Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN KEGIATAN MEMBACA

 Judul buku : Pulang


 Pengarang : Tere Liye
 Penerbit : Republika Penerbit
 Tahun terbit : 2015
 Jenis buku : Fiksi
 Tebal buku : 400 hal ; 13.5 x 20.5 cm
NO. BAB INFO PENTING
1. Si Babi Hutan (Bab 1) Jika manusia memiliki lima emosi, yaitu bahagia, sedih, takut, jijik, dan kemarahan. Maka tokoh
bujang dalam novel ini tidak memiliki salah satu dari lima emosi tersebut. Ia tidak memiliki rasa
takut, karna di umurnya ke-15 tahun ia dapat mengalahkan rasa takut pada dirinya.

2. Janji kepada mamak “ mamak akan mengizinkan kau pergi, Bujang. Meski itu sama saja dengan merobek separuh hati
mamak. Pergilah, anakku, temukan masa depanmu. Sungguh, besok lusa kau akan pulang. Jika tidak
( Bab 2 )
ke pangkuan mamak, kau akan pulang pada hakikat sejati yang ada dalam dirimu. Pulang...”. “
Berjanjilah Bujang, berjanjilah satu hal ini.”. “kau boleh melupakan mamak, kau boleh melupakan
seluruh kampung ini. Melupakan agama yang mamak ajarkan diam-diam jika bapak kau tidak ada
dirumah”. “mamak tahu kau akan jadi apa dikota sana, mamak tahu... Tapi, tapi apapun yang akan
kau lakukan disana berjanjilah bujang, kau tidak akan makan daging babi atau daging anjing. Kau
akan menjaga perutmu dari makanan haram dan kotor. Kau juga tidak akan menyentuh tuak dan
segala minuman haram. Berjanjilah kau akan menjaga perutmu dari semua itu, bujang. Agar besok
lusa, jika hitam seluruh hidupmu, jika hitam seluruh hatimu, kau tetap punya satu titik putih , dan
semoga itu berguna. Memanggilmu pulang”

Dari kutipan novel tersebut kita diingatkan akan patuh kepada orang tua. Dan pentingnya menjaga
kesucian diri dari makanan haram. Dan dapat berjanji pada diri sendiri. Dan tetap pada hakikat
sejauh apapun melangkah, selalu ingin kembali. Pulang...

3. Shadow economy (Bab ‘anda pasti pernah mendengar istilah shadow economy. Shadow economy adalah ekonomi yang
3) berjalan di ruang hitam, dinawah meja. Oleh karena itu, orang-orang juga menyebutnya black
market, underground economy. Kita tidak sednag berbicara tentang perdagangan obat-obatan,
narkoba, prostitusi, judi, atau sebagainya. Itu adalah masa lalu shadow economy, ketika mereka
hanya menjadi kecoa haram dan menjijikan dalam sistem ekonomi dunia. Hari ini kita berbicara
tentang pencucian uang, perdagangan senjata, transportasi, properti, minyaka bumi, valas, pasar
modal, retail, tekhnologi mutakhir, hingga penemua dunia medis yang tidak ternilai, yang semuanya
dikendalikan oleh institusi pasar gelap. Kami tidak dikenali oleh masyarakat, tidak terdaftar di
pemerintah, dan jelas tidak diliputi media massa, seperti yang anda nikmati setiap hari. Pertanyaan
menariknya adalah seberapa besar shadow economy ? jawabannya diluar imajinasi Siapapun.
Beberapa pakar ekonomi menaksir nilai shadow economy setara 18-20% GDP dunia.”
4. Belajar hingga negeri  Bujang pergi ke tokyo untuk mengunjungi rumah Guru Bushi, untuk melanjutkan latihan shuriken,
seberang (Bab 14) samurai, dan katana nya. Sampai waktu enam bulan latihannya selesai di tokyo,

Guru Bushi mengatakan “ samurai adalah perjalanan hidup, Bujang. Tidak pernah soal berapa lama
kau berlatih. Kau sudah menggenapkan seluruh tekhnik yang kumiliki dan seluruh jurus yang aku
punya. Sisanya, akan kau sempurnakan sendiri bersama perjalanan hidupmu.”

 Setelah berlatih bersama guru bushi di tokyo, Bujang pun melanjutkan pendidikan nya yang
sebelumnya ia menempuh pendidikan di sekolah persamaan di ibu kota dengan hasil yang
memuaskan. Kini ia melanjutkan pendidikannya di Amerika program studi Master Ekonomi disalah
satu kampus ternama di Massachusetts. Dan pada semester kedua ia pun mengambil Master
kedua, kuliah pararel , kali ini di bidang Matematika Terapan.

5. Memeluk erat Bujang sangata tidak suka mendengar suara adzan, karna setiap masalah dan kesedihan yang ia
dapatkan pasti bertepatan dengan berkumandangnya Adzan shubuh. Saat Mamak nya meninggal,
(Bab 21)
Bapak nya meninggal, dan Tauke besar meninggal pasti bertepatan dengan adzan subuh. Karna
ketiga hal tersebut adalah hal yang melemahkannya membuat rasa yang dahulu telah hilang, kini
kembali, rasa takut.

Bujang dan Tuanku Imam tiba di puncak menara masjid di sekolah agama Tuanku Imam untuk
berbincang- bincang dan melihat keindahan, sunrise.
Ada ruangan terbuka disana, dengan empat speaker r aksasa menghadap ke penjuru mata angin.
Siapa pun bisa melihat pemandangan sekitar dari atas, 360 derajat tanpa halangan.
Aku cemas jika speaker ini tiba-tiba mengeluarkan suara adzan. Kami persis berada didekatnya.
“ kau kenapa agam? “. Aku menggeleng. “ kau tidak suka mendengar suara adzan, bukan?”

Aku terdiam menatap tuanku imam. “ kepalamu seperti hendak pecah mendengarnya bukan?.
Dadamu tiba-tiba sesak. Napasmu menderu. Kau ingin suara berisik itu segera berakhir.” Aku
menelan ludah. Bagaimana Tuanku Imam tahu?. “ aku melihatmu meringkuk gelisah diatas ranjang
tadi pagi...”

“ ketahuilah nak hidup ini tidak pernah tentang mengalahkan siapa pun. Hidup ini hanya tentang
kedamaian di hatimu. Saat kau mampu berdamai maka saat itulah kau telah memenangkan seluruh
pertempuran. Kau membenci suara adzan misalnya, benci sekali, mengingatkanmu pada masa lalu.
Itu karena kau tidak pernah berdamai dengan kenangan tersebut. Adzan jelas mekanisme tuhan
memanggil siapa pun agar pulang ke pangkuan tuhan, bersujud. Adzan tidak dirancang untuk
mengganggu, suara berisik itu bukan untuk menyakiti siapa pun. Itu justru suara panggilan dan
harus kencang agar orang mendengarnya. Kau tidak pernah mau berdamai dengan hati sendiri,
nak, itulah yang membuatmu benci pada suara adzan, kau sendiri yang mendefinisikan demikian.”

“ peluklah semuanya, Agam. Peluk erat-erat. Dekap seluruh kebencian itu. Hanya itu cara agar
hatimu damai, nak. Semua pertanyaan, semua keraguan, semua kecemasan, semua kenangan masa
lalu, peluklah mereka erat-erat. Tidak perlu disesali, tidak perlu membenci, buat apa? Bukankah
kita selalu bisa melihat hari yang indah meski di hari seburuk apapun.”

“Agam, kembalilah. Pulanglah kepada tuhanmu. Aku tahu kau tidak pernah menyentuh setetes pun
minuman keras dan tidak mengunyah sepotong pun daging babi dan semua yang diharamkan oleh
agama. Perutmu bersih, itulah cara Mamak kau menjagamu agar tetap dekat saat panggilan untuk
pulang telah tiba, karena kau adalah keturunan dua orang yang sangat pentingdi masa lalu. Kakek
dari kakekmu adalah Tuanku Imam Agam, syahid, pejuang melawan penjajah belanda. Satu lagi
adalah perewa masyhur, yang kemudian menetap di kampung kita. Dia memang punya masa lalu
hitam, tapi dia kembali, menunjukkan bahwa semua orang bisa berubah.”

6. Epilog : Pulang Aku duduk di sebelah pusara mamak, tak jauh dari bekas ladang dan reruntuhan rumah. Sambil
menatap gundukan tanah tanpa nisan, aku berkata lirih.
(Bab 25)
“ Mamak, Bujang pulang hari ini. Tidak ke pangkuanmu, tidak lagi bisa mencium tanganmu.
Anakmu pulang ke samping pusaramu, bersimpuh penuh kerinduan.
Mamak, Bujang pulang hari ini. Anak laki-lakimu satu-satunya telah kembali. Maafkan aku yang
tidak pernah menjengukmu selama ini. Sungguh maafkan.
Mamak, Bujang pulang hari ini. Terima kasih banyak atas seluruh didikanmu, walau Mamak
harus menangis setiap kali melihat Bapak melecut punggungku dengan rotan. Terima kasih banyak
atas nasihat dan pesanmu.
Mamak, Bujang pulang hari ini. Tidak hanya pulang bersimpuh di pusaramu, tapi juga telah
pulang kepada panggilan Tuhan. Sungguh, sejauh apaun menyesatkan, segelap apapun hitamnya
jalan yang kutempuh, Tuhan selalu memanggil kami untuk pulang. Anakmu telah pulang.”

Anda mungkin juga menyukai