A. Biodata Penulis
Nama : Putri Tri Nopianti
Tempat/Tanggal Lahir : Membalong, 19 November 1996
Jenis Kelami : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Nama Orang Tua
Ayah : Zaid Zainal
Ibu : Aidah
Agama : Islam
No Telepon : 082183446425
Email :Puitritrinopianti@gmail.com
Alamat : Griya Randik B 6 No 14 Kelurahan Kayuara
Kecematan Sekayu Kabupaten Muba
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 2 Kayuara 2002-2008
2. SMP Negeri 8 Sekayu 2008-2011
3. MAN Sekayu 2011-2014
4. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang Program Studi
Ilmu Keperawatan 2014-2018
5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang Program Studi
Profesi Ners 2018-2019
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................v
DAFTAR BAGAN...............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................4
D. Manfaat......................................................................................................4
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian.............................................................................................71
B. Diagnosa keperawatan..........................................................................72
C. Intervensi keperawatan.........................................................................73
D. Implementasi keperawatan....................................................................75
E. Evaluasi keperawatan............................................................................76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................79
B. Saran.....................................................................................................80
DAFTAR TABEL
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Studi Kasus ini. Penulisan studi kasus ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Profesi
Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan studi kasus ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Heri Shatriadi, S.Pd.,M.Kes Ketua STIKes Muhammadiyah Palembang
2. Ibu Anita Apriyani, S.Kep.,Ns.,M.Bmd Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes Muhammadiyah Palembang
3. Bapak Yulius Tiranda , S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing
4. Bapak Joko Tri Wahyudi ,S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji
5. Seluruh staf dosen dan akademik STIKes Muhammadiyah Palembang
6. Semua teman Program Studi Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Palembang
yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu, dan semua pihak yang membantu
penyusunan Studi Kasus ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga Proposal ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. Insiden
dan prevalensi penyakit ini terjadi terutama di negara-negara berkembang. Pada
tahun 2035 jumlah tersebut diperikirakan akan meningkat menjadi 592 juta
orang. Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175 juta diantaranya belum
terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa
disadari dan tanpa dicegah (Kemenkes RI, 2014).
Menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2017 prevelensi
DM didunia mencapai 429, 9 juta jiwa dan diperkirakan akan mencapai 628, 6
juta jiwa pada tahun 2045. Indonesia merupakan negara dengan DM terbanyak
ke enam didunia dengan jumlah penderita DM mencapai 10, 3juta jiwa. Data
dari Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas) tahun 2018 , prevelensi penderita
diabetes di Indonesia terus meningkat dari 5,7% (2007) dan 6,9 %( 2013)
menjadi 8,5%( 2018).
Berdasarkan data di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang pada 3 bulan
terakhir tahun 2018 sebanyak 57 jiwa serta pada tahun 2019 pada bulan Februari
dan Maret sebanyak 76 jiwa. Diabetes melitus dapat mengganggu semua organ
tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan dan gejala yang sangat
bervariasi. Jika dibiarkan tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan
berbagai komplikasi baik akut maupun kronik ( Waspadji, 2016)
Komplikasi diabetes melitus cukup tersebar dibeberapa daerah di Indonesia
sehingga bisa dikatakan sebagai salah satu masalah nasional yang harus
mendapatkan perhatian lebih. Salah satu komplikasi penyakit diabetes melitus
yang paling sering dijumpai adalah kaki diabetikum (diabetic foot) yang ber-
manifestasikan sebagai ulkus, infeksi dan gangren (Flora et.al, 2013). Sebanyak
1785 penderita diabetes melitus di Indonesia mengalami komplikasi neuropati
sebanyak 63,5%, retinopati 42%, kaki diabetikum 15%, nefropati 7,3%,
makrovaskuler 6% dan mikrovaskuler 6 %. (Novitasari, 2015).
Penyakit diabetes melitus membutuhkan penanganan yang cukup lama
sehingga perlu upaya pencegahan agar tidak terjadi komplikasi lebih
lanjut,keberhasilan dalam pengobatan diabetes melitus bergantung pada
penderita diabetes melitus. Penderita diabetes melitus harus memliki
pengetahuan yang cukup memadai, karena dapat mengubah sikapnya dalam
melakukan pengobatan misalnya diet rendah gula dapat mencegah komplikasi
yang akan muncul sehingga dapat hidup lebih sejahtera, sehat dan berkualitas
( Basuki, 2011).
Penderita diabetes melitus harus menaanti diet karena sangat berperan
penting untuk menyetabilkan kadar glukosa selain itu harus mengembangkan
rutinitas (kebiasaan) yang dapat membantu penderita dalam mengikuti jadwal
diet yang kadang kala sulit dilakukan oleh penderita. Dukungan dan kebiasaan
sangat dibutuhkan untuk menyesuaikan diri untuk mengatur dan meluangkan
waktu dalam mengunakan obat yang diresepkan serta pemberiannya diikuti
dengan benar ( Tambayong, 2002 dalam Phitri, 2013)
Diet merupakan salah satu pilar keberhasilan dalam penatalaksanaan diabetes
melitus( Tjokroprawiro,2011). Masalah yang terjadi adalah sebagian besar
pasein diabetes melitus tidak mengikuti diet yang dianjurkan. Pasien diabetes
melitus banyak merasa tersiksa sehubungan dengan jenis dan jumlah makanan
yang dianjurkan (Smeltzer &Bare, 2011). Seseorang yang menderita diabetes
melitus jika tidak patuh dalam melaksanakan program yang telah dianjurkan
oleh dokter atau petugas kesehatan maka dapat memperburuk kondisinya
( Darmono, 2012).
Untuk pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi DM yaitu dengan pemantauan diri terhadap kesehatan
kaki,komplikasi mata ,dan ginjal ( ADA,2017). Tindakan keperawatan yang
dapat dilakukan seorang perawat yaitu memberikan edukasi dan melakukan
perawatan kaki pada pasein DM. Perawat sebagai tim pengelolaan pasien DM
diharapkan mampu mengajarkan pasien DM dan juga keluarganya bagaimana
cara untuk mencegah timbulnya luka kaki. Salah satunya yaitu mengajarkan
pasien DM dan keluiarga cara melakukan perawatan kaki yang baik dan benar
serta memberikan edukasi yang tepat sebelum munculnya luka kaki.
Berdasarkan dari uraian diatas mengenai penyakit diabetes melitus, itulah
yang menarik minat peneliti untuk mengetahui lebih dalam bagaimana asuhan
keperawatan pada Ny “H” dengan gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Melitus
tipe II di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas maka hal ini mendasari dipilihnya Diabetes melitus
sebagai asuhan keperawatan pada Ny “H” dengan gangguan sistem endokrin:
Diabetes Melitus Tipe II Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Insiden dan
Prevelensi meningkat, komplikasi yang paling parah bisa menyebabkan
kematian, angka Health Expence meningkat dan biaya kesehatan meningkat.
3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Tujuan Umum
Dapat memperoleh gambaran secara nyata dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Ny “H” dengan gangguan sistem endokrin : Diabetes
Melitus Tipe II di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada Ny “H” dengan gangguan sistem endokrin :
Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny “H” dengan gangguan
sistem endokrin: Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada Ny “H” dengan gangguan
sistem endokrin: Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
d. Dapat melakukan implementasi keperawatan pada Ny “H” dengan
gangguan sistem endokrin : Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
e. Dapat mengevaluasi tentang hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada
Ny”H” dengan gangguan sistem endokrin : Diabetes Mellitus Tipe II di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
f. Melakukan discharge planning pada Ny “H” dengan gangguan sistem
endokrin : Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang
4. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi Stikes Muhammadiyah Palembang
Hasil asuhan keperawatan ini dapat dipergunakan sebagai referensi dalam
pengembangan laporan kasus asuhan keperawatan selanjutnya serta dapat
menambah wawasan dan pengetahuan tentang gangguan sistem pencernaan :
Diabetes Mellitus yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan.
2. Manfaat bagi Rumah Sakit Muhammmadiyah Palembang
Hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan diharapkan dapat menjadi
informasi pada instansi khususnya perawat untuk meningkatkan pengetahuan
agar membantu .
3. Manfaat bagi penulis
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai sarana untuk
menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti Profesi Ners di
STIkes Muhammadiyah Palembang
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Penyakit
a. Definisi
Diabetes Melitus Tipe II adalah gangguan metabolik yang ditandai
oleh hiperglikemia( kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya
hormon insulin, menurunnya efek insulin atau keduanya.
(kowalak,dkk. 2016). Diabetes melitus merupakan
penyebabhiperglikemi. Hiperglikemi disebabkan oleh berbagaihal,
namun hiperglikemi paling sering disebabkanoleh diabetes melitus.
Pada diabetes melitus gulamenumpuk dalam darah sehingga gagal
masuk kedalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormoninsulin
jumlahnya kurang atau cacat fungsi. Hormoninsulin merupakan
hormon yang membantu masuknyagula darah (WHO, 2016).
b. Klasifikasi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus biasanya dibagi dalam dua jenis berbeda yaitu
diabetes juvenilis yang biasanya dimulai mendadak pada awal kehidupan
dan diabetes dengan awitan maturitas, yang dimulai di usia lanjut dan
terutama pada orang kegemukan (Guyton & Hall, 2014)
Menurut American Diabetes Association (2015) terdapat empat
jenis utama diabetes melitus, terdiri dari:
1. Diabetes Melitus tipe I
Terjadi sebanyak 5 – 10 % dari semua diabetes melitus. Sel ß
pankreas yang menghasilkan insulin dirusak oleh proses autoimun,
sehngga pasien memproduksi insulin dalam jumlah sedikit atau tidak
ada dan memerlukan terapi insulin untuk mengontrol kadar gula
darah pasien. Diabetes melitus tipe I dicirikan dengan onset yang
akut dan biasanya terjadi pada usia < 30 tahun.
2. Diabetes melitus tipe II
Diabetes melitus tipe II mengenai 90-95 % pasien dengan
diabetes melitus. Pada diabetes melitus tipe ini, individu mengalami
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) dan
kegagalan fungsi sel ß yang mengakibatkan penurunan produksi
insulin. Insidensi terjadi lebih umum pada usia < 30 tahun, obesitas,
herediter, dan faktor lingkungan.
3. Diabetes melitus tipe lain
Diabetes melitus ini merupakan diabetes yang terjadi karena
adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin serta
menganggu sel pankreas , sehingga mengakibatkan kegagalan dalam
memproduksi insulin secara teratur seseuai dengan kebutuhan
tubuh..
4. Diabetes melitus gestasional
Diabetes melitus yang timbul selama kehamilan akibat sekresi
hormon-hormon plasenta yang mempunyai efek metabolik terhadap
toleransi glukosa. Terjadi pada 2-5 % wanita yang hamil, tetapi
hilang saat melahirkan. Resiko terjadi pada wanita dengan angota
keluarga riwayat diabetes melitus dan obesitas
c. Etiologi DM Tipe II
Etiologi atau penyebab diabetes melitus diabetes melitus antara lain:
d. Anatomi Fisiologi
1) Anatomi Pankreas
2) Fisiologi Pankreas
Pankreas terletak di retroperiotoneal rongga abdomen bagian atas,
dan terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjang sekitar
10-20 cm dan lebar 2,5-5 cm, mendapat pasokan darah dari arteri
mensenterika superior dan splenikus. Pankreas berfungsi sebagai organ
endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ endokrin didukung oleh
pulau-pulau langerhans. Pulau-pulau langerhans terdiri tiga jenis sel
yaitu :
1) Sel alpha (sekitar 20-40 %), menghasilkan glukogon menjadi faktor
hiperglikemik, mempunyai anti-insulin aktif
2) Sel beta (sekitar 60-80 %), menghasilkan insulin
3) Sel delta (sekitar 5 -15%), menghasilkan somatostatin
4) Sel F (1 %) mengandung dan menyekresi pankreatik polipeptida.
Organ sasaran kedua hormon ini adalah hepar, otot dan jaringan
lemak. Glukagon dan insulin memegang peranan penting dalam
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Bahkan keseimbangan
kadar gula darah sangat dipengaruhi oleh kedua hormon ini. Fungsi
kedua hormon ini saling bertolak belakang. Fungsi insulin menurunkan
kadar gula darah sebaliknya untuk glukagon meningkatkan kadar gula
darah. Perangsangan glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam
amino darah meningkat. Efek glukagon ini juga sama dengan efek
kortisol, GH dan epinefrin. Dalam meningkatkan kadar gula darah,
glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi
glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta
meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang bukan
karbohidrat).
Dalam metabolisme lemak, glukagon meningkatkan lipolisis
(pemecahan lemak). Dalam menurunkan kadar gula darah, insulin
sebagai hormon anabolik terutama akan meningkatkan difusi glukosa
melalui membran sel di jaringan. Efek anabolik penting lainnya dari
hormon insulin adalah sebagai berikut:
a) Efek pada hepar
(1)Meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosa.
(2)Menghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan ketogenesis.
(3)Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas di
hepar.
b) Efek pada otot
(1) Meningkatkan sintesis protein.
(2) Meningkatkan transportasi asam amino.
(3) Meningkatkan glikogenesis.
c) Efek pada jaringan lemak
(1) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas.
(2) Meningkatkan penyimpanan trigliserida.
(3) Menurunkan lipolisis.
3) Fisiologi insulin
Hubungan ya g erat antara berbagai jenis sel dipulau langerhans
menyebabkan timbulnya pengtauran secara langsung sekresi bebrapa
hormon lainnya, contoh insulin menghambat sekresi glukogan,
somatostin menghambat sekresi glukosa dan insulin. Insulin dilepaskan
pada suatu kadar batas oleh sel-sel beta pulau langerhans. Rangsangan
utama pelepasan insulin diatas kadar basal adalah peningkstsn kadar
glukosa darah. Kadar glukosa darah puasa dalam keadaan normal adalah
80-90 mg/dl. Insulin bekerja dengan cara berkaitan dengan reseptor
insulin dan setelah berikatan, cara nekerja melalui perantara kedua untuk
menyebabkan peningkatan transportasi glukosa kedalam sel dan dapat
segera digunakan untuk menghasilkan energi atau dapat disimpan
didalam hati (Guyton Hall, 2014).
e. Patofisiologi
Pankreas adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak dibelakang
lambung. Didalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti
pulau dalam peta, sehingga disebut pulau Langerhans pankreas. Pulau-
pulau ini berisi sel alpa yang menghasilkan hormon glukagon, sel β yang
menghasilkan insulin. Kedua hormon ini bekerja berlawanan, glukagon
meningkatkan glukosa darah sedangkan insulin bekerja menurunkan
kadar glukosa darah ( Price& Wilson, 2006)
Insulin yang dihasilkan oleh sel β pankreas dapat diibaratkan
sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuk glukosa ke dalam
sel, kemudian di dalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi
tenaga. Jika insulin tidak ada atau jumlahnya sedikit, maka glukosa tidak
dapat masuk ke dalam sel sehingga kadarnya di dalam darah tinggi atau
meningkat (hiperglikemia). Pada DM tipe 2 jumlah insulin kurang atau
dalam keadaan normal, tetapi jumlah reseptor insulin dipermukaan sel
berkurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci
pintu masuk ke dalam sel. Meskipun anak kuncinya (insulin) cukup
banyak, namun karena jumlah lubang kuncinya (reseptor) berkurang,
maka jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel berkurang (resistensi
insulin). Sementara produksi glukosa oleh hati terus meningkat, kondisi
ini menyebabkan kadar glukosa darah meningkat (Subekti & Suryono,
2009).
f.Pathway Diabetes Melitus tipe II
Defisiensi insulin
Lemak, protein, karbihidrat tidak dapat ketidakmampuan menurunnya transport penyerapan glukosa & reaksi autoimun
Dipecah menjadi energi melakukan aktifitas glukosa ke sel metabolisme terganggu
pankreas
Penumpukan glukosa dalam darah aktifitas terbatas sel-sel kekurangan hiperglikemi kegagalan sel beta
Makanan memproduksi insulin
Intorelansi aktivitas
Penumpukan plag didalam darah karbohidrat, lemak dan ginjal tidak menyaring produksi insulin
Protein menipis dan mengabsorbsi glukosa menurun
macrovaskular merusak dan merangsang
ujung syaraf tepi poliphagia poliuria tubuh kekurangan insulin
aterosklerotik glukosa tidak dapat diserap
pengetahuan neuro trans- kesemaan dalam darah dehidrasi oleh sel tubuh
gangguan sirkulasi jaringan perifer mitter meningkat (asidosis)
medula spinalis haus terjadinya glukoneogenesis
gangguan sensasi (kesemutan) terputusnya kontinuitas ketonemia
jaringan hipotalamus ph menurun Kekurangan glukosa menumpuk dalam
timbul luka & luka sulit sembuh volume cairan darah
ulkus diabetik Kerusakan syaraf afferent persepsi nyeri suplai nutrisi terganggu peningkatan kadar gula darah
integritas jaringan
Resiko Kerusakan Ketidakseimbanga
Nyeri n nutrisi kurang Resiko
cedera integritas Gangguan citra Defisiensi
akut dari kebutuhan ketidakseimbangan
kulit kadar gula darah
tubuh tubuh pengetahuan
f. Tanda dan gejala diabetes melitus
Menurut Hastuti (2008), tanda dan gejala DM dapat dibagi menjadi
dua, sebagai berikut:
a. Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi
bahkan, mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu.
1) Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi
serba banyak (Poli), adalah sebagai berkut:
a) Banyak makan (poliphagia).
b) Banyak minum (polidipsia).
c) Banyak kencing (poliuria).
2) Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala sebagai
berikut:
a) Banyak minum.
b) Banyak kencing.
c) Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan
cepat (turun 5–10 kg dalam waktu 2–4 minggu).
d) Mudah lelah.
e) Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan
penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik.
b. Gejala kronik DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah sebagai
berikut:
1. Kesemutan.
2. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
3. Rasa tebal di kulit.
4. Kram.
5. Mudah mengantuk.
6. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata.
7. Gatal di sekitar kemaluan terutama perempuan.
8. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
9. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
g. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip pengelolaan DM, meliputi sebagai berikut:
a. Penyuluhan
Tujuan penyuluhan yaitu meningkatkan pengetahuan diabetisi
tentang penyakit dan pengelolaannya dengan tujuan dapat merawat
sendiri sehingga mampu mempertahankan hidup dan mencegah
komplikasi lebih lanjut. Penyuluhan meliputi sebagai berikut:
1) Penyuluhan untuk pencegahan primer
Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena
yang menjadi sasaran adalah orang-orang yang belum sakit
artinya mereka masih sehat. Cakupannya menjadi sangat luas.
Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi tetapi seluruh
masyarakat termasuk pemerintah. Semua pihak harus
mempropagandakan pola hidup sehat dan menghindari pola
hidup berisiko. Menjelaskan pada masyarakat bahwa mencegah
penyakit lebih baik dari pada mengobatinya. Kampanye
makanan sehat dengan pola tradisional yang mengandung lemak
rendah atau pola makanan seimbang adalah alternatif terbaik
dan harus sudah mulai ditanamkan pada anak-anak sekolah
sejak taman kanak-kanak.
Caranya bisa lewat guru-guru atau lewat acara radio atau
televisi. Selain makanan juga cara hidup berisiko lainnya harus
dihindari. Jaga berat badan agar tidak gemuk, dengan olah raga
teratur. Dengan menganjurkan olah raga kepada kelompok
risiko tinggi, misalnya anak-anak pasien diabetes, merupakan
salah satu upaya pencegahan primer yang sangat efektif dan
murah.
2) Pencegahan sekunder
Mencegah timbulnya kompliksi, menurut logika lebih mudah
karena populasinya lebih kecil, yaitu pasien diabetes yang sudah
diketahui dan sudah berobat, tetapi kenyataannya tidak
demikian. Tidak gampang memotivasi pasien untuk berobat
teratur, dan menerima kenyataan bahwa penyakitnya tidak bisa
sembuh. Syaratnya untuk mencegah komplikasi adalah kadar
glukosa darah harus selalu terkendali mendekati angka normal
sepanjang hari sepanjang tahun. Dan supaya tidak ada resistensi
insulin, dalam upaya pengendalian kadar glukosa darah dan lipid
harus diutamakan cara-cara nonfarmakologis dahulu secara
maksimal, misalnya dengan diet dan olah raga, tidak merokok
dan lain-lain. Bila tidak berhasil baru menggunakan obat baik
oral maupun insulin.
3) Pencegahan tersier
Upaya mencegah komplikasi dan kecacatan yang
diakibatkannya termasuk kedalam pencegahan tersier. Upaya ini
terdiri dari tiga tahap berikut:
a) Pencegahan komplikasi diabetes, yang pada konsensus
dimasukan sebagai pencegahan sekunder.
b) Mencegah berlanjutnya komplikasi untuk tidak menjurus
kepada penyakit organ.
c) Mencegah terjadinya kekacauan disebabkan oleh karena
kegagalan organ atau jaringan.
Dalam upaya ini diperlukan kerja sama yang baik sekali
baik antarapasien dengan dokter maupun antara dokter ahli
diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan
komplikasinya. Dalam hal ini penyuluhan sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan
diabetesnya.
b. Diet DM
Menurut Tjokroprawiro (2000) dikutip Hastuti (2008), tujuan Diet
pada DM adalah mempertahankan atau mencapai berat badan ideal,
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencegah
komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan kualitas hidup.
Penderita DM didalam melaksanakan diet harus memperhatikan 3 J,
yaitu: jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus
diikuti, dan jenis makanan yang harus diperhatikan.
Komposisi makanan yang dianjurkan adalah makanan dengan
komposisi seimbang yaitu yang mengandung karbohidrat (45-60%),
Protein (10-15%), lemak (20-25%), garam (≤ 3000 mg atau 6-7 gr
perhari), dan serat (± 25 g/hr).
Jenis buah-buahan yang dianjurkan adalah buah (salak, tomat, dll)
dan yang tidak dianjurkan (nangka, durian, dll), sedangkan sayuran
yang dianjurkan (wortel, nangka muda, dll) dan tidak dianjurkan
(taoge, terong, dll).
Beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
tubuh, diantaranya dengan memperhitungkan berdasarkan kebutuhan
kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah atau
dikurangi (± 25-30%), tergantung beberapa faktor misalnya jenis
kelamin, umur, aktivitas dan berat badan.
i. Pemeriksaan penunjang
4) Pemeriksaan Laboratorium
a) Glukosa Urin
Pada umumnya, jumlah glukosa yang dikeluarkan dalam urin
orang normal sukar dihitung, sedangkan pada kasus diabetes,
glukosa yang dilepaskan jumlahnya dapat sedikit sampai banyak
sekali sesuai dengan berat penyakitnya dan asupan
karbohidratnya
b) Kadar glukosa darah puasa
Kadar glukosa darah sewaktu pada pagi hari, normalnya ialah 80
mg/dl dan 110 mg/dl dipertimbangkan sebagai batas normal atas
kadar normal. Kadar glukosa diatas nilai ini seringkali
menunjukkan adanya penyakit diabetes melitus
Gula Darah Puasa( GDP) gula darah yang diukur pada saat
seorang tidak makan dan minum seseatu yang mengandung
gula , GDPP kadar gula darah yang diambil pada saat 2 jam
setelah makan kurang dari 140 mg/dl
c) Uji toleransi glukosa
Didapatkan bila orang normal yang puasa memakan 1 gram
glukosa [er kilogram berat badan maka kadar glukosa darahnya
akan meningkat dari kadar kira-kira 90 mg/dl menjadi 120-140
mg/dl dan dalam waktu 2 jam kadar ini kan akan menurun ke
nilai normalnya.
d) Pernafasan aseton
Sejumlah kecil asam asetoasetat, yang sangat meningkat pada
penderita diabetes berat dapat diubah menjadi aseton. Aseton
bersifat mudah menguap dan dikeluarkan melalui udara
ekspirasi, akibatnya seringkali seseorang dapat membuat
diagnosis diabetes melitus hanya dengan mencium bau aseton
pada nafas pasien (Guyton & Hall, 2014).
1. Pengkajian
Menurut NANDA fase pengkajian merupakan sebuah komponen
utama untuk mengumpulkan informasi ,data, memvalidasi data,
mengorganisasikan data, dan mendokumentasikann data. Pengumpulan
data ,antara lain meliputi
a. Biodata
1) Identitas pasien (Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian dan
diangnosa medis).
2) Identitas penanggung jawab (Nama, umur, pekerjaan, alamat,
hubungan dengan pasien).
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian. Adanya keluhan rasa kesemutan pada kaki/ tungkai
bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh-
sembuh dan berbau , adanya nyeri pada luka.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Data diambil saat pengkajian berisi tentang perjalanan
penyakit pasien dari sebelum masuk rumah sakit sampai sudah
dirawat dibangsal rumah sakit.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan.
c. Pola Fungsional Gordon
1) Pola promosi kesehatan
Kaji adalah riwayat infeksi sebelumnya, persepsi pasien dan
keluarga mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota
keluarganya.
2) Pola nutrisi
Kaji pola makan dan minum sehari-hari , jumlah makanan dan
minuman yang dikonsumsi, jenis makanan dan minuman,
frekuensi makan dan minum perhari, nafsu makan menurun atau
tidak, jenis makanan yang disukai ,penurunan berat badan.
3) Pola eliminasi dan pertukaran
Kaji pola BAB dan BAK sebelum dan setelah sakit , mencatat
konsistensi, warna, bau, frekeunsi sehari, konstipasi.
4) Pola aktivitas/ istirahat
Kaji reaksi setelah beraktivitas (muncul keringat dingin/ tidak,
kelelahan dan keletihan) , perubahan pola nafas setelah aktivitas,
kemampuan pasien dalam aktivitas secara mandiri. Kaji berapa jam
tidur dalam sehari ,kebiasaan tidur siang, gangguan selama tidur
(sering terbangun), nyenyak dan nyaman.
5) Pola persepsi kognitif
Kaji konsentrasi, daya ingat dan kemampuan mengetahui penyebab
penyakitnya.
6) Pola persepsi dan konsep diri
Kaji aadalah perasaan terisolasi diri atau perasaan tidak percaya
diri karena sakit yang diderita
7) Pola hubungan peran
Kaji hubungan antar keluarga, interaksi dan komunikasi
8) Pola seksualitas
9) Pola koping/toleransi stres
Kaji pengendalian emosi, kecemasan yang muncul tanpa alasan
yang jelas, takut terhadap penyakitnya.
10) Pola prinsip hidup
Kaji pengambilan keputusan dalam keluarga, gnagguan beribadah
salam, kataatan berdoa dan beribadah.
11) Pola keamanan/perlindungan
Kaji adanya cedera fisik, resiko jatuh, suhu tubuh
hipertermi/hipotermi
12) Pola kenyamanan
Kaji ada kelihan nyeri/tidak, mual, muntah
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Meliputi keadaan pasien, kesadaran, tinggi badan, berat badan dan
tanda tanda vvital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kdang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihan kabur/ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan
ganggren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku
4) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
5) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi dan aritmia.
6) Sistem pencernaan
Terdapat poliphagia, polidipsia, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
7) Sistem perkemihan
Poliuria, retensi urine, inkontinensia unrie, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
8) Sistem muskuloskletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,
cepat lelah, adanya ganggren di ektremitas
9) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensori, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi.
e. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi GDS > 200 mg/dl gula darah puasa >
120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2) Urine
3) Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urin. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urin. Hijau ( + ), kuning ( ++ ),
merah ( +++ ) dan merah bata (++++ ).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon. Individu,
keluarga, kelompok atau komunitas terhadap proses kehidupan/masalah
kesehatan. Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan
tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut (NANDA,
2015-2017).
a. Nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera biologis
b. Intorelansi aktivitas berhubungan
denan gangguan metabolisme
c. Kerusakan integritas jaringan
berhubungan dengan neuropatik perifer
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrisi
e. Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan gangguan sensasi
f. Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi
g. Resiko ketidakstabilan kadar gula
darah berhubungan dengan faktor resiko kurang kepatuhan pada
rencana manajemen diabetes
h. Resiko cedera berhubungan dengan
factor risiko gangguan sensasi ( diabetes melitus)
3.Intervensi
N Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
O
Nyeri Akut NOC: NIC :
Batasan karakteristik Kontrol Nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Ekspresi wajah nyeri Tingkat nyeri komprehensif termasuk lokasi,
Diaprosis Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Dilatasi pupil tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: dan faktor presipitasi
Fokus menyempit misal interaksi dengan 2. analgesik bagi pasien dilakukan
orang dan lingkungan Kriteria Awal Tujuan dengan pemantauan yang ketat
Keluhan tentang karakteristik nyeri 3. Berikan informasi mengenai nyeri
Mengekspresikan perilaku Mengenali kapan nyeri 5 seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
perilaku distraksi Menggunakan tindakan akan dirasakan, dan antisipasi dari
faktor yang berhubungan 5 ketidaknyamanan akibat prosedur
pencegahan
agen cedera biologis (misalnya infeksi, Menggunakan apa yang terkait 4. Kendalikan faktor lingkungan yang
iskemia, neoplasma) 5 dapat mempengaruhi respon pasien
dengan gejala nyeri
agen cedera fisik( misalnya abses, Panjang episode nyeri 5 terhadap ketidaknyamanan , misaalnya
amputasi,luka bakar, terpotong, suhu ruangan, pencahayaan, suara bising.
Ekspresi wajah nyeri 5
mwngangkat berat, prosedur bedah, 5. Ajarkan prinsip –prinsip manajemen
trauma, olahraga berlebihan) Gangguan ekstrem nyeri
agen cedera kimiawi (misal luka bakar, Berat 6. Dorong pasien untuk memonitor
kapsainsin, mitelen klorida, agen Sedang nyeri dan menangani nyeri dengan tepat
mustard) Ringan 7. Ajarkan penggunaan teknik non
Tidak ada gangguan farmakologi Ajarkan metode farmakologi
untuk menurunkan nyeri.
8 Resiko cedera dengan faktor NOC : Ambulasi dan Kadar glukosa darah NIC : Pencegahan jatuh dan
risiko gangguan sensasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x hiperglikemia
( diabetes mellitus) 24 jam, klien menunjukkan perbaikan “ Ambulasi 1. Untuk mengetahui faktor-faktor
dan Kadar glukosa darah ”, ditandai dengan 1. Identifikasi perilaku dan faktor yang yang mempengaruhi jatuh
Faktor risiko : kriteria hasil: mempengaruhi risiko jatuh
a. Eksternal No Indikator Awal Tujuan 2. Untuk mengetahui riwayat jatuh
1) Hambatan fisik 2. Kaji ulang riwayat jatuh bersama
2) Hambatan sumber nutrisi 1 Menopang berat badan 5 dengan klien dan keluarga
2 Berjalan dengan 5
langkah yang efektif 3. Untuk memantau keseimbangan
a. Internal 3. Monitor gaya berjalan, kesimbangan
3 Berjalan dengan pelan 5 berjalan
1) Gangguan mekanisme dan tingkat kelelahan
pertahanan primer 4 Glukosa darah 5
4. Memantau klien berpindahtempat
a. Gangguan sensasi ( Diabetes Keterangan : 4. Monitor kemampuan pindah untuk
mellitus) 1. Sangat terganggu berpindah dari tempat tidur ke kursi
b. Usia ekstrem 2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu 5. Kolaborasi dengan tim kesehatan
5. Untuk memastikan obat yang
4. Sedikit terganggu lain untuk meminimalkan efek
tepat
5. Tidak terganggu samping dari pengobatan yang
berkontribusi pada kejadian jatuh
I. Identitas Klien
Nama : Ny H No RM : 59.80.00
Usia : 58 Tahun Tgl. Masuk : 27/03/2019
Jenis Kelamin : Perempuan Tgl. Pengkajian : 02/04/2019
Alamat : Jl Pendawa Lrg Sumber informasi : Keluarga dan Data
Madukara Rt 09 2 Pasien
Ilir Kalidoni
Palembang
No telepon : 082178906*** Keluarga terdekat : Anak
Status : Menikah Alamat & No telp : Jl Pendawa Lrg
Madukara Rt 09 2 Ilir
Kalidoni Palembang
Agama : Islam Diagnosa Medis : Diabetes Melitus Tipe
II
Suku :
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Lama bekerja :
1. Keluhan utama : Klien mengatakan sakit kepala dan badan terasa lemah
2. Faktor Predisposisi : Klien mengatakan ibu klien mengalami penyakit diabetes
melitus
3. Faktor Presipitasi : Klien mengatakan sering mengkonsumsi makanan yang
manis manis
B. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Data Subjektif : Klien mengatakan masuk kerumah sakit tanggal 27 Maret 2019
Pukul 23.00 WIB, Pengkajian Tanggal 02 April 2019 Pukul
14.00, klien mengatakan merasa kesemutan/kram pada tangan
dan kaki, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang.
Data Objektif : Keadaan umum lemah, tampak berbaring ditempat tidur, BSS:
270 mg/dl, klien terpasang IVFD cairan RL gtt 20 x/m dengan
TTV: TD: 140/90 mmHg, N: 84 x/m, RR : 22 x/m, T: 36,40 C
3. Kebisasaan
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
a. Merokok : - - -
b. Teh Manis : 3 x sehari 1 gelas -
c. Alkohol : - - -
D. Riwayat Keluarga
Genogram
58 th
Keterangan:
:Laki laki
:Perempuan
: Pasien
:Menikah
:Keturunan
X :meninggal
1. Peningkatan Kesehatan
Data Subjektif : Klien mengatakan kurang memahami terapi diet dan perawatan
unttuk pencegahan luka diabetik.
Data Objektif : Klien tampak tidak bisa menjawab ketka ditanya tentang terapi
diet diabetes melitus
Masalah keperawatan:
Ketidakefektifan manajemen kesehatan
2. Nutrisi
Data Subjektif : Klien mengatakan nafsu makan sedikit berkurang , makan 3x
sehari, klien mengatakan makanan yang disukai makanan yang
manis, dan pola minum ± 6 gelas/hari
Data Objektif : Klien menghabiskan ½ porsi makanan yang diberikan
Bss klien 300 saat masuk rumah sakit
Masalah keperawatan:
Resiko ketidakstabilan kadar gula darah
3. Eliminasi
Data Subjektif : Klien mengatakan BAB teratur, konsistensinya padat, frekuensi
1x/hari, BAK 6-7 x/hari, warna kuning jernih, tidak ada
masalah saat berkemih, urin output ± 200 cc/3 jam.
Data Objektif : Tampak klien BAK diatas tempat tidur dengan menggunakan
pispot dibantu oleh keluarga
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
4. Aktivitas/Istirahat
Data Subjektif : Klien mengatakan saat berdiri kaki kram dan aktivitas sehari-
hari dibantu keluarga dan klien mengatakan tidur siang ± 3 jam.
Data Objektif : Klien tampak lemah, klien tampak berbaring dan kadang duduk
ditempat tidur
Masalah keperawatan:
Kelelahan
5. Persepsi/Kognitif
Data Subjektif : Klien mengatakan ingin cepat sembuh
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
6. Persepsi Diri
Data Subjektif : Klien mengatakan menerima penyakitnya yang dideritanya,
tetapi tetap berusaha untuk berobat supaya sembuh, klien
mengatakan akan selalu berdoa, dan Klien tidak merasa cemas
menghadapi penyakitnya.
Data Objektif : Tampak klien tenang dan sabar dengan keadaan yang dialami
saat ini
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
7. Peran Hubungan
Data Subjektif : Klien mengatakan hubungannya dengan keluarga atau teman
terjalin dengan baik dan harmonis
Data Objektif : Tampak klien ditemani oleh keluarga, tampak teman dan
keluarga berkunjung
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
8. Seksualitas
Data Subjektif : Klien mengatakan berjenis kelamin perempuan dan memakai
pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya, awal pubertas pada
usia 13 tahun
Data Objektif : Tampak klien tidak ada masalah, tampak klien menggunakan
pakaian sesuai jenis kelaminnya
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
9. Toleransi/Koping Stress
Data Subjektif : Klien mengatakan jika dihadapi masalah selalu bercerita
dengan anak dan kelurga lainnya
Data Objektif : Tampak klien bercerita dengan anaknya
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
10. Prinsip Hidup
Data Subjektif : Klien mengatakan beragama islam, klien berharap cepat sembuh
dan pulang kerumah dan mengatakan harus semangat dan
berusaha untuk tetap sembuh
Data Objektif : Tampak klien kooperatif dalam menjalani perawatan saat
dirumah sakit
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
11. Keselamatan/Perlindungan
Data Subjektif : Klien mengatakan merasa aman
1. Sistem Respirasi
a. Data Subjektif
Klien mengatakan tidak ada masalah saat bernafas
b. Data Objektif
Inspeksi : Dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Paru kiri sonor, paru kanan sonor
Auskultasi : Bunyi pernafasan vesikuler, irama teratur
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
2. Sistem Kardiovaskuler
a. Data Subjektif
Klien mengatakan tidak ada merasa nyeri dada atau sakit pada dada
b. Data Objektif
Inspeksi : Dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Ictus cordic teraba di ics ke 5 miclavicula sinistra
Perkusi : Redup
Auskultasi : Bunyi jantung SI dan II regular, lub dub, HR: 832
Masalah keperawatan:
Tidak Ada Masalah keperawatan
3. Sistem Persarafan
a. Data Subjektif
Klien mengatakan saat masuk RS merasa pusing, dan tidak ada masalah
dengan persarafannya
b. Data Objektif
XII Syaraf Cranial : Syaraf I-XII tidak ditemukan kelainan
Refleks Fisiologis : Negatif
Refleks Patologis : Babinsky kanan dan kiri negatif
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
4. Sistem Perkemihan
a. Data Subjektif
Klien mengatakan BAK 6-7 x/hari dengan menggunakan pispot
b. Data Objektif
Inspeksi : BAK warna kuning jernih, Frekuensi 6-7x/hari
Palpasi : Tidak ada nyeri
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
5. Sistem Pencernaan
a. Data Subjektif
Klien mengatakan tidak ada masalah pada perutnya
b. Data Objektif
Inspeksi : Datar, ikut gerak nafas, simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising peristaltic,BU: 12x/m
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
6. Sistem Muskuloskeletal
a. Data Subjektif
Klien mengatakan tidak ada nyeri pada ekstremitasnya atas dan bawah
b. Data Objektif
Inspeksi : Ekstremitas atas terpasang IVFD RL
Palpasi : Tidak ada nyeri pada ekstremitas
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
7. Sistem Integumen
a. Data Subjektif
Klien mengatakan bahwa tidak ada nyeri bagian kulitnya
b. Data Objektif
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, mukosa bibir ( merah kering)
Palpasi :
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
8. Sistem Endokrin
a. Data Subjektif
Klien mengatakan merasa kesemutan/kram pada tangan dan kaki, badan
terasa lemah.
b. Data Objektif
Didapatkan BSS: 270 mg/dl
Masalah keperawatan:
Resiko ketidakstabilan kadar gula darah
9. Sistem Penginderaan
a. Penglihatan
1) Data Subjektif
Klien mengatakan tidak ada masalah pada matanya
2) Data Objektif
Inspeksi : Bentuk simetris, konjungtiva anemis, tidak menggunakan
alat bantu penglihatan
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
b. Pendengaran
1) Data Subjektif
Klien mengatakan tidak ada keluhan pendengaran
2) Data Objektif
Inspeksi : Kuning bersih, dan bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
c. Penghidu
1) Data Subjektif
Klien mengatakan tidak ada masalah sama hidungnya
2) Data Objektif
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
10 Pengkajian Psikososial
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Klien optimis akan sembuh dengan cepat
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
c. Status emosional
Tenang……..
√ Cemas……. Marah…….
Menarik Diri
Tidak sabar…… lainnya:…………..
Jelaskan :
Klien tenang tidak merasa cemas
1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal : (28-04-2019)
Jenis Pemeriksaan Hasil Laboratorium Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 14.9 g/dL 12.0 – 16.0
Jumlah lekosit 13.5 10^3/ul 4.2 – 11.0
Hitung jenis
Eosinofil 3.3 % 1-3
Basofil 1.0 % 0-1
Neutrofil batang 1.0 % 2-6
Neutrofil segmen 40 - 60
Limfosit 62.6 % 20.0 - 50.0
Monosit 27.5 % 2-8
5.6 %
Kimia Klinik
Glukosa Darah 300 mg/dL 70 - 140
Sewaktu
Ureum 24 mg/dL 10 – 50
Kreatinin 0.9 mg/dL 0.60 - 1.80
Tanggal : 02/04/2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Laboratorium Nilai Normal
Kimia Klinik
Glukosa Darah 270 mg/dL 70 - 140
Sewaktu
HbA1c 10,9 % 4.5-6.3
Natrium 143 mEq/L 135.0-148.0
Kalium 3.7 mEq/L 3.5-10.5
Kalsium 10.0 mEq/L 8.5-10.5
Urin rutin
Makroskopis
Warna Kuning muda Kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih
Berat jenis 1.030 1.005-1.030
pH 6.0 4.5-7.5
Protein urin Negatif Negatif
Glukosa urin Positif (++++) Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Keton Positif (+) Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Sedimen
Epitel 5 / 1pk 1-15
Leukosit 3-7 /1pk <5
Eritrosit 8-13 /1pk <3
1 Metformin 3 x 500 Oral Obat Obat antidiabetes yang dapat menurunkan Penderita hipersensitivitas ,
mg antidiabetes kadar gula darah pada penderita diabetes gangguan ginjal dan hati
biguanid tipe 2
2 Ibu profen 3 x 400 Oral Nonsteroidal Untuk meredakan nyeri berbagai kondisi Hiperaensitivitas terhadap
mg anti- seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid, obat anti-inflamasi non–
inflammatory nyeri otot, atau arthritis steroid (AINS), gangguan
drug (NSAID) hati berat dan gangguan
ginjal.
3 Cefixime 2 x 100 Oral Antibiotik Untuk mengobati berbagai infeksi yang Penderita hipersensitivitas
mg disebabkan oleh bakteri dan penderita riwayat stroke
5 Injeksi Levemir 1 x 10 gr Injeksi Obat keras Untuk membantu kontrol gula darah pasein Hipersensitivitas.Wanita pra
diabetes menopause , hamil & laktasi
ANALISA DATA
Insulin resistense
Macrovaskuler
Aterosklerotic
Gangguan sensasi
Kelelahan
Data Subjektif : Ketidakefektifan
Klien mengatakan Diabetes Melitus manajemen
kurang memahami kesehatan
tentang penyakit Kerusakan dan Resistensi sel B,
diabetes melitus, Faktor genetic, gaya hidup, Usia >
klien juga 30 Tahun
mengatakan kurang
memahami tentang Defiensi Insulin
terapi
Reaksi autoimun
Data Objektif :
13) Klien tampak Pankreas
bingung ditanya
tentang terapi diet Kegagalan sel beta memproduksi
diabetes melitus insulin
14) Kurang
pengetahuan Produksi insulin menurun
Kurang informasi
Tubuh kekurangan insulin glukosa
tidak dapat diserap oleh sel sel
tubuh
Terjadinya glukoneogenesis
Ketidaefektifan manajemen
kesehatan
Terjadinya gluconeogenesis
Diagnosa Keperawatan
Prioritas Keperawatan
a. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolik
b. Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang program terapeutik
c. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan faktor
resiko kurang kepatuhan pada rencana manajemen diabetes
Nursing Care Planning
Rencana keperawatan
N
Diagnosa Keperawatan
o Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Keletihan berhubungan
dengan penurunan produksi NOC : Tingkat Kelelahan NIC: Manajemen Energi
metabolik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x 24 jam, klien menunjukkan perbaikan “ 1. Diskusikan dengan pasien kebutuhann 1. Memberikan motivasi untuk
berkurang Tingkat kelelahan ”, ditandai aktivitas meningkatkan aktivitas
Data Subjektif: dengan kriteria hasil: meskipun pasein sangat
Klien mengatakan merasa 2. Berikan aktivitas alternative dengan lemah
kesemutan/kram pada tangan N Indikator Awal Tujuan periode istirahat yang cukup/tanpa
adan kaki, badan terasa o terganggu 2. Mencegah kelelahan yang
lemah. 1 Toleransi terhadap berlebihan
3 5
aktivitas
Data objektif : 2 Daya tahan 3. Diskusikan cara menghemat kalori
3 5
-Keadaan umum : lemah selama mandi,berpindah tempat, dan 3. Dengan penghematan energi
3 Status perawatan diri 3 5
sebagainya pasien dapat melakukan
- TTV : 4 Perawatan Diri : lebih banyak kegiatan
TD : 140/90 mmHg, Aktivitas sehari-hari 3 5
4. Tingkatkan partisipasi pasien dalam
N : 84x/m, ( ADL) 4. Meningkatkan kepercayaan
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
RR : 22x/m, kemampuan/torelansi pasien diri yang positif sesuai
T : 36,40 C. Keterangan : tingkat aktivitas yang dapat
1. Sangat terganggu ditorelansi pasien
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
2 Ketidakefektifan NOC : Perilaku Patuh NIC : Pendidikan Kesehatan
manajemen kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Tentukan pengetahuan kesehatan 1. Menentukan pengetahuan
berhubungan dengan 3x 24 jam, klien menunjukkan perbaikan “ dan gaya hidup perilaku saat kesehatan pada individu ,
perilaku patuh ”, ditandai dengan kriteria hasil: individu ,keluarga , atau kelompok keluarga atau kelompok
kurang pengetahuan
sasaran sasaran
tentang program terapeutik N Indikator Awal Tujuan
o
Data Subjektif : 1 Menanyakan 2. Bantu individu, keluarga dan 2. Membantu individu ,
Klien mengatakan kurang pertanyaan terkait 3 5 masyarakat untuk memperjelas keluarga dan masyarakat
memahami tentang kesehatan keyakinan dan nilai-nilai kesehatan untuk memperjelas
penyakit diabetes melitus, 2 Mencari informasi kesehatan
klien juga mengatakan kesehatan dari 3 5
kurang memahami berbagai sumber 3. Tekankan manfaat kesehatan positif
tentang terapi 3 Mempertimbangkan yang langsung 3. Menekankan manfaat
risiko/keuntungan 3 5 kesehatan positif yang
Data Objektif : dari perilaku sehat 4. Tekankan pentingnya pola makan langsung
- Klien tampak bingung 4 Menggunakan jasa yang sehat , tidur, berolahraga dan
ditanya tentang terapi pelayanan kesehatan 3 5 lain-lain 4. Menekankan pentingnya
diet diabetes melitus sesaui kebutuhan pola malan yang sehat dan
- Kurang pengetahuan Keterangan : lain-lai
- Kurang informasi 1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
3 Resiko ketidakseimbangan NOC : Manajemen Diabetes NIC : Hiperglikemi
gula darah dengan faktor Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor kadar glukosa darah sesuai
resiko kurang kepatuhan 3x 24 jam, klien menunjukkan perbaikan 1. Untuk mengetahui
indikasi
pada rencana manajemen “manajemen diabetes”, ditandai dengan kriteria
bagaimana kadar glukosa
diabetes hasil:
2. Berikan insulin sesuai resep dalam tubuh
Faktor Resiko : N Indikator Awal Tujuan
1. Asupan diet tidak cukup o
2. Untuk mengatur kadar
2. Gangguan status 1. Peran diet dalam 5 3. Berikan cairan IV sesuai kebutuhan
mengontrol kadar gula glukosa dalam tubuh
kesehatan fisik
darah
3. Kurang kepatuhan pada 2. Rencana makan yang 5 4. Ajarkan pada pasien dan keluarga 3. Untuk memenuhi kebutuhan
rencana manajemen dianjurkan
3. Peran tidur dalam 5 mengenai manajemen diabetes selama cairan
diabetes mengontrol kadar periode sakit, termasuk penggunaan
4. Kurang pengetahuan glikosa darah 4. Untuk menambah
4. Tindakan yang diambil 5 insulin dan obat oral
tentang manajemen dalam mengatasi kadar pengetahuan terhadap
penyakit glukosa darah manajemen penyakit
5. Manajemen diabetes tidak diabetes
tepat Indikator :
1. Tidak ada pengetahuan
6. Manajemen medikasi
2. Pengetahuan terbatas
tidak efektif 3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
7. Pemantauan glukosa
5. Pengetahuan sangat banyak
darah tidak adekuat
8. Penambahan berat badan
berlebihan
9. Penurunan berat badan
berlebihan
10. Rata-rata aktivitas harian
kurang dari yang
dianjurkan menurut jenis
kelamin dan usia
11. Stress berlebihan
12. Tidak menerima diagnosis
P:
Intervensi di lanjutkan 1,2,3
15.15
P:
Intervensi dilanjutkan 1,,2,3,4
HARI HARI
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL IMPLEMENTASI TANGGAL EVALUASI PARAF
JAM JAM
1. Keletihan berhubungan dengan 10.00 wib 12.00 wib S:
penurunan produksi metabolik 1. Mendiskusikan dengan pasien Klien mengatakan masih lemah
kebutuhan aktivitas O:
R :/ Klien mengatakan merasa 24. Tampak aktivitas dibantu keluarga
Data subjektif: 10.45 wib kram pada kaki , badan terasa 25. Tampak duduk di tempat tidur
lemah 26. TTV :
Klien mengatakan saat berdiri TD : 140/90 mmHg
kram pada kaki, badan terasa 2. Memberikan aktivitas N: 86x/m
lemah. alternative dengan periode RR : 22x/m
istirahat yang cukup/tanpa T : 36,00 C
Data objektif : terganggu A : Masalah belum teratasi
19. Klien kekamar mandi/toileting 11.00 R:/ Klien mengatakan mobilisasi N Indikator Awal Saat Tujuan
menggunakan kursi roda dibantu keluarga o ini
20. Aktivitas sehari-hari tampak 1 Toleransi
dibantu keluarga 3. Mendiskusikan cara menghemat terhadap 3 3
21. Keadaan umum : lemah kalori selama mandi,berpindah aktivitas
22. Tampak berbaring di tempat tempat, dan sebagainya 2 Daya
tidur 11.15 R:/Klien mengindentifikasi dalam tahan 3 3
23. TTV : Beraktivitas 3 Status
TD : 130/80 mmHg, perawatan 3 3
N : 80x/m, 4. Meningkatkan partisipasi pasien diri
RR : 20x/m, dalam melakukan aktivitas 4 Perawatan
T : 36,20 C. sehari-hari sesuai Diri :
kemampuan/torelansi pasien Aktivitas 3 3
R:/ Klien melakukan aktivitas sehari-hari
Sesuai kemampuan ( ADL)
P:
Intervensi di lanjutkan 1,2,3 dan 4
2. 10.30 1. Menentukan pengetahuan 12.00 wib S:
Ketidakefektifan manajemen kesehatan dan gaya hidup Klien mengatakan sudah memahami
perilaku saat individu ,keluarga , perawatan penyakit Diabetes mellitus
kesehatan berhubungan dengan
atau kelompok sasaran O:
kurang pengetahuan tentang R:/ Klien mengetahui tentang 29. Kurang pengetahuan
10.45 perawatan penyakitnya 30. TTV :
program terapeutik
TD : 140/90 mmHg
2. Membantu individu, keluarga N: 86x/m
dan masyarakat untuk RR : 22x/m
Data Subjektif : memperjelas keyakinan dan T : 36,00 C
Klien mengatakan kurang nilai-nilai kesehatan
memahami tentang terapi diet dan R:/ Supaya klien dapat
perawatan kaki untuk pencegahan 11.00 mengetahui tanda gelaja A : Masalah belum teratasi
kaki diabetik. penyakitnya N Indikator Awal Saat Tujuan
o ini
Data Objektif : 3. Menekankan manfaat kesehatan 1 Menanyakan
27.Kurang pengetahuan positif yang langsung pertanyaan
28.Kurang informasi R :/ Klien memahami 3 3 5
terkait
penyakitnya kesehatan
2 Mencari
informasi
11.30 4. Menekankan pentingnya pola kesehatan 3 3 5
malan yang sehat dan lain-lain dari berbagai
R:/ sumber
Klien dapat menerapkan pola 3 Mempertimb
hidup sehat angkan
risiko/keuntu
3 3 5
ngan dari
perilaku
sehat
4 Menggunaka 3 3 5
n jasa
pelayanan
kesehatan
sesaui
kebutuhan
P : Intervensi dihentikan
16.00
memahai mengenai obat dalam
pada penyakit dm mengontrol
kadar
glikosa
darah
4 Tindakan
yang
diambil
dalam
mengatasi 3 3 5
kadar
glukosa
darah
P:
Intervensi dilanjutkan 1,,2,3,4
P:
Intervensi dihentikan
2. Resiko ketidakseimbangan gula 12.00 S:
darah dengan faktor resiko 10.00 1. Monitor glukosa darah sesuai Klien mengatakan masih kesemutan
kurang kepatuhan pada rencana indikasi O:
manajemen diabetes R/: 48. Keadaan umum lemah
BSS pada klien 161 mg/dl 49. TTV :
Data Subjektif: 10.15 TD : 130/90 mmHg
Klien mengatakan merasa 2. Berikan Insulin sesuai resep N: 84x/m
kesemutan/kram pada tangan dan R:/ RR : 20x/m
kaki, badan terasa lemah. Insulin diberikan 10 unit T : 36,50 C
P:
Intervensi dihentikan
DISCHARGE PLANNING
Pada bab ini akan membahas studi kasus mengenai persamaan dan perbedaan
konsep dasar dan teori dengan asuhan keperawatan pada Ny. H dengan Gangguan
Sistem Endokrin : Diabetes Melitus Tipe II yang dilakukan pengkajian pada tanggal
02 April 2019 sampai evaluasi pada tanggal 04 April 2019 di Ruang instalasi rawat
inap Ahmad Dahlan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan sebuah komponan utama untuk mengumpulkan
informasi, data, memvaludasi data, mengorganisasikan data, dan
mendokumentasikan data, pengumpulan data, dan merupuskan diagnosa.
Pengkajian yang penulis lakukan dalam asuhan keperawatan pada klien Ny “H”
dengan gangguan sistem endokrin :Diabetes Melitus Tipe II di ruang ahmad dahlan
RS Muhammadiyah palembang meliputi identitas pasien, identitas penanggung
jawab, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu,
riwayat kesehatan keluarga, pola persepsi kesehatan, pola nutrisi dan cairan, pola
eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola tidur dan istirahat, pola persepsi kognitif,
pola persepsi dan konsep diri, pola reproduksi dan seksual, pola mekanisme dan
koping, pola hubungan, dan pola keyakinan spiritual. (NANDA, 2015)
Pada proses pengkajian Ny “H” didapatkan data dengan teknik wawancara dan
observasi langsung dengan Ny “H” teknik tersebut sesuai dengan yang
diungkapkan oleh padila (2012) yang mengatakan bahwa pengkajian merupakan
suatu tahapan dimana perawat mengambil data secara terus menerus terhadap klien
yang dibinanya. Sumber informasi untuk pengumpulan data dapat menggunakan
metode wawancara dan observasi kepada klien. Dari proses pengkajian pada Ny
“H” didapat yaitu bahwasannya Ny “H” mengatakan merasa kesemutan/kram pada
tangan dan kaki, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang, keadaan umum
lemah, tampak berbaring di tempat tidur, data yang didapatkan selanjutnya klien
mengatakan saat berdiri kaki terasa lemah dan tidak mampu melakukan aktivas
sehari-hari sehingga aktivitas sehari-hari dibantu keluarga,seperti makan, minum,
mandi, berpakaian dan berpindah. klien tampak lemah, klien berbaring kadang
duduk di tempat tidur, data yang selanjutnya yang didapatkan klien mengatakan
kurang memahami tentang penyakit diabetes melitus, kurang memahami terapi diet
dan perawatan untuk pencegahan luka diabetik.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang
masalah klien serta pengembangan yang dapat dipecahkan atau diubah melalui
tindakan keperawatan menggambarkan respon actual atau potensial klien terhadap
masalah kesehatan. Respon actual atau potensial klien didapatkan dari data
pengkajian dan catatan medis klien. Diagnosa keperawatan memberikan dasar
pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan ( Potter dan Perry,
2011).
Berdasarkan data pengkajian yang ditemukan, kemudian data dikelompokkan
dan dianalisa hingga didapatkan masalah keperawatan. Masalah keperawatan yang
ditemukan kemudian di prioritaskan dan dirumuskan membentuk suatu diagnose
keperawatan. Diagnosa yang dapat ditegakkan pada klien Ny. H adalah sebagai
berikut :
C. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan merupakan agar terciptanya tujuan yang
diinginkan dalam memenuhi kebutuhan klien, berdasarkan masing-masing
diagnosa yang ditegakkan. Menurut Mubarak (2012) perencanaan keperawatan
keluarga terdiri dari penetapan tujuan, mencakup tujuan umum dan khusus,
rencana intervensi serta dilengkapi dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria
dan standar. Tujuan dirumuskan secara spesifik, dapat diukur measurable, dapat
dicapai achievable, rasional dan menunjukkan waktu (SMART).
Tujuan umum merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala
upaya dimana masalah (problem) digunakan untuk merumuskan tujuan akhir
(Gusti, 2013). Tujuan umum ditetapkan waktu kunjungan selama 3 hari
diharapkan teratasi. Tujuan khusus merupakan pernyataan yang lebih spesifik
tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan dilakukan
dimana penyebab atau etiologi digunakan untuk merumuskan (Gusti, 2013).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis membuat intervensi, sebagai berikut :
1. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolik
Dalam proses keperawatan ini penulis menetapkan tujuan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien menunjukkan
perbaikan berkurang Tingkat kelelahan ”, ditandai dengan kriteria hasil:
Toleransi terhadap aktivitas, Daya tahan, Status perawatan diri,Perawatan
Diri ADL.
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu sebagai berikut :
Diskusikan dengan pasien kebutuhann aktivitas, Berikan aktivitas alternative
dengan periode istirahat yang cukup/tanpa terganggu,Diskusikan cara
menghemat kalori selama mandi,berpindah tempat, dan sebagainya dan
Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuan/torelansi pasien
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang program terapeutik
Dalam proses keperawatan ini penulis menetapkan tujuan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, klien menunjukkan
perbaikan perilaku patuh ”, ditandai dengan kriteria hasil Menanyakan
pertanyaan terkait kesehatan, Mempertimbangkan risiko/keuntungan dari
perilaku sehat, dan Menggunakan jasa pelayanan kesehatan sesaui
kebutuhan.
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu sebagai berikut
Menentukan pengetahuan kesehatan pada individu , keluarga atau kelompok
sasaran, Membantu individu , keluarga dan masyarakat untuk memperjelas
kesehatan, Menekankan manfaat kesehatan positif yang langsung,
Menekankan manfaat kesehatan positif yang langsung
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan adalah
katagori dari perilaku keperawatan di masa tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
mengikuti komponen perencanaan keperawatan (Potter, 2013).
Implementasi merupakan langkah yang selanjutnya dilakukan setelah
perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah
pada keluarga dan memandirikan keluarga (Achyar, 2012). Implementasi
adalah serangkaian tindakan perawat pada keluarga berdasarkan perencanaan
sebelumnya (Padila, 2012).
Berdasarkan jurnal yang berjudul Analisis Faktor Dominan Yang
Mempengaruhi Kepatuhan Pasein DM Tipe 2 Dalam Melakukan Perawatan
Kaki diketahui bahwa kepatuhan dalam perawatan kaki mempunyai peranan
penting dalam manajemen terapi pasien DM dan dapat mencegah kaki
diabetic yang berisiko kecacatan akibat amputasi serta kematian pada pasein
DM.
Berdasarkan jurnal yang berjudul Pengetahuan, Motivasi dan
Kepatuhan Diet Pasein DM Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwungu
Kendal diketahui pengaturan diet pada pasein DM merupakan salah satu
terapi yang penting dalam pengelolaan pasein DM.Pengetahuan pasein DM
tentang penyakitnya merupakan sarana penting dalam membantu pasein
dalam menjalankan terapi namun pengetahuan saja tidak cukup untuk
membuat pasien patuh dalam menjalankan terapi. Salah satu factor yang
mempengaruhi kepatuhan adalah motivasi.
Dalam melakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam penulis
tidak mempunyai hambatan berupa kesulitan dalam mendapatkan data
objektif dan respon langsung dari klien dikarenakan klien kooperatif,
implementasi yang dilakukan yaitu :
1. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolik
Implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu :
a. Mendiskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas
b. Memberikan aktivitas alternative dengan periode istirahat yang
cukup/tanpa terganggu
c. Mendiskusikan cara menghemat kalori selama mandi,berpindah
tempat, dan sebagainya
d. Meningkatkan partisipasi pasien dalam melakukan
kemampuan/torelansi pasien
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang program terapeutik
Implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu :
a Menentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup perilaku saat
individu ,keluarga atau kelompok sasaran
b. Membantu individu, keluarga dan masyarakat untuk memperjelas
keyakinan dan nilai-nilai kesehatan
c. Menekankan manfaat kesehatan positif yang langsung
d. Menekankan pentingnya pola malan yang sehat dan lain-lain
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat
untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan
kondisi klien. Dengan tahapan mengidentifikasi kriteria dan standar evaluasi,
mengumoulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan standar telah
terpenuhi, menginterpretasi dan meringkas data, mendokumentasikan temuan dan
setiap pertimbangan klinis, menghentikan, meneruskan atau merevisi rencana
perawatan. (Potter & Perry, 2011).
Penulis mengevaluasi apakah perilaku atau respon klien mencerminkan suatu
kemajuan atau kemunduran dalam diagnosa keperawatan. Pada evaluasi penulis
menyesuaikan dengan teori yang ada yaitu SOAP yang berarti S adalah subjektif
keluhan utama klien, O adalah objektif hasil pemeriksaan, A adalah perbandingan
data dengan teori dan P adalah perencanaan yang akan dilakukan (Asmadi, 2011).
Dari 3 diagnosa keperawatan, 3 diagnosa masalah teratasi, sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah di tetapkan pada tahap perencanaan yang
sudah penulis rincikan pada tahap perencanaan dan implementasi kegiatan
dengan rincian sebagai berikut :
1. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolik
Diagnosa ini ditegakkan karena data subjektif klien mengatakan saat
berdiri kaki terasa lemah , kram dan aktivitas sehari-hari dibantu keluarga,
data objektif klien tampak lemah, klien berbaring atau duduk di tempat tidur.
keadaan umum lemah, tampak berbaring di tempat tidur, TTV : TD : 130/90
mmHg, N : 84x/m, RR : 20x/m, T : 36,50 C.
Evaluasi dilakukan pada hari tanggal 04 April 2019 dengan hasil
Subjek : klien mengatakan badannya tidak lemah, Objektif : Keadaan umum
tenang, tampak aktivitas dibantu keluarga, tampak duduk di tempat tidur,
TTV : TD : 140/90 mmHg, N: 86x/m, RR : 20x/m, T : 36,6 0 C. Assessment :
masalah teratasi sebagian . Planning : Intervensi dihentikan karena pasien
pulang.
B.Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan studi kasus ini dapat dijadikan bahan tambahan materi
sebagai ilmu pengetahuan keperawatan dalam memberi gambaran proses
pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Gangguan
Sistem Endokrin : Diabetes Melitus Tipe II
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi bahan tambahan informasi dan masukan untuk
perencanaan kesehatan pada klien dengan Gangguan Sistem Endokrin :
Diabetes Melitus II
3. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah suatu penerapan ilmu
pengetahuan, wawasan dan pengalaman. Yang sudah didapatkan dan
diaplikasikan dilapangan dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada
penderita Diabetes Melitus II
DAFTAR PUSTAKA
Abdul azis, Siti aminah ( 2018). Pengetahuan , motivasi dan kepatuhan diet pasien
dm tipe II di wilayah kerja puskesmas kaliwungu Kendal .
Terpadu. Jakarta
Guyton, A. C dan Hall, J, E . (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Penterjemah : Ermita I, Ibrahim, I, Singapura: Elsevier
Lina Erma Purwanti & Tetik Nurhayati (2017) . Analisis factor dominan yang
mempengaruhi kepatuhan pasien DM Tipe 2 Dalam melakukan perawatan
kaki. Jawa Timur
Price & Wilson, L,M. (2012). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit,
Edisi 6. Vol 2
University Press