Anda di halaman 1dari 3

NAMA : VANIA MIRANDA EMMANUELLA SIAHAAN

NIM : 191402068 / KOM B


MATA KULIAH : JAMINAN KEAMANAN INFORMASI

KASUS PENYADAPAN YANG PERNAH TERJADI DI INDONESIA

1. Penyadapan oleh Asutralia & Selandia Baru di Indonesia tahun 2015


Australia dan Selandia Baru menyadap jaringan telepon genggam terbesar di Indonesia (2015) dan juga
sistem telekomunikasi sejumlah negara kecil di Kepulauan Pasifik. Laporan ini muncul dari sejumlah
dokumen yang didapatkan mantan kontraktor badan intelijen Amerika Serikat (AS), Edward Snowden.
Menurut serangkaian dokumen itu, yang beredar di Selandia Baru pada Kamis (5/5/2015), agensi
espionase elektronik Australia, yakni Australian Signals Directorate (ASD), bekerja sama dengan
agensi Selandia Baru, Government Communications Security Bureau (GCSB), untuk memasuki akses
jaringan telekomunikasi di seantero Indonesia dan negara Pasifik Selatan. Seperti dikutip theage.com,
dokumen itu menunjukkan ASD dan GCSB secara intensif memata-matai negara-negara pulau kecil,
seperti Fiji, Papua Nugini, Guinea, Kepulauan Solomon, Nauru, Samoa, Vanuatu, Kiribati, New
Caledonia, Tonga dan French Polynesia. Masih dari dokumen rahasia, Australia dan Selandia Baru
menggunakan komunikasi satelit dan kabel bawah laut. Mereka lalu saling berbagi hasil penyadapan
sambungan telepon, surat elektronik, pesan media sosial dan metadata lainnya. Kejadian ini terjadi pada
Maret 2015 silam. ASD dilaporkan menaruh perhatian lebih pada jaringan telepon genggam terbesar di
Indonesia, Telkomsel. Pemerintah Australia berulang kali menolak berkomentar mengenai dokumen
yang dibocorkan Snowden. Namun tahun lalu, Perdana Menteri Tony Abbott bersikukuh Australia tidak
akan menggunakan intelijen "untuk merugikan negara lain." Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu
belum mendengar kabar penyadapan yang dilakukan Australia dan Selandia Baru terhadap Indonesia.
Badan Intelijen Nasional belum menginformasikan soal itu. Ryamizard menuturkan, dirinya juga belum
tahu apakah Presiden sudah diinformasikan ihwal penyadapan ini. Yang pasti, kata dia, Kepala BIN
Marchiano Norman belum mengabarkan hal itu kepada dirinya.

2. Ransom WannaCry (Mei 2017)


Serangan siber ransomware sempat menyerang Indonesia pada awal 2017. Setidaknya dua rumah sakit
di Jakarta yaitu Dharmais dan Harapan Kita yang disinyalir diserang ransomware berjenis WannaCry
pada 12 Mei 2017 yang menyebabkan data pasien dalam jaringan komputer rumah sakit tidak bisa
diakses. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, menggelar temu media pada 14 Mei 2017
dan mengatakan bahwa Kominfo telah berkoordinasi dengan rumah sakit Dharmais untuk
menanggulangi serangan tersebut. Kementerian ini sigap mempersiapkan tim khusu menghadapi
persoalan ini yang antara lain meliputi Direktorat Keamanan Kominfo dan pegiat keamanan siber, serta
bekerjasama dengan sejumlah pihak dari luar Indonesia. Pada 17 Mei 2017 Menkominfo menglaim
Indonesia sudah bebas virus ransomware WannaCry yang sebelumnya menginfeksi setidaknya 200 ribu
komputer di seluruh dunia. Menurut Rudiantara, virus yang terpapar melalui jaringan data atau internet
itu tidak berdampak signifikan di Indonesia lantaran tangkasnya pencegahan yg dilakukan yakni
memutus hubungan internet dan membuat salinan data cadangan.
3. Ransomware Petya (Juni 2017)
Tidak lama setelah WannaCry, pada 29 Juni 2017 Kominfo kembali mengimbau masyarakat untuk
mencegah serangan infeksi ransomware Petya yang kala itu tengah melanda secara global. Menteri
Kominfo Rudiantara, meminta masyarakat untuk membuat cadangan data(backup data) sebelum
memgaktifkan komputer mereka untuk mengantisipasi serangan tersebut. Bagi pengelola teknologi dan
informasi, Rudiantara meminta untuk menonaktifkan atau mencabut jaringan lokal (LAN) sementara
hingga dipastikan aman. Kominfo juga meminta agar menggunakan sistem operasiyang asli dan
diperbaharui secara berkala serta memasang anti-virus dan menggunakan kata kunci yang aman dan
diganti secara berkala. Meski begitu, Menkominfo mengatakan bahwa ransomware Petya belum
menyebar di Indonesia. Menurut dia, penyebaran virus komputer yang mengenkripsi perangkat
penyimpanan digital atau hardisk itu baru ditemui pada negara-negara di kawasan Eropa Timur, Eropa
Barat, serta Asia Selatan.

4. Malware yang targetkan ATM


Dalam laporan penelitiannya pada 18 Oktober 2017, para ahli Kaspersky Lab telah menemukan sebuah
malware yang menargetkan ATM dan dijual secara bebas di pasar gelap DarkNet. Adalah Cutler Maker
terdiri dari tiga komponen dan memungkinkan ATM memuntahkan uang jika penyerang bisa
mendapatkan aksesi fisik ke mesin. Dengan memasang aplikasi tersebut, penyusup menerima informasi
yang tepat mengenai nilai mata uang, niali dan jumlah uang di setiap cassette, jadi dapat memilih mana
yang berisi jumlah paling besar alih-alih secara membabi buta menarik uang satu per satu. Tidak
diketahui siapa aktor yang berada di balik malware ini. Namun, kemunginan asal penjual perangkat jika
ditelisik dari bahasa, tata bahasa, dan kesalahan dalam penulisan bahasa menunjukkan fakta bahwa
mereka bukan penutur asli bahasa Inggris.

5. Penyadapan Pemerintah Indonesia oleh Australia


Analis dari Agensi Keamanan Nasional Amerika Serikat alias NSA, Edward Snowden, pada
Desember lalu mengungkapkan pemerintah Australia telah melakukan penyadapan terhadap
pemerintahan Indonesia. Adapun penyadapan yang dilakukan pada 2009 itu berfokus pada lingkar
Istana Kepresidenan Indonesia, termasuk keluarga presiden. Snowden mengatakan aksi penyadapan
itu merupakan bagian dari program kerja oritas nasional penyadapan Australia alias Australian
Signals Directorate (ASD. Program itu diberi sandi "Stateroom" serta meliputi intersepsi radio,
telekomunikasi, dan lalu lintas Internet.

6. Penyadapan SBY di KTT G-20


Kementerian Luar Negeri Indonesia didesak berbagai pihak agar menanggapi dugaan penyadapan yang
dilakukan Inggris terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Laporan-laporan berbagai media
menyebutkan bahwa penyadapan atas Presiden Yudhoyono dan rombongan itu dilakukan saat KTT G-
20 di London pada 2009. Beberapa anggota DPR mendesak pemerintah Indonesia meminta permintaan
maaf dari pihak-pihak yang terlibat, namun ada juga yang menyarankan agar pemerintah cukup
membuat pernyataan terbuka dalam kasus itu. Juru bicara Kantor Kepresidenan untuk urusan luar
negeri, Teuku Faizasyah, mengatakan bahwa masih perlu dikukuhkan lebih lanjut kebenaran dari
laporan tersebut. "Faktanya atau keakurasiannya masih harus kita uji kembali. Nanti kita memiliki
mekanisme interaksi hubungan antara komunitas intelijen dan juga tentunya interaksi secara formal
melalui kementrian Luar Negeri masing-masing Pada dasarnya mana ada yang mengakui bahwa
pihaknya menyadap pihak lain."
Harian terkemuka Australia, Sydney Morning Herald, melaporkan Perdana Menteri Australia, Kevin
Rudd, memperoleh keuntungan atas kegiatan mata-mata ini. Dengan mengutip sebuah sumber intelijen
yang tidak disebutkan namanya, koran itu menyebutkan pentingnya informasi intelijen yang diperoleh
dari Amerikat Serikat dan Inggris untuk mendukung tujuan diplomasi Australia dalam mendapatkan
kursi di Dewan Keamanan PBB.

7. Penyadapan telepon antara Menteri BUMN Rini dengan Direktur Utama PLN Sofyan Basir
(tahun 2018)

Rini mengungkapkan kemarahannya di Kompleks Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis
(3/5/2018). Rini dikerumuni awak media dan mendesaknya memberi tanggapan atas beredarnya
rekaman telepon dirinya dengan Sofyan Basir, Direktur Utama PT PLN, akhir pekan lalu. Rekaman
berdurasi lebih kurang 3 menit itu beredar cepat selepas diunggah satu akun di Instagram. Pada
potongan rekaman itu, Rini dan Sofyan terkesan sedang berbicara soal fee proyek. Rini yang sudah
menjabat sebagai Menteri BUMN selama 3,5 tahun roda pemerintahan Kabinet Kerja Jokowi-JK,
membantah asumsi yang muncul dari potongan rekaman tersebut. Ia merugi karena potongan rekaman
itu seolah memojokkan dirinya mencari untung pribadi dari proyek LNG di Bojonegara, Serang, Banten
yang akan dibangun oleh PT Bumi Sarana Migas (BSM). Laporan Rini, kini sedang didalami
kepolisian. Wakil Kapolri Komisaris Jenderal Syafruddin memastikan Korps Bhayangkara akan
mengusut laporan tersebut untuk mencari unsur pidana dalam kasus itu.
Pakar keamanan teknologi, Ruby Alamsyah menjelaskan kepada Tirto, penyadapan ini dimungkinkan
terjadi lewat dua hal: dilakukan secara resmi oleh penegak hukum atau dilakukan secara ilegal. Dalam
konteks kasus ini, Ruby menduga, penyadapan dilakukan secara ilegal dengan memasang spyware di
salah satu telepon yang entah digunakan Rini ataupun Sofyan. Alasannya, Ruby menyebut, software
spyware yang biasa digunakan untuk penegak hukum punya harga yang teramat mahal dan eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai