Anda di halaman 1dari 5

PENDAPAT MENGENAI TINDAKAN PENYADAPAN YANG

DILAKUKAN NEGARA LAIN TERHADAP NEGARA KITA

Berita dari The Guardian tersebut merupakan berita yang penulis tunggu-
tunggu, dimana kini terbukti ditayangkan juga, kapanpun dilakukannya, ternyata
memang benar rangkaian penyadapan terhadap pejabat Indonesia akhirnya
diberitakan. Penyadapan terhadap Presiden SBY merupakan bukti sebagai pemimpin
kelima yang diberitakan disadap, NSA diberitakan  menyadap pemimpin Perancis,
Spanyol Meksiko dan Jerman, sementara ASD menyadap Presiden Indonesia. Mereka
menyadap Ibu Ani, karena mengetahui bahwa di Indonesia isteri berperan cukup besar
(walau dalam kasus ini tidak benar). Sementara beberapa pejabat yang disadap adalah
para kepercayaan Presiden yang biasanya dibutuhkan sarannya dlam pengambilan
keputusan penting. Itulah sasaran intinya.

Kita tidak bisa berbangga dengan modal enkripsi yang ada. Sebuah
pemberitaan di media AS menyebutkan tehnik penyadapan/monitoring sudah
demikian maju. Di Iran , teknik pengawasan baru dan teknologi telah memungkinkan
analis untuk mengidentifikasi tersangka situs nuklir yang belum terdeteksi dalam
gambar satelit , menurut dokumen Snowden itu.

Di Suriah, NSA mendengarkan posting mampu memantau komunikasi


terenkripsi antara para pejabat senior militer pada awal perang saudara di sana ,
kerentanan bahwa pasukan Presiden Bashar al-Assad tampaknya kemudian diakui .
Salah satu fungsinya adalah untuk mengambil data dari sensor yang ditempatkan di
sebuah tempat yang dicurigai sebagai tempat penyimpanan situs senjata ilegal di
Suriah dan negara-negara lain .

Dalam menghadapi isu penyadapan oleh NSA, Presiden Barack Obama telah
menghadapi kritik yang signifikan atas laporan penyadapan dan ia tidak mengetahui
sejauh mana dilakukannya operasi pulbaket klandestin NSA. Dalam sebuah
wawancara di televisi , Presiden Obama mengatakan operasi keamanan nasional
Amerika Serikat kini sedang ditinjau kembali untuk memastikan kemampuan
teknologi NSA yang tumbuh dengan hebat, akan berada  di bawah sebuah kontrol
yang jelas. "Kami memberi mereka arah kebijakan," katanya kepada jaringan Fusion
ABC. "Tapi apa yang kita lihat selama beberapa tahun terakhir adalah kapasitas
mereka terus mengembangkan dan memperluas , dan itulah mengapa saya sekarang
memulai melakukan review," kata Obama.

Menanggapi keberatan serta ancaman dari Jerman karena berita penyadapan


Kanselir Angela Merkel, Presiden Obama memberikan jaminan bahwa penyadapan
terhadap pemimpin Jerman itu telah dihentikan dan tidak akan dilakukan lagi dimasa
mendatang.

Bagaimana dengan Australia? PM Tony Abbott nampaknya tetap bersikukuh


tidak bersedia mengungkapkan operasi klandestin ASD dan juga menyatakan bahwa
penyadapan terhadap negara lain adalah hal biasa, untuk mempererat hubungan.
Memang aneh juga sikap yang ditunjukkannya. Jelas Australia tidak takut, karena
mereka melakukan penyadapan dengan kendali dan perintah NSA. Dimasa lalu
bahkan Australia senang dengan julukan wakil sherif AS di kawasan Asia Tenggara.
Mereka tahu bahwa ulahnya mendapat perlindungan Amerika.

Yang mengherankan, Tony Abbott tetap bersikukuh tidak mau menjelaskan


penyadapan yang dilakukan oleh badan intelijennya, kurang jantan untuk
mengakuinya. Mengapa dia tidak meniru Presiden Barack Obama yang langsung
melakukan review dan membuat pernyataan menghentikan dan menjamin tidak akan
melakukan penyadapan ulang. Tetapi nampaknya Australia sudah kepalang basah
dimana kasus imigran gelap berperahu masih menjadi ganjalan dengan Indonesia.
Ditambah dengan isu penyadapan, maka hubungan kedua negara nampaknya akan
semakin memburuk.

Indonesia tidak perlu khawatir dengan sikap Australia, kita sudah memiliki
perkuatan alutsista militer, yang mana kemampuan pesawat tempur kita sudah jauh
berada diatas kemampuan Australia. Dan TNI AU serta Komando Pertahanan Udara
Nasional sudah menggelar radar di kawasan Indonesia Timur yang mampu
mendeteksi setiap pergerakan pesawat Australia apabila memasuki ruang udara
Indonesia. Kita tidak menginginkan konflik, tetapi dalam masalah harga diri sebagai
bangsa yang besar kita harus berani unjuk gigi. Kalau wilayahnya kita kunci, Australia
akan terisolir pastinya. Posisi Indonesia jauh lebih strategis dibandingkan Australia,
itu pasti. Jadi sudah waktunya bangsa Indonesia bersatu, jangan kita kisruh terus, dan
para politisi juga harus bersatu.

Beberapa hari ini media massa dan media sosial di Indonesia sedang ramai
membicarakan dokumen yang dibocorkan seorang kontraktor intelijen Amerika,
Snowden, yang salah satunya menyatakan bahwa setidaknya pada tahun 2009
pemerintah Australia menyadap presiden SBY, Ibu Ani Yudhoyono dan beberapa
pejabat tinggi Indonesia lainnya.

Kasus penyadapan terhadap pejabat-pejabat Indonesia, saat ini sedang menjadi


hal yang marak. Saking maraknya sampai-sampai Indonesia menarik pulang  Dubes
Indonesia yang berada di Australia. Tentunya penarikan Pak Nadjib Riphat Kesoema
itu bukan karna asal tarik saja. Kejengkelan Indonesia terhadap penyadapan yang
dilakukan oleh Intelejen Australia merupakan faktor terbesar yang membuat Indonesia
marah besar.

Rupanya Indonesia tahu hal itu dari pemberitaan harian Sydney Morning
Herald (SMH) dan Guardian. Mereka membongkar praktik penyadapan yang diduga
dilakukan Badan Intelijen Australia (DSD) terhadap Presiden SBY dan Ibu Negara,
Ani Yudhoyono. Ternyata penyadapan yang dilakukan Intelegen Australia tidak hanya
kepada Pak SBY dan Bu Ani.  dari beberapa sumber,  tenyata, DSD turut menyadap
beberapa figur penting lainnya, yaitu mantan juru bicara luar negeri Presiden SBY dan
mantan Duta Besar Indonesia untuk AS, Dino Patti Djalal; mantan juru bicara
kepresidenan, Andi Mallarangeng; mantan Mensesneg, Hatta Radjasa; mantan
Wapres, Jusuf Kalla; mantan Menteri Keuangan yang kini menjabat sebagai Direktur
Grup Bank Dunia, Sri Mulyani Indrawati; mantan Menteri BUMN Sofyan Djalil; dan
mantan Menkopolkam, Widodo Adi Sucipto.

Lantas hal apa yang melatar belakangi penyadapan tersebut? Rumor-rumornya


Autralia menganggap bahwa Indonesia adalah ancaman serius. Hal itu dipertegas oleh
Hugh White, seorang profesor studi strategis di Australian National University dan
visiting fellow di Lowy Institute.Pak White pernah menulis sebuah artikel di sebuah
media berpengaruh di Australia, The Age, dengan judul Indonesia’s rise is the big
story we’re missing: Can Australia handle having a stronger, richer neighbour?

Melalui artikel itu ia ingin mengingatkan publik Australia bahwa Indonesia kini
bukanlah Indonesia dulu. Bukan lagi negara yang mengharapkan belaian bantuan dari
Australia. Bukan pula negara lemah yang banyak bergantung kepada Australia.

Dalam pandangan pak White, semakin kuat Indonesia, semakin mengancam


pula Indonesia terhadap Australia. Semakin maju perekonomian Indonesia, semakin
maju pula militernya. Saat itulah, Indonesia benar-benar menjadi ancaman bagi
Australia.

SIKAP YANG HARUS DIAMBIL ALAM KASUS INI

Pemerintah tentu tidak dapat bersikap lunak atas penyadapan yang dilakukan kedua
negara itu. Penyadapan merupakan pelanggaran serius atas etika hubungan
internasional dan norma hukum internasional. Ada dua alasan mengapa pemerintah
tak dapat bersikap lunak. Pertama, negara lain, seperti Perancis, Jerman, dan Brasil,
sudah menunjukkan sikap yang sangat keras. Di samping memanggil kepala
perwakilan AS, kepala pemerintahan negara itu telah menelepon langsung Obama.
Mereka menunjukkan ketidaksenangan mereka karena AS selama ini melakukan
hubungan yang tidak didasarkan pada kepercayaan.

Saat ini Pemerintah China dan Malaysia sudah melayangkan protes keras dan
memanggil kepala perwakilan dari dua negara itu. Apabila Pemerintah Indonesia
bersikap business as usual pascaprotes keras Menlu RI, maka terlihat janggal. Bahkan
publik akan menganggap aneh. Jika pemerintah tidak bersikap keras dan tegas,
kemarahan publik di Indonesia akan beralih dari AS dan Australia menjadi kemarahan
terhadap pemerintahan, bahkan, Presiden SBY. Mereka akan mempertanyakan sikap
pemerintah yang adem ayem saja.

Kemarahan publik akan semakin menjadi jika respons SBY terkait penyadapan
ini tak sebanding dengan responsnya menanggapi isu Bunda Putri. Presiden harus
paham publik Indonesia merupakan konstituennya sehingga kemarahan publik harus
terwakili dalam menyikapi masalah penyadapan ini kepada AS dan Australia.
Dalam menyikapi penyadapan, pemerintah tak perlu berkelit bahwa tak ada
bukti atau perlu waktu untuk pembuktian sebelum bersikap lebih tegas. Masalah
penyadapan sulit dibuktikan. Kepolisian Negara RI, bahkan Badan Intelijen Nasional
sekalipun tak mungkin melakukan verifikasi ke kedutaan besar dua negara yang
diduga punya instrumen penyadapan. Ini mengingat wilayah kedubes memiliki
kekebalan.

Jika pemerintah mengemukakan alasan pembuktian, sementara negara-negara lain tak


melakukan proses pembuktian, publik Indonesia justru akan menganggap pemerintah
sekadar mengada-ada dan hendak melindungi kedua negara tersebut.

Sikap keras pemerintah tentunya tak perlu langsung ditanggapi dengan memutus
hubungan diplomatik dengan kedua negara. Secara diplomatik, pemerintah dapat
melakukan sejumlah langkah. Pemerintah dapat melakukan pengusiran (persona
nongrata) terhadap sejumlah diplomat AS dan Australia. Pemerintah dapat pula
memanggil Dubes RI untuk AS dan Australia. Bahkan jika perlu, pemerintah
menunda pengisian posisi Dubes RI untuk AS yang akan segera ditinggalkan oleh
Dino Pati Djalal. Pemerintah pun dapat memperkecil kekuatan kedubes di kedua
negara.

Ini opsi yang bisa dilakukan pemerintah dalam menyikapi penyadapan yang dilakukan
AS dan Australia. Bahkan jika perlu pemerintah turut serta dengan Jerman dan Brasil
memperjuangkan resolusi PBB untuk mencegah penyadapan di masa yang akan
datang. Satu hal yang pasti, pemerintah perlu berhati-hati ketika berhubungan dengan
AS dan Australia. Para pejabat harus memiliki kecurigaan yang tinggi ketika
berhadapan dengan pejabat dan diplomat dari kedua negara. Kita harus curiga setiap
gerakan yang dilakukan oleh kedua negara karena kemungkinan besar tindakan
tersebut didasarkan pada informasi hasil sadapan.

Penyadapan jika dikaji dari aspek manfaat bagi Penyadap/ Negara Penyedap
tentunya akan menambah informasi mereka mengenai Negara Indonesia, hal ini
sebenarnya secara langsung telah menciderai kedaulatan Negara Kesatuan republic
Indonesia. Kebijakan Pemerintah Austrlian terlalu berorientasi kepada pemenuhan
kebutuhan Negaranya tanpa memperhatikan sosiologi masyarakat di Indonesia.
Namun hal ini akan berimbas kepada sikap pemerintah yang menjadi penilaian
masyarakat.

Pemerintah dengan sikap yang Konon belum tegas secara langsung


mengecewakan Bangsa Indonesia. Ini bukan soal kerjasama, diplomasi atau hubungan
antar Negara, tapi aspek Ideologi kita yaitu Kedaulatan ternyata diinjak-injak tanpa
adanya sikap tegas dari Pemerintah. Sikap Pemerintah dikategorikan lemah karena
tidak adanya ultimatum yang jelas mengenai permasalahan ini. Walaupun demikian
kita sebagai warga Negara yang baik, harus tetap percaya kepada Pemerintah. Jadi
penyadapan tersebut termasuk intregritas nasional karena membahayakan negara.
Tugas Portopholio
PPKn

Disusun oleh :
Nama : Indah Viviana
No Presensi : 18
Kelas : X MIPA E

SMA N 1 BATANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai