TERAPAN
“ EKOLOGI “
DISUSUN OLEH:
website : sman1batang.co.cc
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah berjudul “ Pengaruh Tumbuhan Bakau terhadap Lingkungan Pantai
Sigandu” ini telah diketahui dan disahkan untuk mengikuti Lomba Olimpiade Penelitian
Siswa Indonesia (OPSI) 2012 pada :
Hari : Sabtu
Pembimbing
Mengetahui
i
HALAMAN KEASLIAN NASKAH
Apabila hasil karya ilmiah ini terbukti atau tidak asli penulis bersedia menerima sanksi.
Demikian surat keterangan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.
ii
MOTTO
1. Jika tersandung, jangan hilang semangat. Jika dijatuhkan orang lain, segera berdiri
sendiri. Jangan dengarkan siapapun yang mengatakan kamu tidak sanggup, atau
sebaiknya berhenti saja. ( Hillary Clinton )
2. Janganlah kamu melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebihan. ( QS. Al Baqarah:190 )
3. Tuhan selalu memberikan yang terbaik untukmu, mungkin bukan yang terbaik yang
anda inginkan pasti yang terbaik yang anda butuhkan. ( Penulis )
4. Jangan pernah menyianyiakan waktu, sebab kesuksesan ada di depan anda, tetapi anda
tidak menyadari itu. ( Penulis )
iii
PERSEMBAHAN
1. Bapak Zesprih Priyo Priyanto dan Ibu Ineke Kusumawardani, yang tercinta, selaku
kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan secara morill dan materill.
2. Saudara-saudara sekandung yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
3. Almamater SMA Negeri 1 Batang.
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya sehingga, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah
ini merupakan salah satu persyaratan untuk mengikuti OPSI pada bidang Sains Terapan
dengan bab Ekologi tingkat provinsi tahun 2012. Dalam karya tulis ini penulis mengambil
judul “ Pengaruh Tumbuhan Bakau terhadap Lingkungan Pantai Sigandu “.
1. Drs. Henry Junaidi, M. Pd. selaku kepala SMA N 1 Batang yang telah merestui penulis
untuk mengikuti OPSI tingkat provinsi tahun 2012.
2. Dra. Bagiyati, M. Pd. selaku pembimbing struktur dan bahasa karya tulis ini.
3. Hj. Elmiati, S. Pd. selaku pmbimbing materi.
4. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendo’akan dan merestui penulis.
5. Andreas Wiko Saputro selaku teman sejawat yang telah membantu dan memberi
semangat penulis.
6. Bapak dan ibu guru, serta teman-teman yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini meski jauh dari
kesempurnaan, dan mengingat pengetahuan penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi
kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Akhirnya penulis hanya berharap, semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis maupun pembaca.
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………………… i
HALAMAN KEASLIAN NASKAH……………..……………………………………….. ii
MOTTO………….…………………………………………………………………………. iii
PERSEMBAHAN…………………………………………………………………………... iv
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………. 1
B. Pembatasan Masalah………………………………………………………………… 2
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………….. 2
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………………………… 3
E. Metode Pengumpulan Data………………………………………………………….. 3
F. Sistematika Penulisan………………………………………………………………... 3
A. Pengertian Pantai…………………………………………………………………….. 5
B. Zona Pantai…………………………………………………………………………... 5
C. Tipe Pantai…………………………………………………………………………… 6
D. Pengertian Bakau…………………………………………………………………….. 7
E. Pengaruh Bakau pada Kondisi Sekitar Pantai……………………………………….. 8
F. Jenis dan Karakteristik Tanaman Bakau…………………………………………….. 9
G. Manfaat Pohon Bakau……………………………………………………………….. 9
A. Objek Penelitian…………………………………………………………………….. 12
B. Waktu Penelitian……………………………………………………………………. 12
C. Sumber Data………………………………………………………………………… 12
D. Metode Pengumpulan Data…………………………………………………………. 12
E. Metode Analisis Data dan Pembahasa…….………………………………………... 13
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Simpulan……………………………………………………………………………. 17
B. Saran ………………………………………………………………………………... 17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….. 20
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Bumi merupakan tempat tinggal manusia. Bumi ini dibagi menjadi dua bagian
yaitu bagian daratan dan lautan. Yang masing-masingnya memiliki karakteristik
tersendiri. Daratan dengan berbagai macam kenampakan alamnya seperti bukit,
lembah, dataran tinggi, dataran rendah dan berbagai jenis hutan serta faunanya
membuat pesona tersendiri untuk diamati. Sedangkan lautan, memiliki karakteristik
yang tidak kalah uniknya dengan daratan. Palung, punggung laut, lubuk laut dan
gunung lautnya memiliki daya tarik tersendiri untuk diamati. Tetapi, selain itu ada
pula yang menarik dari kenampakan muka bumi ini, yaitu pantai.
Keindahan pantai merupakan aset tersendiri bagi sebuah daerah yang
memilikinya. Pantai juga mampu menghasilkan devisa Negara yang besar. Misalnya,
pantai Kute dan pantai Sanur di Bali, pantai Parangtritis di Yogyakarta, pantai Lossari
di Makasar dan masih banyak lagi pantai yang ada di Indonesia. Begitu pula di daerah
tempat tinggal penulis ( Kabupaten Batang ). Salah satu objek wisata paling terkenal
di daerah penulis adalah pantai Sigandu. Pantai ini merupakan salah satu aset untuk
pemkab Batang. Namun akhir-akhir ini keadaan dari pantai Sigandu sangat
memprihatinkan, sehingga pengunjung yang biasanya datang dalam jumlah banyak
sekarang mulai menurun akibat kerusakan yang ada di pantai Sigandu. Tidak adanya
tanaman bakau disepanjang pantai membuat pantai semakin terkikis ( abrasi ).
Pada kenyataannya sekarang, pantai yang dulunya menjadi pesona bagi warga
kabupaten Batang dan sekitarnya kini menjadi pantai yang sangat memprihatinkan.
Keadaan pantai yang sudah layak untuk disebut lagi sebagai tempat wisata. Hal ini
dikarenakan pantai mengalami peristiwa abrasi yang parah dan ditambah dengan
banyaknya sampah plastic yang menjadi penghias pantai. Habitat kerang yang tergeser
dengan sampah-sampah plastik itu menambah kesan kumuh di wilayah pesisir pantai.
Jika diikur wilayah pesisir hingga menuju daratan hanya sekitar 15m saja. Peremajaan
tanaman bakau yang direncanakan pemerintah tidak terlaksana karena adanya
gelombang pasang. Pantai Sigandu Batang menjadi salah satu objek bagi penulis
1
sebab penulis mencemaskan hal-hal yang mungkin tidak diinginkan oleh sebagian
besar masyarakat khususnya masayarakat Batang. Bisa dimungkinkan 50 tahun yang
akan datang jika belum ada penanganan yang baik dari pemerintah maka wilayah
Batang bagian utara bisa menjadi lautan lepas.
Dalam ilmu geografi dikenal istilah ekologi. Pada bab inilah penulis meneliti
mengenai keterkaitan apa saja yang terjadi dengan adanya tumbuhan bakau di pantai.
Bukan hanya itu penulis juga ingin mengidentifikasi seberapa besar kerusakan pantai
yang diakibatkan oleh tidak adanya tanaman bakau disepanjang pantai.
Adapun alasan penulis untuk memilih judul “ Pengaruh Tumbuhan Bakau
Terhadap Kondisi Lingkungan Pantai Sigandu “ adalah :
1. Karena penulis ingin mengetahui hubungan atau interaksi apa saja yang
dapat terjadi akibat pengaruh dari tanaman bakau.
2. Penulis merasa tertarik untuk mengamati kerusakan pantai dan tertarik
untuk menghubungkannya dengan keadaan ekosistem yang terjadi.
B. Pembatasan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan karya tulis ini, dapat penulis sampaikan sebagai berikut.
2
D. Manfaat Penulisan
F. Sistematika Penulisan
Karya tulis ini terdiri dari beberapa bab. Tiap-tiap bab terbagi menjadi
beberapa sub bab. Penulis akan secara singkat menguraikannya sebagi berikut.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pantai
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia th. 1938 dijelaskan bahwa pengertian
pantai adalah sebagai berikut :
Tepi laut ( Pesisir )
Perbatasan antara daratan dengan laut atau masa air lainnyadan bagian
yang masih mendapat pengaruh dari air tersebut.
Daerah yang terletak diantara pasang tertinggi dan surut terendah.
B. Zona Pantai
5
Seorang ahli kelautan bernama Valentin mengklasifikasikan pantai sebagai
berikut:
C. Tipe Pantai
Pantai memiliki beberapa tipe sebagai berikut.
a) Pantai diskordan adalah jenis pantai yang letaknya melintang terhadap
pegunungan-pegunungan tegak lurus terhadap pantai. Struktur geologi pada
bentuk-bentuk tipe garis pantai yang ditemukan cenderung memiliki efek yang
mudah dekenali. Jika barisan batuan yang terhampar tersusun pada sudut-sudut
yang tepat di pantai, sungai-sungai memotong serangkaian lembah-lembah yang
dalam sering kali secara paralel untuk mencapai laut. Contoh yang kita ketahui
pada tipe ini adalah di Irlandia barat daya.
b) Pantai konkordan adalah jenis pantai yang letaknya membujur sejajar dengan
pegunungan yang memanjang di tepi pantai. Jika struktur daratan sejajar dengan
6
pantai, sebuah garis pantai kurang lebih cenderung akan terlihat. Contoh terbaik
untuk tipe ini adalah garis pantai di Pantai Adriatik, di bekas Negara Yugoslavia.
D. Pengeritian Bakau
Bakau adalah vegetasi hutan yng tumbuh dan dipengaruhi oleh pasang surut air
laut, sehingga pantainya selalu tergenang air. Tumbuhan bakau bersifat unik karena
merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut.
Nybakken (1988) mengatakan bahwa hutan bakau adalah sebutan umum yang
digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropic yang didominasi oleh
beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan
untuk tumbuh dalam perairan asin. Bakau tumbuh disepanjang garis pantai tropis
sampai sub tropis.
Hutan bakau merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi
oleh beberapa jenis pohon bakau yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah
pasang surut pantai berlumpur. Sementara ini wilayah pantai didefinisikan sebagai
wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas wilayah pantai di daratan ialah
daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air dan masih
dipengaruhi oleh proses-proses bahari seperti pasang surutnya laut, angin laut dan
intrusi air laut, sedangkan batas wilayah pantai di laut ialah daerah-daerah yang
dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya
air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan
manusia di daratan seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Kawasan pantai dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan
berkorelasi secara timbal balik. Masing-masing elemen dalam ekosistem memiliki
peran dan fungsi yang saling mendukung. Kerusakan salah satu komponen ekosistem
dari salah satunya (daratan dan lautan) secara langsung berpengaruh terhadap
keseimbangan ekosistem keseluruhan. Hutan bakau merupakan elemen yang paling
banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-
bahan pencemar.
Bakau mempunyai peranan ekologis, ekonomis, dan sosial yang sangat penting
dalam mendukung pembangunan wilayah pantai. Kegiatan rehabilitasi menjadi sangat
prioritas sebelum dampak negatif dari hilangnya bakau ini meluas dan tidak dapat
diatasi (tsunami, abrasi, intrusi, pencemaran, dan penyebaran penyakit).
7
E. Pengaruh Bakau Terhadap Kondisi Sekitar Pantai
Menurut Kusmana, (2002) pengaruh bakau terhadap kondisi lingkungan pantai adalah
menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut (abrasi) dan
intrusi air laut, tempat pembenihan ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air,
tempat bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota, pertambakan,
tempat pembuatan garam. Ekosistem bakau, baik secara sendiri maupun secara
bersama dengan ekosistem padang lamun dan terumbu karang berperan penting dalam
stabilisasi suatu ekosistem pantai. Ekosistem bakau merupakan sumber plasma nutfah
yang cukup tinggi (misal, bakau di Indonesia terdiri atas 157 jenis tumbuhan tingkat
tinggi dan rendah, 118 jenis fauna laut dan berbagai jenis fauna darat. Ekosistem
bakau juga merupakan perlindungan pantai secara alami untuk mrngurangi resiko
terhadap bahaya tsunami.
Pratikto dkk., 2002. Ekosistem bakau sebagai peredam gelombang dan badai,
pelindung abrasi, penahan lumpur, dan penangkap sedimen.
8
F. Jenis dan Karakteristik Pohon Bakau
Jenis-jenis tumbuhan bakau digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Rhizophora
Rhizophora adalah tanaman bakau yang memiliki ciri-ciri: buahnya panjang
tetapi akarnya ada yang menusuk ke dalam tanah dan menjalar di permukaan tanah.
2. Siapi-api
Siapi-api, dinamakan begitu karena akar tanaman bakau yang satu ini
menjulang ke atas permukaan tanah menyerupai api, selain itu ternyata walaupun
berakar panjang tetapi buah tanaman ini hanya sebesar kacang mededan memiliki
rasa pahit, namun di orang-orang di pulau jawa mengolah buahnya menjadi keripik
siapi-api dengan merendam buahnya selama 2 hari dengan air garam untuk
menghilangkan rasa pahitnya, sehingga keripiknya dapat membuat konsumen
merasa senang untuk mengkonsumsinya.
3. Pidada
Pidada, adalah bakau yang hanya dapat tumbuh, atau hanya dapat kita jumpai
di sekitar sungai, maka bakau ini juga dinamakan bakau sungai. Ciri-cirinya,
yaitu: daunnya pendek dan tipis, buahny mirip seperti buah tomat, pohon
bakau pidada dapat dikonsumsi oleh para monyet, namun tidak dapat
dikonsumsi oleh manusia.
9
2. Pelindung terhadap bencana alam
Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi
alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui
proses filtrasi.
3. Pengendapan lumpur
Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan lumpur.
Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara
air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada artikel lumpur. Dengan
hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
5. Penambat racun
Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada
permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air.
Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses
penambalan racun secara aktif.
7. Transportasi
Pada beberapa hutan bakau, transportasi melalui air merupakan cara yang paling
efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
10
8. Sumber plasma nutfah
Plasma nuftah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan
jenis-jenis satwa komersial maupun untuk memelihara populasi kehidupan liar itu
sendiri.
11
BAB III
METODOLOGI PENILITIAN
A. Objek Penelitian
Pantai Sigandu Kabupaten Batang berlokasi di Desa Klidang Wetan. Jarak dari
kota Batang ke pantai Sigandu kira-kira 5 km.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada hari minggu, 26 Agustus 2012 sampai hari
minggu, 2 September 2012.
C. Sumber Data
1. Penduduk sekitar dan petugas di Pantai Sigandu.
2. Buku-buku referensi.
3. Penelitian di lokasi Pantai Sigandu Batang
12
E. Metode Analisis data dan Pembahasan
Pada metode ini penulis menganalisa data yang sudah diperoleh dan kemudian
membahas permasalahan pada bab IV
13
BAB IV
14
Dari data di atas, kekuatan gelombang memberikan pengaruh paling besar
tehadap abrasi pantai Sigandu. Dengan kekuatan gelombang paling tinggi yang
mencapai kurang lebih 3 m, membuat kondisi pantai semakin maju kedaratan,
ditambah dengan tidak adanya pembatas seperti tembok atau tanaman bakau yang
menghalau datangnya ombak.
Masalah yang pokok bagi pantai Sigandu adalah abrasi yang sangat besar yang
menyebabkan mundur dan semakin dekat wilayah pesisir pantai dengan daratan. Hal
ini yang disebabkan karena tidak adanya tanaman bakau yang menjadi penghalang
ombak. Tanaman bakau yang ada di pantai Sigandu sebagian besar terletak bukan
pada bibir pantai, melainkan hanya di bagian belakang restoran yang ada di sekeliling
pantai Sigandu.
Menurut informasi yang didapat, tanaman bakau yang ada di belakang restoran
itu, sengaja ditanam oleh pemilik untuk mengambil keuntungan pemilik semata.
Kepedulian para pemilik restaurant dengan lingkungan sekitar mereka sangat rendah.
Mereka tidak mempunyai inisiatif untuk menanam bakau disekitar bibir pantai.
Padahal jika diamati lebih lanjut kerugian yang akan di dapat pemilik akan jauh lebih
besar. Sebab, restaurant yang semula berjarak 5 m dari bibir pantai sekarang sudah
menjadi 2.5 m dalam waktu dua tahun. Hal tersebut menandakan bahwa penanaman
bakau di sekitar restaurant tidak berarti penting untuk pencegahan abrasi pantai
Sigandu.
Pemberian sekat atau batas tanda bahaya yang berupa bendera di laut adalah
sebuah formalitas belaka. Sebab setiap hari Minggu banyak para pengunjung yang
berenang di laut, hal ini sangat membahayakan keselamatan nyawa pengunjung. Oleh
sebab itu dibuat tanda yang menyatakan untuk tidak melewati batas ketika berenang.
Akan tetapi, jika pengawasan yang dilakukan kurang maka tidak menutup
kemungkinan akan terjadi kecelakaan di pantai Sigandu.
Pantai Sigandu dengan segala keindahan alamnya kini semakin memudar. Dua
tahun terakhir, gelombang pasang yang mengahantam pantai Sigandu telah
meruntuhkan tanaman-tanaman bakau dan cemara yang ada di sekitar bibir pantai
15
Sigandu. Abrasi yang dialami oleh pantai Sigandu ini telah memakan lahan pantai
sebesar 80 m dari daratan. Setiap bulannya abrasi mampu mengikis tanah sebesar 4 cm.
Jika hal ini tidak segera diatasi maka diperkirakan tahun 2100 wilayah utara
kabupaten Batang akan menjadi lautan lepas.
Dalam kurun waktu yang relative singkat, pantai Sigandu banyak mengalami
perubahan akibat abrasi. Tidak adanya tanaman bakau mulai menghilangkan beberapa
organisme yang biasanya dapat dijumpai dengan mudah di pantai Sigandu. Seperti
halnya burung-burung yang sering membuat sarang di semak-semak tanaman bakau,
beberapa jenis kepiting air laut yang dulu mudah dijumpai, sekarang sangat sulit untuk
menemukannya, udang-udang kecil, ikan-ikan kecil, dan masih banyak lagi
oraganisme yang sudah tidak dapat ditemukan oleh para pengunjung. Inilah dampak
dari hilangnya tanaman bakau yang ada di pantai Sigandu.
Kejadian-kejadian itu sangat mempengaruhi ekosistem yang ada di sekitar
tanaman bakau. Pohon-pohon disekitar laut yang sudah ditebangi membuat burung
yang biasa bersarang disana sekarang sudah tidak ada lagi.
Ekosistem disekitar pantai rusak juga bukan hanya disebabkan oleh minimnya
tanaman bakau yang ada disekitar pantai. Tetapi juga banyaknya limbah yang dibuang
begitu saja oleh para pengunjung.
Pemerintah merencanakan akan membuat tanggul dengan cara menimbun air
laut dengan pasir. Hal itu merupakan jalan yang ditempuh oleh pemerintah untuk
mengatasi abrasi.
Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah
1. Menanam pohon bakau disekitar pantai sebab akar dari pohon bakau
mampu memecah ombak.
2. Pelestarian hewan yang hidup di daerah tanaman bakau.
3. Melakukan pengurukan untuk mempertahankan bentuk pantai
4. Tidak membuang sampah sembarangan.
16
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
17
FOTO-FOTO KEADAAN PANTAI SIGANDU DAN
PROSES PENELITIAN
Tepi pantai yang tidak ditanami bakau Terlihat masih ada sarang burung yang ada
18
Tanaman bakau di belakang restoran Proses Pengukuran
Proses Wawancara
19
DAFTAR PUSTAKA
Sutrijat, Sumadi. 1999. Geografi 1 SMU Kelas 1. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Tanudidjaja, Moh. Ma’mur. 1986. Penuntun Pelajaran Geografi SMA. Bandung : Ganesa
Exact
Tanudidjaja, Moh. Ma’mur. 1995. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
20