Anda di halaman 1dari 1

Tidak Pernah Ada yang Becek, Di Sini Selalu Basah

Sore yang jatuh di bawah pohon Kersen, Redup yang rebahan di pelataran toko-toko
Toko-toko yang tetap buka meski lebih banyak orang-orang yang menutup mata dan dada
Toko-toko yang tetap menyala, seperti unggunan lilinmu diwaktu PLN berhenti bekerja

Pohon Kersen tidak pernah bertanya pada toko-toko dibawahnya, kenapa hari ini terlambat buka?
Sedang hari lain buka tepat waktu, atau tutup dan libur.
Pohon Kersen juga tidak pernah bertanya, siapa nama-nama pengunjungnya
Siapa yang pakai kerudung warna krem itu?
Warna Krem yang sama dengan kulit bagian dalam batang pohonnya jika terkelupas.

Nama-nama hilir-mudik, duduk di karpet atau kursi


Nama-nama yang lebih banyak pesan Es Teh daripada pesan kabar pohon kersen atau etalase toko
yang semalam kehujanan

Tidak pernah ada yang becek, di sini selalu basah


Bukan hujan atau air dari gedung golkar
Basah datang dari nama-nama yang tidak pernah bertanya, kenapa indomie tidak satu kantor dengan
indihome?
Nama-nama yang selalu mengatakan masakan warung ini enak, tanpa dibayar harus bilang enak
Nama-nama yang datang tanpa kepentingan politik atau kesamaan pilihan walikota

Selamat datang . . .”Pesen opo leh?”


Satu pertanyaan yang akan selalu mengingatkan, basah-kering bukan soal kena air
namun soal banyak-sedikitnya kenangan setelah menjawab pertanyaan itu dan duduk-duduk di
pelataran.

Selamat datang . . . Parkir Gratis leh!


Tempat yang tepat karena tidak ada rambu-rambu dilarang parkir
Atau tukang parkir yang tiba-tiba datang
Warung ini parkir gratis, dan membolehkan pengunjungnya memarkir kesedihan

Anda mungkin juga menyukai