Anda di halaman 1dari 2

Contoh kasus Whistle Blower “SUSNO DUADJI ”

28 Januari 2011 Kompasiana<< Tak dapat dipungkiri dari sosok pencuat ‘cicak-buaya’ inilah
berbagai praktek mafia di jajaran yudikatif sedikit banyak terkuak. Sebut saja skandal
Century, kasus Gayus sampai ‘benalu’ di institusi kepolisian berawal dari ungkapan
kontroversial sang jendral lulusan Akademi Kepolisian 1977 ini. Namun kegigihannya dalam
mengungkap berbagai kasus ternyata berbalik arah, banyak kolega di intitusi internal Polri
dan pihak-pihak yang merasa privasinya terganggu dan gerah sehingga berupaya untuk
menghentikan sepak terjang orang yang pernah menyandang call sign ‘truno 3′ ini.
Sebenarnya kode ini diperuntukkan kepada direktur III Tipikor, sedangkan untuk
Kabareskrim Polri kode resminya adalah “TRIBATA 5″. Dan lebih jauh lagi seolah ada
dalang yang ingin menyingkirkannya dalam kiprah dan karirnya di kepolisian. Mengapa
sosok Susno Duadji dianggap sebagai whistle blower ( dikonotasikan sebagai peniup
peluit/penguak/pengungkap kasus) bukan Gayus ? Hal ini bisa dimaklumi karena beliau
pernah menduduki jabatan penting dan strategis yang berkaitan dengan penanganan kasus
besar diantaranya sebagai ; 1. Kabareskrim Polri, yang dijabatnya tgl.24 Oktober 20O8
sampai 24 November 2010. 2. Wakil kepala PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan) 3. Kapolda Jawa Barat Dari dua jabatan pertama yang pernah disandang ini saja
kita dengan logika sederhana akan mengatakan bahwa Susno memang pemegang kunci dari
berbagai skandal besar yang terjadi di negeri ini.
Dia tahu betul kronologi berbagai kasus besar yang bisa jadi menyeret beberapa
petinggi, pejabat dan pegawai institusi yang terindikasi korup, terutama kasus Century dan
jangan lupa kasus Gayus adalah buah dari nyanyian jendral yang saat ini menjalani proses
pengadilanini. Menurut masyarakat awam, proses penahanan beliau seperti didramatisir dan
kental sekali ‘muatan kepentingan’ untuk kelompok/oknum tertentu yang makin mencabik-
cabik buramnya hukum di negeri ini. Contoh kecilnya adalah beliau dituduh melanggar kode
etik dan disiplin internal kepolisian serta dikaitkan dengan dugaan penyelewengan dana
pilkada Jawa Barat. Jauh amat deviasinya dari akar persoalan yang sebenarnya dan gak
nyambung sama sekali. Pantas saja politisi Gayus Lumbuun yang duduk di komisi III (hukum
dan HAM) DPR-RI dalam kesempatan hearing rabu, 26 Januari 2011, melontarkan
pernyataan bahwa Susno Duadji bisa dijadikan whistle blower skandal Century. Dengan
begitu diharapkan para wakil rakyat yang duduk di komisi III nantinya dapat memperoleh
data dan informasi baru dalam mengungkap skandal Century yang diduga ‘bernilai’ Rp.6,762
Trilyun itu. Meskipun sudah dibentuk pansus sampai panwas kasus tersebut terkesan stagnan
dan terlindungi ‘tangan tangan perkasa’ sekaligus masih tabu tersentuh hukum.
Beberapa nama seperti Robert tantular, Heshan Al Warraq dan Ali Rivzi sudah terseret
dalam kasus korupsi ’sealiran’ skandal Century ini, tetapi anehnya dalam kasus ini sama
sekali belum menyentuh pejabat dari lembaga dan instansi yang jelas terlibat dan harusnya
bertanggungjawab. Sungguh seperti peristiwa ironis dan tragis menimpa sosok yang berani
membuka tabir kasus yang diduga melibatkan para petinggi negara itu. Masalahnya maukah
pak Susno bernyanyi merdu seperti dulu lagi, karena beliau sudah banyak diingkari dan
dikhianati koleganya, apalagi jaminan perlindungan yang diminta ‘diabaikan’ dan masih
begitu rentan intervensi dari berbagai pihak yang merasa terusik. Salam kompasianer
Mr.Susno.. Dari contoh kasus diatas kita dapat menyimpulkan bahwasanya kasus ini
termasuk ke Whistle Blowing Eksternal menyangkut kasus dimana seorang Susno Duadji
mengetahui kecurangan yang dilakukan Century dan Gayus lalu membocorkan kepada
masyarakat karena dia tahu bahwa kecurangan itu akan merugikan masyarakat. Motivasi
utama dari whistle blowing adalah motivasi moral demi mencegah kerugian bagi perusahaan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai