Anda di halaman 1dari 2

Tema:

Tema adalah ide pokok yang dipersoalkan dalam karya seni. Menurut The Liang
(1976: 8-9) ide pokok dapat dipahami melalui pokok soal dan judul karya. Pokok soal
dapat berupa nilai etis, seperti objek alam, metafora, atau alegori. Sumber ide dapat
merangsang lahirnya suatu kreasi. Tema cerpen “Surabaya” dalam buku ‘Dari Ave Maria
ke Jalan Lain ke Roma’ karya Idrus adalah peperangan. Karena terlihat saat orang-orang
Indonesia yang tengah memperjuangkan Bangsa Indonesia di daerah Surabaya.
Bukti:
Sejak beberapa hari sekutu mendaratkan serdadu-serdadu lebih banyak dan tank-tank
raksasa. Tank-tank ini turun dari kapal seperti malaikat maut turun dari langit, diam-
diam dirahasiakan oleh orang yang menurunkannya (Idrus, 1990: 119).

Tokoh
Tokoh adalah penggambaran dalam cerita oleh pengarang. Tokoh cerita mendapatkan
suatu proses melalui penokohan. (Panca Pertiwi Hidayati, 2009: 211-212). Tokoh cerpen
“Surabaya” dalam buku ‘Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma’ karya Idrus adalah
sebagai berikut:
a. Orang-orang Indonesia = Pembela Indonesia, pejuang
Terlihat saat mereka rela berkorban membela tanah airnya di Surabaya untuk melawan
sekutu.
Bukti:
Kita harus berjuang terus! Sekarang baru enam bulan, tetapi kalau perlu enam
puluh tahun lagi kita akan terus berjuang! Kita harus mengusir Belanda-Belanda
dan semua bangsa asing yang hendak menjajah kita! (Idrus, 1990: 145)
b. Tentara Belanda = Penjajah, pemarah
Terlihat saat mereka merasa terhina saat orang Indonesia merobek bendera mereka
menjadi bendera Indonesia.
Bukti:
Mereka merasa terhina seperti ayah-ayahnya sendiri ditelanjangi orang. Karena itu
mereka marah-marah. Dan waktu itu marahnya menjelma menjadi pukulan dengan
tinju hingga terjadi keributan, seperti dalam film-film koboi (Idrus, 1990: 117).
c. Sekutu = Licik, penjajah, penguasa
Terlihat saat mereka mencurangi rakyat Surabaya dengan membodohi mereka untuk
menuruti segala perintahnya.
Bukti:
“Ternyata semua yang Tuan katakan itu bohong, bohong belaka! Tuan waktu itu
hanya hendak memengaruhi jiwa kami, supaya kami tidak lagi membuat kritik yang
pedas-pedas. Sekarang dengan sangat saya minta kepada rapat, supaya mendesak
kepada tentara untuk menghilangkan kebohongan dan penyakit sipilis itu sama
sekali” (Idrus, 1990: 149).

Sudut Pandang
Penulis bebas memandang tokoh dari sudut manapun. Sudut pandang adalah bagian
yang mempersoalkan dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat. Sudut
pandang menyajikan pandangan yang dipergunakan pengarang dalam sebuah karya fiksi
kepada pembaca. (Abrams 1999: 2).
Sudut pandang cerpen “Surabaya” dalam buku ‘Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke
Roma’ karya Idrus adalah sudut pandang orang ketiga, karena si pengarang hanya
menceritakan kisah orang lain, tidak mencantumkan namanya di dalam cerita ini.
Bukti:
Seorang wartawan terkenal datang dari Jakarta. Ia hendak melihat kaum pelarian.
Dadanya tipis dan juga pantatnya (Idrus, 1990: hal 122).

Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat betapa cerpen “Surabaya” ini merupakan
cerminan masyarakat yang terjadi pada saat itu. Kedatangan Sekutu yang diboncengi
NICA pada saat itu ternyata bertujuan merebut Indonesia kembali. Pertempuran di
sejumlah tempat dalam mempertahankan keunggulan bangsa pun tak terhindarkan. Idrus
adalah salah satu pengarang yang berhasil merekam peristiwa pertempuran di Surabaya
itu. Keadaan masyarakat yang menderita karena ulah sekutu digambarkannya begitu
detail. Tidak adanya tokoh utama dan alur cerita membuat cerpen ini menjadi menarik,
bagai fragmen-fragmen yang mengisahkan orang-orang Surabaya keluar dari penemuan
perjalanan penjajah saat itu. Melalui cerpen ini, hal-hal yang tidak diketahui pembaca
dalam buku-buku sejarah, tergambarkan oleh Idrus dengan menarik.

Anda mungkin juga menyukai