiran Peneliti................................................................68
C. Lokasi Penelitian..................................................................70
D. Sumber Data.........................................................................70
F. Analisis Data.........................................................................72
H. Tahap-Tahap Penelitian........................................................73
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................95
B. Saran-Saran...........................................................................97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xix
BAB 1
PENDAHULUAN
suatu karya sastra. Hal ini dikarenakan karya ditunjukkan kepada pembaca
karya sastra pembaca menentukan makna dan nilai karya sastra yang dibacanya.
suatu karya sastra. Dalam memandang suatu karya sastra, factor pembaca sangat
menentukan karena makna teks antara lain ditentukan oleh peran pembaca, makna
teks bergantung pada situasi histori pembaca, dan sebuah teks hanya dapat
Sebagai kitab suci umat Islam yang menyatakan dirinya secara fungsional
Suhuf, dan nama-nama lainnya. Salah satu nama yang seringkali dilabelkan
as-Suyuti adalah sebagai oposisi biner terhadap logika dan tradisi sastra Arab kala
itu.3
memiliki praktik yang berbeda-beda sesuai dengan motivasi dan hidden ideology
1
Fathurrosyid, Tipologi Ideologi Resepsi al-Qur’an di Kalangan Masyarakat Sumenep
Madura, El Harakah Vol. 17 No. 2 Tahun 2015, h. 221-222
2
Mansur Sirojuddin Iqbal, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung: Angkasa, 1987), hlm. 15.
3
Jalaludin as-Suyuthi, al-Itqan fi ‘Ulumi Al-Qur’an, (Kairo: Dar al-Fikr, t.th.), hlm. 141.
1
2
yang diusungnya.1 Motivasi tersebut bias berupa ekspresi bacaan Al-Qur’an yang
sesuatu wajar dan legal. Hal ini disebabkan karena Al-Qur’an diperuntukkan bagi
manusia guna menjadi pedoman (huda). Oleh karena itu, tidak heran apabila Peter
Werenfels menandakan bahwa dalam kitab suci ini (Al-Qur’an), setiap orang akan
mencari sistem teologisnya, dan dalam waktu yang sama ia juga akan menemukan
sistem tersebut dengan orientasi tertentu sesuai dengan apa yang dicarinya.3
ditelusuri dan ditiliki pada sejarah islam, embryonal integralnya sudah pernah,
bahkan nyaris dipraktikkan setiap harinya di era Nabi Saw. Dan sahabat. 4
Beberapa kisah yang dapat diangkat dalam konteks ini antara lain Nabi Saw.
menolak sihir dengan surat Al-Mu’awwizatain.5 Dalam kisah yang lain juga
diriwayatkan bahwa sahabat Abdullah bin Mas’ud begitu intens dalam membaca
surat Al-Waqi’ah dengan harapan diberi kecukupan dan dijauhkan dari kefakiran. 6
1
Ahmad Rofiq, “Pembacaan yang atomistik terhadap Al-Qur’an; Antara Penyimpangan
dan Fungsi,” dalam Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol.4,
No. 1, Januari 2014, hlm. 3.
2
Ahmad Rofiq, “Pembacaan yang atomistik terhadap Al-Qur’an., hlm. 4.
3
4
Abdul Mutaqim dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:
TH-Press, 2007), Cet. I., hlm. 3.
5
Jalaludin Muhammad bin Ahmad Al-Mahali san Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar
as-Suyuthi, Tafsir Jalalain, (t.k: Al-Haramain Jaya Indnesia, 2007), hlm. 274.
6
Sahabat Abu Bakar datang ke kediaman Abdullah bin Mas’ud disaat beliau sakit
menjelang akhir hayatnya, seraya menawarkan harta sebagai bekal keturunan Abdullah bin
Mas’ud seraya berkata, “Sepeninggalku kelak, aku telah mengajarkan suatu surat Al-Qur’an
kepada putra-putriku yang-jika dibaca secara intensif oleh mereka-tidak akan bisa ditimpa
kefakiran selamanya, yaitu surat Al-Waqi’ah,” Lihat Syamsuddin Al-Qurthubi, al- Ja>mi’ al
Ahk{a>m al-Qur’a>n Juz XVIII, (Riyadh: Dar Al-Qalam Al-Kutb, 1423), hlm. 194.
3
Dari dua hal tersebut, kiranya dapat dijadikan sebuah indikator bahwa resepsi
tersebut diturunkan..1 Artinya bagi “telings dan lidah” ajamiyah yang tidak
asumsi tertentu terhadap Al-Qur’an dari berbagai komunitas bar inilah yang
al hay atau Studi Living Qur’an,3 yakni fenomena yang hidup di masyarakat
Al-Qur’an merupakan konsentrasi dari kajian ini, sehingga implikasi dari kajian
1
Muh. Asnawi, dkk, Sejarah Kebudayaangkatan Islam 1; Mengurangi Hikmah
Peradaban Islam, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2012), hlm. 61.
2
Abdul Mutaqim dkk, Metodologi Penelitian Livig Qur’an dan Hadis…., hlm. 4.
3
M. Mansyur dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: TH
Press, 2007), hlm. 8.
4
tersebut, akan memberikan kontribusi tentang ciri khas dan tipologi masyarakat
Berangkat dari hal diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji
Tengah. Maka dari itu, judul yang peneliti buat dalam penelitian ini adalah
B. Rumusan Masalah
penelitian lebih terarah dan menghasilkan hasil akhir yang komprehensif, integral
Sidamulih?
2. Apa makna yang melekat dalam praktik resepsi Al-Qur’an di Pondok Pesantren
C. Tujuan Penelitian
Nur Sidamulih.
1
Heddy Shri Ahimsa, “The Living Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi,” dalam
Jurnal Walisongo Vol.20. No. 1, Mei 2012, hlm. 237.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Al-Qur’an khususnya dalam kajian Living Qur’an dan agar dapat menjadi salah
sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk memperoleh gelar Sarjana Agama
2. Manfaat Praktis
Qur’an yang ada di Pondok Pesantren Tahfidz An-Nur Sidamulih, serta sebagai
alat bantu bagi pembaca dalam memahami makna dan nilai-nilai (meaning and
E. Tinjauan Pustaka
serta sudah mulai melihat realitas social masyarakat dalam menyikapi dan
berikut:
bahwa terdapat tiga bentuk (versi) resepsi penerbit Al-Qur’an berikut dengan
1
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren
Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h.11
2
Ibnu Santoso, “Resepsi Al-Qur’an dalam Berbagai Bentuk Terbitan,” dalam Jurnal
Humaniora Vol. 16, No. 1, Februari 2014. Diakses dari http://jurnal.ugm.ac.id, pada Minggu, 5
Juni 2022.
3
Ahmad Roja Badrus Zaman, “Resepsi Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Al-Hidayah
Karangsuci Purwokerto”.
7
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ragam resepsi Al-Qur’an yang ada
dan studi atas dokumen terkait. Analisis yang digunakan peneliti adalah
tahapan pra, inti dan evaluasi tahfidz; serta memaparkan pula mengenai
lain yang membahas terkait resepsi al-Qur’an. Penelitian ini titik tekan yang
Tahfidz Annur Sidamulih Rawalo Banyumas dimana, hal ini belum pernah
F. Metode Penelitian
8
Metode penelitian ialah suatu cara atau langkah yang digunakan untuk
mencari atau menemukan data yang diperoleh dalam sebuah penelitian dan
1. Jenis Penelitian
tradisi.3
setting) disebut juga sebagai metode etnographi karena pada awalnya metode
ini lebih banyak digunakan untuk bidang antropologi budaya, disebut sebagai
metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif.4
1
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren
Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h.18
2
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren
Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h.19
3
G Gusnada, “Katam Kaji: Resepsi Al-Qur’an Masyarakat Pauh Kamang Mudiak
Kabupaten Agam”, dalam Jurnal Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadits, Vol. 1, No. 1,
2019, h. 2
4
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, (Bandung:
Alfabeta, 2015), h. 14
9
tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti
dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar ditangkap makna yang
outcome.
1
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta, 2013, h. 22
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, h. 22
3
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, h. 22
10
berada, yang mana peneliti mengungkap isi atau maksud dari fenomena
tersebut.1
Sidamulih.
2. Sumber Data
informasi atau data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, data primernya
dan wawancara dengan dewan pengurus, dewan Asatidz, dan para santri PP.
Tahfidz An-Nur Sidamulih terkait sejarah dan resepsi Al-Qur’an serta Profil
Pondok Pesantren.
1
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren
Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 19
11
Yaitu data yang diperoleh bukan dari sumber asli yang memuat
informasi atau data yang dibutuhkan. Data sekunder ini diperoleh dari
pihak-pihak lain yang tidak langsung seperti data dokumentasi dan data
lapangan dari arsip yang dianggap penting. Dalam penelitian ini data
a. Observasi
bagaimana urutan acaranya dan siapa saja yang hadir. Dalam pengamatan
1
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren
Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 20
12
b. Wawancara
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
harus harus diteliti, tetap juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self reporty, atau
dengan kondisi yang bebas, santai, tidak tertekan, tetapi tertuju pada suatu
1
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren
Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 22
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, h. 317
3
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, h. 194
13
dialog, diskusi, dan menyepakati data atau informasi yang telah ditemukan
c. Dokumentasi
artikel, jurnal, agenda dan literature lain yang relevan dengan penelitian ini.2
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
meliputi siapa saja yang melakukan resepsi al-Qur'an, oleh santri di PP.
dengan teori resepsi Ahmad Rofiq yang didalamnya akan berbicara tentang
al-Qur'an.
1
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren
Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 23-24
2
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren
Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 24-25
3
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, h. 33
14
G. Sistematika Pembahasan
sebagai berikut:
Bab I, dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah,
manfaat penelitian, metode penelitian yang di dalamnya meliputi bentuk dan jenis
penelitian serta data-data sumber penelitian yang terbagi menjadi data primer dan
data sekunder, dan yang terakhir dari bab 1 ini adalah tentang sistematika
penulisan.
Bab II, dalam bab ini mengenai bahan evaluasi bagi Pondok Pesantren
dalam Kajian Living Qur’an, pada bab ini berisi tentang teori resepsi Ahmad
Rafiq, kajian Living Qur’an yang meliputi pengertian, sejarah, dan objek living
Qur’an.
Pondok Pesantren Tahfidz An-Nur Sidamulih yang dalam sub babnya meliputi
Nur Sidamulih Dan Sebagai Bahan Motivasi bagi pembaca maupun peneliti
Pesantren Tahfidz Annur Sidamulih dan Sebagai motivasi bagi semua pembaca
penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Resepsi
penikmatan sebuah teks oleh pembaca. Resepsi merupakan aliran yang meneliti
teks dengan bertitik tolak kepada pembaca yang memberikan reaksi atau
keindahan yang berdasarkan pada respon pembaca terhadap karya sastra. Pada
awalnya teori resepsi memang digunakan untuk mengkaji tentang peran dan
respon pembaca terhadap suatu karya sastra. Hal ini dikarenakan sebuah karya
penikmat dan konsumen. Lebih singkatnya, karya sastra dapat memiliki nilai
kesimpulan bahwa teori resepsi ini adalah teori yang membahas peranan para
1
Akhmad Roja Badrus Zaman, "Tipologi dan Simbolisasi Resepsi Al-Qur'an Di Pondok
Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas", dalam AQLAM; Journal of Islam and Plurality
Volume 5, IAIN Manado; 2020. H. 212
2
Akhmad Fajarudin, "Metodologi Penelitian TheLiving Qur'an dan Hadits," dalam
Jurnal Institute Agama Islam Negri Metro, Lampung
3
Akhmad Roja Badrus Zaman, "Tipologi dan Simbolisasi Resepsi Al-Qur'an Di Pondok
Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas", h. 212
16
17
Teori ini muncul sejak tahun 1960, akan tetapi konsep-konsep yang
memadai baru ditemukan sekitar tahun 1970-an. Adapun tokoh yang dikenal
sebagai peletak dasar teori resepsi ialah Jan Mukarovsky. Namun, yang
Wolfgang Iser.1
tidak jauh berbeda, Hans Robert Jauss memberikan ketajaman pada sejarah
sastra dengan konsep kuncinya adalah horison harapan pembaca yang tersusun
a. Norma generik, yaitu norma yang ada di dalam teks, kemudian dibaca oleh
pembaca.
sebelumnya.
c. Kontras antara fiksi dan fakta, artinya mampu atau tidaknya seorang
oleh jarak estetis. Maksud pendapat tersebut adalah seberapa jauh jarak yang
tercipta antara harapan sastra dan munculnya teks baru. Hans Robert Jauss juga
Dalam hal ini, terdapat perbedaan yang mendasar antara konsep Hans
Robert Jauss dan Wolfgang Iser. Perbedaan tersebut terletak pada focus
1
M. Nur Kholis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, (Yogyakarta: Eslaq 2008),
h.68
18
Wolfgang Iser meneliti pengaruh atau efek, yakni bagaimana pengaruh teks
terhadap karya sastra tersebut. Tanggapan tersebut bisa jadi pasif, tetapi juga
teks yang mempunyai syarat makna yang mengandung muatan energi yang
pendengarnya.2
1
Asia Padmopuspito, “Teori Resepsi Dan Penerapannya” dalam Jurnal Diktis no. 2th 1,
Mei 1993, h. 73
2
19
antara fungsi yang diintensifkan dan fungsi yang direalisasikan. Fungsi yang
pembaca.
peran pembaca terhadap suatu karya. Hal ini dikarenakan karya sastra memang
makna dan nilai yang ada dalam karya sastra itu sendiri. Sehingga karya sastra
tersebut mempunyai nilai karena ada pembaca yang memberikan nilai. Dengan
dibutuhkan untuk menentukan makna teks, karena makna suatu teks antara lain
ditentukan oleh peran pembaca. Makna teks juga bergantung pada situasi histor
is pembaca dan sebuah teks hanya dapat mempunyai makna setelah teks itu dib
aca.1
1
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Mif
tahul Huda Kaliwungu Kendal” , Skripsi, (Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo S
emarang, 2019), h. 30
20
Keadaan ini mempunyai akibat lebih lanjut. Selalu dianggap punya wib
awa atau otoritas tentang seorang penulis (pemilik karya sastra), karena ia dian
ggap tahu keseluruhan kehidupan penulis itu, dan tentu juga dengan latar belak
merespon kitab-kitab yang dianggap suci. Di dalam bukunya Beyond The Writt
bahwa kitab suci tak sekedar teks yang dibaca. Tetapi ia hidup bersama orang-
Pada umumnya, kajian resepsi al-Qur’an setidaknya ada tiga aspek yang
dikaji, yaitu pada tulisan, bacaan dan sistem bahasa. Namun kajian fungsi ini le
bih merujuk pada sistem bahasa yang penelitianya meliputi fon, morfem, synta
k dan pragmatik. Dari sinilah Ahmad Rafiq membagi kajian resepsi al-Qur’an
kedalam tiga bagian bentuk resepsi yaitu Resepsi Eksegesisi, Resepsi Fungsion
al.3
a. Resepsi Eksegesis
berbahasa Arab dan bermakna sebagai bahasa. Secara etimologi (bahasa) Ekse
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Mif
2
gesis berasal dari bahasa Yunani yaitu “outleading,” atau “ex-position,” yang
i sebuah teks”. Secara historis di sebuah tempat suci Yunani kuno, para ekseget,
mahkan” nubuat1
Atau nubuat Tuhan kepada manusia. Oleh karena itu, eksegesis biasanya digun
alui pengajian kitab-kitab tafsir al-Qur’an, misalnya kitab Tafsir Jalalain, kitab
Tafsir Jalalain, kitab Tafsir Ibnu Katsir dan kitab tafsir lainnya. Sedangkan bi
mporer telah sepakat bahwa Tindakan menafsirkan al-Qur’an dimulai pada peri
kan yang tidak jelas atau tidak familiar pada khalayak umum. Khalayak paling
awal yang menerima adanya resepsi eksegesis ini adalah Sahabat Nabi, dengan
b. Resepsi Estetis
Dalam resepsi ini, al-Qur’an diposisikan sebagai teks yang bernilai (indah),
serta diterima dengan cara yang estetis pula. Resepsi ini berusaha menunjukka
n keindahan inhern al-Qur’an, Antara lain melalui kajian puitis atau melodis ya
stetis yaitu yang berarti al-Qur’an dapat ditulis, dibaca disuarakan atau ditampil
ri praktek Penerima estetik al-Qur’an. Tindakannya bias dilihat dalam dua cara
ngalami nilai estetika dalam penerimaanya. Mungkin juga begitu sebuah pende
“estetika” dari sebuah teks. Tiang artistik adalah teks itu sendiri dan
pembaca merasakan pengalaman estetika itu pribadi dan emosional, tapi bisa
ditransfer ke orang lain yang mungkin menerimanya dengan cara yang sama
ataupun berbeda.1
c. Resepsi Fungsional
1
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren
Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 41
23
demi tujuan tertentu, baik tujuan normatif maupun praktis. Kemudian dari
perilaku.
pada tujuan praktis dari pembaca, bukan pada teori. Penerimaan fungsional
berurusan dengan struktur teks, lisan atau tulisan. Menurut Horald Coward,
penerimaan tulisan suci yang mempunyai tekanan kuat dalam lisan tradisi
bisa berbentuk praktik komunal atau individual, rutin atau insidental, hingga
mewujud dalam sistem sosial, adat, hukum, maupun politik. Tradisi seperti
1
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren
Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 45
24
beragam variasi dan kreasinya merupakan salah satu bentuk contoh praktik
dilihat dari kisah seorang sahabat yang membacakan surah al-Fatihah untuk
Pada saat yang sama, dia mempunyai kebutuhan khusus yang belum pernah
ada dimodelkan dalam tradisi nabi atau disarankan secara gamblang dalam
struktur teks. Dia mungkin mengacu pada perspektif umum tentang keunggulan
1. Resepsi Al-Qur’an
sahabat Nabi dan generasi setelahnya, atau bahkan hingga era kontemporer,
yang muncul sebagai hasil upaya umat Islam karena bergaul dengan kitab
sucinya.4
1
Ahmad Roja Badrus Zaman. “Resepsi Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Hidayah
Purwokerto”, h. 19
2
Ainun Jaziroh, “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok Pesantren
Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”, h. 46
3
Ahmad Rafiq, “Sejarah Al- Qur’an: Dari Pewahyuan ke Resepsi (Sebuah Pencarian
Awal Metodologis)”, dalam Sahiron Syamsuddin, Islam, Tradisi, dan Peradaban (Yogyakarta:
Bina Mulia Press, 2012), h. 73
4
Miftahur Rahman, “Resepsi Terhadap Ayat Al-Kursi dalam Literatur Keislaman”, h.
136
25
dalam kajian fungsi, yang terdiri dari fungsi informatif dan performatif. Fungsi
informatif yakni ranah kajian kitab suci sebagai sesuatu yang dibaca, dipahami
yakni ranah kajian kitab suci sebagai sesuatu yang diperlakukan, misalnya
sebagai wirid untuk nderes atau bacaan-bacaan suwuk. Dari kedua fungsi ini,
beragam dalam kehidupan dunia modern. Al-Qur’an tidak hanya lagi sekedar
keagamaan umat Islam Indonesia. Hal itu dapat kita jumpai dari semakin
resepsi umat Islam terhadap al-Qur’an terbagi menjadi tiga macam: resepsi
1
Ahmad Roja Badrus Zaman. “Resepsi Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Hidayah
Purwokerto”, dalam Jurnal Maghza: Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, IAIN Purwokerto, 2019, h. 19
2
G. Gusnada, “Katam Kaji: Resepsi Al-Qur’an Masyarakat Pauh Kamang Mudiak
Kabupaten Agam”, dalam Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadits, Volume 1, Padang: UIN
Imam Bonjol: 2019, h. 40
26
adalah untuk memposisikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi umat Islam,
sehingga kebutuhan akan makna dan maksud perlu digali. Sedangkan, resepsi
bentuknya seiring berkembangnya zaman. Salah satu dari bentuk resepsi tersebut
QS. Al-Kahfi setiap hari Jum’at di Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo
alat kerja yang bisa diungkapkan dalam tiga makna tindakan menurut Karl
Mannheim. Tiga makna tindakan tersebut antara lain: objektif, ekspresif dan
dokumenter.3
1) Makna Objektif
1
Ahmad Baidowi, “Resepsi Estetis terhadap al-Qur’an”, dalam Jurnal Esensia, No. 1,
vol. 8, 2007, h. 19-20
2
Miftahur Rahman, “Resepsi Terhadap Ayat Al-Kursi dalam Literatur Keislaman”, h.
136
3
Grefory Baum, Agama dalam Bayang-bayang Relativisme: Agama, Kebenaran dan
Sosiologi Pengetahuan, terj. Achmad Murtajib dan Masyhuri Arow, (Yogyakarta: PT. Tiara
Wacana Yogya 1999), h. 15-16
27
Makna objektif adalah makna yang ditemukan oleh konteks sosial dimana
2) Makna Ekspresif
Makna ekspresif adalah makna yang ditunjukkan oleh aktor atau pelaku
tindakan. Makna ekspresif dapat diartikan pula sebagai makna yang diresepsi
secara personal dari orang-orang yang terintegrasi dalam sebuah tradisi atau
praktik.2
3) Makna Dokumenter
keseluruhan. Makna dokumenter ini diperoleh dari analisa yang mendalam yang
B. Kajian Teori
Untuk memahami lebih lanjut mengenai apa saja yang akan dibahas dalam
penelitian ini, maka perlu kiranya untuk mencantumkan beberapa teori yang
1
Wendi Parmanto, “Kajian Living Hadits atau Trdisi Shalat Berjama’ah Mghrib-Isya di
Rumah Duka 7 Hari di Dusun Nuguk, Melawi, Kalimantan Barat”, dalam Jurnal Al-Hikmah:
Jurnal Dakwah, vol.12, no. 1, tahun 2018, h. 60
2
Wendi Parmanto, “Kajian Living Hadits atau Trdisi Shalat Berjama’ah Mghrib-Isya di
Rumah Duka 7 Hari di Dusun Nuguk, Melawi, Kalimantan Barat”, dalam Jurnal Al-Hikmah:
Jurnal Dakwah, vol.12, no. 1, tahun 2018, h. 60
3
Wendi Parmanto, “Kajian Living Hadits atau Trdisi Shalat Berjama’ah Mghrib-Isya di
Rumah Duka 7 Hari di Dusun Nuguk, Melawi, Kalimantan Barat”, dalam Jurnal Al-Hikmah:
Jurnal Dakwah, vol.12, no. 1, tahun 2018, h. 61
28
mengenai apa yang akan dibahas maka kita akan semakin mudah untuk
melakukan penelitian, baik itu untuk mempersiapkan berbagai hal untuk mencari
data dan untuk kemudian dijadikan bahan sebagai bahan penjelas dalam bagian
pembahasan.
1. Al Qur’an
sempurna dan tinggi. Bahkan tidak ada dari golongan jin maupun manusia dapat
indah, sehingga tidak akan ada terjemahan dalam bahasa apapun yang dapat
dicintai (beloved), yaitu Al Qur’an. Interaksi ini dibagai menjadi dua bagian,
pertama yaitu umat Islam dan bagian yang kedua yaitu non muslim.
pecinta tak kritis (untritical over). Mereka merupakan kelompok orang muslim
1
Ahmad Deedad dan Rahmatullah Alhindi, Mukjizat Al Qur’an Versi Kristologi, terIbnu
Hasan dan Masyhud (Surabaya : PustakaDa’I,2000), 86.
2
Ibid.
29
kepada dunia, mengapa Al Qur’an dijadikan pegangan hidup, selain itu juga
Mereka berusaha bertanya tentang sifat-sifat, asal usul (otentitas) bahkan bahasa
Sedangkan bagian kedua, yakni non muslim yang terbagi menjadi tiga
kelompok pula. Kelompok pertama yaitu the friend of lover (teman pecinta),
adalah polemicist, yaitu non muslim yang menolak Al Qur’an secara mentah-
mentah.1
1
Hamam Faizin, “Al Qur’an Sebagai Fenomena yang Hidup: Kajain Atas Pemikiran
Para Sarjana Al Qur’an”. Makalah ini disajikan dalam International Seminar and Qur’anic
Conference II 2012, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 24 Februari 2012.
30
Adab membaca Al-Qur’an dibagi menjadi dua, yakni adab secara lahiriah yang
berupa kegiatan badan dan adab secara batiniah yang berupa kegiatan hati.
cabang ilmu Al-Qur’an dan cabang ilmu sosial, seperti antropologi dan
kajian tentang berbagai persoalan sosial terkait dengan kehadiran Al Qur’an atau
Ashim dan Hafash (Jakarta: Amzah, 2011), 55-61; Athiq bin Ghaits Al Balady, Keutamaan-
Keutamaan Al
2
Pendapat ini dari Al Ghazali dalam Mundir Thohir, Metode Pemahaman Al Qur’an
Perkata (Kediri; Azhar Risalah, 2014) 56-65; pendapat lain mengatakan bahwa ini merupakan
pendapat dari M. Abdul Quaseem dalam Zaki Zamani dan M. Syukron Maksum, Menghafal Al
Qur’an itu Gampang ! (Yogyakarta : Mutiara Media, 2009), 76-81.
3
Sahiron Syamsuddin, “Ranah-Ranah Penelitian” xiv.
4
Muhammad Mansyur, “ Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah Studi Studi Al Qur’an”
dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits, ed. Sahiron Syamsuddin ( Yogyakarta:
Teras, 2007), 8.
31
keislaman, tentu peristiwa sosial (seperti Al Qur’an sebagai obat sakit, sebagai
pengusir jin dll) berarti telah membuat teks-teks Al Qur’an tidak berfungsi,
sebagai obat (syifa), namun ayat-ayat tersebut justru dibacakan untuk mengusir
jin maupun syetan yang konon merasuk ke dalam tubuh manusia, maka bukan
teks Al Qur’an. Apabila dilihat dari sudut pandang islam, tentu praktek yang
semacam ini tetap berkaitan dengan Al Qur’an dan benar-benar terjadi ditengah
komunitas Muslim tertentu. Kemudian inilah yang perlu untuk dijadikan objek
studi baru bagi para pemerhati studi Al Qur’an dan untuk sederhananya, maka
yang pertama yakni penelitian yang menempatkan teks Al Qur’an sebagai objek
kajian. Kedua yakni penelitian yang menempatkan hal-hal diluar teks Al Qur’an,
namun masih berkaitan erat dengan kemunculan Al Qur’an sebagai objek kalian.
sebagai objek kalian dan yang keempat yakni penelitian yang memberikan
resepsi1 mereka terhadap teks tertentu dan hasil penafsiran tertentu. Bentuk dari
resepsi sosial terhadap Al Qur’an dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari
atau yang mencerminkan everyday life of the Qur’an, seperti Al Qur’an dibaca
secara rutin dan diajarkan di tempat ibadah, pondok pesantren dan rumah bacaan
Teks Al Qur’an yang hidup dimasyarakat itulah yang disebut the living Qur’an.2
dalam kehidupan umat muslim.3 Al Qur’an dipandang sebagai kitab; obat hati
dan fisik; sarana perlindungan dari bahaya makhluk halus, bencana alam, siksa
pengetahuan4 dan sebagai obat penyembuh bagi ruhani dan jasmani.5 Fungsi Al
Qur’an sebagai obat tersebut juga telah tersirat dan tersurat dalam QS. Al Isra’
ayat 82.6
1
Resepsi yaitu, bagaimana Al Qur’an diterima dan bagaimana reaksi mereka terhadap
Al Qur’an. Aksi resepsi terhadap Al Qur’an, sejatinya merupakan interaksi anara pendengar /
pembaca (qurra’ dan hafidz) dengan teks bacaan (Al Qur’an). Lihat M. Nur Kholis Setiawan, Al
Qur’an Kitab Sastra Terbesar (Yogyakarta: Elsaq Press, 2006), 68.
2
Sahiron Syamsuddin, “Ranah-Ranah Penelitian”, xi-xiv.
3
Didi Junaedi, “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan baru dalam Kajian Al Qur’an (Studi
Kasus di Pondo Pesantren As Siroj Al Hasan Desa Kalimukti Kecamatan Pabelian Kabupaten
Cirebon”, Journal of Qur’an and Hadits Studies, 4 (2015), 170.
4
Hendy Shri Ahimsa Purtra, “The Living Al Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi”,
Walisongo, 20 (Mei, 2012), 249.
5
“Subhanallah, Lumpuh Otak Tapi Hafal Al Qur’an”, Buletin Donatur, September 2015,
23.
6
M. Sanusi, Terapi Kesehatan Warisan Kedokteran Islam Klasik (Yogyakarta: Najah,
2012), 36.
33
praktikkan oleh Jerry D. Gray. Sholat dua rakaat dan sekali lagi mengucapkan
niat, membaca Al Fatihah dengan suara keras 41X, membaca Al Ikhlash 33X,
Al Falaq 41X, An Nas 41X dan ayat Kursi 41X, sebagai perantara memohon
kepada Allah SWT.1 Selain itu, Al Qur’an, Al Qur’an juga sebagai ruqyah yang
QS. Al Baqarah: 1-6, QS. Al Baqarah: 102, QS. Al Baqarah: 163-164, QS. Al
Baqarah 255, QS. Al Baqarah 185-186, QS. Al Imran: 18-19, QS. Al A’raaf:
54-56, QS. Al Baqarah 185-186, QS. Al A’raaf: 54-56, QS. AL A’raaf: 117-
122, QS. Yunus: 81-82, QS. Thaha: 69, QS. Al Mu’minuun 115-118, QS As-
Shaaffar; 1-10, QS. Al Ahqaf 29-32, QS. Ar Rahman: 33-36, QS. Al Hasyr: 21-
3. Tahfidz Al Qur’an
tindak lanjut setelah diterimanya wahyu dari Malaikat Jibril AS, Rasulullah
Qur’an dapat dikategorikan sebagai berikut, yang pertama yaitu aspek oral /
recitation, kedua yaitu aural / hearing, ketiga adalah tulisan / writing dan
disebutkan oleh Islam Gusmian, bahwa kegiatan recitation of Qur’an itu mulai
dari kegiatan khataman Al Qur’an, pembacaan ayat tertentu dalam acara tertentu,
(anak) dapat berfikir dan mengerti.3 Bahkan Allah SWT menjelaskan hingga
empat kali, bahwa proses menghafal itu sungguhlah mudah, bahkan untuk
1
QS. Al Hijr (15): 9
2
Hamam Faizin, “Al Qur’an Sebagai Fenomena yang Hidup: Kajain Atas Pemikiran
Para Sarjana Al Qur’an”. Makalah ini disajikan dalam International Seminar and Qur’anic
Conference II 2012, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 24 Februari 2012.
3
Syarifuddin, Mendidik Anak, 82.
35
1. Motivasi dan Makna Tahfidz Al Qur’an ditinjau dari Al Qur’an dan Hadits
Adapun kata motive itu berasal dari kata motion yang berarti gerakan atau
sesuatu yang bergerak. Oleh karena itu tema motif erat kaitanya dengan gerak
1
QS. Al Qamar (54): 17, 22, 32 dan 40.
2
Ibid.
3
Maksum, Menghafal Al Qur’an, 73-75.
36
Berbagai hal yang biasanya terkadung dalam definisi motivasi antara lain
mengarahkan dan menyalurkan perilaku, sikap dan tidak tanduk seseorang yang
ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dengan apa yang menurut persepsi
dari dalam diri inividu dan juga bisa bersumber dari luar diri individu.
mengurangi dorongan.2
dilakukan dengan dasar keyakinan agama akan memiliki unsur kesucian dan
ketaatan. Keterkaitan ini akan memberi pengaruh pada diri individu untuk
melakukan sesuatu. Selain itu, agama juga sebagai pemberi harapan bagi
1
iIbid.
2
Ibid, 142-143
3
Akmal Hawi, Seluk beluk Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001),
226.
37
bahwa makna tindakan identik dengan motif intuk tindakan, yang artinya bahwa
untuk memahami makna tindakan, maka perlu untuk mencari tahu terlebih
dengan because-motive atau motif asli yang benar-benar mendasari tindakan dari
pelaku, karena makna yang melekat pada setiap individu terlihat pada setiap
tindakannya.2
hidup pada manusia tidaklah mudah, karena adanya kendala, yakni peneliti
syafa’at Al Qur’an, menjadi ahli Allah dan mendapat tempat khusus disisiNya,
ingin mencapai derajad yang tinggi, agar orang yang senantiasa berzikir
1
Imam Sudarmoko, “The Living Qur’an: Studi Kasus Tradisi Sema’an Al Qur’an Sabtu
Legi di Masyarakat Sooko Ponorogo” (Tesis Megister, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,
Malang, 2016), 41.
2
Stefanus Nindito, “Fenomenologi Alfred Schutz: Studi tentang Kontruksi Makna dan
Realitas dalam Ilmu Sosial”, Jurnal Ilmu Komunikasi, 2 (Juni, 2005), 93.
3
Ibid., 92.
4
Yahya Abdul Fattah Az Zawawi, Revolusi Menghafal Al Qur’an: Cepat Menghafal,
Kuat Hafalan dan Terjaga Seumur Hidup, terj. Dinta (Surakarta: Insan Kamil, 2011), 44.
38
mengenai motivasi serta makna tersurat maupun tersirat yang telah termaktub
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah
Shihab, bahwa ayat ini dinilai berhubungan secara langsung dengan keistimewaan
ini benar, maka yang dimaksud bukanlah penyakit jasmani, melainkan penyakit
1
QS. Al Isra’ (17): 82.
39
kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya.
kerugian, maka Allah SWT akan melipatgandakan pahala mereka yang telah
disebutkan diatas serta menambah rezeki bagi mereka yang berkenan untuk
sebagaimana firmanNya yang termaktub dalam QS. Al Qomar (54): 17, 22, 32
dan 40.
1
QS. Fathir (54)
40
mereka berpaling dan berkata, “(Ini adalah) sihir yang terus menerus.”
mudah diingat (maka adakah orang yang mengambil pelajaran?) yang mau
mengandung makna perintah yakni, hafalkanlah Alquran itu oleh kalian dan
ambillah sebagai nasihat buat diri kalian. Sebab tidak ada orang yang lebih hafal
tentang Alquran selain daripada orang yang mengambilnya sebagai nasihat buat
dirinya.
رواه مسلم
1
Muhammad Anwar Ibnu Suyuthi, Anwaarul Qur’aan (Kediri: t.p. t.t.), 2.
41
SAW bersabda memberi syafa’at kepada para pembacanya pada hari kiamat
nanti.1
Hadits diatas, menjelaskan dengan sangat terang bahwa kelak pada hari
akhir atau kita semua akan menemui hari kiamat maka Al Qur’an akan meberikan
يم ِ ٌ والَم حر،ف ٌ ِ أل:ولك ْن ٌ ألم َح: ال أقول،والح َسنَة بِ َع ْش ِر ْأمثَالِها
ِ ،رف ِ
ٌ وم،ف َْ ٌ ٌ ف َح ْر َ ،كتاب اهلل َفلَهُ َح َسنَة
ف
ٌ َح ْر
Qur`ān) maka baginya satu pahala kebaikan, dan satu pahala kebaikan akan
dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat, aku tidak mengatakan bahwa alif lām
mīm itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lām satu huruf, dan mīm satu
huruf.”
Abu Hajjaj Al bin Muslim 804; Nomor Hadis, ور ِة الَْب َقَر ِة ِ ِ ِ ْ َ باب فLihat 51
َ ض ِل قَراءَة الْ ُقْرآن َو ُس
1
bahkan perhuruf yang ada dalam Al Qur’an, maka akan mendapat sepuluh
kebaikan / pahala. Selain itu, kebaikan akan bertambah ketika seseorang membaca
Al Qur’an secara terbata-bata. Dan hal ini sering dialami oleh tiap orang yang
dihafalkannya.
Terlebih lagi, semua pahala yang didapat ini kan dilipat gandakan berkali-
kali lipat, manakala mereka melakukan dibulan Ramadhan. Karena setiap amal
yang dilakukan dibulan Ramadhan. Karena setiap amal yang dilakukan dibulan
hafalan, harus membacanya berulang kali agar hafal akan mendapat banyak
يت ِمن
ٍ وم ف ِي ب
َ ُ َاجتَ َم َع ق َ َصلَ ِي اللٌهٌ َعلَ ِيه َو َسلَم ق
ٌ ال َما
ِ َ ض ِي اللٌهُ َعنهُ أ َن رس
َ ول اللٌه َُ َ َعن اَب ِي ُه َريَرةَ َر
1
وعلى الذكر،باب فضل االجتماع على تالوة القرآن, Hadis Nomor 2699 dalam Al Naisyaburi,
Shahih Muslim, IV: 2074; lihat
الكلم الطيب- باب فضل العلم, Nomor Hadis 356 dalam Abdullah bin Abdur Rahman Abu
Muhammad Ad Darimy, Sunan Ad Darimy (Beirut:
.
43
Artinya: “Abu Huraiah dari Nabi SAW beliau bersabda: “Tidaklah sebuah
kitab Allah, dan saling mempelajarinya diantara mreka melainkan akan turun
kepada mereka. Hadits ini menganjurkan kepada kita untuk senantiasa belajar
serta mengajarkan Al Qur’an dan tidak luput juga untuk membaca serta
menghafalnya. Bahkan dalam suatu hadits juga telah dijelaskan bahwa ada
rumahnya.
di akhirat ditemai oleh para maaikat yang mulia. Dan orang yang
1
Dari Al Kitab Al Araby, 1407 H), I: 113; lihat القرآن فضل و ثواب قراءة, Hadis Nomor 1455
dalam Sulaiman bin Al Asy’ats Abu Daud Sajastani Al Azadi, Sunan Abu Daud (Beirut: Dar al
Fikr, t.t.), II: 71.
44
sallam bersabda:
1
Naisyaburi, Al dalam 798 Nomor Hadis , باب فَ ْض ِل الْ َم ِاه ِر بِالْ ُقْر ِآن َوالَّ ِذي َيتََت ْعتَ ُع فِ ِيه Lihat
Shahih Muslim, I: 549; lihat آن َوالَّ ِذي َيتََت ْعتَ ُع فِ ِيه ْ
ِ ض ِل الْم
ِ اه ِر بِالْ ُقر
َ ْ َ باب ف, Hadis Nomor 3857 dalam
Ahmad bin Al Husain bin Ali bin Musa Abu Bakar Al Baihaqi, Sunan Al Baihaqi Al Kabiry
(Makkah) Maktabah Dar Al Baz, 1994), II: 395; lihatdalam 3779 Nomor Hadis, باب ثواب
قراءة القرآنMuhammad bin Yazid Abu Abdullah bin Majah Al Qazwini, Sunan Ibnu Majah (Beirut:
Dar Al Fikr, t.t.), II: 1242; lihat Hadis Nomor 2471 dalam Ahmad bin Hanbal Abu Abdullah Asy
Syaibani, Musnad Ahmad (Mesir: Muasasah Qurtubah, t.t.) VI: 98; lihat Hadis Nomor 26339
dalam Idem, Musnad Ahmad, VI: 266.
2
Lihat تـفسـيـرـ سـورـةـ عـبـسـ كـاـمـلـةـ, Hadis Nomor 4653 dalam Muhammad bin Isma’il Abu
‘Abdullah Al Bukhari Al Ju’fi, Shahih Bukhari (Beirut: Dar Ibnu Katsir Al Yamamah, 1987), IV:
1882.
45
akhirat.
C. Living Qur’an
yang lebih kepada aspek internal teks ada pula yang memusatkan
dua kata yang berbeda yaitu living yang berarti ‘hidup’ dan qur’an
yaitu kitab suci umat islam. Sehingga Living Qur’an dapat diartikan
Jika selama ini ada kesan bahwa tafsir harus dipahami dengan teks
grafis (kitab atau buku) maka makna tafsir bisa diperluas dengan
Dalam lintasan sejarah Islam, bahkan pada era yang sangat dini,
umat. Ketika Nabi Muhammad SAW. Masih hidup, sebuah masa yang
paling baik bagi islam, masa dimana perilaku umat masih terbimbing
1
M. Mansyur, dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an Dan Hadits, ed. Sahiron
Syamsuddin, h. 68-69
2
M. Mansyur, dkk, Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah Studi al-Qur’an dalam
Metodologi Penelitian Living Qur’an Dan Hadits, ed. Sahiron Syamsuddin, h 3
48
Petunjuk yang dimaksud adalah petunjuk agama, atau yang biasa juga
murni.1
Sebenarnya yang dimaksud dengan Living Qur’an dalam konteks ini adalah
kajian atau penelitian ilmiah tentang berbagia peristiwa sosial yang terkait
dengan benar jika bertolak dari pemahaman akan teks dan kandungannya.2
syifa’ yang berarti obat, tetapi ketika unit-unit tertentu darinya dibacakan
untuk mengusir syetan yang konon merasuk pada tubuh manusia maka
bukan berarti praktek ini adalah berdasarkan isi kandungan daripada al-
1
M. Mansyur, dkk, Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah Studi al-Qur’an dalam
Metodologi Penelitian Living Qur’an Dan Hadits , ed. Sahiron Syamsuddin, h.6.
2
M. Mansyur, dkk, Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah Studi al-Qur’an dalam
Metodologi Penelitian Living Qur’an Dan Hadits, ed. Sahiron Syamsuddin, h. 8
50
Qur’an. Itulah yang jadi obyek studi baru bagi para pemerhati al-Qur’an dan
usia al-Qur’an Namun, dengan periode yang cukup panjang praktek diatas
kepada kajian teks, wajar saja jika ada yang menyebut bahwa peradaban
tafsir lebih banyak ketimbang yang lain meski kalau lebih dicermati produk
rasional dan terarah tentang pekerjaan sebelum, saat dilakukan dan sesudah
1
M. Mansyur, dkk, Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah Studi al-Qur’an dalam
Metodologi Penelitian Living Qur’an Dan Hadits, ed. Sahiron Syamsuddin, h. 9
2
M. Mansyur, dkk, Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah Studi al-Qur’an dalam
Metodologi Penelitian Living Qur’an Dan Hadits, ed. Sahiron Syamsuddin, h. 67
M. Mansyur, dkk, Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah Studi al-Qur’an dalam
3
a. Lokasi
atau kekhasan lokasi tersebut yang tidak dimiliki oleh lokasi yang
berbeda.
kehadiran peneliti.
Peneliti bisa memberikan kriteria siapa saja dan apa saja yang
g. Penyajian Data
RAWALO BANYUMAS
Banyumas
mmbimbing para santri untuk tekun belajar ilmu agama. Oleh karena itu
tahlil kematian dan masih banyak lagi. Selain sebagai tokoh desa, beliau
juga dikenal sebagai tokoh agama (Kyai) yang memiliki banyak santri
tahfidz annur karena sudah banyak dari santri yang sudah menghatamkan
Rawalo, merupakan putra dari kekasih Allah yakni, Bpk Abdul Rouf dan
Ibu Painah.
1
Wawancara langsung dengan santri ndalem Beliau, Khoreul Anwar (santri ndalem), pada
minggu, 14 Agustus 2022 pukul 21.30.
57
menghafal al-Qur’an.
dikarenakan beliau adalah orang yang senang dekat dan bergaul dengan
para ulama.1
Hafidz dapat kita lihat dari dorongan dan didikan nyata yang senantiasa
kolam ikan yang berada disekitaran pondok pesantren tahfidz annur yang
contoh nyata dan langka. Putra beliau sudah dikenalkan dan diwajibkan
bekal (biaya, sangu, uang, beras, kitab) kepada siapa saja yang hendak
saat ini masih berjalanan rutinan sema’an al-Qur’an. Hal ini adalah rasa
Wawancara langsung dengan santri ndalem Beliau, Khoreul Anwar (santri ndalem), pada
1
Dengan izin dan rahmat Allah, didampingi dan diikuti juga oleh
masih baru atau dalam kondisi yang belum maksimal sehingga dengan
santri putra maupun putri dari banyaknya anak yang mendaftar dari anak-
pengaruh psikologis terhadap orang yang beriman. Hal ini secara tegas
mukmin, yaitu:
apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
1
M.Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1997), 234.
2
M. Quraish Shihab, Wawancara Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2013), 3-6.
3
M.Mansyur dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an &Hadits (Yogyakarta: TH-
Press,2007),4-5.
4
Muhammad Chirzin, Mengungkap Pengalaman Muslim Berinteraksi dengan al-Qur’an
dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits (Yogyakarta: TH Press, 2007),11.
61
manis didalam masjid PonPes maupun masjid warga sekitar yang terdiri
dari berbagai jama’ah setiap masyarakat desa desa maupun santri santri
membawa sebuah air dengan berbagai alat wadah air yang bermacam-
macam ada yang menggunakan aqua botol, galon mini, galon besar,
istighosah tersebut kemudian bukan hanya itu masih banyak lagi antara
lain sebagai media penyembuh medis maupun non medis seperti contoh
medis yaitu sakit kepala sakit perut yang tak kunjung sembuh dan lain lain
ada juga yang non medis seperti kerasukan makhluk gaib atau terkena
mampu menjadi pusat keamanan bagi warga sekitar maupun luar sekitar,
1
KH. Abd Malik Ihsan Jampes selaku shohibul ijazah isthighotsah “YAMISDA” Diakses
dari https://anchor.fm/rifaunnaim/episodes/ISTIGHOSAH-YAMISDA-AL-IHSAN-JAMPES-
KEDIRI-eigr8n
62
Minggu Wagean pada waktu pagi dengan tujuan untuk penyembuhan atau
obat bagi yang membaca al-Qur’an maupun yang menyimak simakan al-
positif darinya. Adapun fenomena yang lain yaitu yang terbuka dalam
tahfidz annur mau mempelajarinya karena ingi tahu apa saja keunikan-
dengan nada murrotal dengan target yang dibaca adalah satu halaman al-
jama’ah masjid maupun dengan santri putri putri tahfidz annur setiap
dan Komunikasi. Hal ini terkait dengan objek penelitian kajian al-Qur’an
itu sendri. Secara garis besar, gendre dan obyek penelitian al-Qu’an dapat
1. Penelitian teks al-Qur’an sebagai obyek kajian hal ini, teks al-Qur’an
Amin al-Kulli menyebut penelitian ini dengan istilah dirasat mafi an-
nas.
64
tematik.
surah atau ayat tertentu pada acara seremoni social keagamaan tertentu.
Qur’an bukan hanya sebagai kitab suci yang harus dipercaya secara
65
teologis, tetapi juga sebagai kitab suci yang sesuai dengan kebutuhan
juga tentang apa yang dilakukan santri maupun warga sekitar PonPes
secara aktif.
pembelajaran al-Qur’an sejak usia dini baik itu di rumah yang diajarkan
Annur Sidamulih.
tertentu saja yang terdapat di dalam al-Qur’an. Selain itu ada juga yang
Adapun teks tidak selalu di identikan dengan tulisan yang tertera dalam
menghasilkan.
67
berkah dari sesuatu yang dibaca. Ketika membaca beberapa ayat atau
1
Asmaran, “Membaca Fenomena Ziarah Wali di Indonesia: Memahami Tradisi Tabarruk
dan Tawassul”, 179.
68
Sidamulih.
saja hal ini termasuk kepada tafȃ`ul dari sesuatu yang dibaca atau
ayat dan surah dari al-Qur`an. Demikian ini adalah tafȃ`ul terhadap
Tafa’ul berasal dari kata al-fa’l yang merupakan lawan kata dari
baik.2
baik pula.1
PENGASUH
Kyai Muhammad Rokhiban
Almufti Alhafidz
KETUA/LURAH
Bpk Mawardi
SEKRETARIS BENDAHARA
Mba Afifah Nur Fatin Ibu Siti Maslahah
USTADZ
1. Khoerul Anwar
2. Suhendi Apriansyah
3. Muhammad Taujihan
Waktu Kegiatan
No
1
Amȋn bin ‘Abdullah Al-Shaqȃwi, al-Fa`l wa Ḥusnu al-Ẓann bi Allȃh (bi al-
Lughah al- Indȗnisiyyah), terj. Abu Umamah Arif Hidayatullah. IslamHouse.com, 2013.4.
70
13.30-15.30 Istirahat
7.
19.30-20.00 Muroja’ah
13.
22.00-03.30 Istirahat
15.
Waktu Aktivitas
No.
sangatlah berarti. Maka dari itu butuh kehadiran yang berulangkali sehingga
Tabel 1
Tabel Daftar Kehadiran Peneliti di Lokasi
Penelitian
No. Hari, tanggal Keterangan
1. Sabtu, 20 Agusts 2022 Izin kepada Pengasuh PP. Tahfidz Annur
Sidamulih untuk melakukan penelitian
F. Lokasi Penelitian
wilayah pondok, meliputi: sebelah timur, jalan raya dan warga sekitar; sebelah
utara, warga sekitar; sebelah barat, persawahan; dan sebelah selatan, rumah
73
warga, irigasi dan perbatasan desa Pesawahan. Pondok Pesantren Tahfidz Annur
Pemilihan lokasi ini berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara yang
oleh remaja, dewasa bahkan anak-anak dibawah usia 12 tahun, yang selama ini
G. Sumber Data
Data-data yang akan dikaji dalam penelitian ini, diperoleh dari hasil
Sidamulih.
berbagai hal terkait sarana prasarana serta kegiatan santri sehari-hari dapat hasil
pelaksanaan tahfidz Al Qur’an akan dapat diperoleh dari guru tahfidz Al Qur’an.
Dan santri yang ikut program menghafal Al Qur’an akan menjadi sumber utama
penelitian ini.
setidaknya antara dua orang, atas dasar kebersediaan dana dalam setting ilmiah, yang
74
pengumpulan data melalui panca indra, dan dalam keadaan alami, observasi adalah
melihat fenomena sosial di dunia nyata dan merekan kejadian yang terjadi.2 Dan
penelitian.
Adapun proses pemerolehan data yang telah dilakukan selama penelitian yaitu,
mendalam dan menyeluruh pada semua aspek yang terkait dengan penelitian. Serta
dokumentasi saat peneliti mendapat dokumen-dokumen resmi maupun non resmi yang
Rawalo Banyumas
Banyumas?
1
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi dan Fokus Group: Sebagai instrument Penggalian
Data Kualitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), 31.
2
Ibid., 129.
75
Pengasuh PonPes: Untuk Awal Berdirinya Pondok Pesantren Tahfidz Annur itu awalnya
hanya sebuah TPQ Annur dari santri yang awalnya hanya satu menjadi 3
Pengasuh PonPes: Pendiri Pondok Pesantren Tahfidz Annur adalah saya Bersama istri
Annur?
Pengasuh PonPes: Sarana dan Prasarana kita pakai kamar” sederhana awalnya untuk
akhirnya melebar menjadi bangunan permanen dan sampai saat ini sudah
ada bangunan lantai dua dan juga ada masjid yang permanen.
Peneliti : Apa tujuan dan Visi Misi yang ada di Pondok Pesantren Tahfidz Annur
Rawalo Banyumas?
Pengasuh PonPes: Tujuannya ingin berusaha mencetak santri-santri atau generasi penerus
Banyumas
tersebut?
Apriyansyah saya dari purwakarta saya mulai mondok dari tahun 2019
Santri : Pertama Praktik membaca al-Qur’an yang mengajarkan itu dari beliau
pendidikannya.
sidamulih?
dan menulis al-Qur’an di TPQ Annur dan untuk menghafalkan itu sudah
rawalo banyumas.
77
Santri : Dimulai di anak-anak TPQ di bawah 12 tahun yang dimulai di iqra’ dan
al-Qur’an dan menulis yang diajarkan oleh ustadz ustadzah dan ketika
almufti alhafidz.
menulis?
Peneliti : kemudian harapan dan tujuannya yang ingin dicapai dalam praktik
dengan lancer saya bisa memberikan manfaat kepada orang lain dan
firdausnya alloh.
78
BAB VI
Pondok Pesantren Tahfidz Annur Sidamulih yang diterapkan dalam teori resepsi
wawancara maka penulis membagi dua bentuk sifat pemaknaan, yaitu yang
agama. Seperti yang telah diungkapkan sebagian santri Tahfidz Annur Sidamulih
seperti ini:
“yang saya pahami dari resepsi al-Qur’an adalah pada intinya diwajibkan
bagi kaum mukminin untuk belajar dan mengajar terhadap kitab suci al-Qur’an
Peneliti merupakan santri yang tergolong santri rajin membaca dan menulis atau
intelektual yang kritis. Adapun pernyataan tambahan dari santri atau warga
79
seperti ini:
yang sering diberikan oleh para ustadz ustadzah di media online maupun offline
tentang ilmu keagamaan Islam seperti contoh qiro’ah dan murrotal maupun
pengajian.”
santri dan warga sekitar pondok, maka peneliti mengumpulkan menjadi beberapa
kelompok, ada yang sudah paham tentang resepsi al-Qur’an dan ada juga yang
hanya mengikuti sesuai apa yang dilihatnya. Dibawah ini adalah respon dari
beberapa santri dan warga sekitar Pondok Pesantren Tahfidz Annur Sidamulih
Rawalo Banumas.
Untuk ungkapan jawaban dari salah satu santri yang tergolong sudah paham
menganut dengan pelajaran yang ada di al-Qur’an berarti harus memiliki tingkah
laku yang baik tidak semena-mena, dengan kata lain itu tidak bar-bar.
Sedangkan dari segi pemakaian, jangan asal memakai al-Qur’an namun ada tata
Ungkapan tersebut merupakan jawaban dari santri yang sudah lawaz di Pondok
respon dan tanggapan yang disampaikan oleh beberapa warga yang sering
mengikuti kegiatan di pondok yang masih belum tau adanya resepsi al-Qur’an
seperti ini:
“Saya tidak tahu bahwa ada makna yang melekat dibalik pembelajaran al-
Qur’an, tapi saya hanya mengikuti yang lain saja hanya mempelajari cara
membaca dan menghafalkannya tidak memahami ap aitu makna dari pada al-
Jawaban diatas adalah jawaban dari warga yang sebelumnya belum pernah
mondok dan hanya mengikuti kegiatan saja yang juga mempunyai kesamaan
tergbagi menjadi teori objektif yaitu makna yang ditemukan oleh konteks sosial
Qur’an oleh santri maupun warga sekitar Pondok Pesantren Tahfidz Annur
Banyumas
81
Dalam sub bab ini, penulis akan memfokuskan mengenai pemahaman para santri
terhadap makna resepsi al-Qur’an. Selanjutnya, disini penulis mengambil objek penelitian
(sumber penelitian). Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu santri dan warga
sekitar Pondok Pesantren Tahfidz Annur Sidamulih Rawalo Banyumas, yang mana
peneliti ingin mengungkapkan pemahaman santri terhadap penjelasan tetang resepsi al-
berisi 3 pertanyaan, yang terbagi pada beberapa peran orang. Dari sekian banyak orang
dari santri maupun warga yang diteliti ada 10 santri putra dan putri atau ada beberapa
yang luhur bagi kaum muslimin wal muslimat, satu langkah untuk kesempurnaan ibadah
dan kesempurnaan akhlak. Dan bukan berarti bahwa orang yang tidak membaca atau
menghafalkan al-Qur’an itu pasti orang yang tidak baik akhlaknya. Tapi dengan
mempelajari al-Qur’an menjadi salah satu usaha untuk menuju kesempurnaan akhlak,
Perilaku social adalah perilaku yang didapatkan. Perilaku tidak ada sejak manusia
terhadap keinginan dan harapan orang lain terhadap dirinya, sehingga dapat dikatakan
Bagi Santri dan Warga sekitar pondok pesantren Tahfidz Annur Sidamulih Rawalo
Banyumas, resepsi al-Qur’an mempunyai arti dan makna yang beragam, ada santri yang
menganggap bahwa resepsi al-Qur’an bahwa sebatas pedoman hidup atau hanya bacaan
Santri dan Warga Pondok Pesantren Tahfidz Annur Sidamulih Rawalo Banyumas
dalam memakai al-Qur’an untuk media pembelajaran yang mempunyai dan memberikan
persepsi masing-masing dari yang ada di Pondok Pesantren Tahfidz Annur Sidamulih, ada
yang menganggap bahwa al-Qur’an sebatas bacaan, ada juga yang memang ini suatu
Seperti yang diungkapkan oleh Khoerul Anwar santri ndalem Pondok Pesantren
“al-Qur’an menurut saya adalah tuntunan untuk menuju kebahagiaan dunia dan
cara praktik yang ada di dalam Pondok Pesantren Tahfidz Annur Sidamulih dengan tata
cara tersendiri akan berbeda dengan orang yang hanya membaca biasa saja. Santri dan
Warga yang melihat santri mempelajari al-Qur’an dari cara membaca menulis maupun
menghafalkan sehingga sering digunakan untuk media pengobatan dari santri dan warga
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
empat ragam yaitu: (1) resepsi eksegesis yang termanifestasikan dalam kegiatan
maupun ruang tamu pondok, (3) resepsi fungsional yang terwujud dalam
Objektif adalah makna yang ditemukan oleh konteks social dimana tindakan
ekspresif adalah makna yang ditunjukkan oleh actor atau pelaku tindakan.
keilmuan mereka yang ditunjukkan santri dari resepsi fungsional adalah sebagai
ekspresif yang melekat dalam resepsi eternalis al-Qur’an adalah (1) sebagai
hiburan religious, (2) sebagai sarana untuk bermunajat kepada Allah Swt, (3)
sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt., dan (4) sebagai
Al-Qur’an, para aktor atau pelaku resepsi tidak menyadari bahwa makna
peneliti, ragam praktik tersebut sejatinya telah ada zaman dahulu, sedangkan
dalam konteks zaman ini, ragam resepsi al-Qur’an merupakan kitab suci yang
selaras dengan zaman, lintas tempat, ras, suku, dan bangsa, serta sebagai bukti
B. Saran-saran
penulis masih memiliki banyak kekurangan. Menurut penulis ada beberapa hal
yang menjadi catatan bagi pihak akademis dan peneliti selanjutnya seperti
kelebihan dan kekurangan yang ada didalamnya. Penulis berharap penelitian ini
dapat dilanjutkan dan bahkan dikaji ulang oleh para peneliti selanjutnya
sehingga tampak jelas apa yang belum penulis temukan dalam penelitian.
86
DAFTAR PUSTAKA
Ahimsa, Heddy Shri. The Living Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi.
Jurnal Walisongo, 2012.
Al-Baihaqi. Dalail al-Nubuwwah Juz II. Kairo: Dari al-Kutb al-‘Ilmiyyah. 1408.
Al-Qurthubi, Syamsuddin. al- Ja>mi’ al Ahk{a>m al-Qur’a>n Juz XVIII. Riyadh:
Dar Al-Qalam Al-Kutb. 1423.
Amstrong, Karen. Sejarah Tuhan cet. X. terj. Zaimul Am. Bandung: Mizan. 2014.
Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta. 2013.
Asnawi, Muh. dkk. Sejarah Kebudayaangkatan Islam 1; Mengurangi Hikmah
Peradaban Islam. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2012.
as-Suyuthi, Jalaludin Muhammad bin Ahmad Al-Mahali san Jalaluddin
Abdurrahman bin Abi Bakar. Tafsir Jalalain. t.k: Al-Haramain Jaya
Indnesia. 2007.
as-Suyuthi, Jalaludin. al-Itqan fi ‘Ulumi Al-Qur’an. Kairo: Dar al-Fikr. t.th.
Baum, Grefory. Agama dalam Bayang-bayang Relativism: Agama. Kebenaran.
dan Sosiologi Pengetahuan. terj. Achmad Murtajib dan Masyhuri Arow.
Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. 1999.
Diambil dari aplikasi Gawami’ul Kalim. dalam kitab shahih muslim. hadis nomor
1345.
Farhurrosyid. “Tipologi Ideologi Resepsi Al-Qur’an di Kalangan Masyarakat
Sumenep Madura”. dalam Jurnal el-Harakah Vol. 12 No. 2 Tahun 2015.
Goldziher, Ignaz. Mazahib al-Tafsir al-Islami. Beirut: Dar al- Iqra’. 1403.
Gusnada, G. “Katam Kaji: Resepsi Al-Qur’an Masyarakat Pauh Kamang Mudiak
Kabupaten Agam”. dalam Jurnal Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur’an dan
Hadits. Vol. 1. No. 1. 2019.
Iqbal, Mansur Sirojuddin. Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung: Angkasa. 1987.
Iser, Wolfgang. The Act of Reading; A Theory of Aesthetic Response. Baltimore:
John Hopkins University Press. 1978.
Iswatunnisa, Khalida. Keserasian Bunyi Akhir dalam Al-Qur’an Surat Al-Insyirah
Surat Kajian Aspek Fonologi Terhadap Al-Qur’an. Skripsi Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun
2015.
Jannah, Imas Lu’lu "Resepsi Estetik Terhadap Al-Qur’an pada Lukisan Kaligrafi
Syaiful Adnan.” dalamJurnal Nun. vol.3. no.1. Tahun 2017.
Jaziroh, Ainun. “Resepsi Surat-surat Pilihan dalam Al-Qur’an Di Pondok
Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal”.
Manheim, Karl. Ideologi dan Utopia. Menyinkap Kaitan Pikiran dan Politik. terj.
F. Budi Hardiman. Yogyakarta: Kanisius. 1991.
Mansyur, M. dkk. Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis. Yogyakarta:
TH Press. 2007.
Mutaqim, Abdul dkk. Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis.
Yogyakarta: TH-Press. 2007.
Rachmat. Teori. Metode. dan Tekhnik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Putaka
Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. Teori. Metode. dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Putaka Pelajar. 2009.
87
Riyadi, Fahmi yang berjudul “Resepsi Umat atas Al-Qur’an: Membaca Pemikiran
Navid Kermani tentang Teori Resepsi Al-Qur’an”
Rofiq, Ahmad. “Pembacaan yang Atomistik terhadap Al-Qur’an: Antara
Penyimpangan dan fungsi”. dalam jurnal studi ilmu-ilmu Al-Qur’an dan
Hadis. vol. 5. no. 1. Januari 2004.
Santoso, Ibnu. “Resepsi Al-Qur’an dalam Berbagai Bentuk Terbitan.” dalam
Jurnal Humaniora Februari 2014. Diakses dari http://jurnal.ugm.ac.id.
Smith, Abdul Rahman bin ed. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: CV Asy-
Syifa. 1999.
Sudarmoko, Imam. “The Living Qur’an: Studi Kasus Tradisi Sema’an Al-Qur’an
Sabtu Legi di Masyarakat Sooko Ponorogo”. Tesis Program Magister
Studi Ilmu Agama Islam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Tahun
2016.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif. Kualitatif dan R&G.
Bandung: Alfabeta. 2015.
Wahid, M. Abduh. “Tafsir Liberatif Farid Esack”. dalam Tafsere Tahun 2016.
Zaid, Nashr Hamid Abu. Teks Otoritas Kebaruan. terj. Sunarwoti Dema.
Yogyakarta: LkiS. 2003.
Zaman, Akhmad Roja Badrus. “Resepsi Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Karangsuci Purwokerto.” Skripsi Fakultas Ushuluddin Adab dan
Humaniora IAIN Purwokerto tahun 2019.
Imam Sudarmoko, “The Living Qur’an: Studi Kasus Tradisi Sema’an Al-Qur’an
Sabtu Legi di Masyarakat Sooko Ponorogo”. Tesis Program Magister Studi
Ilmu Agama Islam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Tahun 2016.
Iqbal Mansur Sirojuddin, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung: Angkasa, 1987)
as-Suyuthi Jalaludin, al-Itqan fi ‘Ulumi Al-Qur’an, (Kairo: Dar al-Fikr, t.th.)
Rofiq Ahmad, “Pembacaan yang atomistik terhadap Al-Qur’an; Antara
Penyimpangan dan Fungsi,” dalam Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadis,
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1 Januari 2014.
Ahmad Rofiq, “Pembacaan yang atomistik terhadap Al-Qur’an”.,
Mutaqim Abdul dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis,
(Yogyakarta: TH-Press, 2007)
bin Ahmad Al-Mahali san Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar as-Suyuthi
Jalaludin Muhammad, Tafsir Jalalain, (t.k: Al-Haramain Jaya Indnesia,
2007)
Abu Bakar Sahabat datang ke kediaman Abdullah bin Mas’ud disaat beliau sakit
menjelang akhir hayatnya, seraya menawarkan harta sebagai bekal
keturunan Abdullah bin Mas’ud seraya berkata, “Sepeninggalku kelak, aku
telah mengajarkan suatu surat Al-Qur’an kepada putra-putriku yang-jika
dibaca secara intensif oleh mereka-tidak akan bisa ditimpa kefakiran
selamanya, yaitu surat Al-Waqi’ah,” Lihat Syamsuddin Al-Qurthubi, al-
Ja>mi’ al Ahk{a>m al-Qur’a>n Juz XVIII, (Riyadh: Dar Al-Qalam Al-
Kutb, 1423)
Asnawi Muh. dkk, Sejarah Kebudayaangkatan Islam 1; Mengurangi Hikmah
Peradaban Islam, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2012)
Mutaqim Abdul dkk, Metodologi Penelitian Livig Qur’an dan Hadis
Mansyur M. dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:
TH Press, 2007)
88
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Diri
1. Nama : Mohammad Fathu Rozaki
2. NIM : 1801024
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Tempat/Tanggal lahir : Banyumas, 17 April 2001
5. Alamat : Tipar, RT 01/ RW 01, Rawalo, Banyumas
6. Nama Ayah : Mu’alim (Alm)
7. Nama Ibu : Surtinah (Almh)
8. No. Telp : 08886469090
9. Email : fathurozaki12345@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. TK Pertiwi 3 Tipar (2006)
b. SD Negeri 3 Tipar (2012)
c. MTs Miftahul Huda Pesawahan (2015)
d. MA Takhosus Miftahul Huda Rawalo (2018)
2. Pendidikan Non-Formal
a. Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas
b. Pondok Pesantren Tahfidz Annur Sidamulih Rawalo
Banyumas
NIM: 1801024
94
DOKUMENTASI
Gambar 7. Dewan Pengasuh dan Para Santri Putra dan Santri Putri
Tahfidz Annur Sidamulih Rawalo Banyumas
99