Anda di halaman 1dari 5

Anak Nakalku

kemana saja kamu hingga kotor mukamu,,


kesayanganku dengan muka yang kotor,,
aku mencarimu sampai ikut kotor,,
dan mencuci semua bajumu,,
aku menemukan permen karet di sepatumu,,
aku tahu itu permen karetmu,,
dan aku tahu kamu bermain di tempat sampah,,
aduuh,,
pusing rasanya,,
melihatmu,,
namun aku tak sanggup tidur tanpamu,,
anakku,,
dan kesayanganku,,

***

Koran Peradaban

Angin menghela nafasnya,


Seolah beban membawa cuaca,
Pucuk pepohonan menari tarian gila,
Mabuk oleh air haram manusia.
Bumi malas menjaga anak-anak,
Lempeng-lempeng kerak yang selalu berjingkrak,

Manusia kian lihai berdusta,


Lengkap dengan topeng-topeng baja,
Hati bersembunyi entah dimana,
Haha… mungkin takut pada tuannya.

Tiada arah jalan untuk perbaikan,


Segalanya berubah liar dan berantakan.
Apa ini hanya tajuk laris Koran-koran ?,Ataukah memang ujung dari sebuah
peradaban.

***

Judulku

Hingga sore ini aku tak tahu judulnya,,


Judul dalam hidup ini,,
Apakah aku seorang yang hebat,,
Ataukah seorang yang biasa saja,,
Atau bahkan seorang pecundang,,
Sungguh membuatku khawatir,,
Lalu bagaimana,,
Apa aku harus merantau,,
Tapi demi apa? Semoga aku segera menemukan jati diriku,,

amin

***

Batu Kelapa

Oleh: Kahlil Gibran

Dua muda bercermin cahaya,


sesaat terik melepas biasnya di perigi
harap. Jengkal waktu merayap malas, bertali
dua perempuan paruh nafas luruh di tepi daun kaca:
merayu sepasang batu kelapa, terpukul nyata.

Keajaiban bagai memikat beliung


rasa dua muda itu, dan gegas melambung
paruh demi sepasang batu kelapa;
memundak gersang terka.

Tak lama batu kelapa menanak


santannya di tempurung berekor bulu.
Mengasah dua muda untuk menilik: adanya
kisah batu di kelapa selepas gelap.

***

Selamat Jalan

Hai, kini aku berada di depanmu


Kau yang berbaring santai di dalam tanah,
Mungkin saat ini roh mu sedang tersenyum puas
Karena aku selalu ingat kata-katamu,
“Aku ingin membuat semua orang di sekelilingku bahagia,
Setelah mereka bahagia,
Maka saatnya aku pergi.
Itulah kesepakatanku dengan Tuhan.”

***

Jalan Tuhan

Ketika yang ku genggam pun akhirnya hilang,


Sudah pasti Tuhan tak berkenan,
Dan ketika yang ada kini datang lantas bertahan,
Sudah pasti Tuhan menginginkan…

***

Marhaban ya Ramadhan

Bila malam terlalu kelam dan dingin,


Maka fajar adalah Ramadhan yang menjanjikan cahaya dan hangat.
Genggam saja dunia, namun istirahatlah sejenak,
Renungkan sejatinya manusia,
Ingat jalan kembali kelak.

Dari jendela ini kulihat hujan menerpa pepohonan,


Dari kalbu ini kulihat kasih,
Bahagia dan kebenaran.

Marhaban ya Ramadhan

***

Jalan Hikmah

Seringkali “sendiri” memanggilku untuk kembali menelusuri rasa dalam hati.

Aku adalah bias penuh warna,


Dari serpihan kristal kaca.
Tak perduli bagaimana mencoba menyusunnya,
Tetap saja makin berhamburan tak terhingga.

Kusadar pada awalnya,


Manusia berasal seorang diri,
Apabila di pertengahan merasa sendiri,
Itulah saat menelaah jejak,
Sebagai jalan untuk kembali.

Sampai jua pada rumah sepertiga malam,


Dimana pintu rencana telah ditutup dan pintu hikmah kembali dibuka.

***

Anda mungkin juga menyukai