Contoh Tugas Harian Pelatihan IVA
Contoh Tugas Harian Pelatihan IVA
Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI
Pemberian imunisasi HPV telah dilakukan melalui program demonstrasi imunisasi HPV sejak
tahun 2016-2019 kemudian dilanjutkan dengan perluasan di 5 provinsi dan 11 kab/kota selama
tahun 2020-2024.
Deteksi Dini : deteksi dini dilakukan untuk menemukan lesi pra kanker serta stadium dini kanker
leher rahim dan kanker payudara serta tindaklanjutnya. Sasaran deteksi dini adalah perempuan
usia 30-50 tahun, khusus untuk kanker leher rahim dengan riwayat hubungan seksual.
Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan melalui metode SADARI dan SADANIS, USG
payudara, FNAB, mammografi. SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan pada hari ke 7
hingga hari ke 10 menstruasi, sedangkan SADANIS dilakukan setiap 3 tahun sekali atau lebih
cepat apabila ditemukan kelainan pada SADARI. Pada perempuan dengan usia diatas 40 tahun
dianjurkan dilakukan SADANIS setiap tahun. Sementara itu, mammografi dilakukan pada
perempuan usia 40-50 tahun setiap 2 tahun sekali dan pada perempuan usia di atas 50 tahun
setiap 1 tahun sekali.
Untuk deteksi dini kanker leher rahim dilakukan dengan metode IVA, papsmear, tes HPV sesuai
dengan kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan. Tindaklanjut deteksi dini kanker leher rahim
atau hasil IVA dengan temuan lesi pra kanker dilakukan dengan krioterapi, TCA, LEEP (Loop
Electrosurgical Excision Procedure), LLETZ (Large Loop Electrocauter of the Transfomation
Zone) atau metode lain.
Pengobatan: hasil diagnosis kanker leher Rahim dan kanker payudara dilakukan pengobatan
sesuai dengan PNPK dan PPK yang berlaku.
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI
kelompok perempuan usia 30-50 tahun tersebut dan melakukan tatalaksana pada kunjungan yang
sama (Single Visite Approach / Screen and Treat).
SADANIS
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan
penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara, yang penyebabnya tidak diketahui secara
pasti.
Pada kelompok risiko tinggi sangat penting untuk dilakukan deteksi dini berupa SADARI
(pemerikSAan payuDAra sendiRI), SADANIS (PemerikSAan PayuDAra secara KliNIS) oleh
tenaga medis, dan mamografi setiap tahun.
Tindaklanjut PIS PK
Pelaksanaan Program Sehat dengan Pendekatan keluarga (PIS-PK) merupakan kegiatan
terintegrasi pendekatan akses pelayanan kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pembiayaan
serta sarana prasarana termasuk program upaya kesehatan masyarakat dan perseorangan yang
mencakup seluruh keluarga dalam wilayah kerja Puskesmas dengan memperhatikan manajemen
puskesmas. sehingga semua pihak bertanggung jawab terhadap terlaksananya PIS-PK.
Rujukan UKBM
Peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan UKM strata pertama diwujudkan
melalui berbagai upaya yang dimulai dari diri sendiri, keluarga sampai dengan upaya kesehatan
bersama yg bersumber masyarakat (UKBM). Saat ini telah berhasil dikembangkan berbagai
bentuk UKBM, seperti Posyandu, Posbindu, Polindes, Pos Obat Desa, Pos Upaya Kesehatan
Kerja, Dokter Kecil dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI
Kanker Payudara
Target terapi
Immunoterapi
Pencegahan:
1. Pencegahan Primer
⚫ Pentingnya edukasi tentang gaya hidup sehat dan bersih.
⚫ Menyampaikan bahaya karsinogenik seperti rokok dan alkohol.
2. Pencegahan Sekunder
⚫ Penapisan (screening) melalui mammografi dan SADARI (PemerikSAan PayuDAra
⚫ Penemuan dini (early diagnosis) dengan melakukan pemeriksaan mammografi, Ultrasonografi
dan SADANIS (PemerikSAan PayuDAra oleh TeNaga medIS) ketika merasakan ada gejala atau
minimal setiap 1 tahun sekali.
3. Pencegahan tersier. Pencegahan tersier, meliputi:
⚫ Melakukan diagnosis dan terapi dimana standar untuk pengobatan kanker meliputi; operasi,
radiasi, kemoterapi dan hormonal yang disesuaikan dengan indikasi patologi dan dokter ahli.
⚫ Melalui pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker.
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI
o Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk menekan payudara kiri
dengan ketiga jari tengah (ujung jari telunjuk, tengah, manis). Mulailah dari daerah
puting susu dan gerakan ketiga jari tersebut dengan gerakan memutar di seluruh
permukaan payudara.
o Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk memeriksa daerah
yang berada di antara payudara, di bawah lengan dan dan di bawah tulang selangka.
Angkat lengan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk payudara sebelah kanan
dengan menggunakan tangan kiri.
o Jika payudara biasanya memiliki benjolan, harus diketahui berapa banyak benjolan yang
teraba beserta lokasinya. Bulan berikutnya, harus diperhatikan apakah terdapat perubahan
ukuran maupun bentuk benjolan tersebut dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Deteksi Dini Kanker Payudara dengan Metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS)
Pemeriksaan Payudara Klinis Oleh Tenaga Medis Terlatih (SADANIS).
- Pada perempuan sejak pertama mengalami haid dianjurkan melaksanakan SADARI, sedangkan
pada perempuan yang lebih tua dianjurkan SADANIS yang dilakukan setiap tiga tahun sekali.
Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat SADARI dianjurkan dilaksanakan
SADANIS sehingga dapat lebih dipastikan apakah ada kemungkinan keganasan.
- Pada perempuan berusia di atas 40 tahun, dilakukan SADANIS setiap tahun.
Dengan kemampuan dan kapasitas tenaga kesehatan di Puskesmas, apabila ditemukan tumor
pada payudara, petugas kesehatan harus merujuk ke pelayanan dengan fasilitas dan kemampuan
yang lebih tinggi seperti rumah sakit kabupaten/kota untuk mendapatkan konfirmasi diagnosis
dan tindak lanjut yang dIbutuhkan oleh pasien tersebut. Disadari bahwa upaya skrining yang
ideal yaitu dengan cara pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) oleh tenaga terlatih,
dilanjutkan dengan pemeriksaan USG dan atau Mammografi
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI
Infeksi HPV, terutama tipe 16 dan 18, merupakan penyebab utama (70%) kanker leher rahim.
HPV sendiri utamanya ditransmisikan melalui hubungan seksual.
2. Risiko minor - Onset seksual pada usia muda (< 20 tahun)
- Memiliki banyak pasangan seksual (baik perempuan maupun pasangannya)
- IMS (Infeksi Menular Seksual) berulang, antara lain : chlamydia, gonorrhea dan HIV/AIDS
- Merokok
- Defisiensi berbagai vitamin antioksidan A/C/D/E
- Penyakit atau kondisi yang menyebabkan imunosupresi, antara lain: HIV/AIDS dan
penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
Gejala dan Tanda (Symptoms and Signs)
Kanker leher rahim stadium awal umumnya tidak memberikan gejala. Pada stadium yang lebih
berat pun terkadang masih belum memberikan gejala, apalagi pada tahap prakanker (NIS).
Gejala dan tanda kanker leher rahim stadium awal umumnya tidak spesifik, misalkan keputihan
berulang, kadang-kadang disertai dengan perdarahan bercak. Pada umumnya tanda yang sangat
minimal ini sering diabaikan.
Pada kanker leher rahim tahap awal kemungkinan belum ada keluhan dan diagnosis ditemukan
secara kebetulan (skrining kesehatan penduduk).
Pada tahap lebih lanjut, dapat timbul keluhan-keluhan sebagai berikut :
- Perdarahan pervaginam diluar menstruasi
- Perdarahan kontak (perdarahan pasca senggama)
- Keputihan yang terus menerus yang dapat disertai perdarahan bercak
- Gangguan berkemih
- Gangguan defekasi
- Nyeri di perut bawah atau menyebar
- Bendungan pada tungkai (limfedema)
Metode Skrining dan Deteksi Dini
Terdapat 3 metode utama dalam program skrining dan deteksi dini kanker leher rahim, yaitu :
a. Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat), merupakan metode skrining yang sangat
sederhana, mudah, murah, terjangkau, praktis dan nyaman
b. Pap smear, merupakan pemeriksaan sitologi untuk mendeteksi sel abnormal leher rahim
dengan mikroskop oleh ahli patologi.
c. Tes DNA HPV yang secara prosedur pengambilan spesimennya hampir sama dengan pap
smear, namun ditujukan untuk mengetahui adanya infeksi HPV. Tes ini lebih akurat
dibandingkan dua metode sebelumnya.
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI
Pemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah pemeriksaan yang
pemeriksanya (dokter/bidan/paramedis) mengamati serviks yang telah diberi asam asetat/asam
cuka 3-5% secara inspekulo dan dilihat dengan penglihatan mata langsung (mata telanjang).
Pemeriksaan IVA pertama kali diperkenalkan oleh Hinselman (1925) dengan cara memulas
serviks dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam asam asetat 3—5%. Pemberian asam asetat
itu akan mempengaruhi epitel abnormal, bahkan juga akan meningkatkan osmolaritas cairan
ekstraseluler. Cairan ekstraseluler yang bersifat hipertonik ini akan menarik cairan dari
intraseluler sehingga membran akan kolaps dan jarak antarsel akan semakin dekat. Sebagai
akibatnya, jika permukaan epitel mendapat sinar, sinar tersebut tidak akan diteruskan ke stroma,
tetapi dipantulkan keluar sehingga permukaan epitel abnormal akan berwama putih, disebut juga
epitel putih.
Daerah metaplasia yang merupakan daerah peralihan akan berwarna putih juga setelah
pemulasan dengan asam asetat, tetapi dengan intensitas yang kurang dan cepat menghilang. Hal
ini membedakannya dengan proses prakanker yang epitel putihnya lebih tajam dan lebih lama.
menghilang karena asam asetat berpenetrasi lebih dalam sehingga terjadi koagulasi protein lebih
banyak. Jika makin putih dan makin jelas, makin tinggi derajat kelainan histologiknya. Demikian
pula, makin tajam batasnya, makin tinggi derajat kelainan jaringannya. Dibutuhkan satu sampai
dengan dua menit untuk dapat melihat perubahan-perubahan pada epitel.
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI
Penderita akan merasakan ketidaknyamanan yang ringan, nyeri atau merasa kram kira-kira 2-3
hari pasca tindakan. Kadang-kadang disertai pusing, gangguan sirkulasi dan rasa panas selama
tindakan atau segera setelah tindakan. Efek samping yang sering dialami adalah keputihan
setelah tindakan kira-kira selama 4 minggu. Komplikasi dari tindakan krioterapi minimal.
Perdarahan banyak dan pelvic inflamatory disease (PID) dilaporkan kurang dari 1%.
Penyebab kegagalan :
⚫ Lesi sudah menginvasi mencapai endoservik.
⚫ Lesi grade III yang cukup luas.
⚫ Usia pasien : semakin tua pasien semakin dalam CIN-Kriptoinvolvement.
⚫ Freezing yang tidak adekuat.
Efek samping dan komplikasi
Penderita akan merasakan ketidaknyamanan ringan, nyeri atau rasa kram kira kira 2-3 hari pasca
tindakan. Kadang-kadang disertai pusing, gangguan sirkulasi dan rasa panas selama tindakan
atau segera setelah tindakan. Efek samping yang sering dialami adalah keputihan setelah
tindakan kira-kira selama 4 minggu. Komplikasi dari tindakan krioterapi minimal. Perdarahan
banyak dan PID dilaporkan kurang dari 1%.
Memutus siklus tersebut adalah tujuan dari praktik-praktik PI. Sebagian besar praktik- praktik PI
bertujuan melindungi tenaga kesehatan (misal memakai sarung tangan atau pelindung mata)
membatasi akses ke tempat-tempat. Cuci tangan dan tindakan untuk memproses obyek tak hidup
dapat menghalangi metoda penularan dengan menghilangkan mikroorganisme. Terakhir, vaksin
dapat mengurangi kerentanan pejamu, dan mencegah penyakit bahkan jika pejamu terpapar.
Sebagian besar agen infeksius ditularkan melalui kontak dengan darah dan cairan tubuh, dan
sebagian besar infeksi dapat disebarkan sebelum muncul gejala. Oleh karena itu, sangat penting
bagi tenaga kesehatan untuk memperlakukan semua klien dan pasien seakan terinfeksi
(Blumenthal and McIntosh 1996). Kewaspadaan di bawah ini harus selalu digunakan oleh semua
tenaga kesehatan:
⚫ Cuci tangan rutin selama 10-15 detik sebelum dan setelah kontak dengan klien atau pasien—
satu cara yang paling praktis untuk mencegah penyebaran infeksi.
⚫ Pakai sarung tangan ketika menyentuh yang basah—kulit pecah, selaput mukosa, darah atau
cairan tubuh lain (sekresi atau ekskresi), peralatan dan sarung tangan yang terkontaminasi, dan
sampah medis.
⚫ Gunakan alat pelindung diri (pelindung mata, pelindung wajah dan dan Apron atau Hazmat
yang tidak tembus air).
⚫ Gunakan praktik kerja yang aman seperti memberikan alat tajam dengan aman; membuang
sampah medis dengan benar; dan tidak menutup kembali, mematahkan, atau membengkokkan
jarum, atau melepas jarum dari alat suntuk sebelum dibuang.
Tips Pencegahan Infeksi
Kewaspadaan PI harus menjadi bagian dari setiap prosedur. Pada klinik KIA dan KB, contohnya,
tindakan ginekologi, pemeriksaan dalam, dapat menyebabkan petugas terpapar cairan tubuh. Di
bawah ini adalah daftar praktik PI yang harus diikuti pada saat melakukan tes IVA atau
krioterapi:
⚫ Cuci tangan dengan sabun dan air secara merata setiap akan melakukan pemeriksaan.
⚫ Bila mungkin, minta klien membersihkan bagian genitalnya sebelum dilakukan pemeriksaan
dalam.
⚫ Gunakan peralatan dan sarung tangan DTT (atau steril). Sebagai alternatif, sarung tangan
periksa yang masih baru dapat digunakan.
⚫ Buang sampah dengan benar (kassa, kapas, sarung tangan sekali pakai).
⚫ Dekontaminasi peralatan dan bahan pakai ulang segera setelah digunakan
⚫ Cuci tangan dengan sabun dan air secara merata setelah melepas sarung tangan.
Tenaga kesehatan yang terpapar darah atau cairan tubuh lain harus diberi informasi lengkap
tentang pilihan pengobatan sehingga mereka bisa melakukan pilihan. Jika tersedia, agen
antiretroviral, seperti zidovudine (ZDV atau AZT), harus diberikan dalam waktu 1–2 jam setelah
paparan dengan risiko penularan tertinggi. Tenaga kesehatan harus mengetahui agen
antiretroviral apa yang tersedia dan dimana bisa memperolehnya.
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI
Pusat Kendali Penyakit AS (Centers for Disease Control) menganggap paparan berisiko tinggi
jika:
⚫ Luka pada tenaga kesehatan cukup dalam,
⚫ Jelas terlihat darah pada alat yang menyebabkan luka, atau
⚫ Luka tersebut disebabkan karena alat tersebut sebelumnya diletakkan di vena atau arteri klien.
Pengobatan harus dilanjutkan selama empat minggu. Semua petugas yang mungkin terpapar
harus segera dites minimal 6 (enam) minggu setelah terpapar, jika memungkinkan. Untuk
paparan yang tidak terlalu berisiko, profilaksis tidak dianjurkan.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah perlengkapan yang wajib digunakan untuk melindungu
pekerja dari bahaya yang bisa menyebabkan cedera atau penyakit serius terkait pekerjaannya
Unsur yang harus dipatuhi dalam penggunaan APD; yaitu:
Tetapkan indikasi penggunaannya dengan mempertimbangkan: resiko terpapa,
dinamika transmisi
Cara memakai yang benar
Cara melepas yang benar
Cara mengumpulkan setelah dipakai
PROSES PENCEGAHAN INFEKSI
Ada 3 langkah dasar untuk pemrosesan alat, sarung tangan, sarung tangan bedah dan bahan lain:
- Dekontaminasi
- Pencucian, dan
- Sterilisasi atai desinfeksi tingkat tinggi (DTT)
Promosi Kesehatan, dan Konseling Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
Suhartati, SST., M. Kes
Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara
dan meningkatkan kesehatannya (Pusat Promkes Depkes). Proses pemberdayaan tersebut
dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Artinya proses pemberdayaan tersebut
dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen
masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan sesuai sosial budaya setempat, artinya
sesuai dengan keadaan, permasalahan dan potensi setempat.
Pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan
perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.Pemasaran sosial (social
marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/ jasa melalui kampanye. Upaya
promosi kesehatan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran
informasi.Upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan.
7 Prinsip Strategi Global Promosi Kesehatan (WHO, 1984)
a. Perubahan Perilaku (behavior change;
b. Perubahan Sosial (social change);
c. Perubahan Lingkungan Fisik (environment change);
d. Pengembangan Kebijakan (policy development);
e. Pemberdayaan (empowerment);
f. Partisipasi Masyarakat (community participation);
g. Membangun Kemitraan (building partnership).
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim
Titi Hartati SE., M.Kes
Pencatatan dan pelaporan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim
merupakan bagian dari sistem pencatatan dan pelaporan PTM.
Pencatatan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim adalah pendokumentasian
kegiatan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim dalam bentuk tulisan, bisa berupa
tulisan, gambar, grafik atau suara, di atas kertas, file, usb,, pita suara atau media lainnya.
Pelaporan merupakan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Pelaporan deteksi dini kanker payudara
dan kanker leher rahim adalah catatan yang memberikan informasi kegiatan deteksi dini kanker
payudara dan kanker leher Rahim dan hasilnya disampaikan kepada pihak yang berwenang /
berkepentingan.
Secara bahasa, surveilans berasal dari bahasa Prancis “Surveilance” yang berarti mengawasi
atau mengamati. Pengamatan dilakukan secara terus-menerus terhadap masalah kesehatan
tertentu dan segala aspeknya dengan cara:
a. Pengumpulan data
b. Pengolahan, analis dan interpretasi
c. Menyebar luaskan informasi (diseminsi)
Apa kegunaan Data? Agar supaya kepada pihak-pihak yang berkepentingan yang perlu
mengetahuinya sehingga dapat dipergunakan untuk pencegahan dan pengendalian masalah
kesehatan.
Data yang berkualitas itu adalah data yang:
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI
1. Akurat
Data yang dikumpulkan sesuai dengan fakta, memiliki sumber yang pasif dan dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Data yang kita dapat itu yang kita catat, apa yang
kita catat itu yang akan kita laporkan.
2. Lengkap
Data yang dikumpulkan lengkap, urutan jelas sehingga waktu anlisis mudah mengambil
keputusan
3. Konsisten
Data yang dikumpulkan mengikuti DO yang seragam
4. Tepat waktu
Data yang dikumpulkan tepat pada waktunya
Penghitungan Sasaran:
- Jumlah populasi penduduk Wilayah Kerja Puskesmasn ….
- Jumlah perempuan = 50% x jumlah populasi =…
- Jumlah perempuan usia 30-50 tahun = 31% x jumlah perempuan = ….
- Target = 80% jumlah perempuan usia 30-50 tahun = ….
- Sasaran per tahun = target/ 3 =….
- Sasaran per bulan = sasaran per tahun/ 12 =….
- Sasaran per hari = sasaran per bulan/ 26 = ….
Penginputan :
Manual
Melalui aplikasi Sehat Indonesiaku