Anda di halaman 1dari 17

Dua Cerita Puitis - Bayu Tenoyo

Lelaki dan Bidadari

2010

http://bahasamerdu.blogspot.com

Bahasa Merdu - Dua Cerita Puitis

Mencari Bidadari

Lelaki dan Bayangan


1|L e l a k i d a n B a y a n g a n
http://bahasamerdu.blogspot.com

Mencari Bidadari

2|M e n c a r i B i d a d a r i
http://bahasamerdu.blogspot.com
Jeda 1. Dan Bidadari Itu
Memanggilku

Malam yang belum pergi, saat aku


mengendap-endap sendiri, memasuki teritori
musuh yang mengancam bangsaku. Desing
peluru menggodaku untuk lari terbirit-birit
kembali bak domba yang melihat serigala.
Tetapi ini adalah tugas yang membebani
pundakku. Yang membuatku merasa sebagai
anak bangsa. Yang membuatku merasa hidup
punya makna.

Nafasku menderu, jantungku berirama cepat,


semuanya memberi tahu aku, aku masih
hidup, dan aku pun bertekad menyelesaikan
tugas ini. Menghancurkan gudang amunisi
terbesar milik musuh. Ini akan menjamin
bangsaku aman hingga berpuluh-puluh tahun
3|M e n c a r i B i d a d a r i
http://bahasamerdu.blogspot.com
kedepan. Tugas yang membanggakan diri,
meskipun nanti tak dikenali, meskipun nanti
terbujur kaku di daerah musuh, membusuk tak
ada yang peduli, meskipun jauh dari tanah air
yang dicintai.

Pertempuran demi pertempuran telah


kulewati, kebranian demi kebranian sudah
menemaniku. Saat ini mungkin kebranian itu
lari, saat ini mungkin terakhir kalinya ia
menemaniku. Tetapi gudang amunisi itu sudah
di depan mataku, beranjak lari pun percuma,
bawah sadarku menggigit bibirku, dan
kebranian kutawan dalam semangatku.
Bazooka kubidikkan pada sasaran...kabooom...
meledak menghentak angkasa, siang sejenak
ditempat itu, dan aku pun terbahak-bahak.
Meski desing-desing hangat itu bersarang di
tubuh ku. Aku pun lemah dan hanya
mendengar senyum mungil bidadari yang

4|M e n c a r i B i d a d a r i
http://bahasamerdu.blogspot.com
kuimpi-impikan. Tertawa aku saat itu dengan
sangat manis, meski air mata tak tertahan
menetes.... dan bidadari itu memanggilku.

Jeda 2. Aku Menunggumu

Dinginnya tubuhku mulai terasa menghentikan


jantung perlahan-lahan. Darah anyir mulai
terbiasa aku cium, bahkan sadarku mulai
melupakanku bahwa itu darahku sendiri. Dan
malam terasa kalah gelap dari pandanganku
yang mulai hilang. Wajah bidadari itu mulai
tercitra kuat dalam benakku. Senyumnya
sejenak menghangatkan jiwa, yang terusir oleh
dingin yang melawan kuat semangat hidupku,
bahkan hingga tertanam dalam tulang-
tulangku. Meskipun sejenak terlupa aku akan

5|M e n c a r i B i d a d a r i
http://bahasamerdu.blogspot.com
rasa sakit, rasa nyeri, rasa sedih yang perlahan
merayap.

Aku mencoba mengejarnya, bidadari ku itu


hanya menjauh, kemudian mendekat,
kemudian menjauh. Aku mencoba
mendengarkan ucapannya, tapi tak jelas,
samar, telingaku seolah tersekat. Dan diam
sajalah aku memandangnya. Kurasakan
kesepianku di bumi kini terbalas dengan
dirinya. Dan aku pun kembali tersenyum kecil,
bahkan sedikit terbahak. Bidadari ku hanya
menatapku seraya berujar...ah aku tak jelas
mendengarnya.

Tubuhku yang mendingin itu kini terguncang-


guncang, desing-desing peluru telah berhenti,
aku merasakan banyak tangan yang
mengangkat ku, dalam sadarku gelap sudah
pergi menutup mataku, aku pun melihat

6|M e n c a r i B i d a d a r i
http://bahasamerdu.blogspot.com
terang. Terlihat wajah-wajah tersenyum
memandangku, 'Engkau tertidur selama 3
hari...., setelah gudang amunisi itu meledak,
serangan besar-besaran dikerahkan, dan kami
menemukanmu dengan denyut jantung yang
lemah..' Ah ajaib, aku masih merasakan hidup,
tanya yang entah kuberikan pada siapa.
Kupandang wajah-wajah itu satu persatu,
mereka menampakkan wajah kemenangan,
senyumnya lepas begitu saja, tak ada beban
yang tersirat dalam ekspresi-ekspresi itu.
Semua orang merasakan kemenangan, semua
orang merasakan kebebasan, di sini hanya aku
yang merasa kalah. Hanya aku seorang yang
tiba-tiba merasakan kalah, baru aku mengerti
apa yang diucapkan bidadariku, rupanya dia
berbisik 'Aku menunggumu....'

7|M e n c a r i B i d a d a r i
http://bahasamerdu.blogspot.com

Lelaki dan Bayangan

8|L e l a k i d a n B a y a n g a n
http://bahasamerdu.blogspot.com
Jeda 1. Dia Berbicara Padaku

Lelaki itu datang padaku. Mengeluhkan


hidupnya dengan hartanya. Katanya 'aku tak
punya apa-apa, selain bayanganku'. Ia
menatapku dengan 1000 makna.
Dibiarkannnya diriku mencerna kata-katanya.
Tetapi aku hanya memberinya diam tanpa
bahasa. Dan aku juga memberikannya
telingaku untuk mendengar.

Saat itu malam sedang bertugas. Aku dan dia


ditemani beberapa lampu. Dia tertawa dan
menunjuk-nunjuk bayangannya.'Lihat-lihatlah
itu...itulah hartaku satu-satunya'. Dia kembali
menatapku, di berikannya wajah sedih yang
teramat sedihnya padaku. Menarik nafaslah ia
berulangkali. Berusaha mengusir energi negatif
yang menguasainya.

9|M e n c a r i B i d a d a r i
http://bahasamerdu.blogspot.com
Mendesah...mendesah...sedih...sedih. Aku
bingung dengan situasi ini. Ingin lari darinya
saat itu juga. Dan membiarkannya tertawa
sendiri. Tapi ingin itu kubuang segera.

Lelaki didepanku ini kukenal serba kecukupan.


Harta bukanlah isu baginya, tetapi ia
mengeluhkannya padaku. Ah...aku pun belum
menangkap maksudnya.

'Aku hanya punya bayangan, kemana aku pergi


aku tak mau gelap merampasnya. Ia hartaku
satu-satunya'. Ia menatap lampu yang
menemani kami dengan sangat mesra.
Sekiranya istrinya melihat ini, ia pasti sudah
memutilasi lampu itu. Padahal lampu itu hanya
memberinya bayangan, tidak lebih dari itu.
Dan ia pun menatap mesra lampu itu.
Senangnya muncul dari senyumnya. Ia pun

10 | M e n c a r i B i d a d a r i
http://bahasamerdu.blogspot.com
menarik bibirnya dengan sepenuh hati. Seolah-
olah sedih sudah pergi.

Aku menatapnya dengan seribu tanya. Gusar


dengan tingkah lakunya. Gusar dengan
sikapnya. Kuusik dia dengan tanya yang
sekedarnya: 'Lalu kalau kau dikubur apa yang
kau punya?'. Dia pun berkata 'Ah bahkan
bayangan pun aku tak punya'. Ia pun sedih
kembali. Menatapku dan menatapku.
Dimatikannya lampu itu, dimatikannya aku.
Dan ia pun sendiri dalam gelap, tanpa lampu,
dan tanpa aku.

Jeda 2. Ia Meninggalkanku

Pagi yang indah pun datang. Mentari


memberinya keceriaan. Sinarnya menyusup
dari kaca jendela kamarnya. Bayangan dirinya
11 | M e n c a r i B i d a d a r i
http://bahasamerdu.blogspot.com
mulai jelas terlihat. Lelaki itu pun tersenyum
padaku. Percakapanku dengannya semalam
sudah dilupakannya. Ia kembali asyik menatap
bayangannya dan mengajakku berbicara. Ia
ceritakan isi hatinya yang menyimpan gundah
gulana. Ia ceritakan rasa pesimis yang
mengunci masa depannya. Ia tidak menangis,
tetapi ia sangat sedih.

Istrinya yang cantik jelita itu mendesah


menatap kami. Langkah kakinya menghampiri
jendela dan menutup tirai, ia membunuhku.
Lelaki itu sedih melihat tak ada bayangannya di
kamar. Ia pun memalingkan muka tak
mengajak bicara. Istrinya berusaha membuka
interaksi. Dicobanya beberapa kata pembuka.
Tetapi lelaki itu melukainya dengan diam yang
tajam. Dan mengena dengan telak, hingga
meneteslah beberapa tetes air mata. Hangat
matanya, perih hatinya.

12 | M e n c a r i B i d a d a r i
http://bahasamerdu.blogspot.com
Hingga malam yang bertugas dan siang pun
pergi beristirahat. Lelaki itu menatap tembok
di atas pembaringannya. Membalas
tindakannya pagi tadi dan pagi-pagi
sebelumnya, setiap saat kami tertangkap
basah. Istrinya hanya menangis, membiarkan
air matanya membanjiri bantal. Kesedihan
rupanya memenjarakan hidup mereka.
Tepatnya sejak dua tahun lalu. Saat itulah ia
akrab denganku. Tepat saat sehari setelah
bulan madu mereka. Dimana ia harus
mengenakan kursi roda, karena kecelakaan
yang menimpanya.

Ia tak mau mengakrabi istrinya, istrinya tak


mau meninggalkannya. Meskipun ia sangat
terluka, oleh sikap-sikap diam yang tajam.
Lelaki itu bergumam kepada tembok 'aku
hanya memiliki bayangan, tetapi istriku
berulangkali membunuhnya'. Istrinya terdiam

13 | M e n c a r i B i d a d a r i
http://bahasamerdu.blogspot.com
sejenak, kalimat yang sama yang didengarnya
berulangkali. Ia menatap punggung yang
membelakanginya. Punggung orang yang ia
cintai sepenuhnya. Punggung orang yang tak
ingin berbagi duka dengannya. Punggung
orang yang ingin mengusir dirinya dari
kehidupannya.

Bingung sejenak, ingin ia berkata-kata. Kata-


katanya telah dikalahkan oleh bayangan.
Hatinya terlalu luka oleh diam-diam yang
tajam. Ia ingin mengakhiri semua ini. Ia ingin
menghancurkan tembok tak kasat mata
diantara mereka. Bagaimana caranya? Malam
itu ia berjuang kembali, melawan lukanya.
Malam itu tekadnya sudah membaja.

Tiba-tiba istri yang cantik jelita itu berkata


nyaring. 'Suamiku aku mencintaimu'.
Kenyaringan dengan perih mendalam dengan

14 | M e n c a r i B i d a d a r i
http://bahasamerdu.blogspot.com
nada getir. Dipeluknya suaminya secara kasar.
Lelaki itu hanya diam. Tidak memberi tanda.
Bahkan ketika perih di pundak kanannya
terasa. Ada darah yang mengalir. Istrinya
menggigit dalam-dalam pundaknya, hingga
luka. 'Suamiku jika engkau melihat hatiku,
lukanya lebih dalam dari lukamu. Suamiku jika
engkau merasa perih, perihnya jiwaku lebih
perih dari perihmu. Aku mencintaimu apa
adanya'. Dan pelukkan itu mengerat, seperti
simpul mati pada badannya. Lelaki itu
menangis, tangisan pertama sejak dua tahun
lalu.

Hening...sangat hening...sedih pun


terpecahkan dengan dua pasang mata yang
basah. Detik yang melaju memberi suara dari
dinding. Entah berapa ribu ia melaju. Hingga
sang lelaki itu membalikkan badannya.

15 | M e n c a r i B i d a d a r i
http://bahasamerdu.blogspot.com
Mengucapkan kalimat pertama sejak ia
membisu, 'aku hanya memilikimu'.

16 | M e n c a r i B i d a d a r i
http://bahasamerdu.blogspot.com

Bahasa Merdu - Cerita Puitis

17 | M e n c a r i B i d a d a r i

Anda mungkin juga menyukai