Anda di halaman 1dari 6

Orang-orang Kenangan

Orang-orang menyebutnya kota lama. Sedangkan yang lain menyebutnya little Netherland.
Ada pula yang menyebutnya Outstadt. Tentang sebutan apa yang diberikan kepadanya aku
sendiri tidak pernah mempedulikannya. Semua julukan yang melekat pada kota tersebut
diberikan oleh mereka yang menyukainya. Semakin banyak orang yang menyukainya membuat
semakin banyak pula julukan yang diberikan kepadanya.
Semenjak pertama kali melihatnya, aku langsung jatuh hati padanya. Oleh sebab itu aku juga
ingin menamainya sesuai dengan keinginanku sendiri. Dan nama yang ingin kuberikan
kepadanya adalah Kota Senja. Aku menamainya demikian karena aku mengenalnya tepat saat
senja tiba. Jika kamu datang ke kota ini jangan harap kamu merasakan keramaian sebagaimana
kota pada umumnya. Di sini hanya ada kesunyian dan kenangan. Sesuatu yang selalu kudamba
setiap kali aku melakukan sebuah perjalanan. Dari kesunyian dan kenangan yang tersaji itu aku
bisa membayangkan merasai kejadian-kejadian yang pernah terjadi di masa lampau. Termasuk
kejadian yang pernah terjadi di Kota Senja ini.
Yang disebut Kota Lama ini adalah bekas pusat perdagangan di masa silam. Meski pernah
menjadi pusat perdagangan yang ramai. Namun jangan pernah berpikir keramaian itu masih
bertahan hingga sekarang. Hiruk pikuk dan keramaian yang dahulu pernah tercipta. Semua
seolah terhisap secara sempurna tebalnya tembok-tembok yang beberapa diantaranya dihinggapi
oleh lumut-lumut yang warnanya hijau kecoklatan. Sehingga yang tersisa hanyalah kesunyian
dan kenangan saja.
Orang yang mengenalkanku dengan kota ini adalah kakekku sendiri. Dulu jika ada waktu
luang kakek sering mengajakku menjelajahi tempat ini. Saat pertama kali melihatnya aku takjub
dibuatnya. Sebab bentuk bangunannya berbeda dengan bangunan lain yang penah kujumpai
sebelumnya. Bangunan yang ada disini lebih mirip dengan bangunan yang kulihat dalam album
foto bangunan bersejarah kepunyaan kakek. Buku kakek yang didalamnya memampangkan
gambar bangunan yang seperti kulihat di Kota Lama ini adalah kiriman dari sahabatnya yang
tinggal di negeri Belanda.
“Itulah sebabnya kenapa kota ini sering disebut little Netherland,” kata Kakek.
Kala itu aku setuju dengan ucapan kakek. Namun ketika berangsur tiba dan menghentikan
jelajah kecil yang kulakukan dengan kakek. Aku melihat keindahan lain yang ada di kota ini.
Dan semenjak saat itu aku lebih senang menyebutnya kota Senja. Jika ada waktu luang dan
memiliki sedikit biaya aku sering datang kesini. Dengan mendatanginya aku ingin menjumputi
kenangan sewaktu masih kecil dulu yang kemungkin masih tersisa.
Dalam usia yang hampir mencapai kepala tiga, kunjunganku kepadanya tidak lama seperti
puluhan tahun yang lalu. Jika dahulu semua penjelajahan dan pengenalan akan kota ini usai saat
senja tiba. Tetapi kini semua penjelajahan dan pengenalan yang kulakukan justru baru akan
kumulai saat senja usai. Ketika kebanyakan orang bergegas menuju kediamannya masing-masing
untuk berkumpul dan mencipta kehangatan bersama keluarganya. Aku justru berangkat menuju
kota lama ini untuk mencicipi sunyi. Dengan mencicipi sunyi dan membiarkannya menjalar di
sekujur tubuh membuatku bisa mencerna segala hal yang tidak tertangkap oleh indrawi.
Sebagian orang mungkin tidak percaya dengan kegemaranku ini. Dan bahkan tak jarang pula
orang berpendapat aku ini gila. Semua anggapan dari orang semacam itu tak pernah membuatku
peduli. Sebab aku percaya bahwa semua pilihan yang dijatuhkan atas dasar kesadaran. Semua
akan berakhir dengan bahagia. Semua orang memiliki hak yang sama dalam hal menentukan
kesenangannya sendiri. Termasuk dalam menentukan jalan hidup. Meresapi sunyi dan mencari
pelajaran yang tersimpan didalamnya mungkin merupakan jalan hidupku. Aku merasa demikian
karena ada bahagia yang tercipta disana.
Aku menyukai sunyi karena sunyi tak pernah mengajakku berkelahi. Ia telah banyak
mengajari tentang bagaimana seharusnya hidup. Ia tidak pernah meminta banyak hal. Yang ia
minta hanya sebuah waktu untuk melakukan perenungan tentang tujuan hidup seorang manusia.
Sebuah tujuan hidup yang terkadang terlupa karena terlalu terpukau akan gemerlap dunia.
Keterpukauan seseorang pada gemerlap dunia itulah yang membuat seseorang tidak pernah
berkeinginan untuk mencintai atau mempelajari sunyi. Padahal setiap akhir kehidupan dan awal
mula dari perjalanan panjang ke alam keabadian akan senantiasa disertai kesunyian yang hakiki.
Menolak sunyi sama halnya menolak kuasa Illahi. Maka dari itulah aku gemar menyunyikan diri
dengan harapan bisa mmperoleh bahagia dari laku sunyi yang sedang kujalani. Sehingga pada
akhirnya nanti aku akan terbiasa hidup di dunia yang tanpa suara.
Seperti biasanya ketika senja bergegas surut aku selalu duduk di sebuah kursi besi yang
beberapa bagiannya telah keropos dimakan usia. Setelah mengambil posisi duduk yang paling
nyaman dengan segera pandanganku kulesatkan kearah langit kemerahan yang bergegas luntur
dan telah mulai nampak hitam pekat. Setelah senja sore itu luruh dengan sempurna. Aku segera
bergegas untuk melepas hal lain dalam diriku. Dengan tujuan agar ia dapat mengenali setiap
jengkal kota ini dengan caranya sendiri
Mula-mula hal lain dalam diriku itu mendatangi sebuah tempat yang penuh dengan orang-
orang yang tengah memanggul karung. Selain memanggul karung orang-orang tersebut juga
kulihat tengah mengangkat sebuah drum berisi suatu cairan beraoma kuat. Orang-orang yang
dilihat oleh hal lain dalam diriku ini tidak bisa dilihat dengan menggunakan mata biasa. Ini
dikarenakan orang-orang tersebut merupakan orang-orang kenangan. Dari aroma yang menguar
dan dapat tetangkap oleh hal lain dari diriku itu adalah gula.
Sedangkan drum yang berisi cairan beraroma kuat itu adalah nila. Kedua benda yang
berbeda secara wujud namun beraoma sama kuatnya itu merupakan salah satu komoditi
unggulan yang pernah dimiliki oleh kadipaten yang dahulu berada di bawah kekuasaan
Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Bahkan, dalam sebuah buku disebutkan bahwa kedua benda
tersebut merupakan yang terbaik di dunia pada saat itu. Dan hanya bisa ditandingi oleh gula dan
nila dari negeri Samba.
Berangkat daeri hal tersebut tentunya tidak mengherankan apabila semua orang yang
memanggul dan mengangkati drum itu menampakkan kebanggaan. Meski barang tersebut
kebanyakaan bukan miliknya sendiri. Mereka tetap merasa bangga bahwa di bagian lain dari
tanahnya terdapat sesuatu yang diakui kualitasnya oleh dunia. Tentang perasaan bangga itu
tentunya hanya dimiliki oleh orang-orang kenangan tadi. Hal itu terjadi karena untuk saat ini
kedua benda yang pernah mereka banggakan tidak lagi diakui sebagai yang terbaik di dunia.
Tentang hal apa yang menjadi penyebabnya, hal lain dalam diriku itu tidak mengetahuinya
secara pasti.
Kemudian setelah puas melihat orang-orang kenangan memanggul karung berisi gula dan
mengangkati drum berisikan nira. Hal lain dalam diriku bergegas menuju ke sebuah tempat yang
menjadi pemberhentian dari ular besi. Di tempat ini aku juga menjumpai orang-orang kenangan
lagi. bedanya, mereka yang kujumpai di tempat ini tidak membawa sesuatu yang beraroma
menyengat. Mereka justru memakai suatu cairan esuatu yang aromanya menyenangkan. Selain
memakai cairan yang beraroma menyenangkan. Mereka juga mengenakan pakaian-pakaian yang
sedap dipandang oleh mata. Mereka nampak menunggu sesuatu yang konon digerakkan oleh api
dan dibagian atasnya mengeluarkan asap tebal.
Tidak seberapa lama kemudian apa yang mereka tunggu pada akhirnya tiba juga. Dan benar
yang kuduga, orang-orang kenangan yang kujumpai di tempat ini tengah menunggu datangnya
sebuah kereta api. Setelah kereta api berhenti, mereka yang telah menanti kedatangannya dengan
segera memasuki gerbong-gerbong yang berjejer di belakang bagian yang terus saja
mengeluarkan asap tebal.
Ketika terdengar suara berderit akibat roda besi beradu dengan jalan khusus yang juga
terbuat dari besi. Kulihat semua orang yang menaikinya tertawa dan sesekali tersenyum, mereka
tampak sangat bergembira. Aku menduga bahwa mereka merasa gembira karena menunggangi
sesuatu yang masih baru. Dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa merasakannya. Hal lain
yang ada dalam diriku merasa sangat yakin mereka tidak akan segembira itu apabila menaikinya
pada jaman sekarang.
Di saat orang-orang kenangan itu bergembira diajak menyusuri jalanan besi oleh tunggangan
yang baru melaju di atas tanah Jawa ini. Pandanganku dikejutkan oleh penampakan sesosok
orang kenangan yang terlihat sedih. Melihat ada kesedihan ditengah banyaknya kegembiraan
tentu memancing rasa ingin tahuku. Hal lain yang ada dalam diriku lantas mendekatinya dan
kemudian bertanya, “Mengapa bersedih, mbah?”
“Aku tidak bersedih, aku menggugurkan air mataku untuk merayakan sebuah perpisahan.”
“Perpisahan? Perpisahan dengan siapa mbah?”
“Dengan kapalku.”
Hal lain yang ada dalam diriku itu merasa bingung dengan apa yang dicucap lelaki tersebut.
Ketika akan bertanya lebih lanjut, lelaki itu keburu menghilang entah pergi kemana. Hal lain
dalam diriku itu kemudian merenung untuk mencerna apa yang dimaksud oleh lelaki yang
ditemuinya tadi.
“Ah, bodohnya. Itu kan…”
Ya, akhirnya hal lain yang ada dalam diriku itu tahu apa yang dimaksud oleh lelaki tadi.
Maksud dari perkataannya dengan datangnya ular besi, itu pertanda bahwa perjalanan yang
mulanya dilakukan dengan kapal akan tergantikan dengan ular besi tadi. Hal lain dalam diriku
juga membatin bahwa kapal milik lelaki yang dijumpainya tadi telah melahirkan banyak
kenangan. Ia merasa sayang untuk meninggalkan sesuatu yang telah menjadi sandaran hidupnya.
Ia mungkin merasa sedih karena dihadapkan pilihan yang sulit untuk dipilih. Bertahan dengan
sesuatu yang beranjak dilupakan. Atau mencoba memulai hal baru yang belum tentu
dikuasainya.
Jika dilihat dari usianya pastinya ia akan mampu menjatuhkan pada pilihan yang tepat. Hal
lain dalam diriku juga merasa yakin lelaki tadi telah tahu isi dari sebuah jangka yang sampai kini
masih diyakini oleh masyarakat Jawa. Dalam jangka tersebut disebutkan bahwa tanah Jawa akan
dikalungi dengan besi. Beberapa orang ada yang merasa bangga dengan kejadian ini. Tapi tidak
sedikit yang merasa takut untuk menghadapinya.
Mereka yang takut ini tahu bahwa pada saat tanah Jawa telah berkalung besi. Saat
merupakan waktu yang paling tidak mengenakkan. Masa itu adalah masa yang tidak menentu.
Kebenaran akan dipandang sebuah kesalahan. Dan begitu pula sebaliknya. Sungai-sungai yang
pada awalnya menjadi jalur utama perdagangan akan menjadi sepi. Sebab, jalur perdagangan
akan dipindah melalui daratan. Sungai-sungai yang mulanya dipenuhi dengan harapan akan
dipenuhi dengan sisa-sisa keserakahan dari mereka yang mengaku sebagai bangsa paling
beradab. Dan pada akhirnya, sungai-sungai itu hanya akan menyimpan kenangan tentang sebuah
kejayaan dengan caranya sendiri.
Selepas itu kurasa ada tangan yang menepuk bahuku. Aku pun segera tersadar dari
penjelajahan sunyi yang kunikmati sendiri. Aku lalu memalingkan muka dan kulihat ada senyum
menawan dari seseorang yang sangat kukenal. Ia kemudian menarik tanganku dan mengajak
melihat sesuatu yang luput dari penjelajahanku tadi.
“Lihatlah orang-orang kenangan itu! Mereka pernah hidup selayaknya kamu. Dahulu
mereka pernah merasakan sedih dan juga gembira. Namun kini mereka tidak bisa lagi merasakan
hal-hal itu. Hal itu terjadi karena mereka hanya hidup dalam alam kenangan. Dan bukannya
hidup di alam kenyataan sebagaimana kamu sekarang. Maka jika kamu masih merasa hidup
rasailah hidupmu. Menangislah jika bersedih dan tertawalah jika tengah bahagia. Lakukanlah hal
itu karena hanya hal itu yang membedakanmu dengan orang-orang kenangan yang kau lihat
tadi!”
Seusai mengatakan itu, orang yang membangunkanku tadi segera lenyap. Untuk sementara
aku tertegun oleh kata-katanya. Sejenak kupikir memang apa yang dikatakan olehnya ada
benarnya juga. Suatu hari nanti mungkin aku akan menjadi seperti mereka. Aku akan menjadi
orang kenangan. Dan semua yang kulakukan dan kurasai saat ini hanya bisa kumengerti sendiri.
Sebab mereka yang akan melihatku sebagai orang kenangan, saat itu terjadi, mereka pasti
memiliki berbagai sendiri atas apa yang pernah terjadi di sepanjang kehidupanku.
Dan Kota Lama atau yang kusebut sebagai Kota Senja ini akan menambah cerita panjang
tentang perjalanan orang-orang kenangan. Sebuah cerita yang akan tetap menguar meski tanpa
suara atau kata. Sementara itu seusia kepergian orang yang menyeretku tadi. Aku masih ingin
mengenali sunyi dlm waktu yang cukup lama. Sebab dengan mengenalinya lebih lama. Aku bisa
tahu apa yang dikehendaki oleh diri. Dan aku pun tahu. Mengapa Kau membawaku kemari.

Anda mungkin juga menyukai