Anda di halaman 1dari 24

Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.

Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

Rabu 7 Desember 2022


Kebijakan Program Penanggulangan Kanker Leher Rahim Kanker Payudara
Dr. Putu Agustin Kusumawati, M. Kes
Angka kejadian kasus kanker payudara dan kanker leher rahim merupakan jenis kanker tertinggi
pada wanita di Indonesia, utamanya kanker payudara menduduki peringkat no.1, namun
prognosis akan baik bila ditemukan sedini mungkin
Permasalahan Kanker di Indonesia:
o Kanker terbanyak di Indonesia yaitu kanker payudara dengan angka kematian tertinggi
o Cakupan skrining masih rendah (8.29%)
o Baru 45% puskesmas melakukan deteksi dini kanker (laporan dinas kesehatan)
o Cakupan layanan paliatif baru 1% dari kebutuhan (imPACT 2018)
o 70% kasus kanker datang pada stadium lanjut (SIRS 2015)
o Waktu tunggu yang panjang (9-15 bulan) sejak didiagnosis sampai mendapatkan
terapi definitif (PERABOI)
Strategi Nasional Penanggulangan Kanker-Payudara di Indonesia (RAN Kanker 2022-2024)
1. Pillar I: Promosi Kesehatan
2. Pillar II: Deteksi Dini
3. Pillar III: Tatalaksana Kasus
Strategi Nasional Penanggulangan Kanker Leher Rahim di Indonesia (RAN Kanker 2022-2024)
1. Pillar I: Promosi Kesehatan
2. Pillar II: Deteksi Dini
3. Pillar III: Perlindungan Khusus
4. Pillar IV: Tata Laksana Kasus
Promosi Kesehatan: Kegiatan promosi kesehatan dilakukan kepada seluruh masyarakat dengan
tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang penanggulangan
kanker payudara dan kanker leher rahim. Promosi kesehatan dilakukan dengan strategi advokasi,
pemberdayaan masyarakat, dan kemitraan, baik oleh tenaga kesehatan, kader, individu, atau
kelompok masyarakat.
- Kampanye kenali kanker payudara dan kanker leher rahim serta faktor risikonya melalui
media sosial, media elektronik
- Edukasi perubahan gaya hidup sehat dengan menghindari zat karsinogenik, dan tidak
mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet, pewarna, penyedap, dan
pemanis buatan.
- Kolaborasi dengan lintas sektor
- Menggalang kemitraan dengan organisasi profesi dan penggiat kanker dalam mendorong
deteksi dini.
- Melibatkan Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat sebagai pionir dalam pengenalan
kanker payudara dan kanker leher rahim
- Perlindungan khusus : perlindungan khusus bertujuan untuk mencegah infeksi HPV
sebagai penyebab dari kanker leher rahim dengan memberikan kekebalan/imunisasi,
dengan sasaran pada anak perempuan usia kelas 5 (dosis pertama) dan 6 (dosis kedua)
SD/sederajat. Kegiatan imunisasi HPV dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di FKTP
yang terintegrasi dengan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

Pemberian imunisasi HPV telah dilakukan melalui program demonstrasi imunisasi HPV sejak
tahun 2016-2019 kemudian dilanjutkan dengan perluasan di 5 provinsi dan 11 kab/kota selama
tahun 2020-2024.
Deteksi Dini : deteksi dini dilakukan untuk menemukan lesi pra kanker serta stadium dini kanker
leher rahim dan kanker payudara serta tindaklanjutnya. Sasaran deteksi dini adalah perempuan
usia 30-50 tahun, khusus untuk kanker leher rahim dengan riwayat hubungan seksual.
Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan melalui metode SADARI dan SADANIS, USG
payudara, FNAB, mammografi. SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan pada hari ke 7
hingga hari ke 10 menstruasi, sedangkan SADANIS dilakukan setiap 3 tahun sekali atau lebih
cepat apabila ditemukan kelainan pada SADARI. Pada perempuan dengan usia diatas 40 tahun
dianjurkan dilakukan SADANIS setiap tahun. Sementara itu, mammografi dilakukan pada
perempuan usia 40-50 tahun setiap 2 tahun sekali dan pada perempuan usia di atas 50 tahun
setiap 1 tahun sekali.
Untuk deteksi dini kanker leher rahim dilakukan dengan metode IVA, papsmear, tes HPV sesuai
dengan kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan. Tindaklanjut deteksi dini kanker leher rahim
atau hasil IVA dengan temuan lesi pra kanker dilakukan dengan krioterapi, TCA, LEEP (Loop
Electrosurgical Excision Procedure), LLETZ (Large Loop Electrocauter of the Transfomation
Zone) atau metode lain.
Pengobatan: hasil diagnosis kanker leher Rahim dan kanker payudara dilakukan pengobatan
sesuai dengan PNPK dan PPK yang berlaku.
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

Kamis 8 Desember 2022


Penguatan Capaian Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim
dr. H. Muhammad Ridwan, M.Si
STRATEGI:
o Kenali “Medan” (Besar Sasaran, Kultur, Figur, Struktur)
o Identifikasi sumber daya tersedia
o “Close the Gap”
o Pencatatan
o Evaluasi
Kegiatan:
 Kampanye Kesehatan
 Pengadaan sarpras
 Pelatihan SDM
 Dukungan Pembiayaan
 Pandu/ Integrasi Program
 Regionalisasi
 Jemput bola “nakes aktif untuk mencari sasaran”
Tes IVA
Kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim yang merupakan bagian
terendah dari badan rahim yang menonjol ke puncak liang vagina. Sejumlah faktor risiko (ko-
faktor) yang berhubungan dengan perkembangan kanker leher rahim diantaranya adalah:
 Memiliki pasangan seksual multiple (perempuan atau pasangannya).
 Pertama kali hubungan seksual saat usia muda < 20 tahun.
 Infeksi Menular Seksual (IMS) berulang, antara lain : Klamidia, gonore, dan sebagainya.
 Penderita HIV/AIDS.
 Merokok/terpapar asap rokok; dan atau
 Malnutrisi atau defisiensi beberapa vitamin anti-oksidan (vitamin C, E, dan lain-lain).
Skrining dan deteksi dini kanker leher rahim dapat dilaksanakan dengan cara atau metode
yang mudah dan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan di tingkat dasar sekalipun dengan
pemeriksaan :
a) IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat); ATAU
b) Pap smear (sitologi).
Namun terkait rendahnya akurasi papsmear sebagai metode skrining tunggal yang
berdampak pada tingginya angka negatif palsu, maka lebih disarankan pemeriksaan IVA sebagai
metode skrining nasional karena sangat sensitif dan akurat, lebih praktis, dan sangat ekonomis,
sehingga akselerasi cakupan skrining di Indonesia dapat lebih cepat tercapai.
Sasaran skrining kanker payudara dan kanker leher rahim adalah kelompok perempuan usia 30-
50 tahun yang sudah melakukan hubungan seksual. Pada hasil IVA yang negatif, disarankan
untuk pemeriksaan IVA ulang 3-5 tahun kemudian, sedangkan pada hasil IVA yang positif akan
dilakukan tindakan lanjutan (treat) berupa krioterapi atau TCA (Trichloroacetic Acid) sesuai
dengan fasilitas yang tersedia. Tindakan lanjutan (treat) ini dilakukan oleh dokter umum di
Puskesmas/FKTP.
Dengan kata lain, Puskesmas/FKTP dan jajarannya sebagai ujung tombak pelayanan dasar di
masyarakat dapat melakukan upaya skrining dan deteksi dini kanker leher rahim terhadap
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

kelompok perempuan usia 30-50 tahun tersebut dan melakukan tatalaksana pada kunjungan yang
sama (Single Visite Approach / Screen and Treat).
SADANIS
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan
penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara, yang penyebabnya tidak diketahui secara
pasti.
Pada kelompok risiko tinggi sangat penting untuk dilakukan deteksi dini berupa SADARI
(pemerikSAan payuDAra sendiRI), SADANIS (PemerikSAan PayuDAra secara KliNIS) oleh
tenaga medis, dan mamografi setiap tahun.
Tindaklanjut PIS PK
Pelaksanaan Program Sehat dengan Pendekatan keluarga (PIS-PK) merupakan kegiatan
terintegrasi pendekatan akses pelayanan kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pembiayaan
serta sarana prasarana termasuk program upaya kesehatan masyarakat dan perseorangan yang
mencakup seluruh keluarga dalam wilayah kerja Puskesmas dengan memperhatikan manajemen
puskesmas. sehingga semua pihak bertanggung jawab terhadap terlaksananya PIS-PK.
Rujukan UKBM
Peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan UKM strata pertama diwujudkan
melalui berbagai upaya yang dimulai dari diri sendiri, keluarga sampai dengan upaya kesehatan
bersama yg bersumber masyarakat (UKBM). Saat ini telah berhasil dikembangkan berbagai
bentuk UKBM, seperti Posyandu, Posbindu, Polindes, Pos Obat Desa, Pos Upaya Kesehatan
Kerja, Dokter Kecil dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

Kanker Payudara

Dr. dr. Made Christian Binekada, M. Repro, Sp.B (K) Onk


Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari
epitel, duktus maupun lobulusnya. Payudara merupakan organ yang mulai tumbuh sejak minggu
keenam masa embrio berupa penebalan pada ectodermal sepanjang milk line yang terletak dari
aksila sampai pertengahan lipatan paha. Dalam perkembangannya pertumbuhan di milk line itu
akan menjadi rudimenter dan hanya menetap di daerah dada saja. Kelenjar payudara menjadi
fungsional saat pubertas dan akan memberikan respons terhadap estrogen pada perempuan.
Kelenjar payudara mencapai puncak perkembangan saat hamil dan berfungsi memproduksi air
susu setelah melahirkan. Selanjutnya payudara mengalami involusi saat menopause.
Di Indonesia kanker payudara merupakan kanker pertama tertinggi pada perempuan
dengan kasus baru kanker payudara mencapai 65.858 perempuan, merupakan 16,6% dari kasus
baru seluruh kanker di Indonesia (396.914 orang) dan menjadi 30,8% dari seluruh kasus kanker
baru pada perempuan (213.546 kasus kanker baru perempuan). Dengan angka kematian 22.430
orang (9,6%) dari seluruh kematian akibat kanker di Indonesia.(Globocan,
WHO,Indonesia,2020).
WASPADA KANKER
W : Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau gangguan
A : Alat pencernaan terganggu dan susah menelan
S : Suara serak dan batuk yang tidak sembuh-sembuh
P : Payudara, atau tempat lain ada benjolan atau tumor
A : Andeng-andeng yang berubah sifatnya, menjadi makin besar dan gatal
D : Darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh
A : Adanya koreng atau borok yang tidak mau sembuh-sembuh
Sel Kanker:
 Heterogenitas
 Tumbuh autonum (immortal)
 Mendesak atau merusak sel-sel normal sekitarnya
 Dapat bergerak sendiri (metastase)
Penyebab dari Ca Mamae belum diketahu secara pasti apa penyebabnya. Namun ada beberapa
penyebab yang diduga pemicu timbulnya Kanker Payudara:
 Younger ( 47,5 yo)
 Thin
 Multipara
 Lactation >
 Low level economic
 Late Menarche
 Early Menopause
 Fam History ?
Faktor risiko yang utama berhubungan dengan keadaan hormonal (estrogen dominan) dan
genetik. Penyebab terjadinya keadaan estrogen dominan dapat terjadi karena beberapa faktor
risiko tersebut di bawah ini dan dapat digolongkan berdasarkan:
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

1. Faktor yang berhubungan dengan diet yang berdampak negatif seperti:


a. Peningkatan berat badan yang berlebihan terutama setelah menopause.
b. Peningkatan tinggi badan yang tepat pada masa pubertas.
c. Makanan cepat saji yang banyak mengandung lemak jenuh dan gula.
d. Minuman beralkohol.
Faktor risiko yang mempunyai dampak positif seperti:
a. Peningkatan konsumsi serat.
b. Peningkatan konsumsi buah dan sayur.
2. Hormon dan Faktor Reproduksi
a. Menarche atau haid pertama pada usia mudah (kurang dari 12 tahun).
b. Melahirkan anak pertama pada usia lebih tua (di atas 35 tahun).
c. Menopause pada usia yang lebih tua (di atas 50 tahun).
d. Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama (>7 tahun).
e. Infertilitas.
f. Tidak menyusui.
3. Radiasi pengion pada saat pertumbuhan payudara.
4. Faktor genetik
5. Pernah menderita kanker payudara
6. Riwayat adanya tumor jinak
Pertumbuhan Sel Kanker:
Fasenya ada 4:
a) Induksi : 15-30 tahun
b) Insitu: 5-10 tahun
c) Invasive: 1-5 tahun
d) Diseminasi: 1-5 tahun
Pemeriksaan radiodiagnostik:
1. USG Payudara
2. Mamografi
3. MRI Payudara
4. Pemeriksaan penunjang untuk mencari metastasis:
- USG Abdomen
- Foto Thorax
- Bone scan
- Bila diperlukan CT Scan, MRI atau PET scan
Pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan perkiraan
metastasis. Tidak ada peranan pemeriksaan tumor marker untuk diagnostik kanker payudara.
Penentuan terapi utama pada kanker payudara dilakukan hanya setelah didapatkan diagnostik
definitif kanker meliputi diagnosis histopatologi, sifat biologi tumor serta stadium yang tepat.
Modalitas terapi pada kanker payudara:
 Pembedahan
 Radiasi
 Kemoterapi
 Terapi hormonal
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

 Target terapi
 Immunoterapi
Pencegahan:
1. Pencegahan Primer
⚫ Pentingnya edukasi tentang gaya hidup sehat dan bersih.
⚫ Menyampaikan bahaya karsinogenik seperti rokok dan alkohol.
2. Pencegahan Sekunder
⚫ Penapisan (screening) melalui mammografi dan SADARI (PemerikSAan PayuDAra
⚫ Penemuan dini (early diagnosis) dengan melakukan pemeriksaan mammografi, Ultrasonografi
dan SADANIS (PemerikSAan PayuDAra oleh TeNaga medIS) ketika merasakan ada gejala atau
minimal setiap 1 tahun sekali.
3. Pencegahan tersier. Pencegahan tersier, meliputi:
⚫ Melakukan diagnosis dan terapi dimana standar untuk pengobatan kanker meliputi; operasi,
radiasi, kemoterapi dan hormonal yang disesuaikan dengan indikasi patologi dan dokter ahli.
⚫ Melalui pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker.
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

Deteksi Dini Kanker Payudara


dr. Hj. Wiwi Sri Widhowati. M. Kes
Upaya deteksi dini kanker payudara adalah upaya untuk mendeteksi dan mengidentifikasi
secara dini adanya Kanker Payudara, sehingga diharapkan dapat diterapi dengan teknik yang
dampak fisiknya kecil dan punya peluang lebih besar untuk sembuh. Upaya ini sangat penting,
sebab apabila Kanker Payudara dapat dideteksi pada stadium dini dan diterapi secara tepat maka
tingkat kesembuhan yang cukup tinggi (80-90%). Skrining pada negara maju seperti Amerika,
Inggris, dan Belanda dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan ultrasonografi dan
mamografi, karena sumber daya di negara- negara itu cukup memadai untuk melakukan program
tersebut, sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia, skrining secara massal dengan
Ultrasonografi dan Mammografi belum memungkinkan untuk dilakukan.
Penemuan dini dimulai dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang perubahan
bentuk atau adanya kelainan di payudara mereka sendiri, dengan cara memasyarakatkan program
SADARI bagi semua perempuan dimulai sejak usia subur, sebab 85% kelainan di payudara
justru pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan skrining massal. SADARI
sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke-7-10, terhitung mulai hari-pertama
haid). Pemeriksaan dilakukan setiap bulan sejak umur 20 tahun.
Sebaiknya pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan oleh setiap perempuan
tiap bulan dimulai pada usia 20 tahun atau sejak menstruasi. Pemeriksaan klinis oleh tenaga
kesehatan terlatih sebaiknya dilakukan pada perempuan berusia 30-50 tahun setiap 3 tahun
sekali, kecuali bagi mereka yang memiliki faktor risiko, pemeriksaan Mammografi dilakukan 2
tahun sekali pada perempuan usia 40-50 tahun dan 1 tahun sekali pada perempuan >50 tahun
kecuali yang mempunyai faktor risiko. Pemeriksaan payudara dilakukan pada hari ke-7-10 yang
di hitung sejak hari ke-1 mulai haid (saat payudara sudah tidak mengeras dan nyeri) atau bagi
yang telah menopause pemeriksaan dilakukan dengan memilih tanggal yang sama setiap
bulannya (misalkan setiap tanggal 1 atau tanggal lahirnya).
Cara Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
o Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan di sisi tubuh dan
lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat perubahan dalam hal ukuran, bentuk
atau warna kulit, atau jika ada kerutan lekukan seperti lesung pipi pada kulit.
o Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan di atas kepala,
dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan agar otot dada
berkontraksi. Bungkukkan badan untuk melihat apakah kedua payudara menggantung
seimbang.
o Dengan lembut tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk
melihat apakah ada cairan yang keluar. Kemudian, dilakukan perabaan payudara.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil berdiri atau berbaring. Jika memeriksa payudara
sambil berbaring, diletakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan
diperiksa.
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

o Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk menekan payudara kiri
dengan ketiga jari tengah (ujung jari telunjuk, tengah, manis). Mulailah dari daerah
puting susu dan gerakan ketiga jari tersebut dengan gerakan memutar di seluruh
permukaan payudara.
o Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk memeriksa daerah
yang berada di antara payudara, di bawah lengan dan dan di bawah tulang selangka.
Angkat lengan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk payudara sebelah kanan
dengan menggunakan tangan kiri.
o Jika payudara biasanya memiliki benjolan, harus diketahui berapa banyak benjolan yang
teraba beserta lokasinya. Bulan berikutnya, harus diperhatikan apakah terdapat perubahan
ukuran maupun bentuk benjolan tersebut dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Deteksi Dini Kanker Payudara dengan Metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS)
Pemeriksaan Payudara Klinis Oleh Tenaga Medis Terlatih (SADANIS).
- Pada perempuan sejak pertama mengalami haid dianjurkan melaksanakan SADARI, sedangkan
pada perempuan yang lebih tua dianjurkan SADANIS yang dilakukan setiap tiga tahun sekali.
Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat SADARI dianjurkan dilaksanakan
SADANIS sehingga dapat lebih dipastikan apakah ada kemungkinan keganasan.
- Pada perempuan berusia di atas 40 tahun, dilakukan SADANIS setiap tahun.
Dengan kemampuan dan kapasitas tenaga kesehatan di Puskesmas, apabila ditemukan tumor
pada payudara, petugas kesehatan harus merujuk ke pelayanan dengan fasilitas dan kemampuan
yang lebih tinggi seperti rumah sakit kabupaten/kota untuk mendapatkan konfirmasi diagnosis
dan tindak lanjut yang dIbutuhkan oleh pasien tersebut. Disadari bahwa upaya skrining yang
ideal yaitu dengan cara pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) oleh tenaga terlatih,
dilanjutkan dengan pemeriksaan USG dan atau Mammografi
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

Kanker Leher Rahim


dr. Hasmirah, M. Kes
Kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita di seluruh dunia.
Kanker ini adalah jenis kanker keempat yang paling umum pada perempuan. Menurut WHO
tahun 2018, tanpa mengambil tindakan pencegahan, jumlah tahunan kasus baru kanker leher
rahim diperkirakan akan meningkat dari 570.000 menjadi 700.000 antara 2018 dan 2030,
sementara jumlah kematian tahunan diproyeksikan meningkat dari 311.000 menjadi 400.000.
Berdasarkan data Globocan tahun 2020, di Indonesia kanker leher rahim merupakan keganasan
ke-2 terbesar pada wanita, dengan insidens 24,4 per 100.000 penduduk dengan angka kematian
14,4 per 100.000 penduduk.
Strategi Pencegahan
Primer
Pencegahan primer bisa dilakukan melalui promosi dan edukasi masyarakat untuk menghindari
terpaparnya infeksi virus Human Papiloma Virus (HPV). Walaupun telah tersedia vaksinasi
HPV, di Indonesia belum bisa dilakukan melalui program imunisasi nasional, karena harganya
masih mahal, dan hanya dilakukan pada populasi tertentu.
Sekunder
Pencegahan sekunder adalah pencegahan terjadinya kanker leher rahim dengan melakukan
skrining untuk menemukan kelainan pada tahap prakanker. Dengan ditemukannya lesi pra
kanker yang kemudian dilanjutkan dengan terapi akan dapat mencegah berkembangnya lesi pra
kanker menjadi kanker. Tujuan program skrining adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas
(angka kesakitan dan kematian).
Tersier
Kegiatan pencegahan tersiermeliputi diagnosis, terapi definitif sampai terapi paliatif. Pencegahan
tersier lebih banyak dilakukan oleh rumah sakit yang mempunyai sumber daya yang lebih
lengkap seperti rumah sakit tipe A dan B.
Definisi
Kanker leher rahim adalah keganasan primer dari leher rahim (kanalis servikalis dan atau
porsio). Tipe histologi yang sering dijumpai adalah karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma,
dan jenis campuran.
Penyebab
Kanker leher rahim disebabkan oleh infeksi persisten virus Human Papilloma (HPV onkogenik.
Proses karsinogenesis kanker leher rahim terjadi dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu
3 hingga 17 tahun, bahkan dapat mencapai 30 tahun lamanya.
Faktor Risiko
Faktor risiko kanker leher rahim dibagi dalam dua katagori :
1. Risiko mayor
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

Infeksi HPV, terutama tipe 16 dan 18, merupakan penyebab utama (70%) kanker leher rahim.
HPV sendiri utamanya ditransmisikan melalui hubungan seksual.
2. Risiko minor - Onset seksual pada usia muda (< 20 tahun)
- Memiliki banyak pasangan seksual (baik perempuan maupun pasangannya)
- IMS (Infeksi Menular Seksual) berulang, antara lain : chlamydia, gonorrhea dan HIV/AIDS
- Merokok
- Defisiensi berbagai vitamin antioksidan A/C/D/E
- Penyakit atau kondisi yang menyebabkan imunosupresi, antara lain: HIV/AIDS dan
penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
Gejala dan Tanda (Symptoms and Signs)
Kanker leher rahim stadium awal umumnya tidak memberikan gejala. Pada stadium yang lebih
berat pun terkadang masih belum memberikan gejala, apalagi pada tahap prakanker (NIS).
Gejala dan tanda kanker leher rahim stadium awal umumnya tidak spesifik, misalkan keputihan
berulang, kadang-kadang disertai dengan perdarahan bercak. Pada umumnya tanda yang sangat
minimal ini sering diabaikan.
Pada kanker leher rahim tahap awal kemungkinan belum ada keluhan dan diagnosis ditemukan
secara kebetulan (skrining kesehatan penduduk).
Pada tahap lebih lanjut, dapat timbul keluhan-keluhan sebagai berikut :
- Perdarahan pervaginam diluar menstruasi
- Perdarahan kontak (perdarahan pasca senggama)
- Keputihan yang terus menerus yang dapat disertai perdarahan bercak
- Gangguan berkemih
- Gangguan defekasi
- Nyeri di perut bawah atau menyebar
- Bendungan pada tungkai (limfedema)
Metode Skrining dan Deteksi Dini
Terdapat 3 metode utama dalam program skrining dan deteksi dini kanker leher rahim, yaitu :
a. Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat), merupakan metode skrining yang sangat
sederhana, mudah, murah, terjangkau, praktis dan nyaman
b. Pap smear, merupakan pemeriksaan sitologi untuk mendeteksi sel abnormal leher rahim
dengan mikroskop oleh ahli patologi.
c. Tes DNA HPV yang secara prosedur pengambilan spesimennya hampir sama dengan pap
smear, namun ditujukan untuk mengetahui adanya infeksi HPV. Tes ini lebih akurat
dibandingkan dua metode sebelumnya.
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

Deteksi Dini Kanker Rahim dengan Tes IVA


dr. Hasmirah, M. Kes
Deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA
Pemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan
oleh (dokter/bidan/paramedis) mengamati serviks yang telah diberi asam asetat/asam cuka 3—
5% secara inspekulo dan dilihat dengan penglihatan mata langsung (mata telanjang).
Pemeriksaan IVA pertama kali diperkenalkan oleh Hinselman (1925) dengan cara memulas
serviks dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam asam asetat 3—5%. Pemberian asam asetat
itu akan mempengaruhi epitel abnormal, bahkan juga akan meningkatkan osmolaritas cairan
ekstraseluler. Daerah metaplasia yang merupakan daerah peralihan akan berwarna putih juga
setelah pemulasan dengan asam asetat, tetapi dengan intensitas yang kurang dan cepat
menghilang. Hal ini membedakannya dengan proses prakanker yang epitel putihnya lebih tajam
dan lebih lama menghilang karena asam asetat berpenetrasi lebih dalam sehingga terjadi
koagulasi protein lebih banyak. Jika makin putih dan makin jelas, makin tinggi derajat kelainan
histologiknya.
Perbedaan IVA dan Tes Pap
Pemeriksaan skrining yang pada saat ini lazim digunakan untuk lesi prakanker serviks adalah tes
pap. Sebagai suatu pemeriksaan skrining altematif, pemeriksaan IVA memiliki beberapa manfaat
jika dibandingkan dengan uji yang sudah ada, yaitu : efektif (tidak jauh berbeda dengan uji
diagnostik standar), lebih mudah (simpel) dan murah, peralatan yang dibutuhkan lebih
sederhana, cakupannya lebih luas karena bisa dilakukan dimana saja, tidak perlu skriner karena
tidakada sediaan sitologi, Informasi hasil dapat diberikan segera (langsung).
Persiapan Pemeriksaan IVA
a. Mempersiapkan Tempat dan Alat
 Meja ginekologi
 Asam asetat 3-5 %
 Kapas lidi dengan kepala besar dan beberapa berkepala kecil Sarung tangan
bersih ( lebih baik steril)
 Spekulum vagina
b. Mempersiapkan Larutan Asam Asetat
1. Bahan Cuka dapur (mengandung Asam Asetat 25%)
2. Larutan Asam Asetat 3 – 5%
Prosedur IVA
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

Pemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah pemeriksaan yang
pemeriksanya (dokter/bidan/paramedis) mengamati serviks yang telah diberi asam asetat/asam
cuka 3-5% secara inspekulo dan dilihat dengan penglihatan mata langsung (mata telanjang).
Pemeriksaan IVA pertama kali diperkenalkan oleh Hinselman (1925) dengan cara memulas
serviks dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam asam asetat 3—5%. Pemberian asam asetat
itu akan mempengaruhi epitel abnormal, bahkan juga akan meningkatkan osmolaritas cairan
ekstraseluler. Cairan ekstraseluler yang bersifat hipertonik ini akan menarik cairan dari
intraseluler sehingga membran akan kolaps dan jarak antarsel akan semakin dekat. Sebagai
akibatnya, jika permukaan epitel mendapat sinar, sinar tersebut tidak akan diteruskan ke stroma,
tetapi dipantulkan keluar sehingga permukaan epitel abnormal akan berwama putih, disebut juga
epitel putih.
Daerah metaplasia yang merupakan daerah peralihan akan berwarna putih juga setelah
pemulasan dengan asam asetat, tetapi dengan intensitas yang kurang dan cepat menghilang. Hal
ini membedakannya dengan proses prakanker yang epitel putihnya lebih tajam dan lebih lama.
menghilang karena asam asetat berpenetrasi lebih dalam sehingga terjadi koagulasi protein lebih
banyak. Jika makin putih dan makin jelas, makin tinggi derajat kelainan histologiknya. Demikian
pula, makin tajam batasnya, makin tinggi derajat kelainan jaringannya. Dibutuhkan satu sampai
dengan dua menit untuk dapat melihat perubahan-perubahan pada epitel.
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

Jum’at 9 Desember 2022


Kanker Leher Rahim di Indonesia
dr. Andi Yulia, Sp.OG
Kanker Serviks Di Indonesia:
 Epidemiologi kanker serviks di Indonesia
 Cakupan scrinning kanker serviks di Indonesia
 Barrier VS Facilitator dalam skrinning kanker serviks di Indonesia
STOP Kanker Serviks Di Indonesia:
 Pathogenesis kanker serviks
 Modalitas prevensi kanker serviks di Indonesia sesuai pathogenesis kanker serviks
 ChallengeS in cervical cancer elimination
Kanker serviks adalah: penyakit tumor ganas di leher rahim yang dapat menyebar ke organ-
organ lain dan dapat menyebabkan kematian.
Epidemiolgi kanker serviks:
“Laporan Kementrian Kesehatan 31 Januari 2019. Kasus kanker Serviks terjadi pada 23,4 pr
100.000 penduduk dengan rata-rata kematian mencapai 13,9 per 100.000 penduduk”.
Kanker serviks menempati urutan kedua terbanyak dengan jumlah 36.633 kasus atau 9,2% dari
total kasus kanker di Indonesia (Handayani. N., 2022).
Indonesia adalah negara berkembang, yang mana masih tingginya angka kejadian kanker
utamanya kanker yang diderita oleh para wanita. Disamping itu, kesadaran masyarakat Indonesia
akan pentingnya kasehatan masih sangat kurang. Sehingga pada pasien-pasien kanker yang
datang pertama kali untuk berobat adalah mereka-mereka yang sudah stadium lanjut. Tentunya,
akan berdampak kepada keberhasilan dari pengobatan itu sendiri.
Di Dunia setiap 2 menit seorang wanita meninggal akibat kanker serviks, sedangkan di Indonesia
setiap 1 jam seorang meninggal karena kanker serviks.
Peraturan tentang kanker:
- Permenkes NO. 34 tahun 2015
- Permenkes NO 29 tahun 2017
Usia target adalah 30-50 tahun
Target usia ideal skrinning adalah:
 25-65 tahun
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

 3 tahun setelah kontak seksual pertama

STOP KANKER SERVIKS


dr. Andi Yulia, Sp.OG
HPV:
1. Low Risk (Types 6 dan 11)
2. High Risk (Types 16 dan 18)
Patogenesa: penaykit yang ditularkan terutama melalui hubungan seksual. Penderita yang
terinfeksi virus ini tidak merasakan gejala.
Dalam beberapa tahun akan terjadi kelainan pada leher rahim yang disebut Lesi “Pra Kanker”
Lesi pra kanker bila tidak ditemukan dan diobati dapat berubah menjadi kanker leher rahim.
Etiologi:
- Human Papioloma Virus (HPV)
- HPV pada Ca Cerviks ditemukan oleh Harold zur Hausen (awal 1980)
Squamous Metaplasia (The Transformation Zone)
 Pada masa pubertas sel kolumnar dari endoserviks ke ektoserviks yang sebelumnya
hanya memiliki sel skuamosa.
 Faktor lingkungan di vagina yang menyebabkan metaplasia sel kolumnar, diantaranya
faktor ph, infkesi/ peradangan, dan perubahan kadar hormone seks.
 Sel kolumnar metaplastik berubah menjadi sel skuamosa matang
 Sel skuamosa inilah yang bermigrasi kea rah serviks
Tindak Lanjut Lesi Pra Kanker Leher Rahim dengan Krioterapi atau Metode Lainnya
dr. Andi Yulia, Sp.OG
Pengobatan lesi prakanker serviks merupakan satu kesatuan dari tindak lanjut hasil
deteksi dini kanker leher rahim, Sampai saat ini, pilihan pengobatan apa yang paling efektif telah
diperdebatkan. Sebuah uji coba klinis memberikan bukti kuat bahwa krioterapi, vaporisasi laser
dan LEEP tidak berbeda secara signifikan dalam hal efektifitasnya (angka keberhasilan sekitar
74 sampai 83%). Untuk mengurangi bias dalam penelitian tersebut,semua pasien dikelompokkan
ke dalam besaran (area) dan jenis (tingkat histologis) dari lesi
Terapi eksisi
1. LEEP/ LLETZ a) LEEP (Loop Electrosurgical Exision Procedure)
b) LLETZ (Large Loop Exicion of Transformation Zone)
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

Terapi Ablasi (krioterapi, TCA, cold coagulation)


Pengobatan Lesi Pra Kanker Leher Rahim Dengan Krioterapi
Indikasi:
- IVA Positif
- LSIL (NIS 1)
- HSIL (NIS 2, NIS 3)
- Disarankan krioterapi dilakukan hanya pada lesi prakanker serviks dengan SSK yang dapat
ditampakkan.
- Untuk dilayanan primer, sebaiknya hanya pada lesi yang luasnya < 75 %.
Persiapan pasien dan alat:
1. Pastikan penderita tidak hamil, tidak sedang menstruasi
2. Berikan KIE (komunikasi, informasi, edukasi)
3. Meja ginekologi, bisa dengan meja biasa dengan tambahan alas matras
4. Gas CO2/N20 dalam tabung yang benar dan tekanan yang cukup (posisi hijau max)
5. Alat krioterapi terpasang dengan baik, tidak bocor
6. Spekulum vagina (jika diperlukan sediakan kondom dipotong ujungnya)
7. Perlengkapan pemeriksaan IVA dan jelly netral
8. Disinfektan.
Krioterapi dapat dilakukan di klinik yang memiliki peralatan dan sarana sebagai berikut:
⚫ Meja periksa
⚫ Sumber cahaya yang memadai
⚫ Spekulum Cocor Bebek (Cusco atau Graves) Nampan atau wadah peralatan
⚫ Unit Krioterapi
⚫ Pasokan CO2 atau NO2 yang teratur
Teknik Krioterapi:
1. Pasien berbaring pada posisi litotomi pada meja ginekologi
2. Pasang speculum (gunakan kondom untuk pelindung dinding vagina)
3. Identifikasi lesi pra kanker
4. Mempersiapkan alat, mencoba tombol freeze untuk memastikan gas keluar
5. Oleskan jelly netral pada kriotip
6. Masukkan dan tempelkan kriotip pada lesi
7. Dilakukan krioterapi double freeze 3-5-4 (modifikasi)
- Lakukan freeze selama 3 menit
- Lalu istirahat selama 5 menit
- Lalu lakukan freeze lagi 3 menit
8. Mulai dihitung waktunya setelah terlihat bunga es dan jelly pada kriotip
9. Kemudian setelah bunga es lepas, probe ditarik secara perlahan
Edukasi pasca krioterapi
- Jangan bersenggama selama satu bulan
- Kunjungan selanjutnya pada 1 bulan kemudian untuk menilai efek samping, dan 6 bulan
kemudian untuk evaluasi hasil dari terapi. Bila ada keluhan dapat kontrol lebih awal.
Efek Samping Krioterapi
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

Penderita akan merasakan ketidaknyamanan yang ringan, nyeri atau merasa kram kira-kira 2-3
hari pasca tindakan. Kadang-kadang disertai pusing, gangguan sirkulasi dan rasa panas selama
tindakan atau segera setelah tindakan. Efek samping yang sering dialami adalah keputihan
setelah tindakan kira-kira selama 4 minggu. Komplikasi dari tindakan krioterapi minimal.
Perdarahan banyak dan pelvic inflamatory disease (PID) dilaporkan kurang dari 1%.
Penyebab kegagalan :
⚫ Lesi sudah menginvasi mencapai endoservik.
⚫ Lesi grade III yang cukup luas.
⚫ Usia pasien : semakin tua pasien semakin dalam CIN-Kriptoinvolvement.
⚫ Freezing yang tidak adekuat.
Efek samping dan komplikasi
Penderita akan merasakan ketidaknyamanan ringan, nyeri atau rasa kram kira kira 2-3 hari pasca
tindakan. Kadang-kadang disertai pusing, gangguan sirkulasi dan rasa panas selama tindakan
atau segera setelah tindakan. Efek samping yang sering dialami adalah keputihan setelah
tindakan kira-kira selama 4 minggu. Komplikasi dari tindakan krioterapi minimal. Perdarahan
banyak dan PID dilaporkan kurang dari 1%.

Pengobatan lesi pra kanker leher Rahim dengan TCA


Saat ini berkembang salah satu bahan keratolitik yang sering digunakan yaitu TCA
(tricholoroacetic acid). TCA sebagai agen keratolitik kuat, mampu mengkoagulasi protein kulit
dan membunuh seluruh struktur hidup sampai ke retikular dermis. TCA akan menyebabkan
lapisan paling atas kulit (epidermis) mengering dan terkelupas dalam waktu beberapa hari
sampai beberapa minggu. Saat kulit mengelupas, regenerasi akan terjadi dan menghasilkan
lapisan baru. TCA dengan penetrasi sedang menyebabkan nekrosis pada epidermis serta bagian
papilar dari dermis, melalui reaksi inflamasi yang terjadi diatas lapisan reticular dermis. Makin
tinggi kadar larutan TCA yang digunakan, makin dalam penetrasi zat tersebut.
Mekanisme Kerja
Prinsip kerja TCA pada terapi lesi prakanker leher rahim adalah denaturasi protein
(keratokoagulasi) yang akan terlihat sebagai lapisan putih yang meliputi seluruh permukaan
epitel leher Rahim. Pengolesan TCA dilakukan selama 1-3 menit.
Indikasi
IVA positif (Lesi prakanker leher rahim).
Alat:
- Wadah/ botol kaca
- Gelas ukur
- Timbangan
- Pengaduk
- Sarung tangan
Bahan:
- Kristal TCA
- Aquades
- Kapas Lidi
Cara Pembuatan:
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

 Pakai sarung tangan


 Hidupkan timbangan, letakkan wadah diatas timbangan
 Ambil Kristal TCA 100% sebanyak 85 gram (ditimbang)
 Tuang 100 ml aquades kedalam gelas ukur
 Campurkan, aduk sampai homogeny lalu tuang ke dalam botol
 Larutan TCA 85% sudah siap pakai
 Untuk kebutuhan 1 pasien dibutuhkan 6-7 ml larutan TCA sehingga dengan 100
ml dapat digunakan untuk 14-16 pasien
Penyimpanan:
- Larutan TCA yang dibuat sendiri dan tidak habis digunakan dapat disimpan daam
wadah botol kaca/ bening dengan tutup botol berbahan non plastic
- Wadah diletakkan pada suhu ruangan yang terhindar dari paparan sinar matahari
langsung dan suhu ekstrem
Prosedur TCA:
1. Pasien berbaring diatas meja ginekologi dengan posisi litotomi
2. Pasang speculum
3. Lakukan tes IVA untuk mengidentifikasi lesi kembali
4. Teteskan 6-7 ml TCA 85% ke lidi kapas yang berujung besar hingga membasahi ujung
lidi kapas
5. Tempelkan lidi kapas pada area lesi di leher rahim selama 1-3 menit sampai terlihat
warna putih, ulangi tindakan hingga mencakup seluruh lesi
6. Buat foto untuk dokumentasi
7. Keluarkan speculum
Pasca terapi
- Tunda senggama minimal satu minggu
- Kontrol pada satu minggu kemudian untuk menilai pemulihan (wound healing/ recovery) leher
rahim dan efek samping jangka pendek (infeksi, perdarahan).
- Bila terdapat keluhan yang mengganggu, dianjurkan kontrol lebih awal.
Efek Samping dan Komplikasi
- Efek samping TCA adalah keluarnya cairan dari vagina/discharge, rasa nyeri, panas dan atau
perih yang dapat ditoleransi
- Komplikasi yang jarang terjadi adalah perdarahan di luar siklus haid, nyeri pasca senggama,
dan atau nyeri panggul
- Beberapa gejala atau keluhan yang harus diperhatikan sehingga diharapkan pasien dapat
kontrol lebih awal adalah nyeri terus menerus, perdarahan bercak atau banyak yang disertai
cairan yang berbau, perdarahan setiap kali senggama.
Pemantauan dan Evaluasi
Pemeriksaan IVA 3-6 bulan pasca terapi TCA.
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

Sabtu 10 Desember 2022


Pencegahan Infeksi dan Perlindungan Spesifik
Novberiani STR.Keb/ Ernawati Darangga SST., M.Keb
Pencegahan Infeksi
Agar bakteri, virus dan agen lain penyebab infeksi dapat bertahan hidup dan menyebar,
harus ada faktor-faktor atau kondisi tertentu. Faktor-faktor penting dalam penularan
mikroorganisme (patogen) yang menyebabkan penyakit dari orang ke orang digambarkan dan
didefinisikan dalam gambar dibawah ini:
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

Memutus siklus tersebut adalah tujuan dari praktik-praktik PI. Sebagian besar praktik- praktik PI
bertujuan melindungi tenaga kesehatan (misal memakai sarung tangan atau pelindung mata)
membatasi akses ke tempat-tempat. Cuci tangan dan tindakan untuk memproses obyek tak hidup
dapat menghalangi metoda penularan dengan menghilangkan mikroorganisme. Terakhir, vaksin
dapat mengurangi kerentanan pejamu, dan mencegah penyakit bahkan jika pejamu terpapar.
Sebagian besar agen infeksius ditularkan melalui kontak dengan darah dan cairan tubuh, dan
sebagian besar infeksi dapat disebarkan sebelum muncul gejala. Oleh karena itu, sangat penting
bagi tenaga kesehatan untuk memperlakukan semua klien dan pasien seakan terinfeksi
(Blumenthal and McIntosh 1996). Kewaspadaan di bawah ini harus selalu digunakan oleh semua
tenaga kesehatan:
⚫ Cuci tangan rutin selama 10-15 detik sebelum dan setelah kontak dengan klien atau pasien—
satu cara yang paling praktis untuk mencegah penyebaran infeksi.
⚫ Pakai sarung tangan ketika menyentuh yang basah—kulit pecah, selaput mukosa, darah atau
cairan tubuh lain (sekresi atau ekskresi), peralatan dan sarung tangan yang terkontaminasi, dan
sampah medis.
⚫ Gunakan alat pelindung diri (pelindung mata, pelindung wajah dan dan Apron atau Hazmat
yang tidak tembus air).
⚫ Gunakan praktik kerja yang aman seperti memberikan alat tajam dengan aman; membuang
sampah medis dengan benar; dan tidak menutup kembali, mematahkan, atau membengkokkan
jarum, atau melepas jarum dari alat suntuk sebelum dibuang.
Tips Pencegahan Infeksi
Kewaspadaan PI harus menjadi bagian dari setiap prosedur. Pada klinik KIA dan KB, contohnya,
tindakan ginekologi, pemeriksaan dalam, dapat menyebabkan petugas terpapar cairan tubuh. Di
bawah ini adalah daftar praktik PI yang harus diikuti pada saat melakukan tes IVA atau
krioterapi:
⚫ Cuci tangan dengan sabun dan air secara merata setiap akan melakukan pemeriksaan.
⚫ Bila mungkin, minta klien membersihkan bagian genitalnya sebelum dilakukan pemeriksaan
dalam.
⚫ Gunakan peralatan dan sarung tangan DTT (atau steril). Sebagai alternatif, sarung tangan
periksa yang masih baru dapat digunakan.
⚫ Buang sampah dengan benar (kassa, kapas, sarung tangan sekali pakai).
⚫ Dekontaminasi peralatan dan bahan pakai ulang segera setelah digunakan
⚫ Cuci tangan dengan sabun dan air secara merata setelah melepas sarung tangan.
Tenaga kesehatan yang terpapar darah atau cairan tubuh lain harus diberi informasi lengkap
tentang pilihan pengobatan sehingga mereka bisa melakukan pilihan. Jika tersedia, agen
antiretroviral, seperti zidovudine (ZDV atau AZT), harus diberikan dalam waktu 1–2 jam setelah
paparan dengan risiko penularan tertinggi. Tenaga kesehatan harus mengetahui agen
antiretroviral apa yang tersedia dan dimana bisa memperolehnya.
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

Pusat Kendali Penyakit AS (Centers for Disease Control) menganggap paparan berisiko tinggi
jika:
⚫ Luka pada tenaga kesehatan cukup dalam,
⚫ Jelas terlihat darah pada alat yang menyebabkan luka, atau
⚫ Luka tersebut disebabkan karena alat tersebut sebelumnya diletakkan di vena atau arteri klien.
Pengobatan harus dilanjutkan selama empat minggu. Semua petugas yang mungkin terpapar
harus segera dites minimal 6 (enam) minggu setelah terpapar, jika memungkinkan. Untuk
paparan yang tidak terlalu berisiko, profilaksis tidak dianjurkan.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah perlengkapan yang wajib digunakan untuk melindungu
pekerja dari bahaya yang bisa menyebabkan cedera atau penyakit serius terkait pekerjaannya
Unsur yang harus dipatuhi dalam penggunaan APD; yaitu:
 Tetapkan indikasi penggunaannya dengan mempertimbangkan: resiko terpapa,
dinamika transmisi
 Cara memakai yang benar
 Cara melepas yang benar
 Cara mengumpulkan setelah dipakai
PROSES PENCEGAHAN INFEKSI
Ada 3 langkah dasar untuk pemrosesan alat, sarung tangan, sarung tangan bedah dan bahan lain:
- Dekontaminasi
- Pencucian, dan
- Sterilisasi atai desinfeksi tingkat tinggi (DTT)
Promosi Kesehatan, dan Konseling Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
Suhartati, SST., M. Kes
Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara
dan meningkatkan kesehatannya (Pusat Promkes Depkes). Proses pemberdayaan tersebut
dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Artinya proses pemberdayaan tersebut
dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen
masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan sesuai sosial budaya setempat, artinya
sesuai dengan keadaan, permasalahan dan potensi setempat.
Pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan
perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.Pemasaran sosial (social
marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/ jasa melalui kampanye. Upaya
promosi kesehatan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran
informasi.Upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan.
7 Prinsip Strategi Global Promosi Kesehatan (WHO, 1984)
a. Perubahan Perilaku (behavior change;
b. Perubahan Sosial (social change);
c. Perubahan Lingkungan Fisik (environment change);
d. Pengembangan Kebijakan (policy development);
e. Pemberdayaan (empowerment);
f. Partisipasi Masyarakat (community participation);
g. Membangun Kemitraan (building partnership).
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

Pemberdayaan masyarakat, yaitu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan


kemandirian semua komponen masyarakat untuk dapat hidup sehat.Pengembangan kemitraan,
yaitu upaya untuk membangun hubungan para mitra kerja berdasarkan kesetaraan, keterbukaan
dan saling memberikan manfaat.Upaya advokasi, yaitu upaya untuk mendekati, mendampingi,
dan mempengaruhi para pembuat kebijakan sacara bijak, sehingga mereka sepakat untuk
memberi dukungan terhadap pembangunan kesehatan.
Pembinaan suasana, yaitu kegiatan untuk membuat suasana atau iklim yang mendukung
terwujudnya perilaku sehat dengan mengembangkan opini publik yang positif melalui media
massa, tokoh masyarakat, “public figur”, dll.Pengembangan Sumber Daya Manusia, yaitu
kegiatan pendidikan, pelatihan, pertemuan-pertemuan, dll untuk meningkatkan wawasan,
kemauan, dan keterampilan baik petugas kesehatan maupun kelompok-kelompok potensial
masyarakat.
Definisi Konseling
American Counseling Association mendefinisikan konseling sebagaihubungan
profesional yang memberdayakan keberagaman individu, keluarga, dan kelompok untuk
mencapai kesehatan mental, kesehatan, pendidikan, dan tujuan karir
Tujuan Konseling
Ada beberapa tujuan konseling diantaranya adalah:
1. Membantu seorang individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan, tuntutan positif lingkungannya dan predisposisi yang dimilikinya seperti
kemampuan dasar dan bakatnya, dalam berbagai latar belakang yang ada seperti keluarga,
pendidikan, atau status ekonomi.
2. Membuat seseorang mengenali dirinya sendiri dengan memberi informasi kepada individu
tentang dirinya, potensinya, kemungkinankemungkinan yang memadai bagi potensinya dan
bagaimana memanfaatkan pengetahuan sebaik-baiknya.
3. Memberi kebebasan kepada individu untuk membuat keputusan sendiri serta memilih jalurnya
sendiri yang dapat megarahkannya.
4. Dalam menjalani hidup menjadikan individu lebih efektif, efisien dan sistematis dalam
memilih alternatif pemecahan masalah.
5. Konseling membantu individu untuk mengahapus / menghilangkan tingkah laku maladaptif
(masalah) menjadi tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.
Prinsip – Prinsip Konseling
Prinsip-prinsip konseling sebagai paduan kajian teoritik dan lapangan untuk menjadi pegangan
dan pedoman dalam bimbingan konseling. Beberapa prinsip-prinsip konseling, diantaranya
adalah:
1. Prinsip-prinsip berkenan dengan sasaran pelayanan Bimbingan konseling memberikan
perhatian utama kepada perbedaan atau yang menjadi orientasi pokok pelayanannya,
memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan aspek perkembangan, tanpa memandang umur,
jenis kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi melayani semua individu, serta
berurusan dengan sikap dan tingkah laku yang komplek dan unik.
2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu Perhatian utama yang menjadi faktor
timbulnya masalah dalam pelayanan bimbingan konseling diantaranya kesenjangan sosial,
ekonomi dan budaya. Berurusan dengan pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik
klien terhadap penyesuaian diri di rumah, sekolah, kontak sosial, dan pekerjaan.
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan Bimbing konseling merupakan bagian


integral dari pendidikan dan pengembangan, sehingga bimbingan harus disesuaikan dan
dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik. Program bimbingan
dan konseling harus fleksibel, sesuai dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi
lembaga. Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang
pendidikan terendah sampai yang tertinggi.
Langkah-langkah Konseling (SATU TUJU)
SA: SApa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan
T: Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya
U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan terapi yang paling
mungkin
TU: BanTUlah klien menentukan pilihannya
J: Jelaskan secara lengkap bagaimana…..

Pencatatan dan Pelaporan Hasil Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim
Titi Hartati SE., M.Kes
Pencatatan dan pelaporan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim
merupakan bagian dari sistem pencatatan dan pelaporan PTM.
Pencatatan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim adalah pendokumentasian
kegiatan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim dalam bentuk tulisan, bisa berupa
tulisan, gambar, grafik atau suara, di atas kertas, file, usb,, pita suara atau media lainnya.
Pelaporan merupakan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Pelaporan deteksi dini kanker payudara
dan kanker leher rahim adalah catatan yang memberikan informasi kegiatan deteksi dini kanker
payudara dan kanker leher Rahim dan hasilnya disampaikan kepada pihak yang berwenang /
berkepentingan.
Secara bahasa, surveilans berasal dari bahasa Prancis “Surveilance” yang berarti mengawasi
atau mengamati. Pengamatan dilakukan secara terus-menerus terhadap masalah kesehatan
tertentu dan segala aspeknya dengan cara:
a. Pengumpulan data
b. Pengolahan, analis dan interpretasi
c. Menyebar luaskan informasi (diseminsi)
Apa kegunaan Data? Agar supaya kepada pihak-pihak yang berkepentingan yang perlu
mengetahuinya sehingga dapat dipergunakan untuk pencegahan dan pengendalian masalah
kesehatan.
Data yang berkualitas itu adalah data yang:
Nama : Wa Ode Eni Syahrudaeni, S.Tr.Keb
NIP : 1997092 2020 2 002
Instansi : PKM WAITII / KAB.WAKATAOBI

1. Akurat
Data yang dikumpulkan sesuai dengan fakta, memiliki sumber yang pasif dan dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Data yang kita dapat itu yang kita catat, apa yang
kita catat itu yang akan kita laporkan.
2. Lengkap
Data yang dikumpulkan lengkap, urutan jelas sehingga waktu anlisis mudah mengambil
keputusan
3. Konsisten
Data yang dikumpulkan mengikuti DO yang seragam
4. Tepat waktu
Data yang dikumpulkan tepat pada waktunya
Penghitungan Sasaran:
- Jumlah populasi penduduk Wilayah Kerja Puskesmasn ….
- Jumlah perempuan = 50% x jumlah populasi =…
- Jumlah perempuan usia 30-50 tahun = 31% x jumlah perempuan = ….
- Target = 80% jumlah perempuan usia 30-50 tahun = ….
- Sasaran per tahun = target/ 3 =….
- Sasaran per bulan = sasaran per tahun/ 12 =….
- Sasaran per hari = sasaran per bulan/ 26 = ….
Penginputan :
 Manual
 Melalui aplikasi Sehat Indonesiaku

Anda mungkin juga menyukai