Amerika keturunan Afrika). Lebih banyak lagi petugas yang dicopot dari tugas,
dan segera setelah itu warga menggelar protes di Brooklyn. Setahun kemudian,
Louima menarik kembali pernyataan masa Guliani yang dilontarkannya tanpa
bukti, sekalipun ia tak menarik kata-katanya tentang perlakuan brutal yang
menimpanya. Beberapa bulan kemudian, City Journal milik Manhattan Institute
menerbitkan sebuah artikel yang menunjukkan bahwa terlepas dari insiden
kebrutalan polisi yang banyak mendapat sorotan tersebut, Departemen Polisi
New York relatif memiliki catatan yang baik dalam persoalan ini.
Kebenaran di sini terlihat melalui proses yang berjalan. Namun sejauh ini,
wartawan saat ini masin tetap percaya pentingnya menyampaikan kebenaran.
Dalam survei terhadap wartawan tentang pendapat mereka soal nila-nilai dasar
jurnalisme, delapan dari 10 wartawan yang bekerja di media nasional, dan lebih
dari 7 dari 10 yang bekerja di media lokal di Amerika Serikat, mengatakan
mereka merasakan sebenar-benarnya memang ada laporan yang benar dan
akurat tentang sebuah peristiwa.
2.
Kesetiaan kepada warga ini adalah makna dari yang kita sebut independensi
jurnalistik. Pemikiran bahwa wartawan melayani warga pada urutan teratas
masih dipercayai oleh banyak wartawan. Dalam survei tentang nilai-nilai
jurnalisme pada 1999, yang dilakukan oleh Pew Research Center for the People
and the Press dan Committee of Concerned Journalists, lebih dari 80 persen
responden
menempatkan
kewajiban
pertama
adalah
kepada
kepentingan lain yang terlibat.Ketika New York Times menjadi koran paling
berpengaruh di New York dan kemudian di dunia, yang lain mengikuti model
Ochs. Untuk menghubungkan kembali orang-orang dengan berita, dan
meneruskan berita pada dunia yang lebih luas, jurnalisme harus mengukuhkan
kembali kesetiannya kepada warga.
3.
propaganda, fiksi, atau seni. Hiburan berfokus pada hal-hal yang paling
menggembirakan hati. Propaganda menyeleksi fakta atau mengarang fakta demi
kepentingan yang lain persuasi dan manipulasi. Fiksi mengarang skenario
untuk sampai pada kesan yang lebih personal dari apa yang disebut kebenaran.
Hanya jurnalisme yang sejak awal berfokus untuk menceritakan apa yang terjadi
setepat-tepatnya.
Di masa siklus berita 24 jam, wartawan sekarang menghabiskan waktu
lebih
banyak
mencari
sesuatu
untuk
menambahi
berita
yang
tengah
memulai semuanya. New York Times mencetak salah kutip yang sama seperti
Post.
Tak
seorangpun
yang
memperhatikan
bahwa
Associated
Press
memberitakan kutipan yang benar. Persoalan ini belum selesai sampai siswa
sekolah menengah itu sendiri mengajukan keluhan.
Seperangkat konsep inti yang membentuk landasan disiplin verifikasi di
antaranya :
1. Jangan pernah menambahi sesuatu yang tidak ada.
2. Jangan pernah menipu audiens.
3. Berlakulah setransparan mungkin tentang metode dan motivasi Anda.
4. Andalkan reportase Anda sendiri.
5. Bersikaplah rendah hati.
Adapun teknik verifikasi, yakni :
Penyuntingan yang skeptis
Pendekatan ini melibatkan proses menimbang dan memutuskan sebuah
cerita.
Daftar pemeriksaan akurasi
Saat mereka bergerak memeriksa tulisan, redaktur harus menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Apakah alinea pertama sudah cukup didukung oleh alinea-alinea
sesudahnya?
2. Adakah seseorang
telah
memeriksa
ulang,
menelepon,
atau
French punya tes untuk memverifikasi setiap fakta yang ada dalam
tulisannya. Sebelum ia menyerahkan karyanya, ia mengambil salinan
tercetak dan meneliti tulisan itu baris demi baris dengan pensil warna,
menorehkan tanda centang pada tiap fakta dan pernyataan di dalam tulisan
untuk mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ia harus memeriksa ulang
untuk memastikan kebenarannya.
Sumber anonim
Dalam tahun-tahun terakhir saat ketergantungan pada sumber anonim kian
bertambah. Joe Lelyveld, mensyaratkan reporter dan redaktur di Times
untuk bertanya pada diri mereka sendiri dua hal sebelum menggunakan
sumber anonim :
1. Seberapa banyak pengetahuan langsung yang dimiliki sumber anonim
terhadap suatu kejadian?
2. Apa motif, jika ada, yang mungkin dipunyai sumber untuk menyesatkan
kita, berpura-pura baik, atau menyembunyikan fakta penting, yang
mungkin mengubah kesan kita terhadap informasi tersebut?
Karena
hakikatnya
seorang
wartawan
harus
mementingkan
kepentingan publik diatas kepentingan individu. Maka dari itu, wartawan haruslah
memihak kepada publik. Wartawan haruslah menyajikan berita secara objektif.
Seorang wartawan harus bisa menggali suatu berita dari narasumber yang pro
dan kontra secara seimbang.
Wartawan saat ini cenderung bergerak dari yang khusus ke umum.
Maksudnya, seringkali wartawan menemukan fakta dan dari fakta tersebut
ditariklah suatu kesimpulan. Mereka menomorsatukan opini yang beredar.
Sedangkan fakta, jika ada, kebetulan saja sifatnya. Sehingga, seringkali
masyarakat dibingungkan dengan berita yang beredar.
Seorang wartawan bukanlah seorang yang memakai kartu pers.Tetapi,
wartawan sejati ialah seseorang yang melakukan kegiatan jurnalisme. Kegiatan
yang melaporkan suatu kasus secara faktual dan tidak menyampaikan sebuah
desas-desus.
Contoh riil yang terdapat di Indonesia terjadi pada dua perusahaan
televisi swasta yang dimiliki oleh pejabat- pejabat tinggi negara. Kedua televisi
swasta ini sama-sama menyajikan konten yang berbau pemberitaan. TV One
yang dimiliki oleh Aburizal Bakrie dan Metro Tv yang dimiliki oleh Surya Paloh tak
pernah mengabarkan berita negatif tentang kedua pejabat tersebut. Ketika Ketika
kota Sidoarjo dibanjiri lumpur lapindo, pihak jurnalis TV One tidak meliputnya
sebagai Lumpur Lapindo, tetapi menjadi Lumpur Sidoarjo. Karena Lumpur
Lapindo adalah perusahaan yang dikelola oleh Aburizal Bakrie. Begitupun
dengan Surya Paloh tidak akan beredar berita miring tentangnya di Metro Tv.
Kasus tersebut membuktikan bahwa wartawan di Indonesia belum memiliki sikap
independen terhadap pihak yang mereka liput.
Loyalitas wartawan kepada masyarakat tak boleh terbagi. Maka,
wartawan tak boleh melihat narasumbernya dari ikatan darah, ras, etnis,
agama,pendidikan, status sosial, maupun gender. Sekali lagi, wartawan ialah
independen. Pada akhirnya, komitmen abadi pada prinsip kesetiaan pada
masyarakatlah yang membedakan wartawan dari partisan. Jurnalisme bukanlah
tentang percaya kepada orang atau sekelompok orang. Tetapi, jurnalisme adalah
sebuah profesi yang berdasarkan reportase, proses belajar, pemahaman, dan
pendidikan. Menciptakan halangan bagi proses penemuan berita pada akhirnya,
adalah tindakan tidak loyal terhadap publik.
reportase
yang
yaitu
untukmempengaruhi
persetujuan
anggaran,untuk
kepada
warga
masyarakat.
Semakin
berkembangnya
ilmu
comment. Televisi pun tidak mau kalah menampilkan forum publik. Stasiun
televisi menayangkan program khusus untuk berbincang atau mengajukan
argumen bagi permasalahan publik.
Sebut saja, acara lawyers club yang tayang di salah satu stasiun tv
swasta. Tayangan ini mendatangkan pengacara dari berbagai pelosok untuk
mendiskusikan suatu masalah bukannya mencari jalan keluar malah beradu
argumen. Deborah Tannen yang merupakan seorang penulis menyatakan
fenomen aini sebagai Budaya Argumen. Maksudnya, tayangan ini hanya
berfungsi sebagai pembangkit hawa nafsu bagi perusahaan terkait dalam
perjalanan mereka untuk mendapatkan audiens,ratting, dan keuntungan.
Namun, budaya argumen murni bukan keinginan masyarakat. Mereka
hanya sebagai korban. Budaya ini muncul karena berbicara itu murah. Biaya
untuk memproduksi acara bincang-bincang hanya secuil bila dibandingkan
membangun infrastruktur reportase dan pengiriman berita. Berita-berita yang
dibahas pun cenderung berfokus pada rentang sempit berita yang laris. Arena di
Internet dan televisi secara stabil mengandalkan cereta simple yang tahan lama
dan banyak sensasi. Sehingga, masyarakat bisa dengan mudah tertarik dan
berkomentar. Sebagai hasilnya, baik itu media televisi dan sosial sudah
menjadikan keinginan untuk berkomentar sebagai sebuah kebutuhan.
Akibat
adanya
budaya
argumen
ini,
tingkat
reportase
sebuah narasi.
Bereksperimen dengan Teknik Penceritaan Baru,
Misalnya dengan mengubah sajian berita yang biasa menjadi berita
yang utama.
Gelas Jam,
Dengan memberikan inovasi dengan menyajikan berita deiselingi oleh
sebuah narasi.
Membentuk T/J (Q/A)
Menyajikan berita berupa tanya jawab terkadang diperlukan guna
Di masa ini, memang banyak tekanan untuk wartawan melebihlebihkan sebuah berita dan membuat sensasi. Padahal, ketika
memberitakan berbagai sensasi, audiens yang tertarik hanyalah
audiens yang bersifat jangka pendek. Berbeda halnya jika wartaman
memberitakan berbagai berita berkualitas yang tak mnegejar sensasi
semata, karena audiens yang mereka miliki kelak adalah audiens
-
apa
kesukaan
audiens,
melainkan
pertanyaan
yang
sebuah
atasan.
Tekanan terhadap Nurani Individu.
Biasanya para redaktur cenderung membuat wartawan mengikuti
gambaran yang diberikannya. Hal tersebut membuat wartawan sulit
menyuarakan nuraninya. Dan salah satu sifat manusia yang menyukai
hal yang normal-normal saja juga membuat wartawan statis pada
rutinitasnya, dan menciptakan system kerja di ruang redaksi menjadi
homogeny semata.
Membangun Redaksi Tempat Nurani dan Keberagaman Bisa
Berkembang.
Sikap dan suasana santai antara pemilik, redaktur, dan manajer
DAFTAR PUSTAKA
Kovach, Bill & Rosenstiel, Tom. 2001. Sembilan Elemen Jurnalisme. Terjemahan
oleh Yusi. A.Pareanom. 2003. Jakarta: Pantau.