Anda di halaman 1dari 25

PENGANTAR JURNALISME DAN Dinda Lisna Amilia, MA

TEKNIK LIPUTAN INVESTIGASI


Liputan investigasi merupakan peliputan yang mencari, menemukan, dan menyampaikan
fakta-fakta tentang adanya pelanggaran, kesalahan, atau kejahatan yang merugikan
kepentingan umum (Atmakusumah Astraatmadja, 2001)
Jurnalisme investigasi bisa mengungkap penyelewengan atau ketidakadilan. Kasus-kasus
yang biasa diungkap atau diliput dalam jurnalistik investigasi antara lain hal-hal yang
memalukan, penyalahgunaaan kekuasaan, korupsi, manipulasi, dan hal-hal yang sengaja
disembunyikan pihak tertentu (biasanya penguasa, politisi, pengusaha). Di era media
baru, investigasi seringkali dilakukan dengan kolaborasi antar media.
Perbedaan Investigative Reporting dan
In-depth Reporting (Liputan
Investigasi dan Liputan Mendalam)
In-depth reporting: tidak ada hipotesis, reportase dilakukan untuk menggali sebanyak
mungkin data agar bisa disajikan dengan deskriptif dan rinci, dan Indepth Reporting tidak
menyiratkan kegiatan membongkar aib, kesalahan, atau kelemahan suatu instansi.

Investigative reporting: berawal dari hipotesis atau asumsi bahwa someone has done
something wrong. Liputan investigasi akan membongkar kejahatan publik yang
disembunyikan, subjek investigasi merupakan kepentingan bersama yang cukup masuk akal
untuk mempengaruhi kehidupan sosial mayoritas pembaca suratkabar atau pemirsa televisi
bersangkutan.
Skala Global

Pada 1902-1912, majalah McClure’s Amerika Serikat


menerbitkan laporan-laporan yang membongkar politik uang
para elit Washington. Sejak itu, jurnalisme investigasi terus
berkembang di Amerika.

Pada 1975, didirikan Investigative Reporters and Editors Inc. (IRE)


yang secara periodik mengadakan seminar teknik-teknik
investigasi, pengelolaan database, memperkenalkan sistem riset
via internet, penginderaan jarak jauh, maupun spesialisasi
tertentu, hingga memberi hadiah untuk karya investigasi yang
bagus.

Di Asia, ada Filipina yang punya organisasi seperti itu, yaitu


Phillippines Center for Investigative Journalism yang terbentuk
pada 1989
REPORTASE INVESTIGASI YANG MELENGSERKAN
PRESIDEN US:
SKANDAL WATERGATE
- Dua jurnalis The Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein
melakukan investigasi terhadap pembobolan kantor Partai Demokrat yang
terletak di Watergate, Washington DC.

- Pembobolan terjadi pada 17 Juni 1972, lima orang yang ditangkap


adalah Virgilio Gonzalez, Bernard Barker, James McCord, Eugenio
Martínez, dan Frank Sturgis.

-Saat itu, Richard Nixon tengah menjabat presiden AS setelah memenangkan


pemilihan umum presiden 1968. Di tahun terakhirnya menjabat itu, Nixon
berambisi memenangkan periode kedua.

-- Aroma hubungan antara pencurian di Watergate dan ambisi


memenangkan Nixon terkuak ketika The Washington Post melansir bahwa
John McCord adalah koordinator keamanan Komite Pemenangan Kembali
Presiden (Committee to Re-elect the President, alias CREEP)

- Nixon juga telah melakukan lobi-lobi ke FBI dan CIA supaya penyelidikan
Watergate dihentikan. Namun usahanya sia-sia, para jurnalis terus
melakukan coverage terhadap insiden tersebut
Perjalanan kasus ini mengalami pasang surut, hingga kesaksian
staf operasional Gedung Putih Alexander Butterfied yang
mengatakan bahwa semua percakapan di dalam gedung putih
direkam. Saat jaksa khusus, Achibald Cox meminta rekaman
tersebut, Nixon malah memecat Cox.

Atas desakan senator dan kongres, pada 5 Agustus 1974, Nixon


menyerahkan transkip tiga rekaman percakapan dengan
Haldeman. Transkip yang mengungkap keterlibatan Nixon dalam
penyusupan Watergate dikenal dengan sebutan the smoking gun.
Yang membuat Nixon resmi mengalami pemakzulan pada
9 Agustus 1974
Karena laporan Watergate, Bob Woodward dan Carl Bernstein
mendapatkan penghargaan tertinggi dalam dunia jurnalistik,
yaitu penghargaan Pulitzer.
INDONESIA RAYA – SKANDAL PERTAMINA
Cikal bakal liputan investigasi di Indonesia dilakukan oleh koran
Indonesia Raya yang mengungkap kasus korupsi di Pertamina dan
Badan Logistik, pada 1969 hingga 1972.

Pimpinan redaksi Indonesia Raya, Mochtar Lubis mendapatkan


setumpuk dokumen tentang penyelewengan dana dan korupsi di
Pertamina pimpinan Mayjen Ibnu Sutowo dari seorang jendral.
Yang beberapa tahun kemudian, laporan tsb benar-benar
terbukti.

Tempo juga dibredel karena memberitakan investigasi dugaan


mark-up yang dilakukan oleh rezim Soeharto, termasuk BJ
Habibie dalam pembelian pembelian 39 kapal perang bekas
dari Jerman Timur dari USD 12,7 juta menjadi USD 1,1 miliar.
PASCA ORDE BARU
Sesuai dengan perkembangan iklim politik orde baru yang
represif, jurnalis Indonesia selama puluhan tahun terlanjur tidak
terbiasa dengan pola investigasi/penyelidikan.

Dalam meliput sebuah konflik, jurnalis Indonesia lebih terbiasa


untuk mengutip ucapan tokoh. Tokoh elit seolah representasi dari
rakyat Indonesia.

Indonesia = talking journalism = jurnalisme omongan yang lebih


merupakan kutipan atas pernyataan seorang tokoh atau pejabat
dan counter pakar atas pernyataan tersebut, atau sebaliknya.
MULAI BERKEMBANG DI PERIODE MEDIA BARU
1. Najwa Shihab yang terus menyorot isu-isu korupsi

2. Watchdog Documentary dengan liputan investigasi energi,


lingkungan, dan masyarakat adat
MEDIA MAINSTREAM/ARUS UTAMA
Cetak, Elektronik, Digital

Kompas group, Jawa Pos Group, MNC


Group, Metro TV and online, CNN
Indonesia, Viva media (TvOne & ANTV),
Emtek group (Indosiar, SCTV, Liputan6,
Elshinta)
MEDIA ANTI-MAINSTREAM
Cetak, Elektronik, Digital

Tempo group, Tirto.id, project Multatuli, Narasi,


Remotivi, Magdalene, Mojok.co, Konde.co.
PERIODE 2020 – MEDIA POP DIGITAL
MENGENDUS IDE INVESTIGASI
1. Whistleblower yang mengirimkan
data ke media
2. Data dan lapangan yang tidak sinkron/ hasil audit BPK
3. Konflik kepentingan
4. Dokumen rahasia atau dokumen yang sengaja dirahasiakan, misalnya seperti
donatur partai politik atau ormas
5. Kasus yang sedang diselidiki aparat penegak hukum
TANTANGAN JURNALISME INVESTIGASI -
INTERNAL
1. Tidak ada dukungan dari perusahaan
2. Kepentingan bisnis dan politik pemilik perusahaan media
3. Kesejahteraan jurnalis yang rendah
4. Redaksi dan jurnalis yang tidak independen
5. Skill jurnalis yang kurang
TANTANGAN JURNALISME INVESTIGASI -
EKSTERNAL
1. Ancaman kekerasan pada jurnalis
2. Kriminalisasi dengan UU ITE
3. Persekusi online dan doxing
4. Serangan warganet

Diadaptasi dari materi jurnalisme investigasi dan peran jurnalisme mengungkap korupsi oleh Nurdin Amir – Ketua AJI Makassar
CARA MENEMUKAN DOKUMEN
1. Whistleblower yang mengirimkan
data ke media
2. Data dan lapangan yang tidak sinkron/ hasil audit BPK
3. Konflik kepentingan
4. Dokumen rahasia atau dokumen yang sengaja dirahasiakan,
misalnya seperti donatur partai politik atau ormas
5. Kasus yang sedang diselidiki aparat penegak hukum
WHISTLEBLOWER YANG MENGIRIMKAN
DATA KE MEDIA
Orang yang membocorkan data biasanya punya kepentingan
baik untuk dirinya sendiri atau kepentingan bersama
Tidak bisa diandalkan, karena sangat tergantung moment dan
belum tentu ada setiap waktu.
Perlu untuk melakukan verifikasi, tidak menelan mentah-mentah
data dari whistleblower yang tidak dikenal.
DATA DAN LAPANGAN YANG TIDAK
SINKRON/ HASIL AUDIT
-Realita di lapangan seperti: infrastruktur yang rusak, fasilitas
yang usang, bantuan yang tidak layak. Contoh:
a. jumlah px covid 19 saat gelombang kedua menurut
pemerintah dan lapangan
b. paket bansos dengan produk yang busuk,
c. program padat karya (pedestrian yang rusak, jembatan rusak)

Tracking dokumen: ke lapangan langsung, cari data indikator ke


pakar, cari di website, hasil penelitian.
KONFLIK KEPENTINGAN
Situasi dimana seorang penyelenggara negara yang mendapatkan
kekuasaan diduga memiliki kepentingan pribadi atas setiap
penggunaan wewenang yang dimilikinya.

Contoh:
Anak atau menantu gubernur yang dipilih menjadi direktur bank
daerah pada periode gubernur tersebut menjabat.
Yang sudah terjadi, pada rezim Soeharto, banyak kerabat dan
orang terdekat yang dijadikan pemimpin perusahaan2 besar
seperti Pertamina, dan BUMN-BUMN lainnya.
DOKUMEN RAHASIA ATAU DOKUMEN YANG
SENGAJA DIRAHASIAKAN
Beberapa lembaga sengaja menyembunyikan dokumen rahasia
yang berisi kecurangan/kejahatan. Dimana skema kecurangan
hanya bisa diketahui oleh orang yang punya atensi khusus,
misalnya jurnalis.

Contoh: dokumen panama papers, buku merah keterlibatan


Mendagri Tito Karnavian dalam korupsi e-ktp, donatur2 anonim
partai politik dan organisasi kemasyarakatan.
sumber: modul pelatihan transparansi dan akuntabilitas keuangan partai politik,
Transparency International Indonesia.
KASUS YANG SEDANG/PERNAH DISELIDIKI APARAT PENEGAK
HUKUM (APH)

Era masyarakat informasi membawa transparansi dan fungsi


pengawasan lebih pada APH. Jurnalis bisa mengawal kasus-kasus
besar yang perkembangannya lambat.

Contoh: kasus pelecehan seksual KPI pusat, penonaktifan pegawai


KPK lewat TWK, hingga kasus penghentian penyelidikan pada 3
anak yang diperkosa ayahnya sendiri yang dicover oleh Multatuli
Project seminggu yang lalu.

Anda mungkin juga menyukai