Anda di halaman 1dari 12

RUMAH SINEMANIS

rumahsinemanis@gmail.com
0853-9205-4794

"UWUH"
SUTRADARA
MUHAMMAD DWI KUSYULIQAN
LATAR
BELAKANG

Rekreasi merupakan hal yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Di Yogyakarta


sendiri terdapat berbagai macam tempat rekreasi, salah satunya adalah
Pantai Parangtritis. Sebagai salah satu tempat rekreasi yang tidak pernah
sepi pengunjung, berbagai jajanan dengan mudah didapatkan di sepanjang
pantai Parangtritis, begitu juga dengan sampah. Dengan jumlah yang cukup
banyak, tak ayal jika pada akhrinya sampah menjadi hal yang melekat dalam
kehidupan manusia.   Kurang lebih 1 ton sampah diangkut tiap harinya dari
kawasan Pantai Parangtritis menuju TPST Piyungan. Ironinya, usia produktif
TPST Piyungan hanyalah hingga tahun 2020 yang mana berarti pada tahun
tersebut TPST Piyungan harus ditutup, dan dana sebesar Rp 54M harus
digelontorkan apabila pemerintah berkeinginan memperpanjang masa guna
TPST Piyungan.

Sementara itu, di sepanjang pesisir Pantai Parangtritis, mayoritas


masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan yang tentunya
bergantung pada alam, khususnya laut. Kondisi kesehatan alam laut
tentunya akan berdampak pada hasil tangkapan mereka, yang secara tidak
langsung dapat mempengaruhi faktor perekonomian mereka.
Sayangnya, sampah yang ada di daerah pesisir Pantai Parangtritis tak jarang
mencemari ekosistem ikan dilautan. Sampah yang terbawa arus laut tersebut
lambat laun akan mencapai tengah laut yang pada akhirnya akan
membahayakan pertumbuhan ekosistem yang ada di lautan. Keberadaan
dan jumlah biota laut pun pada akhirnya menjadi terancam yang secara
tidak langsung juga mengancam kehidupan para nelayan.

Film ini dimaksudkan sebagai penyadar kepada wisatawan, pemerintah, dan


masyarakat pada umumnya akan konsekuensi sosial dan ekonomi yang akan
ditanggung oleh nalayan dan warga sekitar pesisir Pantai Parangtritis apabila
kondisi darurat sampah tersebut masih tetap berlarut. Dengan adanya film
ini, wisatawan, pemerintah, dan masyarakat pada umumnya diharapkan
dapat memiliki kesadaran untuk memprioritaskan pencegahan dan
penanggulangan sampah
LOGLINE

Lastri kembali mengenang dan bercerita tentang masa kecilnya yang indah
bersama sang Ayah dan pantai dekat rumahnya di bak terbuka pick up sayur
warga yang Ia tumpangi dalam perjalanan pulang kampungnya, namun
semua kenangan indah tersebut seketika sirna setelah Ia melihat pantai
yang semula bersih kini dipenuhi sampah yang juga berdampak pada
kehidupan Ayahnya yang merupakan seorang nelayan.

SINOPSIS
Lastri (25 Tahun) memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di
daerah pantai selatan Yogyakarta. Ia terlambat ke terminal sehingga Ia
kehilangan kesempatan untuk menaiki angkutan umum terakhir yang akan
menuju rumahnya. Mengetahui hal tersebut, Bu Sarjiyem (50 Tahun) warga
yang tinggal di daerah tak jauh dari rumahnya menawarkan tumpangan
pada Lastri untuk ikut naik di kap belakang mobil pick up milik seseorang
yang juga ditumpanginya untuk mengangkut sayuran dan kebutuhan pokok
lainnya.

Di sepanjang perjalanan kap mobil pengangkut sayur tersebut, Lastri


menceritakan beberapa ingatan tentang masa kecilnya yang indah bersama
sang ayah di kampung halamannya kepada Bu Sarjiyem. Tak hanya itu Lastri
juga melihat tempat pembuangan sampah yang pada ingatannya masih
tertata kini telah sesak penuh sampah dan tak tertata. Sesampainya Ia di
rumah, Lastri tidak menemukan ayahnya sehingga Ia pergi ke pantai dengan
harapan Ia dapat menemukan ayahnya disana. Sepanjang jalan menuju
pantai Lastri menemukan tempat-tempat yang ada dalam ingatan masa
kecilnya, akan tetapi tempat-tempat yang semula bersih tersebut kini telah
dipenuhi oleh sampah. Tak hanya itu, di akhir kisah Lastri melihat Ayahnya
sedang berada di perahu kecil pinggir pantai, Ayahnya sedang membuka
jaring untuk memisahkan ikan hasil tangkapannya dengan sampah-sampah
yang ikut terjaring.
DIRECTOR
STATEMENT
Jumlah sampah di sepanjang pesisir Pantai Parangtritis mencapai 1 ton tiap
harinya dan meningkat menjadi 15 kali lipat pada malam pergantian tahun atau
peringatan acara besar yang dilaksanakan disana. Ironisnya, sebagian besar
sampah yang ada merupakan sampah plastik yang dibuang oleh para wisatawan
yang berkunjung kesana. Sementara itu, TPST Piyungan yang mana adalah tujuan
akhir dari sampah-sampah ini yang akan habis masa gunanya pada tahun 2020.
Akan tetapi pada kenyataannya, TPST ini masih didaya gunakan untuk
menampung sampah dari berbagai penjuru provinsi DIY; bahkan Pantai
Parangtritis sendiri pun masih turut serta menyumbang 1 ton sampah tiap
harinya. Sebuah pertanyaan terkait terulangnya kasus penutupan TPST Piyungan
oleh warga seperti yang terjadi pada tahun 2018 pun muncul: akan dikemanakan
seluruh sampah ini nantinya? Bahkan dengan rumus penanggulangannya yakni
3R (reduce, reuse, dan recycle), sampah masih merupakan masalah yang tak
kunjung usai dan belum memiliki titik temu dalam penanggulangannya. Lambat
laun sampah tersebut akan berdampak terhadap mata pencaharian utama
sebagian besar masyarakat pesisir Pantai Parangtritis.

Pada film ini, penonton akan menyaksikan kepulangan Lastri yang telah lima
belas tahun meninggalkan rumahnya di daerah Parangtritis. Bentuk visual yang
penuh kenangan akan ditampilkan dalam perjalanan pulangnya ke rumah
ayahnya yang masih tinggal di rumah yang sama dengan yang ia tempati di masa
lalu. Pada film ini juga, sutradara mengambil sudut pandang masyarakat desa
yang ramah dan identik dengan budaya tolong-menolong akan tetapi masih
rentan dengan isu sampah. Pada film ini, penonton akan melihat bagaimana
Lastri yang kehabisan bus menuju ke arah rumahnya diberi tumpangan mobil kap
terbuka oleh Hj. Sinok. Dalam perjalanannya di kap belakang mobil Hj. Sinok
tersebut, Lastri berbincang dengan penumpang lain yang juga duduk disana,
yang mana kemudian perbincangan tersebut membuat Lastri menceritakan
berbagai kenangan momen masa kecilnya. Film ini menjadi cerminan kehidupan
bagaimana kita sebagai manusia, sadar bahwa ketika kita memupuk keburukan,
maka lambat laun kita akan menuainya, bahkan orang lain yang tidak ikut
memupuknya, akan terkena dampak dari sampah yang kita timbulkan.
REFERENSI
VISUAL/GAMBAR

REFERENSI TERMINAL

REFERENSI PERJALANAN (PICK UP)


REFERENSI
VISUAL/GAMBAR

REFERENSI PERJALANAN (PICK UP)


REFERENSI
VISUAL/GAMBAR

REFERENSI TPST PIYUNGAN

REFERENSI PANTAI
REFERENSI
VISUAL/GAMBAR

LIGHTING AND MOOD COLOR

COLOR PALETTE

FILM INI MENGGUNAKAN COLOR PALETTE TUNGSTEN UNTUK


MEMBANGUN NUANSA YANG DRAMATIS
PROFILE

SUTRADARA - MUHAMMAD DWI KUSYULIQAN

Alumnus Pendidikan Luar Biasa UNY yang karya dokumenter


pertamanya yang berjudul CreatIveable menjadi finalis di SCTV Award
2018 ini juga pernah menyabet predikat Juara 1 untuk karya film fiksinya
yang berjudul Jatimurti pada acara Festival Film Fiksi Kabupaten Bantul
2019. Setelah sebelumnya memutuskan untuk menempuh magang di
dua Production house di Yogyakarta yakni Overloops dan Pehagengsi, ia
kini tengah menyibukkan dirinya menjadi seorang editor pada
Overloops Production House dan tim media di Binar Academy.

PRODUSER - ISMI ANINDITA HERMAYANTI

Mahasiswi Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan Film & Televisi.


Lahir di Blora, 16 November 1998. Mulai tertarik di dunia perfilman saat
masih SMK karya pertamanya film dokumenter yang berjudul "Olah
Limbah Jadi Berkah" menjadi finalis di Festival Film Pelajar Jogjan 2015.
kuliah di ISI justru minatnya malah pindah ke ranah produserial, karya
fiksi pertamanya adalah "The Flowers Lost The Sun", dilanjut dengan
film "Bunting", "Le-Le", "Lukas Lekas Berlari", "Wajah Perempuan Dengan
Masa Lalunya". dan "Selamat Tinggal,". Pada tahun 2018 ia pernah
menjadi partisipan di Jogja-netpac Asian Film Festival, Selain itu ia juga
pernah mendapatkan kesempatan magang di Studio Antelope menjadi
produser tahun 2019, dan beberapa kali ikut syuting komersil di
Yogyakarta. Ia kini tengah belajar menjadi seorang producer creative di
Rumah Sinemanis.
PROFILE

RUMAH SINEMANIS - KELOMPOK PRODUKSI

Rumah Sinemanis merupakan sebuah rumah produksi independent


yang berbasis di Yogyakarta Lahir sejak 2019, Rumah Sinemanis sudah
memproduksi 1 ILM dan 3 Film Pendek serta Tour Workshop bersama
PWO Films Surabaya ke 10 Kota di Pulau Jawa (on progress). Tour ini
merupakan salah satu program dari Rumah Sinemanis yang juga
sebagai salah satu alternatif distribusi film produksi rumah sinemanis
selain festival film, Yaitu Sinemanis Goes To Community.

1. Iklan Layanan Masyarakat Hari Santri Nasional 2018 –


Judul : Ramah dan Berani
Penghargaan : Juara Favorit Lomba ILM Hari Santri Nasional 2018

2. Film Pendek - Lukas Lekas Berlari 2019


Nominasi Film Terbaik Umum Pekan Film Makassar 2019
Nominasi Film Pendek Terbaik Pixel 4.0
Nominasi Film Pendek Terbaik Psychology Film Festival 2019
Workshop Tour 10 Kota bareng PWO Films Surabaya

3. Film Pendek - Wajah Perempuan Dengan Masa Lalunya - 2019

4. Film Pendek - Selamat Tinggal, (Koma) - 2019


KARYA

CONTOH KARYA FILM

1. LUKAS LEKAS BERLARI


https://drive.google.com/open?id=1ws_dbw64-5IyFMoNVQGvj-oQ05A3ZyCj

2. Wajah Perempuan Dengan Masa Lalunya


https://drive.google.com/file/d/1WvgctKI1vuLA00OeLhzJ8GngbOy9VS5m/view

3. Bunting
https://drive.google.com/open?id=1CKHd--Hs41M5jjd5V8yiZcOaZTRGj87Q

4. LE-LE
https://drive.google.com/open?id=1NhxdDLZuNZ88ewU4V922ZGm1nWGTGv0P

5. jatimurti
https://drive.google.com/drive/folders/1VOzyStw5a-r997H4CzGOW6SQuA3dhAk_

KONSEP FILM YANG AKAN DI PRODUKSI

https://drive.google.com/drive/folders/18GmD7fmKbblvDHrcC4bHOWc-
mKo5dwW9

Anda mungkin juga menyukai