Ini adalah isi hati dari seorang anak yang beranjak dewasa;
Aku tak mau berenang dalam samudera kerinduan Ayah
Berapa jauhkah jarak yang kau bentangkan melalui kota-kota ternama
Berapa banyak waktu yang kau tunggu melalui kalender yang terus berganti wajah
Sampai kapan aku dipukuli rindu yang begitu linu, Ayah
Sampai-sampai ku lupa kapan terakhir kali kita minum bersama secangkir teh buatan Ibu
Sampai ku lupa juga perbincangan apa yang terakhir kali kita bincangkan
Sekuat itukah kau Ayah?
Seikhlas itukah kau Ayah?
Waktu terus berlalu mengantarku kepada hari-hari yang penuh duri dan luka
Doa-doamu selalu ku rasa dalam setiap lorong-lorong jalan hidupku
Nasihatmu juga tak pernah tanggal menuntunku disetiap gulita langkahku
Ongkos transfermu juga selalu menjadi penyelamat kala perutku mulai kering
Namun jika uangmu bisa membeli waktumu
Aku rela tidak jajan satu hari atau lama-lamanya satu minggu
Agar aku bisa berjumpa denganmu dan tak bersusah payah menghindari rasa linu di dada
Agar aku merasakan lagi betapa hangatnya senja yang bersinar dari pelukmu
Haruskah aku membeli waktumu, Ayah