Anda di halaman 1dari 1

Saudade : Kesedihan yang Lebih Dekat

Aku tak melihatnya lagi setelah hari itu, setelah aku pura-pura membalas salam “Waalaikumsallam”
dan tidak melanjutkan ke “Warrahmatullah hi Wabaraatuh”. Dari Bis yang begitu sama saja baunya
sejak aku pertama kali memasukinya sewaktu tamasya Taman Kanak-kanak ke Bon Bin Yogya Timur :
Bau Bis selalu berbau muntah-muntahan yang sama.

Itu ingatanku pada sebuah akhir yang selalu aku sesali. Seperti kegetiran yang sama ketika aku
membaca dokumentasi perang Turki dimana anak-anak diusir dari masa kanak-kanaknya bahkan
sebelum sempat mereka menghabiskan sisa permen mereka. Dari toko buku TogaMas Yogyakarta di
jalan sebelum ke lingkaran Kridosono itu aku menandai sebuah buku yang sudah aku jual beberapa
kali tapi aku tidak pernah membacanya.

Dalam sebuah ingatan kolektif, kesedihan tidak berlaku lagi. Yang ada adalah melankolia. Seperti
membentangkan kain yang besar di mana semua yang merasakan kesedihan berhak memegangnya :
kain yang terbentang itu adalah melakolia.

Imperialis meninggalkan negara jajahannya dengan luka parah lintas generasi. Hal-hal yang dirusak
tidak hanya rumah dan jalan raya, tapi juga kebudayaan. Kerusakan yang terwariskan itu membagi
sebuah negara jajahan menjadi lain dari sebelumnya.

Kesedihan mungkin permanen, juga diperparah dengan itu semua sebab manusia selalu pandai
mengenang dengan berani meski setelah itu ia akan rusak lagi secara psikologis. Di sisi lain Sigmund
Freud mengatakan bahwa melankolia tidak membuat manusia melepas kesedihan itu namun
mengubur objek kesedihan itu dalam diri sendiri.

Dalam jangka waktu lama ia tahan dengan itu, sebab dalam perasaan yang tidak menentu antara
yakin atau tidak harapan akan bertemu lagi dalam wujud lain itu adalah keniscayaan. Orang-orang
menyemai harapan dan merusak diri sendiri secara bersamaan dengan mengenang. Dalam bahasa
portugis, perasaan campur aduk itu bernama Saudade.

Bis berjalan, aku melihat dari kaca jendela. Hari itu aku tidak menyangka menjadi hari terakhir aku
menemuinya. Dari belakang bis mungkin ia juga merasa atau tidak sama sekali. Namun lambaian
tangannya tidak pernah aku duga.

27 Juli 2022

Anda mungkin juga menyukai