Anda di halaman 1dari 9

MODUL PENULISAN

CERITA ANAK
BERBAHASA JAWA

OLEH:
ZULY KRISTANTO
Sekilas Tentang Cerita Anak Berbahasa Jawa
Pendidikan karakter terhadap anak bagi masyarakat Jawa
dianggap sangatlah penting. Maka dari itulah banyak
sastrawan dan pujangga Jawa di masa lalu menciptakan
cerita-cerita anak berbahasa Jawa yang penuh dengan
nilai-nilai keluhuran.
Tujuan diciptakannya cerita anak berbahasa Jawa ini
tentunya untuk memberikan pelajaran dan pengajaran
kepada anak tentang berbagai piwulang sejak dini. Dan
dengan adanya hal itu diharapkan anak bisa tumbuh
seperti yang diharapkan orang tuanya, yakni : tidak
gagap dengan nilai-nilai kejawaan, memiliki sikap
andap-asor, sopan, dan yang tidak kalah pentingnya anak
bisa menggunakan bahasa jawa secara benar dan tepat
ketika bicara dengan orang lain.
Contoh-contoh cerita anak berbahasa Jawa yang telah
diciptakan oleh para sastrawan dan pujangga di masa
lalu sungguh sangat banyak. Beberapa contohnya seperti
cerita tentang Tantri, cerita tentang Kancil, dan masih
banyak lainnya.
Cerita-cerita itu sampai sekarang memang masih kita
kenal dan masih sering digunakan. Hanya saja, agar anak
tidak merasa jenuh. Ada baiknya penciptaan cerita anak
berbahasa Jawa terus dilakukan. Hal ini harus dilakukan
bukan hanya untuk memberikan pelajaran dan
pengajaran kepada anak. Lebih dari itu, penciptaan ini
juga dilakukan agar keberlangsungan sastra Jawa,
khususnya sastra Jawa untuk anak tetap lestari.
Selain itu melalui penciptaan cerita anak berbahasa Jawa
ini juga akan memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap keberlangsungan bahasa Jawa itu sendiri.
Tentang bagaimana penulisan cerita anak berbahasa
Jawa itu saya kira tak jauh berbeda dengan cerita anak
berbahasa Indonesia pada umumnya. Hanya saja yang
menjadi pembeda terletak pemilihan kata yang
digunakan sebagai penyusun cerita.
Hal ini terjadi karena di Jawa mengenal undha-usuk
(tingkatan pengguna bahasa). Maka dari itu, sebelum
masuk ke dalam proses penulisan cerita. Ada baiknya
ditentukan dahulu jenis cerita, siapa saja tokoh-tokohnya
dan untuk anak usia berapa cerita itu dibuat. Penentuan
ini penting untuk menentukan jenis bahasa apa yang
akan digunakan dalam cerita yang akan kita buat.
Sekilas mengenai cerita anak berbahasa Jawa saya kira
sampai di sini dulu. Untuk lebih lengkapnya akan saya
sampaikan beberapa trik-trik menulis cerita anak
berbahasa Jawa.
Langkah-langkah
Sebelum masuk ke dalam trik penulisan cerita
anak berbahasa Jawa. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh penulis adalah penggunakan
tata penulisan bahasa Jawa yang baik dan benar.
Adapun yang dimaksud dengan tata penulisan
bahasa Jawa yang baik dan benar antara lain.
 Penulis dapat membedakan penggunaan
‘a’ jejeg dan ‘a’ miring serta penggunaan
‘o’.
Contohnya : lara yang berarti sakit ditulis
lara dan bukannya loro.
 Penulis dapat membedakan penggunaan
‘i’ jejeg dan ‘i’ miring.
Gerih yang berarti ikan asin ditulis gerih
dan bukannya gereh.
Wis yang berarti sudah ditulis wis dan
bukannya wes
 Penulis dapat membedakan kapan
membedakan penggunaan ‘d’ atau ‘dh’
dan ‘t’ atau ‘th’ dalam penulisan cerita
yang akan dibuatnya.
1. Pilih cerita Anak yang akan dibuat
Sebelum melangkah lebih jauh. Saya kira yang
paling awal dilakukan dalam menulis cerita anak
berbahasa Jawa adalah menentukan jenis cerita
anak yang akan dibuat ini sangat penting. Karena
akan berpengaruh pada pemilihan bahasa yang
akan digunakan untuk membangun cerita.
Cerita anak dengan tokoh yang ada orang
dewasanya sedikit lebih sulit bila dibandingkan
dengan cerita-cerita fabel.
Hal ini dikarenakan dalam membuat sebuah
cerita yang menggunakan orang dewasa sebagai
salah satu tokohnya. Pembuat cerita dituntut
untuk dapat membuat tokoh anak dalam cerita
yang dibuatnya bicara dengan menggunakan
ragam bahasa krama yang dianggap sreg oleh
penulis si penulis. Ragam bahasa yang dimaksud
dalam hal ini adalah krama lugu, krama, dan
krama inggil.
Penggunaan ragam bahasa ini sangat penting
keberadaannya. Sebab, dengan menggunakannya
penulis secara tidak langsung akan memberikan
pengetahuan kepada anak bagaimana yang harus
dilakukan anak ketika bicara dengan orang yang
lebih tua dari dirinya.

2. Setelah menentukan jenis cerita apa yang dipilih.


Langkah kedua adalah membangun cerita dengan
cara menentukan siapa saja tokohnya, bagaimana
permasalahan yang dihadapi tokoh, bagaimana
langkah penyelesaiannya, dan yang tidak boleh
ketinggalan pesan apa yang terkandung dalam
cerita tersebut.
3. Setelah itu tentukan sasaran pembaca. Penentuan
sasaran pembaca ini penting untuk menentukan
panjang dan pendeknya cerita yang kita buat.
Pada cerita untuk anak dengan usia di atas 11
tahun. Kita bisa membuat cerita dengan panjang
maksimal 1.000 kata. Sementara untuk anak
dengan usia dibawah 11 tahun. Ada baiknya
cerita yang dibuat panjangnya tidak lebih dari
650 kata.
4. Setting tempat dalam cerita ada baiknya diambil
tidak jauh dari lingkungan anak tinggal. Hal ini
akan memudahkan anak untuk berimajinasi dan
tahu maksud dari cerita yang kita buat.
5. Tokoh utama dan masalah yang dihadapi tokoh
utama. Dalam hal ini ada baiknya penulis
memperhatikan dengan teliti tentang masalah apa
yang dihadapi oleh tokoh utama. Jangan sampai
masalah yang dihadapkan pada tokoh utama
melebihi usia si tokoh utama itu sendiri.
Contohnya tidak mungkin tokoh utama yang
misalnya masih duduk di bangku SD dihadapkan
dengan masalah percintaan, menyusun kejahatan,
dan hal-hal rumit lainnya yang tidak mungkin
dilakukan oleh seorang anak yang masih duduk
di bangku SD.
Dalam hal ini selain harus melakukan penelitian
dan pengamatan secara mendalam terhadap
tingkah polah anak SD di jaman sekarang,
penulis juga harus mengubah cara pandangnya
menjadi cara pandang anak SD. Ini dibutuhkan
agar cerita yang akan dibuat tidak terkesan
menggurui. Karena cerita anak yang baik itu
bukanlah cerita yang sifatnya menggurui. Tetapi
cerita yang baik itu adalah cerita yang mampu
membersamai pembacanya dan membuat
pembacanya dapat menemukan berbagai
pengetahuan baru dari cerita yang dibacanya.
6. Penggambaran tokoh: untuk membuat cerita yang
bagus harus kuat penokohannya. Ini diperlukan
agar tokoh yang dibuat bisa jelas bagaimana ciri
fisiknya, bagaimana sifatnya yang mecolok, dan
hal-hal lain yang punya keterkaitannya dengan
tokoh yang dibuatnya. Maksudnya penulis harus
dengan jelas menggambarkan tokoh yang dia
gunakan itu laki-laki atau perempuan, periang
atau pemurung, rajin atau pandai, harus mampu
dia gambarkan dengan gamblang. Penggambaran
tokoh yang jelas (detail) ini sangat penting bagi
pembaca untuk membangun imajinasi pembaca
dalam alam pikirnya.

Anda mungkin juga menyukai