Anda di halaman 1dari 63

GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI PASIEN DIABETES

MELLITUS TENTANG DIET DIABETES MELLITUS


DI POLI RAWAT JALAN RSUD DR. M. ZEIN PAINAN
TAHUN 2019

Tugas Akhir

Diajukan ke Program Studi D III Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang


Sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

Oleh :

BASARIA SAMOSIR
NIM : 182141059

JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2019
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN GIZI

Tugas Akhir, Juni 2019

Basaria Samosir

Gambaran Pengetahuan Gizi Pasien Diabetes Mellitus Tentang Diet Diabetes


Mellitus di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Zein Painan Tahun 2019

vii + 46 halaman + 8 tabel + 9 lampiran

ABSTRAK

Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat
kurangnya produksi insulin oleh pankreas. Jumlah kasus diabetes mellitus di
Sumatera Barat tahun 2017 adalah 8.684 per 100.000 penduduk. RSUD M. Zein
Painan menempati urutan ke empat tertinggi kasus diabetes mellitus (4,9%)
diantara rumah sakit yang ada di Sumatera Barat. Tingginya angka kejadian
penyakit diabetes melitus sangat berkaitan dengan pengetahuan, gaya hidup
dengan pola diet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
pengetahuan gizi pasien diabetes mellitus tentang diet diabetes mellitus di Poli
Rawat Jalan RSUD Dr. M. Zein Painan Tahun 2019.
Jenis penelitian ini adalah deksipritif. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD
Dr. M. Zein Painan dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni
2019. Populasi penelitian adalah semua pasien Diabetes Mellitus yang datang
berkunjung ke Poliklinik RSUD M. Zein Painan berjumlah 50 orang. Sampel
sebanyak 33 orang dengan teknik accidental sampling. Data primer adalah
pengetahuan tentang diet diabetes mellitus diperoleh dengan menggunakan alat
bantu kuesioner. Pengolahan data secara komputerisasi dan dianalisis secara
univariat.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan hampir separoh
(42,4%) responden memiliki pengetahuan yang rendah tentang diet diabetes
mellitus.
Diharapkan bagi rumah sakit agar dapat memberikan sosialisasi kepada
keluarga penderita diabetes mellitus mengenai diet agar dapat memberi perhatian
dan dan dukungan positif terhadap penderita diabetes melitus. Sebaiknya perlu
disediakan fasilitas edukasi tentang program diet diabetes melitus baik berupa
poster, leaflet, banner maupun video edukasi.

Kepustakaan : 23 (2008 – 2017)


Kata Kunci : Pengetahuan, pola makan, diabetes mellitus
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Tugas Akhir

Gambaran Pengetahuan Gizi Pasien Diabetes Mellitus Tentang Diet Diabetes


Mellitus di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Zein Painan Tahun 2019

Oleh :

Basaria Samosir
NIM : 182141059

Tugas Akhir ini telah diperiksa, disetujui oleh pembimbing tugas akhir Program
Studi DIII Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang dan siap untuk
dipertahankan dihadapan Tim Penguji tugas akhir Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang

Padang, Juni 2019

Menyetujui
Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir. Zulferi, M.Pd Zul Amri, DCN, M.Kes


NIP : 19581211 198302 1 002 NIP : 19640420 198703 1 001

Ketua Jurusan Gizi


Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

Kasmiyetti, DCN, M.Biomed


NIP : 19640427 198703 2 001
PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI
Tugas Akhir

Gambaran Pengetahuan Gizi Pasien Diabetes Mellitus Tentang Diet Diabetes


Mellitus di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Zein Painan Tahun 2019

Oleh :

BASARIA SAMOSIR
NIM : 182141059

Tugas Akhir ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Tugas Akhir Program
Studi D III Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang dan dinyatakan telah
memenuhi syarat untuk diterima

Padang, Juni 2019


Menyetujui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir. Zulferi, M.Pd Zul Amri, DCN, M.Kes


NIP : 19581211 198302 1 002 NIP : 19640420 198703 1 001

Ketua Dewan Penguji Anggota Dewan Penguji

Hasneli, DCN, M.Biomed Ismanilda, S.Pd, M.Pd


NIP : 19630719 198803 2 003 NIP : 19681005 199403 2 002
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama Lengkap : Basaria Samosir
NIM : 182141059
Tanggal Lahir : Rantau Prapat / 22 November 1975
Tahun Masuk : 2018
Peminatan : Gizi
Nama Pembimbing Utama : Ir. Zulferi, M.Pd
Nama Pembimbing Pendamping : Zul Amri, DCN, M.Kes
Nama Dewan Penguji : Hasneli, DCN, M.Biomed
Nama Anggota Dewan Penguji : Ismanilda, S.Pd, M.Pd

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam proposal


penelitian saya yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Gizi Pasien Diabetes
Mellitus Tentang Diet Diabetes Mellitus di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M.
Zein Painan Tahun 2019”.

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka
saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini
saya buat dengan sebenar-benarnya.

Padang, Juni 2019

Basaria Samosir
NIM : 182141059
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Basaria Samosir


NIM : 182141059
Tempat/Tanggal Lahir : Rantau Prapat / 22 November 1975
Anak ke :8
Jumlah Bersaudara :8
Agama : Kristen
Status : Kawin
Alamat : Perumahan Bunga Pasang Asri Painan

Nama Orangtua
Ayah : Alm. H. Samosir
Pekerjaan : PNS
Ibu : T. Br. Sitanggang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Riwayat Pendidikan :
No. Pendidikan Tahun
1. SD 6 Juni 1987
2. SMP 4 Juni 1990
3. SMA 29 Mei 1993
4. SPAG 3 Oktober 1994
5. DIII Gizi Poltekkes Kemenkes Padang 2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan do’a dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

dengan berkat serta rahmat dan karunia-Nya, penulisan tugas akhir ini dapat

diselesaikan oleh penulis walaupun menemui kesulitan dalam pembuatannya.

Penyusunan dan penulisan tugas akhir ini merupakan suatu rangkaian dari

proses pendidikan secara menyeluruh di Program Studi Diploma III Jurusan Gizi

di Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang, dan sebagai prasyarat dalam

menyelesaikan pendidikan DIII Gizi pada masa akhir pendidikan. Judul tugas

akhir ini “Gambaran Pengetahuan Gizi Pasien Diabetes Mellitus Tentang

Diet Diabetes Mellitus di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Zein Painan Tahun

2019”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya atas segala bimbingan, pengarahan dari Bapak Ir. Zulferi, M.Pd

sebagai pembimbing utama dan Bapak Zul Amri, DCN, M.Kes sebagai

pembimbing pendamping serta berbagai pihak yang penulis terima, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si, selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang.

2. Ibu Kasmiyetti, DCN, M.Biomed, selaku Ketua Jurusan Gizi

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang.

3. Ibu Safyanti, SKM, M.Kes selaku Ka.Prodi D III Gizi Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang.

i
4. Bapak / Ibu Dosen mata kuliah Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Padang..

5. Orang Tua serta keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan

dan motivasi selama pembuatan tugas akhir ini.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam proses perkuliahan dan

penulisan tugas akhir yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari akan keterbatasan

kemampuan yang ada, sehingga penulis merasa masih belum sempurna, baik

dalam isi maupun dalam penyajian. Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik

dan saran yang membangun guna penyempurnaan tugas akhir ini.

Padang, Juni 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN
PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
RIWAYAT HIDUP PENULIS
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
1. Tujuan Umum ............................................................................. 6
2. Tujuan Khusus ............................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Diabetes Mellitus .............................................................................. 8
B. Pengetahuan ..................................................................................... 26
C. Kerangka Teori ................................................................................. 29
D. Kerangka Konsep .............................................................................. 30
E. Definisi Operasional.......................................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian ............................................................... 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 31
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 31
1. Populasi ....................................................................................... 31
2. Sampel ......................................................................................... 31
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 33
1. Data Primer ................................................................................. 33
2. Data Sekunder ............................................................................. 33
E. Alat Pengumpulan Data .................................................................... 33
F. Teknik Pengolahan Data .................................................................. 33
G. Analisis Data ..................................................................................... 34

iii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 35
B. Pembahasan ....................................................................................... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 45
B. Saran .................................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

2.1 Kerangka Teori ............................................................................................. 29

2.2 Kerangka Konsep .......................................................................................... 30

v
DAFTAR TABEL

No. Tabel .................................................................................................... Halaman

2.1 Kriteria Diabetes Mellitus Berdasarkan Pemeriksaan Gula Darah ................ 9

2.3 Definisi Operasional...................................................................................... 30

4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di


RSUD Dr. M. Zein Painan tahun 2019 ........................................................ 36

4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di RSUD


Dr. M. Zein Painan tahun 2019 .................................................................... 36

4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di


RSUD Dr. M. Zein Painan tahun 2019 ........................................................ 37

4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan


di RSUD Dr. M. Zein Painan tahun 2019 .................................................... 37

4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan


Tentang Diet Diabetes Mellitus di RSUD Dr. M. Zein Painan
Tahun 2019 ................................................................................................... 38

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran. A Jadwal Kegiatan Proposal Penelitian

Lampiran. B Permohonan Menjadi Responden

Lampiran. C Format Persetujuan Responden

Lampiran. D Kuesioner Penelitian

Lampiran. E Master Tabel

Lampiran. F Hasil Pengolahan Data

Lampiran. G Izin Penelitian

Lampiran. H Dokumentasi Penelitian

Lampiran. I Lembaran Konsultasi `

vii
BAB I
PENDAHULUAN
F. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi

akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh

tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai

dengan hiperglikemia atau peninggian kadar gula darah.1

Angka kejadian penyakit DM terus meningkat seiring dengan

meningkatnya tingkat kemakmuran, berubahnya gaya hidup, pola makan, dan

bertambah usia. Kejadian tersebut salah satunya disebabkan karena kurangnya

ketaaatan pasien dalam perencanaan diitnya yang menyangkut prinsip tepat 3J

(Jadwal-Jenis-Jumlah). Jadwal makan pasien DM lebih sering dari 3x/hari

dengan porsi makan yang lebih kecil untuk mencegah peningkatan kadar

glukosa darah dan mencegah hipoglikemia bagi pasien yang memakai

suntikan insulin. Apabila terjadi keseimbangan antara makanan yang masuk

dengan kebutuhan dan kemampuan tubuh untuk mengolah, maka diharapkan

glukosa darah terkontrol. Kesediaan energi untuk kegiatan sehari-hari pasien

dan berat badan menjadi ideal. Melalui strategi gizi (perencanaan diit) yang

tepat dapat menjadi alternatif pengobatan bagi pasien DM sehingga tidak

selalu bergantung dengan pemberian obat hipoglikemi oral dan insulin.2

Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan

peningkatan angka insiden dan prevalensi DM tipe-2 di seluruh dunia.

Berdasarkan perolehan data International Diabetes Federation (IDF) tingkat

prevalensi global penderita DM pada tahun 2013 dari 1000 populasi

ditemukan sebesar 382 kasus dan diperkirakan pada tahun 2035 mengalami

1
2

peningkatan menjadi 55% (592 kasus) diantara usia penderita DM 40-59

tahun. Tingginya angka tersebut menjadikan Indonesia peringkat keempat

jumlah pasien DM terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, India dan

China.3

World Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan

jumlah penderita diabetes yang cukup besar di seluruh dunia dari 8,4 juta jiwa

pada tahun 2015 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 dengan

pertumbuhan sebesar 152%.4

Prevalensi DM di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2018 sebesar 5,7%. Riskesdas juga melaporkan bahwa

penderita DM di Propinsi Sumatera Barat berada diurutan 14 dari 33 provinsi

yang ada di Indonesia. Prevalensi DM tertinggi di Kalimantan Barat dan

Maluku Utara yaitu 11,1%, kemudian Riau sekitar 10,4% sedangkan

prevalensi terkecil terdapat di Provinsi Papua sekitar 1,7%. Rendahnya

prevalensi DM di Propinsi Papua disebabkan karena kebiasaan makan

masyarakat setempat yang jarang mengkonsumsi makanan tinggi lemak,

garam, dan gula secara.5

Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 ditemukan kasus DM sebanyak

209.319 kasus, terdiri atas pasien DM yang tidak tergantung insulin sebanyak

183.172 jiwa dan pasien yang tergantung insulin sebanyak 26.147 jiwa

(Dinkes Sumbar, 2017). Menurut Profil Kesehatan Sumatera Barat tahun 2016

jumlah penderita DM sebanyak 6.105 per 100.000 penduduk. Meningkat

signifikan pada tahun 2017 menjadi 8.684 per 100.000 penduduk.6


3

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat tahun

2017, ditemukan kasus DM di seluruh rumah sakit umum daerah khususnya

tipe C paling tinggi terdapat di RSUD Solok yaitu sebesar 6,8% diikuti oleh

RSUD Rasidin Padang yaitu sebesar 6,2% dan selanjutnya RSUD Hanafi

Batusangkar sebesar 5,8%, RSUD Pariaman 5,1%, RSUD M. Zein Painan

4,9%, RSUD Lubuk Sikaping 4,7%, RSUD Lubuk Basung 4,3%, RSUD

Sawahlunto 4,0%, RSUD Sungai Daerah 2,9%, RSUD Padang Panjang 2,6%,

RSUD Adnan WD Payakumbuh 1,9% dan RSUD Bukittinggi 0,9%.

Berdasarkan data tersebut RSUD M. Zein Painan merupakan urutan ke empat

tertinggi kasus diabetes mellitus.6

Hasil pengambilan data menunjukkan jumlah penderita DM yang di

RSUD M. Zein Painan pada tahun 2017 adalah 355 orang. Berdasarkan data

rekam medik juga diketahui bahwa jumlah pasien baru dengan penyakit DM

di RSUD M. Zein Painan pada bulan September sampai dengan bulan

November 2018 adalah sebanyak orang 178 orang.7

Pengelolaan atau manajemen diri diabetes merupakan hal yang sangat

penting bagi setiap individu dalam pengelolaan penyakitnya dan merupakan

hal terpenting dalam mengendalikan dan mencegah komplikasi diabetes.8

Penelitian yang dilakukan oleh Claudi et al menunjukkan bahwa manajemen

diri diabetes seringkali jauh dari optimal. Paterson mengatakan bahwa

sebagian besar pasien DM menganggap perilaku manajemen diri sebagai

tantangan karena banyaknya tindakan perawatan diri yang harus dilakukan

sehingga banyak individu yang gagal melakukan pengelolaan DM.9


4

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi manajemen dari pada pasien

DM diantaranya yaitu usia, lama menderita DM, pengetahuan, spiritual,

efikasi diri, dukungan sosial, social environmental support dan social

problem-solving. Menurut Wu et al, prediktor paling kuat dalam perubahan

perilaku dalam melakukan manajemen diri ialah self-efficacy (efikasi diri).

Bandura menjelaskan bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap

kemampuannya untuk mencapai suatu tingkat kinerja yang mempengaruhi

setiap peristiwa dalam hidupnya. Efikasi diri menentukan bagaimana

seseorang merasa, berpikir, memotivasi diri, dan berperilaku dari waktu ke

waktu.10

Menurut Notoatmodjo pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan, perilaku yang didasari

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari pengetahuan.

Pengetahuan tentang kesehatan dapat membantu individu-individu tersebut

untuk beradaptasi dengan penyakitnya, mencegah komplikasi dan mematuhi

program terapi dan belajar untuk memecahkan masalah ketika menghadapi

situasi baru.11 Menurut Hendro menyatakan pengetahuan diet terhadap

kepatuhan diet bisa saja dipengaruhi oleh seberapa sering melakukan

konsultasi dengan tenaga kesehatan, dan penderita lainnya sehingga informasi

yang didapatkan juga sudah banyak dari berbagai media maupun penyuluhan

kesehatan. Seseorang yang memiliki pendidikan rendah tetapi mendapatkan

informasi yang baik dari berbagai media akan meningkatkan pengetahuannya.

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat

seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.12


5

Menurut Suyono, penyakit diabetes melitus merupakan penyakit

degeneratif yang sangat terkait pola makan. Pola makan merupakan gambaran

mengenai macam-macam, jumlah dan komposisi bahan makanan yang

dimakan tiap hari oleh seseorang. Gaya hidup perkotaan dengan pola diit yang

tinggi lemak, garam, dan gula secara berlebihan mengakibatkan berbagai

penyakit termasuk diabetes melitus. Penelitian yang telah dilakukan di Jepang

pada dari tahun 2006 sampai 2011 lalu membuktikan bahwa peningkatan

jumlah gerai restoran dengan jumlah peningkatan prevalensi diabetes melitus

berbanding lurus.13

Pola makan yang salah berakibat fatal bagi Diabetes Mellitus. Jika hal

itu terjadi, maka penyakit ini akan sangat sulit disembuhkan. Memahami dan

mengetahui jenis-jenis makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh bagi

Diabetes Mellitus merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

menghindari pola makan yang salah.14

Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang gambaran pengetahuan gizi pasien diabetes mellitus tentang

diet diabetes mellitus di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Zein Painan Tahun

2019.

G. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan gizi pasien diabetes

mellitus tentang diet diabetes mellitus di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Zein

Painan Tahun 2019.


6

H. Tujuan Penelitian

3. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

pengetahuan gizi pasien diabetes mellitus tentang diet diabetes mellitus di

Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Zein Painan Tahun 2019.

4. Tujuan Khusus

Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan gizi responden tentang diet

diabetes mellitus di Poli Rawat Jalan RSUD Dr. M. Zein Painan Tahun

2019.

I. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan bagi peneliti tentang gambaran

pengetahuan gizi dan pola makan pasien rawat jalan Diabetes Mellitus

di RSUD Dr. M. Zein Painan tahun 2019.

b. Mahasiswa

Meningkatkan ilmu pengetahuan dan menambah referensi dalam

penelitiannya tentang gambaran pengetahuan gizi dan pola makan

pasien rawat jalan Diabetes Mellitus.

2. Manfaat Aplikatif

a. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat dan

pentingnya pengetahuan dan pola makan pasien.


7

b. Institusi Kesehatan

Menjadikan sumber informasi dalam meningkatkan kualitas dan mutu

pelayanan kesehatan tentang penatalaksanaan Diabetes Mellitus.

J. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang gambaran pengetahuan gizi pasien

diabetes mellitus tentang diet diabetes mellitus di Poli Rawat Jalan RSUD Dr.

M. Zein Painan Tahun 2019.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
F. Diabetes Mellitus

1. Definisi

American Diabetes Association mendefenisikan diabetes melitus

adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristis

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

atau keduanya.15 Diabetes Mellitus (DM) adalah sebagai penyakit

menahun yang timbul pada seseorang disebabkan karena adanya

peningkatan kadar gula darah atau glukosa darah akibat kekurangan

insulin baik absolut maupun relative.16

DM termasuk kelompok penyakit metabolik yang

dikarakteristikkan oleh tingginya kadar glukosa dalam darah

(hiperglikemia) karena defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau

kombinasi keduanya.17

DM adalah suatu ganguan metabolisme karbohidrat, protein dan

lemak akibat dari ketidak seimbangan antara ketersediaan insulin dengan

kebutuhan insulin. Gangguan tersebut dapat berupa definisi insulin

absolut, gangguan pengeluaran insulin oleh sel beta pankreas,

ketidakadekuatan atau kerusakan pada reseptor insulin sebelum bekerja.18

8
9

Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan tabel ketentuan kriteria

DM pada Tabel 2.1

Tabel 2.1
Kriteria Diabetes Mellitus Berdasarkan Pemeriksaan Gula Darah

Glukosa Darah Puasa Glukosa Darah 2 Jam


setelah
Pembebanan/Makan
Normal < 100 mg/dl < 140 mg/dl
Pre-Diabetes 100 – 125 mg/dl 140 – 199 mg/dl
Diabetes > 126 mg/dl > 200 mg/dl
Sumber : PERKENI, 2015

2. Klasifikasi

Menurut Sudoyo Ada 4 macam tipe diabetes melitus yaitu sebagai

berikut:16

a. Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe 1 merupakan sebuah kondisi ketika tubuh tidak bisa

memproduksi insulin dengan cukup, yaitu salah satu hormon yang akan

di produksi oleh sel beta dalam pankreas. Insulin dinilai memiliki peran

sangat penting untuk bisa mengontrol jumlah kadar gula darah yang di

peroleh sel tubuh dari darah. Penderita diabetes memiliki cukup banyak

sekali gula yang tersimpan di dalam darah, namun tidak sedikit gula

yang bisa diserap oleh sel tubuh. Sehingga kondisi ini akan

mengakibatkan adanya penyakit komplikasi yang juga dinilai cukup

parah menyerang organ lain seperti mata, ginjal, saraf, dan gusi.

b. Diabetes Tipe 2

Diabetes tipe 2 merupakan salah satu penyakit kronis yang akan

terjadi saat pankreas atau kelenjar ludah pada perut sudah tidak mampu

memproduksi insulin. Atau saat tubuh secara efektif sudah tidak bisa
10

lagi menggunakan insulin. Biasanya kondisi diabetes akan ditandai

dengan kondisi gula darah yang berada di atas angka normal, sedangkan

pada diabetes tipe 2 merupakan kondisi diabetes yang disebabkan tubuh

kekurangan insulin (Sudoyo, 2010).

c. Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional merupakan salah satu diabetes yang terjadi

ketika masa kehamilan dan biasanya hanya akan berlangsung sampai

proses melahirkan. Diabetes jenis ini biasanya akan menyerang pada 9,2

% wanita yang mengandung pada usia 24-28 minggu masa kehamilan.16

1) Penyebab Diabetes Gestasional

Penyebab dari penyakit ini belum bisa diketahui secara pasti, namun

biasanya salah satu faktor yang sangat sering menjadi pemicunya

karena ada perubahan hormon. Ketika hamil maka plasenta akan

melakukan produksi untuk hormon tambahan misalnya saja hormon

estrogen, HPL dan hormone yang akan membantu peningkatan

resistensi insulin. Namun, seiring berjalannya waktu hormon tersebut

akan mulai mempengaruhi pada kerja insulin. Sehingga saat semakin

tinggi pengaruh hormonnya maka kadar gula darah di dalam darah

juga akan semakin mengalami peningkatan, inilah yang menyebabkan

terjadinya diabetes gestasional. Biasanya rentan usia yang biasa

terkena diabetes ini adalah usia diatas 25 tahun yang mempunyai

riwayat hipertensi, genetik, dan juga kelebihan berat badan.


11

2) Gejala Diabetes Gestasional

Berikut ini adalah beberapa gejala ketika menderita diabetes

gestasional, pada umumnya gejala hampir mirip dengan jenis diabetes

lainnya, seperti:

a) Sering merasa kehausan

b) Sering buang air kecil

c) Mulut yang terasa sangat kering

d) Mudah merasa kelelahan

e) Pandangan yang terasa buram

d. Diabetes Sekunder

Jenis diabetes selanjutnya adalah diabetes sekunder. Diabetes ini

merupakan salah satu diabetes jenis melitus yang disebabkan karena

konsekuensi dari kondisi medis yang lainnya. Diabetes ini bisa masuk

dalam kategori yang sangat luas karena akan berhubungan dengan

masalah kesehatan, terutama yang akan berhubungan dengan pancreas.16

1) Penyebab Diabetes Sekunder

Berikut ini adalah beberapa gangguan kesehatan yang akan memicu

terjadinya diabetes sekunder:

a) cystic fibrosis

b) hemochromatosis

c) pankreatitis kronis

d) Sindrom ovarium polikistik (PCOS)

e) Sindrom Cushing

f) kanker pankreas
12

g) glucagonoma

h) pancreatectomy

2) Gejala Diabetes Sekunder

3. Manajemen Pengelolaan Diabetes Melitus

Menurut Irsyal beberapa manajemen pengelolaan Diabetes Melitus

adalah :19

a. Pendidikan Kesehatan

Saat ini, pola penanganan diabetes melitustipe 2 telah maju

sedemikian pesat terutama dalam hal terapi farmakologis, namun

intervensi obat-obatan bagi penderitan DM mutlak perlu dilakukan

dengan lebih hati-hati. Diabetes tipe II umumnya terjadi pada saat pola

gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan

pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif pasien,

keluarga, dan masyarakat. Tim kesehatan harus mendampingi pasien

dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan

perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif,

pengembangan keterampilan dan motivasi. Edukasi tersebut meliputi

pemahaman tentang:

1) Penyakit diabetes melitus.

2) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan diabetes

melitus.

3) Penyulit diabetes melitus.

4) Intervensi farmakologis dan non farmakologis.

5) Hipoglikemia.
13

6) Masalah khusus yang dihadapi.

7) Perawatan kaki pada diabetes.

8) Cara pengembangan sistem pendukung dan pengajaran

keterampilan.

9) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

Edukasi secara individual atau pendekatan berdasarkan

penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang

berhasil. Perubahan Perilaku hampir sama dengan proses edukasi yang

memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi, dan

evaluasi. Masalah kaki yaitu borok di kaki dengan atau tanpa infeksi

terlokalisasi atau menyerang seluruh kaki adalah dan kematian

berbagai jaringan tubuh karena hilangnya suplai darah, infeksi bakteri,

dan kerusakan jaringan sekitarnya merupakan masalah utama pada

penderita diabetes.

Petunjuk umum untuk mencegah borok kaki:

1) Periksa kaki anda setiap hari untuk mendeteksi adanya borok

sedini mungkin, apakah ada kulit retak, melepuh,bengkak, luka,

atauperdarahan.

2) Periksa sepatu anda baik bagian dalam ataupun luar sebelum

memakainya untuk mendeteksi batu atau benda sejenis lainnya

yang mungkin ada.

3) Pastikan kaki anda diukur setiap kali membeli alas kaki yang baru.

4) Jauhkan kaki dari udara panas, air panas, dan lain-lain.


14

5) Pakaikan alas kaki pelindung di dalam rumah dan hindari berjalan

tanpa alas kaki.

6) Pakai sepatu yang bertali dan cukup ruang untuk ibu jari kaki.

7) Berikan pelembab pada daerah kaki yang kering , tetapi tidak pada

sela sela jari.

8) Bersihkan kaki setiap hari, keringkan dengan handuk termasuk

sela-sela jari

9) Segera ke dokter bila kaki luka atau berkurang rasa.

b. Diet

Diperkirakan 25-50 % dari diabetes melitus dapat dikendalikan

dengan baik hanya dengan diet saja, 3 % membutuhkan insulin dan 20-45

% dapat diobati dengan anti diabetik oral dan diet saja. Para ahli

berpendapat bahwa sebagian besar diabetes melitus yang diderita adalah

tipe II dan dalam penatalaksanaannya perlu diperhatikan secara khusus,

baik cara hidup pasien, keadaan gizi dan kesehatannya, penyakit lain yang

menyertai serta ada atau tidaknya komplikasi diabetes melitus.

Biasanya pasien diabetes melitus terutama yang gemuk dapat

dikendalikan hanya dengan pengaturan diet saja serta gerak badan ringan

dan teratur. Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolan

diabetes, meski sampai saat ini tidak ada satu pun perencanaan makan

yang sesuai untuk semua pasien. Prencanaan makan harus disesuaikan

menurut kebiasaan masing-masing individu. Karbohidrat adalah gula,

tepung, serat. Proses penyiapan makanan, dan bentuk makan serta

komposisi makanan (karbohidrat, lemak, dan protein). Jumlah masukan


15

kalori makanan yang berasal dari karbohidrat lebih penting daripada

sumber atau macam karbohidratnya. Gula pasir sebagai bumbu masakan

tetap diijinkan. Pada keadaan glukosa darah terkendali, masih

diperbolehkan untuk mengkonsumsi sukrosa (gula pasir) sampai 5 %

kebutuhan kalori. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan

komposisi:

1) Karbohidrat 60 – 70 %

2) Protein 10 – 15 %

3) Lemak 20 – 25 %

Makanan dengan komposisi sampai 70 – 75% masih memberikan

hasil yang baik. Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari,

diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh MUFA

(Mono Unsurated Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poli Unsaturated

Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat ± 25 g / hari,

diutamakan serat larut.

Pemanis buatan dapat dipakai secukupnya. Pemanis buatan yang

aman dan dapat diterima untuk digunakan pasien diabetes termasuk yang

sedang hamil adalah: sakarin, aspartame, acesulfame, potassium, dan

sukralose. Jumlah kalori disesuaikan dengan status gizi,umur, ada tidaknya

stress akut, kegiatan jasmani. Petunjuk Umum untuk Asupan Diet bagi

Diabetes:

1) Hindari biskuit, cake, produk lain sebagai cemilan pada waktu

makan.
16

2) Minum air dalam jumlah banyak, susu skim dan minuman berkalori

rendah lainnya pada waktu makan.

3) Makanlah dengan waktu yang teratur.

4) Hindari makan makanan manis dan gorengan.

5) Tingkatkan asupan sayuran dua kali tiap makan.

6) Jadikan nasi, roti, kentang, atau sereal sebagai menu utama setiap

makan.

7) Minum air atau minuman bebas gula setiap anda haus.

8) Makanlah daging atau telor dengan porsi lebih kecil.

9) Makan kacang-kacangan dengan porsi lebih kecil.

Makanan penderita diabetes atau kencing manis lebih dianjurkan

mengkonsumsi karbohidrat berserat seperti kacang-kacangan, sayuran,

buah segar seperti pepaya, kedondong, apel, tomat, salak, semangka dll.

Sedangkan buah-buahan yang terlalu manis seperti sawo, jeruk, nanas,

rambutan, durian, nangka, anggur, tidak dianjurkan.

Jika terjadi penurunan kadar gula darah dengan gejala antara lain :

keringat dingin, gemetar, pusing, lemas, mata berkunang-kunang dan perih

di ulu hati, dianjurkan untuk minum 1 gelas sirop atau makanlah 1-2

sendok makan gula pasir atau permen.19

c. Olah raga

Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani teratur (3 – 4

kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar

dalam pengelolaan diabetes tipe II. Latihan jasmani dapat menurunkan

berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan


17

memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dimaksud

ialahjalan, bersepeda santai,jogging, berenang (Irsyal, 2015).

Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status

kesegaran jasmani. Kegiatan sehari – hari seperti berjalan kaki ke pasar,

menggunakan tangga, berkebun tetap dilakukan tetap dilakukan. Batasi

atau jangan terlalu lama melakukan kegiatan yang kurang gerak seperti

menonton televisi.

1) Prinsip latihan jasmani yang dilakukan :

a) Continous :

Latihan jasmani harus berkesinambungan dan dilakukan terus

menerus tanpa berhenti. Contoh: Jogging 30 menit , maka pasien

harus melakukannya selama 30 menit tanpa henti.

b) Rhytmical :

Latihan olah raga dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi

dan relaksasi secara teratur, contoh berlari, berenang, jalan kaki.

c) Interval :

Latihan dilakukan selang-seling antar gerak cepat dan lambat.

Contoh: jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselangi jalan

d) Progresive :

(1) Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan, dari

intensitas ringan sampi sedang selama mencapai 30 – 60

menit.

(2) Sasaran HR = 75 – 85 % dari maksimal HR.

(3) Maksimal HR = 220 – (umur).


18

e) Endurance

Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan

kardiorespirasi, seperti jalan, jogging dan sebagainya.

Latihan dengan prinsip seperti di atas minimal dilakukan 3 hari

dalam seminggu, sedang 2 hari yang lain dapat digunakan untuk

melakukan olah raga kesenangannya.

2) Modifikasi Senam

Modifikasi senam sederhana dapat diberikan kepada penderita

DM, seperti :

a) Menepuk kedua tangan di atas kepala kemudia di paha.

b) Secara bergantian menempatkan tangan di dada dan dibelakang

kepala.

c) Latihan meregangkan bagian atas dan bagian bawah tubuh, leher,

dan paha.

d) Membuat gerakan lingkaran dengan 2 lengan secara paralel di

depan badan.

3) Petunjuk olah raga untuk diabetes ketergantungan insulin

a) Monitor kadar glukosa darah sebelum dan sesudah berolah raga

b) Hindari gula darah rendah dengan memakan karbohidrat ekstra

sebelum olah raga

c) Hindari olah raga berat selama reaksi puncak insulin

d) Lakukan suntikan insulin di tempat – tempat yang tidak akan

digunakan untuk berolah- raga aktif


19

e) Ikuti saran dokter untuk mengurangi dosis insulin sebelum

melakukan olah raga yang melelahkan atau lama

f) Glukosa darah bisa turun bahkan beberapa jam setelah berolah raga

karena itu sangat penting untuk memeriksa gula darah

secara periodik.

Manfaat utamanya dari olah ragasebagai berikut:

a) Olah raga membantu membakar kalori karena dapat mengurangi

berat badan.

b) Olah raga teratur dapat meningkatkan jumlah reseptor pada dinding

sel tempat insulin bisa melekatkan diri.

c) Olah raga memperbaiki sirkulasi darah dan menguatkan otot jantung.

d) Olah raga meningkatkan kadar kolesterol “baik” dan mengurangi

kadar kolesterol “jahat”

e) Olah raga teratur bisa membantu melepaskan kecemasan stress, dan

ketegangan, sehingga memberikan rasa sehat dan bugar.

4) Petunjuk olah raga untuk diabetes tidak ketergantungan insulin

a) Gula darah rendah jarang terjadi selama berolah raga dan karena

itu tidak perlu untuk memakan karbohidrat ekstra

b) Olah raga untuk menurunkan berat badan perlu didukung dengan

pengurangan asupan kalori

c) Olah raga sedang perlu dilakukan setiap hari. Olah raga berat

mungkin bisa dilakukan tiga kali seminggu

d) Sangat penting untuk melakukan latihan ringan guna pemanasan

dan pendinginan sebelum dan sesudah berolah raga


20

e) Pilihlah olah raga yang paling sesuai dengan kesehatan dan gaya

hidup anda secara umum

f) Manfaat olah raga akan hilang jika tidak berolah raga selama tiga

hari berturut-turut

g) Olah raga bisa meningkatkan nafsu makan dan berarti juga asupan

kalori bertambah. Karena itu sangat penting bagi anda untuk

menghindari makan makanan ekstra setelah berolah raga.

h) Dosis obat telan untuk diabetes mungkin perlu dikurangi selama

olah raga teratur.

d. Pengobatan

Tujuan penanganan DM umumnya yaitu untuk mencegah

terjadinya dekompensasi metabolik akut dan menurunkan angka kesakitan

dan angka kematian akibat komplikasi. Satu hal yang tidak boleh

diabaikan, yaitu walaupun pencapaian kualitas hidup yang lebih baik

merupakan tujuan utama penanganan DM, namun pemberiaan obat-obatan

secara agresif dan non prosedural adalah tidak benar (Irsyal, 2015).

Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan

jasmani selama beberapa waktu (2 – 4 minggu). Apabila kadar glukosa

darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan

pemberian obat hipoglikemik oral ( OHO ) atau suntikan insulin. Pada

keadaan tertentu OHO dapat segera diberikan sesuai indikasi. Dalam

keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stress

berat, berat badan yang menurun cepat, insulin dapat segera diberikan.

Pada kedua keadaan tersebut perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya


21

hipoglikemia. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara

mandiri,setelah mendapat pelatihan khusus.19

Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan

pengaturan diet dan gerak badan barulah diberikan obat hipoglikemik oral.

Di Indonesia umumnya OHO yang dipakai ialah Metformin 2 – 3 X 500

mg sehari. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan

1) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :

a) Pemicu sekresi insulinyaitu : sulfonilurea dan glinid

Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi

insulin oleh sel beta pancreas, dan merupakan pilihan utama untuk

pasien dengan berat badan normal dan kurang. Namun masih boleh

diberikan pada pasien dengan berat badan lebih.

b) Peningkat sensitifitas terhadap insulin yaitu :Tiazolidindion

Golongan ini merupakan efek menurunkan resistensi insulin

dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa sehingga

meningkatkan ambilan glukosa di ferifer.

c) Penghambat glukoneogenesis yaitu : metformin.

Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati,

disamping juga memperbaiki ambilan glukosa ferifer. Terutama

dipakai pada pasien diabetes gemuk. Metformin dapat

memberikan efek samping mual, untuk mengurangi keluhan

tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan.


22

d) Glukosidase Alfa (Acarbose)

Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus

halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah

sesudah makan.

2) Suntikan insulin

Jenis dan lama kerja insulin :

a) Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)

b) Insulin kerja pendek (short acting insulin)

c) Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)

d) Insulin kerja pajang (long acting insulin)

e) Insulin campuran tetap, kerja pendek dan menengah (premixed

insulin)

Terapi penderita DM dengan memberikan suntikan insulin

yang berfungi sebagai pengganti insulin karena pancreas tidak mampu

memproduksinya lagi. Insulin diinjeksikan dibawah kulit agar mampu

menembus lapisan lemak. Biasanya bagian tubuh yang disuntik adalah

paha, dining perut atau lengan. Ada tiga bentuk insulin yaitu :

(1) Insulin kerja cepat.

Insuin ini mampu menurunkan glukosa dalam 20 menit dan

bekerjaselama 6-8 jam. Contohnya adalah insulin regular. Biasanya

disuntikan 20 menit sebelum makan.

(2) Insulin kerja sedang

Insulin jenis ini akan bekerja lebih kurang 18-26 jam, seperti

insulin suspensi seng


23

(3) Insulin kerja lambat

Insulin ini bekerja selama 28-36 jam

e. Pengontrolan kadar gula darah

Monitoring adalah salah satu tindakan keperawatan yang

digunakan untuk menilai manfaat pengobatan dan sebagai pegangan

penyesuaian diet, latihan jasmani, dan obat-obatan untuk mencapai kadar

glukosa darah senormal mungkin, terhindar dari keadaan hiperglikemia

ataupun hipoglikemia. Hal-hal yang perlu dipantau (monitoring) pada

penyandang DM.19

1) Kendali Glikemik

Berbagai studi yang telah ada menanyakan bahwa penyandang

diabetes tipe 1 dan tipe 2 yang menjaga kadar glukosa plasma rata-rata

tetap rendah menunjukkan insidens komplikasi mikrovaskuler berupa

timbulnya retinopati diabetik, nefropati, dan neuropati yang lebih

rendah. Oleh karena itu, penyandang diabetes direkomendasikan untuk

mencapai dan menjaga gula darah serendah mungkin mendekati

normal. Untuk pasien berumur >60tahun, sasaran kadar glukosa darah

lebih tinggi dari pada biasa (puasa < 150mg/dL dan sesudah makan

<200mg/dL), hal ini dilakukan mengingat sifat-sifat khusus pasienusia

lanjut dan juga untuk mencegah kemungkinan timbulnya efek samping

dan interaksi obat.19

2) Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan dilaboratorium

dengan metode oksidasi glukosa dan biasanya sering kali pemeriksaan


24

darah dilakukan saat konsultasi dengan metode enzimatik (oksidasi

glukosa atau heksokinasi). Faktor yang mempengaruhi hasil

pengukuran glukometer adalah :

a) Penggunaan yang tidak tepat

b) Waktu

c) Pemindahan darah yang berlebih

d) Perubahan hematokrit

e) Ketinggian

f) Suhu lingkungan

g) Hipotensi

h) Hipoksia

i) Kadar trigliserida yang tinggi

3) Pemeriksaan Kadar Glukosa Urin

Hasil pemeriksaan urine normal

a) Glucose : Negatif

b) Billirubin : Negatif

c) Keton : < 5 mg/dl

d) Berat Jenis : 1,001-1,035

e) pH : 4,6 – 8,0

f) Protein : < 30 mg/dl

g) Urobilinogen : < 1,0 EU/dl

h) Nitrit : Negatif

i) Blood : Negatif

j) Leukosit : Negatif
25

Pemeriksaan A1C dilakukan 2 kali dalam setahun yang telah

mencapai target tetap. Pada pasien yang terapinya belum berubah atau

yang belum mencapai target kendali glukosa, pemeriksaan A1C

sebaiknya dilakukan 4 kali setahun.18

4) Pemeriksaan Keton Urin

Keton urin dapat diperiksa menggunakan reaksi kolorimetrik

antara benda keton dan nitroprusid yang menghasilkan warna ungu.

Metode tersedia dalam bentuk strip dan tablet yang berfungsi

mendeteksi keton di urin maupun di5 darah.Hasil keton urin positif

dapat dijumpai pada lebih dari 30% specimen urin porsi pertama dari

wanita hamil (dengan atau tanpa DM), kelaparan, puasa, atau

hipoglikemia. Positif palsu dapat ditemukan pada keadaan urin pekat

dan penggunaan obat yang mengandung sulfhidril (angiotensin-

converting enzyme inhibitors).18

5) Pemantauan Kadar Glukosa Sendiri

Pada Pemantauan Kadar Glukosa Sendiri (PKGS) dilakukan

oleh penyandang DM sendiri saat dirumah untuk mencegah

hipoglikemia dan menyesuaikan pengobatan, diet dan aktifitas fisik

untuk mencapai target glikemik yang diinginkan. PKGS perlu

dilakukan evaluasi secara berkala mengenai cara pemeriksaan yang

dilakukan penyandang DM maupun alatnya itu sendiri. Penyandang

DM dianjurkan untuk selalu membawa alatnya ke klinik saat

konsultasi dan penyandang DM harus didorong untuk mampu


26

melakukan modifikasi pengobatan sesuai hasil pemanyauan yang

dilakukan.

6) Pemantauan Glukosa Berkesinambungan (PGB)

Pemantauan glukosa berkesinambungan (PGB) dapat menjadi

alat tambahan terhadap PKGS pada pasien DM tipe 1, terutama mereka

tanpa kesadaran resiko hipoglikemia. Sistem PGB cukup bermanfaat

untuk mendeteksi hipohlikemia pada penyandang DM 1 dan 2. Namun,

pemeriksaan ini tidak lebih baik daripada pengukuran glukosa kapiler

yang standar untuk memperbaiki kendali glikemik dalam jangka

panjang.18

G. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.11

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian

ternyata perilaku yang didsari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses :


27

(1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

(2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus tersebut.

(3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya.

(4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki stimulus.

(5) Adoption, dimana subjek telah berprilaku bau sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku disadari oleh pengetahuan, maka

perilaku tersebut akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak disadari

oleh pengetahuan.11

2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat, yakni:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesfik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.


28

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya)

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.11

3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.

Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga dikelompokkan

menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai

berikut :
29

1) Tinggi : hasil presentase 76 – 100%

2) Sedang : hasil presentase 56 – 75%

3) Rendah : hasil presentase < 56 %11

H. Kerangka Teori

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan. Menurut

Lawrence Green, perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi

(pengetahuan, sikap, nilai-nilai budaya, umur, pendidikan dan pekerjaan),

faktor pendukung (ketersediaan sumber daya dan fasilitas kesehatan), dan

faktor pendorong (dukungan keluarga, peran kader kesehatan dan perilaku

tokoh masyarakat). Berdasarkan teori tersebut maka kerangka teori pada

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Faktor predisposisi :
o Pengetahuan
o Sikap
o Nilai-nilai budaya
o Umur
o Pendidikan
o Pekerjaan

Faktor pendukung :
o Ketersediaan sumber Perilaku
daya dan fasilitas Kesehatan
kesehatan

Faktor penguat :
o Tokoh masyarakat
o Petugas/Peran Kader

Gambar 2.1
Kerangka Teori
Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2012)
30

I. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Diet Pasien
Pengetahuan
Diabetes Mellitus

Gambar 2.2

J. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Cara ukur Hasil ukur Skala


operasional ukur Ukur
1. Tingkat Segala sesuatu Kuesioner Wawancara 1. Tinggi : Ordinal
Pengetahuan yang diketahui jawaban
responden benar 76 –
tentang diet 100%
diabetes 2. Sedang :
mellitus. jawaban
benar 56 –
75%
3. Rendah :
jawaban
benar < 56 %
BAB III
METODE PENELITIAN

H. Jenis dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

dengan desain cross sectional yaitu metode penelitian yang digunakan untuk

menggambarkan masalah yang terjadi pada masa sekarang atau yang sedang

berlangsung. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan yang terjadi

sebagaimana mestinya pada saat penelitian dilakukan dengan cara pencatatan

dan penganalisaan data hasil penelitian secara deskriptif.23

I. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. M. Zein Painan. Waktu

penelitian dimulai dari penyusunan proposal sampai penulisan laporan

dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2019.

J. Populasi dan Sampel

3. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti. Populasi penelitian adalah semua pasien Diabetes Mellitus yang

datang berkunjung ke Poliklinik RSUD M. Zein Painan berjumlah 50

orang pada bulan April 2019.

4. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi. Untuk menentukan besar sampel menggunakan rumus sebagai

berikut :

31
32

N
n 
1  N (d 2 )

Keterangan :
N = Besar populasi

n = Besar sampel

d2 = Penyimpangan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)

50
n 
1  50 (0,12 )

50
n   33
1 , 50

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 33 orang.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah accidental

sampling yaitu pengambilan sampel yang kebetulan ada saat dilakukan

penelitian. Adapun kriteria sampel yaitu:

a. Kriteria Inklusi

1) Bersedia menjadi responden

2) Dapat berkomunikasi dengan baik

3) Responden yang mempunyai kadar gula darah > 250 mg/dl

b. Kriteria Eksklusi

1) Tidak kooperatif

2) Tidak dapat diajak bekerjasama


33

K. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

3. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat

untuk pertama kalinya. Pada penelitian ini, data primer diperoleh dengan

menggunakan alat bantu kuesioner. Data yang dikumpulkan berupa

pengetahuan dan pola makan pasien diabetes mellitus yang dikumpulkan

sendiri oleh peneliti.

4. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari laporan RSUD

Dr. M. Zein Painan berupa, jumlah pasien dan data keadaan umum rumah

sakit.

L. Alat Pengumpulan Data

Instrumen atau alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah

menggunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pola

makan pasien.

M. Teknik Pengolahan Data

1. Editing

Setelah semua data terkumpul peneliti langsung melakukan pemeriksaan

terhadap kuesioner yang telah diisi oleh responden. Semua kuesioner telah

diisi secara lengkap dan benar.


34

2. Coding

Setelah semua kuesioner dipastikan lengkap maka langkah selanjutnya

peneliti melakukan pengkodeaan data.

3. Entry Data

Setelah semua data selesai diberi kode maka langkah selanjutnya peneliti

melakukan pengentrian data dalam master tabel menggunakan program

komputer microsof excel.

4. Menghitung Data (Tabulating)

Langkah selanjutnya peneliti melakukan penghitungan data dan

memasukkannya ke dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase.

5. Cleaning Data

Proses cleaning data dilakukan dengan cara melakukan pengecekkan

kembali data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak.

N. Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat untuk

menggambarkan pengetahuan dan pola makan pasien secara deskriptif.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

RSUD Dr. M. Zein Painan didirikan pada tahun 1930 dengan nama

Rumah Sakit Pembantu yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda.

Berdasarkan SK Menkes RI No. 51/Menkes/Sk/I/79 tanggal 2 Februari

1979, sebagai Rumah Sakit Kelas D dengan kepemilikan Pemda Tk.I.

Dengan Keputusan Menkes tanggal 15 Desember 1993 Nomor

1154/Menkes/SK/XII/1993 menjadi kelas C milik Pemda Tingkat II

Kabupaten Pesisir Selatan dengan tempat tidur sebanyak 53 buah. Nama

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Muhammad Zein Painan diangkat dari

nama seorang dokter pertama dan putera daerah Pesisir Selatan yang lahir

di Bayang.

Jumlah total pegawai di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun

2018 sebanyak 582 orang dengan rincian PNS sebanyak 316 orang, tenaga

kontrak BLUD 261 orang. Kewenangan RSUD Dr. M. Zein Painan dalam

memberikan pelayanan kesehatan antara lain melaksanakan pelayanan

kesehatan promotif, kuratif dan rehabilitatif. Instalasi Rawat Jalan,

Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi Gawat Darurat

(IGD), Instalasi Penunjang Medis.

35
36

2. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin Responden

Hasil penelitian tentang karakteristik responden berdasarkan umur

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
di RSUD Dr. M. Zein Painan tahun 2019

No. Jenis Kelamin F %


1. Laki-laki 13 39,4
2. Perempuan 20 60,6
Jumlah 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa lebih dari separoh (60,6%)

responden berjenis kelamin perempuan.

b. Umur Responden

Hasil penelitian tentang karakteristik responden berdasarkan umur

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
di RSUD Dr. M. Zein Painan tahun 2019

No. Umur F %
1. 36-45 tahun 5 15,2
2. 46-55 tahun 8 24,2
3. > 56 tahun 20 60,6
Jumlah 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa lebih dari separoh (60,6%)

responden berumur pada kategori lansia akhir.


37

c. Pendidikan Responden

Hasil penelitian tentang karakteristik responden berdasarkan

pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
di RSUD Dr. M. Zein Painan tahun 2019

No. Pendidikan F %
1. Tidak tamat SD 6 18,2
2. SD 3 9,1
3. SMP 8 24,2
4. SMA 15 45,5
5. Perguruan Tinggi 1 3,0
Jumlah 33 100,0
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kurang dari separoh

(45,5%) responden memiliki pendidikan SMA.

d. Status Pekerjaan

Hasil penelitian tentang karakteristik responden berdasarkan status

pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan
di RSUD Dr. M. Zein Painan tahun 2019

No. Pekerjaan f %
1. Bekerja 14 42,4
2. Tidak Bekerja 19 57,6
Jumlah 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa lebih dari separoh (57,6%)

responden tidak bekerja.


38

3. Pengetahuan

Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan pengetahuan

responden tentang diet diabetes mellitus dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Tentang Diet Diabetes Mellitus di RSUD Dr. M. Zein
Painan Tahun 2019

No. Pengetahuan f %
1. Tinggi 1 3,0
2. Sedang 18 54,5
3. Rendah 14 42,4
Jumlah 33 100,0

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa masih ada responden

memiliki pengetahuan tentang diet diabetes mellitus yang rendah (42,4%).

B. Pembahasan

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa lebih dari separoh (54,5%)

responden memiliki pengetahuan yang sedang tentang diet diabetes mellitus

dan rendah (42,4%).

Pengetahuan yang rendah (42,4%) adalah tentang “Jika penderita DM

makan siang jam 13.00, maka penderita DM dapat makan malam jam”, “Jika

penderita DM sarapan jam 06.30, maka jadwal makan malamnya adalah jam”,

dan pertanyaan tentang “Jadwal makan utama penderita DM sebaiknya

dilakukan setiap”.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Dewi (2018) tentang gambaran pengetahuan pasien diabetes


39

mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta,

menemukan bahwa lebih dari separoh (52,8%) responden memiliki

pengetahuan yang masih sedang.

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga.11

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian

ternyata perilaku yang didsari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan, perilaku yang didasari

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari pengetahuan.

Pengetahuan tentang kesehatan dapat membantu individu-individu tersebut

untuk beradaptasi dengan penyakitnya, mencegah komplikasi dan mematuhi

program terapi dan belajar untuk memecahkan masalah ketika menghadapi

situasi baru.11

Menurut Hendro menyatakan pengetahuan diet terhadap kepatuhan

diet bisa saja dipengaruhi oleh seberapa sering melakukan konsultasi dengan

tenaga kesehatan, dan penderita lainnya sehingga informasi yang didapatkan

juga sudah banyak dari berbagai media maupun penyuluhan kesehatan.

Seseorang yang memiliki pendidikan rendah tetapi mendapatkan informasi


40

yang baik dari berbagai media akan meningkatkan pengetahuannya.

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu

mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.12

Penderita diabetes melitus yang mempunyai pengetahuan yang cukup

tentang diet diabetes, kemudian selanjutnya mengubah perilakunya, akan

dapat mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebih lama.

Almatsier menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan pencapaian pada status

gizi yang baik dan sangat penting artinya bagi kesehatan dan kesejahteraan

bagi setiap orang. Setiap individu memiliki pola makan yang mengandung zat

gizi yang dapat digunakan oleh tubuh. Pengetahuan gizi dapat memegang

peranan penting terhadap tata cara penggunaan pangan dengan baik sehingga

akan mencapai kebutuhan gizi yang seimbang. Tingkat pengetahuan gizi ini

akan dapat menentukan perilaku seesorang untuk memperbaiki pola konsumsi

makanan yang umumnya dipandang lebih baik dan dapat diberikan sedini

mungkin.19

Prinsip pengaturan diit pada penderita diabetes melitus hampir sama

dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing

individu. Kebutuhan kalori biasanya dihitung berdasarkan berat badan, jenis

kelamin, umur, dan aktivitas fisik penderita diabetes melitus yang pada

dasarnya ditujukan untuk mencapai atau mempertahankan berat badan ideal.

Jika modifikasi diet diaplikasikan secara benar, dapat mengontrol glukosa

darah pada penderita diabetes melitus tipe 2. Untuk itu perlu diberikan edukasi

diet pada penderita diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu tindakan
41

preventif mandiri yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan

pemahaman dan pengetahuan penderita diabetes melitus, karena peran tenaga

kesehatan salah satunya adalah sebagai educator yang memberikan

pendidikan kesehatan kepada pasiennya. Tenaga kesehatan sebagai penyedia

layanan kesehatan, sangat penting mengetahui tentang penyakit diabetes

melitus dan pengaturan makan/diet yang akan diajarkan kepada penderita

diabetes melitus dalam bentuk edukasi guna menentukan tujuan bersama

pasien serta keluarga dalam memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan

dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan

kembali kondisi pasien secara optimal serta mengevaluasi kesinambungan diet

diabetes mellitus yang baik.

Setiap pasien DM sebaiknya mendapat penatalaksanaan diet sesuai

dengan kebutuhannya guna mencapai tujuan pengelolaan. Penatalaksanaan

diet merupakan komponen utama keberhasilan pengelolaan DM secara total.

Berdasarkan ADA (2015) dan PERKENI (2011) terdapat kunci keberhasilan

penatalaksanaan diet yang dapat terlihat dengan adanya keterlibatan secara

menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain,

keluarga pasien dan pasien itu sendiri).

Makanan atau diet merupakan faktor utama yang berhubungan dengan

peningkatan kadar glukosa darah pada penderita DM tipe 2 terutama setelah

makan. Tindakan pengendalian diabetes untuk mencegah terjadinya

komplikasi sangat diperlukan, khususnya dengan menjaga tingkat gula darah

sedekat mungkin dengan normal. Akan tetapi, kadar gula darah yang benar-

benar normal sulit untuk dipertahankan. Hal ini disebabkan karena pasien
42

kurang berdisiplin dalam menjalankan diet atau tidak mampu mengurangi

jumlah kalori makanannya.18

Menurut Suyono, penyakit diabetes melitus merupakan penyakit

degeneratif yang sangat terkait pola makan. Pola makan merupakan gambaran

mengenai macam-macam, jumlah dan komposisi bahan makanan yang

dimakan tiap hari oleh seseorang. Gaya hidup perkotaan dengan pola diit yang

tinggi lemak, garam, dan gula secara berlebihan mengakibatkan berbagai

penyakit termasuk diabetes melitus. Penelitian yang telah dilakukan di Jepang

pada dari tahun 2006 sampai 2011 lalu membuktikan bahwa peningkatan

jumlah gerai restoran dengan jumlah peningkatan prevalensi diabetes melitus

berbanding lurus.13

Diabetes melitus tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan

perilaku telah terbentuk dengan mapan. Keberhasilan dalam pengelolaan

mandiri diabetes memerlukan partisipasi aktif penderita, keluarga dan

masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan

perilaku, sehingga untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku,

dibutuhkan edukasi yang komprehensif, pengembangan dan keterampilan.

Edukasi (penyuluhan) secara individual dan pendekatan berdasarkan

penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil.

Perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi dan memerlukan

penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi dan evaluasi.

Keberhasilan edukasi dalam mencapai sasaran akan lebih dapat menjamin

ketaatan penderita diabetes melitus dalam menjalankan pengelolaan diabetes

melitus dengan baik.19


43

Pada penelitian ini didapatkan sebagian besar penderita DM yang

memiliki tingkat pengetahuan rendah memiliki pola makan yang kurang baik,

hal ini disebabkan karena penderita DM tidak tidak mendapatkan edukasi diet

DM, sedangkan penderita yang memiliki pengetahuan rendah tetapi memiliki

pola makan yang baik disebabkan karena sudah lama terdiagnosa sehingga

mendapatkan pengalaman. Meskipun penderita DM yang baru terdiagnosa

sebagian besar tidak mendapatkan edukasi tentang diet DM dari petugas

kesehatan, tetapi dengan kemudahan akses informasi di era globalisasi ini,

penderita DM baru terdiagnosa pun dapat dengan mudah mendapatkan

informasi dari berbagai sumber lain selain tenaga kesehatan seperti dari

internet, tv, radio dan berbagai media lainnya.

Kemudahan akses informasi dari berbagai sumber ini pada akhirnya

dapat memudahkan sampainya informasi kepada penderita DM baru meskipun

edukasi secara terstruktur dari rumah sakit jarang dilakukan. Informasi yang

tepat, didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang mampu

mendukung perilaku positif penderita diabetes melitus dalam pelaksanaan diet

diabetes melitus akan berpengaruh terhadap sikap yang dimiliki oleh penderita

diabetes melitus untuk melakukan diet diabetes melitus sebagai salah satu cara

untuk mengendalikan kadar gula dalam darah. Tanpa adanya pengetahuan ini,

penderita penderita diabetes melitus akan malas dan enggan untuk patuh

dalam melaksanakan diet diabetes melitus karena penderita tidak mengetahui

bagaimana dampak ketidakpatuhan dalam pelaksanaan diet diabetes melitus.

Hal ini menjadikan sering atau tidaknya menerima edukasi tentang diet DM

bukan menjadi hal yang perlu dipermasalahkan karena baik penderita DM


44

lama maupun baru sama-sama memiliki kesempatan untuk mendapatkan

informasi meskipun dari sumber yang berbeda.18


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan maka dapat

disimpulkan bahwa kurang dari separoh (42,4%) pasien poli rawat jalan

memiliki pengetahuan yang sedang tentang diet diabetes mellitus.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan

saran-saran sebagai berikut:

1. Saran bagi Penderita Diabetes Melitus

Bagi penderita diabetes melitus diharapkan dapat mematuhi pola

makan yang benar menurut 3 J yaitu jenis, jumlah dan jadwal yang

dianjurkan oleh petugas kesehatan. Pasien diharapkan menjalankan

perilaku hidup sehat.

2. Saran bagi Keluarga pasien Diabetes Melitus

Diharapkan adanya upaya-upaya untuk mempertahankan dukungan

keluarga terhadap sikap patuh penderita Diabetes Melitus dalam menjalani

program dietnya. Memberikan penghargaan yang positif kepada penderita

diabetes melitus agar tetap aktif mengontrol kesehatannya.

45
46

3. Saran bagi RSUD M. Zein Painan

Menciptakan komunikasi yang lebih luas antara penderita diabetes

melitus, keluarga pasien, petugas kesehatan dan masyarakat sekitar.

Puskesmas disarankan meningkatkan upaya pengelolaan penyakit diabetes

mellitus dengan cara mengoptimalkan kegiatan prolanis mengenai

pengelolaan diabetes melitus, pentingnya kepatuhan dalam menjalani diet

diabetes melitus. Memberikan sosialisasi kepada keluarga penderita

diabetes mellitus mengenai diet agar dapat memberi perhatian dan dan

dukungan positif terhadap penderita diabetes melitus. Sebaiknya perlu

disediakan fasilitas edukasi tentang program diet diabetes melitus baik

berupa poster, leaflet, banner maupun video edukasi.

4. Saran bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat melanjutkan penelitian

ini yaitu dengan meneliti faktor-faktor yang paling dominan terhadap

kepatuhan diet diabetes melitus dan memberikan intervensi kepada

penderita diabetes melitus.


DAFTAR PUSTAKA

1. WHO, 2016. Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate


Hyperglycemia, Geneva

2. Budiyanto, 2012. Gizi dan kesehatan. Malang: UMM Press, hlm. 119-133

3. International Diabetes Federation, 2013. Idf diabetes atlas sixth edition.


Diakses pada tanggal 15 April 2016 dari https://www.idf.org/sites/default

4. WHO, 2016. Global Report On Diabetes. France: World Health Organization

5. Riskesdas, 2018. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta : Kemenkes

6. Dinkes Sumbar, 2017. Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Barat tahun 2017.
Padang. Dinkes.

7. Rekam Medik RSUD M. Zein Painan, 2018. Angka Kejadian Diabetes


Mellitus di RSUD M. Zein Painan.

8. Astuti, 2014. Efikasi Diri Dan Manajemen Diri pada Pasien Diabetes Tipe 2.
Tesis. Universitas Sumatera Utara.

9. Wentzel, 2008 dalam Oftedal, 2011. Factors determining the survival of


nasopharyngeal carcinoma with lung metastasis alone: does combined
modality treatment benefit? BMC Cancer. 11(370):1-9

10. Beckerle & Lavin, 2013. Association of self-efficacy and self-care with
glycemic control in diabetes. Diabetes Spectrum, 26(3), 172–178.
doi:10.2337/diaspect.26.3.172.

11. Notatmodjo, 2012. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka
Cipta.

12. Hendro, 2010.Pengaruh Psikososial Terhadap Pola Makan Penderita Diabetes


Mellitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun
2009. Tesis. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara

13. Suyono, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran dan Mekanisme Mekanisme.
Penyakit. Jakarta: EGC
14. Newsroom, 2008. Diagnosa dan Medis Diabetes Melitus. Diambil dari :
http//diagnosa%20DM/agromedia.net.html.

15. Rasdianah, 2016. Faktor risiko kejadian diabetes melitus tipe 2 pasien. Jakarta

16. Sudoyo, 2010. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi V. Jakarta: Interna
Publishing

17. Ndraha, 2014. Diabetes Melitus Tipe II dan Tatalaksana Terkini. Medicinus 9.
27:3-5

18. Soegondo, dkk, 2015. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta:


Balai Penerbit FKUI

19. Irsyal, 2015. Pilar penting pengelolaan diabetes melitus. Jurnal Penelitian

20. Waspadji, 2017. Buku Ajar Penyakit Dalam: Kaki Diabetes, Jilid III, Edisi 4,
Jakarta: FK UI pp. 1961-62

21. PERKENI, 2015. Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di indonesia


2015. Semarang: PB PERKENI

22. ADA, 2015. Management Of Dyslipidemia in Adults with Diabetes. Diabetes


Care. 25 (1) : 74-77

23. Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai